Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT PENDIDIKAN

FILSAFAT MENURUT IDEALISME

OLEH :

KELOMPOK 2

NAMA : NIRA HARAHAP ( 16080051)

NURHOT JAMILAH ( 16080052)

PRODI : PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

M.K. : FILSAFAT PENDIDIKAN

STKIP TAPANULI SELATAN PADANG SIDIMPUAN

T.A 2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “ FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT IDEALISME ”

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Filsafat Pendidikan menurut idealisme.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang filsafat
pendidikan menurut idealisme. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Padangsidimpuan, 26 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang………….……………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………...2
C. Tujuan Makalah………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa
pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah
manifestasi dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering
disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed
back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Secara logika, antara idealisme dan realisme tidak bisa dipertentangkan. Sebab,
pencetus idealisme (Plato) adalah murid dari pencetus realisme (Socrates). Jika
demikian, apakah mungkin Plato seorang idealis yang juga realis? Dengan pertanyaan
lain, apakah Sokrates yang realis juga seorang idealis? Apa sesungguhnya hakekat ide
dan riil atau materi itu?
Idealisme menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang-bayang, yang terdapat
dalam akal pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya dengan ide atau
gagasan. Seorang realisme tidak menyetujui pandangan tersebut. Kaum realisme
berpendapat bahwa yang ada itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa
diamati dan lain-lain. Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa
diindrakan (bisa diterima oleh panca indra).
Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi.
Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh fakultas atau
jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi
oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala sesuatu.
Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahap
perkembangan pemikiran siswa.
Metode yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik, syarat dengan
pemikiran, perenungan, dialog, dan lain-lain. Kurikulum yang digunakan dalam aliran
idealisme adalah pengembangan kemampuan berpikir, dan penyiapan keterampilan
bekerja melalui pendidikan praktis.
Evaluasi yang digunakan dalam aliran idealisme adalah dengan evaluasi esay. Dimana
evaluasi esay ini sangat efektif dalam proses belajar mengajar dan dalam meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam mengerjakan soal.
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga
sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan, idealisme
merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal
tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme
mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu
menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan lagi tentang hal-
hal yang berkaitan dengan aliran filsafat idealisme.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan problematika di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa paradigma idealisme dalam menentukan kebenaran dan apa ide tertinggi itu?
2. Bagaimana implikasi idealisme dalam pendidikan, khususnya jika ditinjau dari
tujuan, kurikulum, metode dan evaluasi?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka makalah ini

ditulis dengan tujuan:

1. Mengetahui paradigma berfikir aliran filsafat idealisme dalam menentukan

kebenaran dan maksud dari ide tertinggi tersebut.

2. Mengetahui implikasi idealisme terhadap pendidikan, jika ditinjau dari tujuan

pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran dan evaluasi pendidikan secara

umum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang (Sejarah) Aliran Idealisme

Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah
pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang
murni dari Plato. Plato menyatakan bahwa alam cita-cita itu adalah yang merupakan
kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanya berupa
bayangan saja dari alam ide.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang
menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan
menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham
idealisme sepanjang masa tidak pernah hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan
malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar
idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung para filosof yang mengakui aliran serba
dua (dualisme) seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat
kerohanian dan kebendaan, maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih
penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat
digolongkan kepada penganut idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun
mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman idealisme pada
masa abad ke-18 dan 19 ketika periode idealisme.
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum
masehi oleh Plato (427-347 SM). Semasa Plato hidup kota Athena adalah kota yang
berada dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah mendorong
Athena memasuki era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut,
perdagangan dan perniagaan tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai
penginapan Athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan mendapatkan
kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul berbagai gagasan-gagasan
baru ke dalam lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat
mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan & nilai-nilai tradisional.
Saat itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar (para Shopis. Ajarannya
memfokuskan pada individualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk
menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak pada
individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya komunal masa
lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan
terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan kebenaran
sebagai sesuatu yang sempurnadan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia
eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan.

3
Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak
sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal
dan dapat disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika,
bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut
sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.
Idealisme dengan penekanannya pada kebenaran yang tidak berubah, berpengaruh
pada pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuh kembangkan dalam dunia
pemikiran modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descartes (1596-1650), George
Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804) dan George W. F. Hegel (1770-
1831). Seorang idealis dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh di
Amerika adalah William T. Harris (1835-1909) yang menggagas Journal of Speculative
Philosophy. Ada dua penganut idealis abad XX yang telah berjuang menerapkan
idealisme dalam bidang pendidikan modern, antara lain: J. Donald Butler dan Herman
H. Horne. Sepanjang sejarah, idealisme juga terkait dengan agama, karena keduanya
sama-sama memfokuskan pada aspek spiritual dan keduniawian lain dari realitas.

Tokoh-tokoh Idealisme :

1). Plato (477 -347 Sb.M)


Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari
kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi
pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide,manusia akan mengetahui jalan yang
pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur,
mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

2). Immanuel Kant (1724 -1804)


Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini
menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai
miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat
disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman
tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah
pengalaman.

3). Pascal (1623-1662)


Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal antara lain :
a) Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan
kedua menggunakan hati.
b) Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu
dijangkau olehpikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut
Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta mudah
berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan
alat untuk memahami manusia. Menurutnya alat-alat tersebut hanya mampu
digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang
bersifat konsisten.

4
Karena ketidak mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia,
maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena
dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya sendiri,
yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat abstrak.
c) Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah sempurna.
Kesempurnaan itu terletak pada iman. Filsafat bisa menjangkau segala hal,
tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena setiap ilmu itu pasti ada
kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.

4). J. G. Fichte (1762-1914 M.)


Filsafatnya disebut“Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara
sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan
inderanya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang
dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan
mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.

5). F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)


Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai identitas
murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang subyektif
dengan yang obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2 potensi yaitu yang nyata
(alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang subyektif dari subyek). Yang
mutlak sebagai identitas mutlak menjadi sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang
subyektif dan obyektif, yang sadar dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri
bukanlah roh dan bukan pula alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif,
sebab yang mutlak adalah identitas mutlak atau indiferensi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah
sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama
atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek,
keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan
hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.

6). G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)


Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang diilhami
oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak.
Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia
akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).

5
B. Esensi Aliran Idealisme

Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari
bahasa Inggris yaituIdealism dan kadang juga dipakai
istilahnya mentalismatau imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan
secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18. Leibniz memakai dan
menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan
materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas.
Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme
dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini,
objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.
Ada pendapat lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea,
yaitu gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan buah
mental. Terdapat aliran filsafat yang beranggapan, yang ada yang sesungguhnya adalah
yang ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya yang berbeda
secara demikian yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah dan jelas. Itu semua adalah
idealisme.
William E. Hocking, seorang penganut idealisme modern, mengungkapkan
bahwa, sebutan”ide-isme” kiranya lebih baik dibandingkan dengan idealisme. Hal itu
benar, karena idealisme lebih berkaitan dengan konsep-konsep “abadi” (ideas), seperti
kebenaran, keindahan, & kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius dengan
orientasi keunggulan yang bisa dimaksudkan ketika kita berucap, “Dia sangat
idealistik”.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu terdiri dari atau tersusun atas
substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide-ide. Alam fisik ini tergantung dari jiwa
universal atau Tuhan, yang berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran,
akal-pikir atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-
daya material. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu
ada bagi materi, & bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata,
sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal
itu sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah
nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah fenomena pengiring.
Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah :
a) metafisika-idealisme: secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan
rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan
rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
b) humanologi-idealisme: jiwa dikaruniai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan
adanya kemampuan memilih.
c) epistimologi-idealisme: pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan
pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh
beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang.

6
d) aksiologi-idealisme: kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang
diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.
Demikian kemanusiaan merupakan bagian dari ide mutlak, Tuhan sendiri. Idea
yang berpikir sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Gerak ini
menimbulkan tesis yang dengan sendirinya menimbulkan gerak yang bertentangan, anti
tesis. Adanya tesis dan anti tesisnya itu menimbulkan sintesis dan ini merupakan tesis
baru yang dengan sendirinya menimbulkan anti tesisnya dan munculnya sintesis baru
pula.
Demikian proses roh atau ide yang disebut Hegel dialektika. Proses itulah yang
menjadi keterangan untuk segala kejadian. Proses itu berlaku menurut hukum akal. Jadi
semua yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil. Maksudnya
luasnya rasio sama dengan luasnya realitas, sedangkan realitas menurut Hegel adalah
proses pemikiran (ide).
Prinsip-prisip Idealisme :
a) Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan
atau ide (spirit). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus
dipandang sebagai suatu sistem yang masing-masing unsurnya saling berhubungan.
Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
b) Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki,
melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
c) Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan
lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap
sebagai suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai
penjelmaan dari roh atau sukma. Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari
jiwa.
d) Idealisme berorientasi kepada ide-ide yangtheo sentris (berpusat kepada Tuhan), kepada
jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang
mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual,
maka kebanyaakan kaum idealisme mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi
atau Prima Causa dari kejadian alam semesta ini.

C. Idealisme Dalam Pendidikan

Aliran idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan.


William T. Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat
berpengaruh di Amerika Serikat. Idealisme terpusat tentang keberadaan sekolah. Aliran
inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme.
Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia
sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa
menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang
harmonis, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk
hidup lebih baik.

7
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya
persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai
gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan
dalam kehidupan yang berkaitan denganTuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1) Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana
atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat
materi-materi dalam aktifitas pembelajaran.
2) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya,
seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.
3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model
pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
4) Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya,
seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan
yang berbeda dengan guru yang lain.
5) Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai
potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus
lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada
pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual. Sedangkan
implikasi Aliran Idealisme dalam Pendidikan yaitu :
1) Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar,
serta kebaikan sosial.
2) Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan
praktis untuk memperoleh pekerjaan.
3) Metode, diutamakan metode dialektika(saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang
lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
4) Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.
5) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja
sama dengan alam.
Implementasi Idealisme dalam Pendidikan:
1) Pendidikan bukan hanya mengembangkan dan menumbuhkan, tetapi juga harus menuju
pada tujuan yaitu dimana nilai telah direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal dan tak
terbatas.
2) Pendidikan adalah proses melatih pikiran, ingatan, perasaan. Baik untuk memahami
realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun sebagai warisan sosial.
3) Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan kultural, sosial dan
spiritual.Memperkenalkan suatu spirit intelektual guna membangun masyarakat yang
ideal.
4) Pendidikan idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan ide-ide
yang diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama.

8
5) Tujuan pendidikan idealisme adalah ketepatan mutlak. Untuk itu, kurikulum
seyogyanya bersifat tetap dan tidak menerima perkembangan.

6) Peranan pendidik menurut aliran ini adalah memenuhi akal peserta didik dengan
hakekat-hakekat dan pengetahuan yang tepat.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh
–tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu: Rene Descartes (1596-1650), George
Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804), F. W. S. Schelling (1775-1854),
dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiran pendidikan
yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Haris yang menggagas journal
of speculative philosophy.
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai tujuan untuk
membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan
sosial. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan
praktis untuk memperoleh pekerjaan. Metode, diutamakan metode dialektika (saling
mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan
kemampuan dasarnya. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan
pendidikan melalui kerja sama dengan alam.

10

Anda mungkin juga menyukai