Anda di halaman 1dari 66

PENERAPAN METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER

DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR KIMIA


PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI IPA SMA
NEGERI 1 BATUKLIANG TAHUN PELAJARAN
2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan


Program Sarjana (S 1) Pendidikan Kimia

Oleh:

D I A N I
07 231 029

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM
2012
YAYASAN PEMBINA IKIP
MATARAM IKIP MATARAM
JLN. PEMUDA 59A
MATARAM

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya DIANI menyatakan dengan sebenar-benarnya

bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan dipergunakan untuk menyelesaikan

program Sarjana Pendidikan (S.Pd) di IKIP Mataram dan belum pernah dipergunakan

untuk program lain di lembaga mana pun juga. Hasil karya orang lain yang saya kutip di

dalamnya telah didokumentasikan sebagaimana mestinya pada bagian daftar pustaka.


YAYASAN PEMBINA IKIP
MATARAM IKIP MATARAM
JLN. PEMUDA 59A
MATARAM

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi disusun oleh : DIANI

NIM : 07. 231. 029

Judul Penelitian : Penerapan Metode Giving Question and Getting Answer


dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia
pada Materi Pokok Koloid Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Batukliang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji

Tanggal, 12 Mei 2012

Pembimbing I Pembimbing II
YAYASAN PEMBINA IKIP
MATARAM IKIP MATARAM
JLN. PEMUDA 59A
MATARAM

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang disusun oleh : D I A N I

Skripsi dengan judul Penerapan Metode Giving Question and Getting Answer
dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Pokok
Koloid Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batukliang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Telah disetujui oleh dewan penguji skripsi sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada jurusan pendidikan Kimia.
Mataram, Tanggal, 25 Mei 2012.

Ketua

Anggota

Anggota
PENERAPAN METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER
DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR KIMIA
PADA MATERI POKOK KOLOID SISWA KELAS XI IPA SMA
NEGERI 1 BATUKLIANG TAHUN PELAJARAN
2010/2011

ABSTRAK

DIANI

Dalam proses belajar, siswa di SMA Negeri 1 Batukliang masih kesulitan dalam
memahami kimia, hal ini ditunjukkan oleh jumlah nilai rata-rata kimia di kedua kelas
masih di bawah KKM yaitu 62,5. Untuk mencapai ketuntasan tersebut, guru dapat
menggunakan beberapa metode pembelajaran. Salah satunya adalah metode giving
question and getting answer. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang
bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode
giving question and getting answer pada materi pokok koloid. Populasi penelitian ini
sebanyak 108 siswa yang terdiri dari 3 kelas dan diambil 2 kelas sebagai sampel
penelitian yang diambil dengan cluster random sampling, dimana diperoleh kelas XI
IPA 1 sebagai kelas kontrol dan XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen. Pengumpulan data
dilakukan dengan test dengan menggunakan soal yang sudah diuji validitas, tingkat
kesukaran, daya beda dan realibilitas. Hasil tes menunjukkan pada kelas eksperimen
diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 86,11% dengan nilai rata-rata 76 dan kelas kontrol
diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 83% dengan nilai rata-rata 71. Dari hasil uji-t
diperoleh harga t-hitung lebih besar daripada t-tabel yaitu 1,78>1,66 sehingga dapat
disimpulkan bahwa “Penerapan Metode Giving Question and Getting Answer dapat
Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Pokok Koloid Siswa Kelas XI IPA
SMA Negei 1 Batukliang Tahun Pelajaran 2010/2011.”

Kata Kunci: Giving Question and Getting Answer, Prestasi Belajar, Koloid
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya,

sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “penerapan

metode giving question and getting answer dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

kimia pada materi pokok koloid siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batukliang tahun

pelajaran 2010/2011”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik dan tepat waktu karena bantuan, dukungan bimbingan dan arahan semua

pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih dan pengahargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Drs. Sumarjan, M.Si, selaku Dekan FPMIPA IKIP Mataram.

2. Asma Nufida S.Pd, M.Pd selaku ketua jurusan kimia.

3. Yeti Kurniasih S.Si, M.Si selaku selaku pembimbing I yang telah memberikan

kritik, saran, masukan dan sumbangan pemikiran demi terselesainya skripsi ini.

4. Husnul Hatimah S.Pd, M.Sc selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan masukan serta dorongan semangat sehingga terselesainya skripsi ini.

5. Ahmadi, M. Pkim selaku dewan penguji yang telah memberikan masukan kepada

penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu tercinta yang telah banyak berkorban, memberikan motivasi dan

mencurahkan kasih sayang serta do’anya kepada penulis

7. Saudara-saudara serta keluarga besar penulis yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan

skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


Dalam kajian ini pula layaknya sebuah daun dari daun-daun pengetahuan yang

berserakan, penulis juga hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kekeliruan dan

kesalahan. Ketidaksempurnaan pun dapat menjadi sebuah pengalaman yang berharga

bagi penulis sekiranya penyampaian kritik dan saran yang membangun disampaikan,

agar tidak menjadi kekeliruan berkelanjutan bila terdapat didalamnya. Penulis juga

berharap karya ini akan memberikan sumbangan pada khazanah ilmu kimia. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, Mei 2012

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN LOGO FAKULTAS................................................................. ii
HALAMAN PERYANTAAN KEASLIAN.................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
E. Definisi Oprasional ................................................................................... 5
F. Lingkup Peneitian...................................................................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori ........................................................................................... 7


1. Strategi Pembelajaran ........................................................................... 9
2. Metode Pembelajaran .......................................................... 10
3. Metode Giving Question and Getting Answer .......................... 10
4. Prestasi Belajar ......................................................................................... 13
5. Materi Koloid ............................................................................................ 17

B. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 30


C. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 32
B. Pendekatan penelitian ................................................................................ 32
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................. 32
D. Rancangan Penelitian ................................................................................ 33
E. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 34
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 35
G. Instrumen Penelitian .................................................................................. 36
H. Teknik Analisis Data................................................................................. 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ....................................................................... 43

1. Uji Validitas ............................................................................................ 43


2. Uji Kesukaran .......................................................................................... 44
3. Uji Daya Beda ......................................................................................... 44
4. Uji Realibilitas......................................................................................... 44
5. Nilai Pre-test dan Post-test ...................................................................... 44
B. Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 45
1. Uji Homogenitas Hasil ............................................................................ 45
2. Uji-t ......................................................................................................... 45
C. Pembahasan .................................................................................................. 46

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 50
B. Saran .................................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Tabel Prestasi Belajar Kimia Tahun


Pelajaran 2009/2010................................ .............................. 2
Tabel 2.1 : Perbedaan Larutan Sejati, Koloid dan
Suspensi Kasar ........................................ ............................ 19
Tabel 2.2 : Pengelompokan Koloid Berdasarkan Fasenya...................... 20
Tabel 2.3 : Perbedaan Koloid Liofil dengan Liofob ............................... 27
Tabel 3.1 : Jumlah Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Batukliang Tahun
Pelajaran 2010/2011 ............................................................. 35
Tabel 3.2 : Katagori Kesukaran Butir Soal ............................................. 38
Tabel 3.3 : Katagori Daya Beda Butir Soal ............................................ 39
Tabel 4.1 : Perbandingan Hasil Post-test dan Pre-test ............................ 44
DAFTAR lAMPIRAN

Lampiran 01 : Silabus Kimia SMA Negeri 1 Batukliang


Lampiran 02 : RPP Pertemuan 1 Kelas Kontrol
Lampiran 03 : RPP Pertemuan 2 Kelas Kontrol
Lampiran 04 : RPP Pertemuan 3 Kelas Kontrol
Lampiran 05 : RPP Pertemuan 1 Kelas Eksperimen
Lampiran 06 : RPP Pertemuan 2 Kelas Eksperimen
Lampiran 07 : RPP Pertemuan 3 Kelas Eksperimen
Lampiran 08 : Kisi-kisi Soal Instrumen
Lampiran 09 : Instrumen Penelitian
Lampiran 10 : Pembahasan Soal Instrumen
Lampiran 11 : Kunci Jawaban Instrumen
Lampira 12 : Distribusi Skor Hasil Uji Coba Instrumen
Lampiran 13 : Distribusi Nilai XY
Lampiran 14 : Hasil Perhitungan Validitas
Lampiran 15 : Contoh Perhitungan Validitas
Lampiran 16 : Tingkat Kesukaran Soal
Lampiran 17 : Tabel Tingkat Kesukaran Soal
Lampiran 18 : Cara Mencari Tingkat Kesukaran Soal
Lampiran 19 : Daya Beda Soal
Lampiran 20 : Tabel Daya Beda Soal
Lampiran 21 : Cara Mencari Daya Beda Soal
Lampiran 22: Realibilitas Instrumen
Lampiran 23 : Hasil Perhitungan Realibilitas Instrumen
Lampiran 24 : Tabel kualifikasi
Lampiran 25 : Soal-soal Penelitian
Lampiran 26 : Kunci Jawaban Soal-Soal Penelitian
Lampiran 27 : Distribusi Tiap Butir Skor Hasi Pre-test Kelas Kontrol
Lampiran 28 : Distribusi Tiap Butir Skor Hasi Pre-test Kelas Eksperimen
Lampiran 29 : Tabel Hasil Pre-test Kelas Kontrol
Lampiran 30 : Tabel Hasil Pre-test Kelas Eksperimen
Lampiran 31 : Perhitungan Homogenitas Hasil Pre-test
Lampiran 32 : Distribusi Tiap Butir Skor Hasi Post-test Kelas Kontrol
Lampiran 33 : Distribusi Tiap Butir Skor Hasi Post-test Kelas Eksperimen
Lampiran 34 : Tabel Hasil Post-test Kelas Kontrol
Lampiran 35 : Tabel Hasil Post-test Kelas Eksperimen
Lampiran 36 : Contoh Perhitungan Nilai Siswa
Lampiran 37 : Perhitungan Homogenitas Varians
Lampiran 38 : Lembar Obsevasi Siswa
Lampiran 39 : Hasil Observasi Siswa Kelas Kontrol
Lampiran 40 : Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 41 : Kartu Bertanya dan Menjawab
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pendidikan adalah lembaga yang penting bagi pembangunan

ilmu pengetahuan, keterampilan dan juga sebagai wahana untuk

menghasilkan manusia Indonesia yang bermutu. Di lembaga inilah tugas

Negara untuk melaksanakan amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa dan membangun manusia seutuhnya melalui proses

pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, banyak masalah yang dihadapi oleh

seorang guru salah satu diantaranya adalah mengenai metode mengajar. Tepat

tidaknya penggunaan suatu metode dalam proses pembelajaran dapat

diketahui dari hasil belajar itu sendiri. Agar proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan setepat,

seefesien dan seefektif mungkin. Penerapan metode dan strategi mengajar

yang bervariasi terkadang dapat mengurangi kebosanan siswa terhadap cara

guru mengajar, sehingga hal tersebut akan lebih memotivasi siswa dalam

belajar.

Banyak dijumpai di kelas, pembelajaran kooperatif tidak berjalan

efektif meskipun guru telah menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran

kooperatif. Diskusi sebagai salah satu mekanisme membangun kooperatif

tidak berjalan efektif karena banyak hal. Diskusi banyak didominasi oleh

salah seorang peserta didik yang telah mempunyai schemata tentang apa yang

akan dipelajari. Fenomena ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran

kooperatif membutuhkan persiapan yang matang. Pertama, peserta didik


harus sudah memiliki schemata atau pengetahuan awal tentang topic atau

materi yang akan dipelajari. Kedua, peserta didik harus sudah mempunyai

keterampilan bertanya. Keterampilan ini penting sebab pembelajaran

kooperatif tidak akan efektif jika peserta didik tidak mempunyai kompetensi

bertanya jawab. Tanya jawab merupakan proses transaksi gagasan atau ide

intersubjektif dalam rangka membangun pengetahuan. Pembelajaran

kooperatif membutuhkan dukungan pengalaman peserta didik baik berupa

pengetahuan awal maupun kemampuan bertanya jawab (Suprijono, 2009).

Dari hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Batukliang

bahwa dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi pokok “koloid”,

guru mendapat kesulitan atau kendala karena dirasakan sulit oleh siswa untuk

mengerti tentang materi koloid tersebut. Hal ini terlihat dari prestasi belajar

pada materi koloid tahun pelajaran 2009/2010 seperti terlihat pada tabel 1.1

berikut ini:

Tabel 1.1 Prestasi belajar kimia pada materi pokok koloid tahun pelajaran
2009/2010.
ketuntasan Nilai rata-
Jumlah
No. Kelas Jumlah yang rata
siswa %
tuntas
1. XI IPA 1 37 23 62,16% 60,81

2. XI IPA 2 37 18 48,65% 64,19

Sumber: Arsip niai kimia SMA Negeri 1 Batukliang tahun 2009/2010

Dari tabel prestasi kimia di atas dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata

kimia masih di bawah KKM yaitu 65,56 dan juga belum mencapai ketuntasan

klasikal. Ketuntasan klasikal akan tercapai apabila sudah mencapai ≥85%.

Jadi prestasi belajar kimia khususnya koloid masih rendah. Disisi lain,

berdasarkan informasi dari guru kimia sebagian kecil siswa yang melibatkan
diri secara aktif dalam proses belajar mengajar kimia. Mereka itu adalah

siswa-siswa yang berprestasi tinggi, sedangkan siswa-siswa yang kurang

pintar terlihat pasif sehingga mereka sulit memahami materi yang diajarkan.

Salah satu metode alternatif yang digunakan adalah metode giving

question and getting answer. Metode ini merupakan metode yang

dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan

keterampilan bertanya dan menjawab. Langkah dalam pembelajaran ini

adalah dengan membagikan dua potongan kertas kepada peserta didik dan

meminta peserta didik menulis di kartu itu, (1) kartu menjawab, (2) kartu

bertanya (Suprijono, 2009).

Dari uraian di atas maka penulis bermaksud melakukan penelitian di

SMA Negeri 1 Batukliang dengan judul “penerapan metode giving question

and getting answer dalam upaya meninngkatkan prestasi belajar kimia pada

materi pokok koloid siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batukliang tahun

pelajaran 2010/2011”.

Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan dapat menemukan solusi

yang tepat dalam penggunaan model maupun metode mengajar dalam materi

pokok koloid, sehinngga nantinya hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas maka masalah

yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah

penerapan metode giving question and getting answer dapat meningkatkan

prestasi belajar kimia pada materi pokok koloid siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 1 Batukliang tahun pelajaran 2010/2011?”.


C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

penerapan metode giving question and getting answer dapat meningkatkan

prestasi belajar kimia pada materi pokok koloid siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 1 Batukliang tahun pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penerapan

metode giving question and getting answer pada materi pokok koloid.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a. Guru

Dengan pelaksanaan penelitian ini, guru dapat mengetahui bagaimana

cara penerapan metode giving question and getting answer.

b. Siswa

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk

membenah diri serta dijadiakan sebagai motivator dalam kegiatan

pembelajaran itu sendiri.

c. Sekolah

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

baik bagi sekolah dalam rangka memperbaiki prestasi belajar siswa

dan meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya pada materi pokok

koloid.
E. Definisi Operasional

Untuk memperoleh pengertian yang tepat mengenai arti atau maksud

dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dijelaskan

istilah-istilah sebagai berikut:

1. Metode giving question and getting answer

Menurut kamus bahasa inggris giving adalah memberikan, question adalah

pertanyaan, getting adalah mendapatkan dan answer adalah jawaban

(Yolanda, 2002). Jadi dapat dikatakan bahwa metode giving question and

getting answer adalah metode yang dikembangkan untuk melatih peserta

didik memilliki kemampuan dan keterampilan bertanya dalam

memberikan dan mendapatkan pertanyaan dan jawaban (Suprijono, 2009).

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang atas usaha yang

telah dilakukannya dalam bentuk penilaian untuk mengetahui sejauh mana

tingkat keberhasilan yang dicapai (Aryanto, 2007). Disini, prestasi belajar

yang dilihat adalah hasil belajar siswa kelas eksperimen (siswa yang

diterapkan pembelajaran dengan metode giving question and getting

answer)

3. Koloid

Koloid merupakan campuran yang terletak antara campuran homogen dan

campuran heterogen. Campuran homogen merupakan campuran yang tidak

bisa dibedakan antara zat terlarut dengan pelarutnya. Sedangkan campuran

heterogen merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara zat

terlarut dengan pelarutnya.


Materi pokok koloid di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batukliang

meliputi sub pokok sebagai berikut:

a. Sistem koloid

b. Komponen system koloid

c. Sifat-sifat sistem koloid

d. Jenis-jenis koloid

e. Pembuatan sistem koloid

F. Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian tujuannya untuk membatasi penelitian yang

akan diperoleh untuk memperlancar proses pelaksanaan yang ddilakukan

yaitu sebagai berikut:

1. Lokasi Penelitian

Penelittian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Batukliang, terletak di jalan

Raya Mantang Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah.

2. Subjek Penelitian

Subjeknya adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batukliang tahun

pelajaran 2010/2011.

3. Objek Penelitian

Objeknya adalah metode giving question and getting answer dalam

meningkatkan prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Batukliang pada materi pokok koloid.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan

sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran

tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai satu tujuan

pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik

berusaha secara aktif untuk mencapai prestasi belajarnya agar menjadi lebih

baik. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi

juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi mental dan

fikirannya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak

tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak

merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya

adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan

aktifitas belajar (Djamarah dan Zain, 2006).

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap serta meliputi segenap

aspek pribadi (Djamarah dan Zain, 2006). Aktifitas belajar disekolah

merupakan inti dari proses pendidikan disekolah. Belajar merupakan alat

utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsure

proses pendidikan disekolah. Sedangkan mengajar merupakan alat utama bagi

guru sebagai pendidik dan pengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran

sebagai proses pendidikan kelas.


Selain itu, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang belajar

dan pembelajaran yaitu: (Andini, http: teori-teori belajar)

Teori belajar Skiner “Operant Conditioning”

Menurut skinner, belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang

harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka

respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang,

sehingga secara formal hasil manajemen belajar harus bias diamati dan

diukur. Hasil temuan Skiner terdapat 3 komponen dalam belajar

yaitu:Discriminative stimulus (SD) Response Reinforcement(penguatan),

penguatan positif –penguatan negatif.

Teori Conditioning Of Llearning “Robert M. Gagne”

Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah,

karena belajar bersifat konfleks. Gagne (1972) dalam (Andini http:teori-

teori belajar) mendefinisikan belajar adalah mekanisme dimana seseorang

menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara konfleks. Kompetensi

itu meliputi: skil, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai- nilai yang

diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai

macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome.

Teori Jean Piaget “Cognitive Development Theory”

Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang terus

menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif

Piaget adalah perkembangan secara alami pikiran pembelajar mulai anak-

anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget diturunkan

dari analiasa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget,


intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti sistem kehidupan lainnya, yaitu

proses adaptasi. Menurut Piaget ada 3 perbedaan cara berfikir yang

merupakan pra syarat perkembangan operasi formal yaitu: gerakan bayi,

semi logika, pra operasional pikirna anak- anak dan operasi nyata anak-

anak dewasa.

1. Strategi Pembelajaran

Secara umum, strategi memiliki pengertian sebagai suatu garis-

garis besar yang dijadikan sebagai norma atau acuan untuk bertindak

dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan

dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola –pola

umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah digariskan

sebelumnya (Arianto, 2008).

Ada 4 strategi dasar dalam belajar mengajar (Arianto 2008)

untuk mencapai tujuan yang telah meliputi hal-hal sebagai berikut:

- Mengidentifikasi serta menetapkan spesipikasi dan kwalifikasi

perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang

diharapkan.

- Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

- Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan tehnik belajar

mengajar yang dianggap paling tepat dan epektif sehingga dapat

dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan

mengajarnya.
- Menetapkan norma–norma dan batas kminimal keberhasilan atau

kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman

oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar

selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem

instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah anak

didik mencapai kompetensi tertentu. Metode pembelajaran juga dapat

diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru untuk

mengimflementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk

kegiatan nyata (kegiatan belajar mengajar dikelas)dan praktis untuk

,mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini berlaku baik bagi guru(yakni

dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi siswa(dalam memilih

strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode akan makin

efektif pula pencapaian tujuan belajar. Metode pembelajaran merupakan

penjabaran dengan pendekatan dan diimflementasikan oleh tehnik

pembelajaran. Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan

peranan utama yang berakhir pada semakin meningkatnya prestasi

belajar siswa (Arianto, 2008).

3. Metode Giving Question and Getting Answer

Menurut kamus bahasa inggris giving adalah memberikan,

question adalah pertanyaan, getting adalah mendapatkan dan answer

adalah jawaban (Yolanda, 2002). Jadi dapat dikatakan bahwa metode


giving question and getting answer adalah metode yang dikembangkan

untuk melatih peserta didik memilliki kemampuan dan keterampilan

bertanya dalam memberikan dan mendapatkan pertanyaan dan jawaban

(Suprijono, 2009).

Metode pembelajaran giving question and giting answer

merupakan inplementasi dari strategi pembelajaran konstruktivistik

yang menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Artinya

siswa mampu merekomstruksi pengetahuannya sendiri sedangkan guru

hanya sebagai pasilitator saja. Metode giving question and getting

answer ditemukan oleh spancer kagan, orang berkebangsaan swiss pada

tahun 1963. Metode ini dikembangkan untuk melatih siswa memiliki

kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan

karena pada dasarnya metode tersebut merupakan modifikasi dari

metode tanya jawab yang merupakan kolaborasi dengan menggunakan

potongan-potongan kertas sebagai alat/media untuk belajar.

Kegiatan bertanya dan menjawab merupakan hal yang sangat

esensial dalam pola interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan bertanya

dan menjawab dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses belajar

mengajar juga mampu menumbuhkan pengetahuan baru pada diri

siswa. Metode giving question and getting answer dapat dilakukan

bersamaan dengan metode ceramah, aghar siswa tidak dalam keadaam

blank mind. Metode ceramah sebagai dasar agar siswa mendapatkan

pengetahuan dasar (prior knowledge). Dengan demikian siswa akan

menjadi aktif dalam proses belajar mengajar dan mampu


merekonstruksi pengetahuan yang dimilikinya, sedangkan guru hanya

bertindak sebagai fasilitator.

Langkah-langkah dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

a. Membagikan dua potongan kertas kepada peserta didik

b. Meminta peserta didik menulis di kartu itu, (1) kartu menjawab, (2)

kartu bertanya

c. Memulai pembelajaran dengan pertanyaan

d. Setiap peserta didik yang ingin bertanya dan menjawab diwajibkan

menyerahkan kartu itu kepada guru

Tujuan dari metode giving question and getting answer ini adalah:

a. Mengecek pemahaman para siswa sebagai dasar perbaikan proses

belajar mengajar

b. Membimbing usaha para siswa untuk memperoleh suatu

keterampilan kognitif maupun sosial

c. Memberikan rasa senang pada siswa

d. Merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa

e. Memotivasi siswa agar terlibat dalam interaksi

f. Melatih kemampuan dalam mengutarakan pendapat

Beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode giving question

and getting answer

a. Kelebihan metode giving question and getting answer

- Anak didik mendapatkan kesempatan baik secara individu

maupun kelompok untuk menanyakan hal-hal yang belum

dimengerti
- Guru dapat mengetahui penguasaan anak terhadap materi yang

telah disampaikan

- Mendorong anak untuk berani mengungkapkan pendapatnya

b. Kelemahan metode giving question and getting answer

- Pertanyaan pada hakekatnya adalah hafalan

- Proses Tanya jawab yang berlangsung terus menerus akan

menyimpang dari pokok bahasan yang sedang dipelajari

- Guru tidak mengetahui secara pasti apakah anak yang tidak

mengajukan pertanyaan atau jawaban telah memahami atau

menguasai materi yang telah diberikan

4. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang

karena usahanya untuk memiliki suatu kecakapan, imu pengetahuan

atau perubahan-perubahan yang dicapai seseorang dalam usahanya

untuk memiliki suatu kecakapan maupun keterampilan-keterampilan

tertentu. Perubahan-perubahan yang dicapai oleh individu dalam proses

belajar meliputi: aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap (Aryanto,

2007).

Dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang

ddicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha kegiatan belajar

sebagai perwujudan kemampuan dan bakat yang dinyatakan dalam

bentuk angka maupun pernyataan. Dalam mencapai presatasi belajar

tentunya ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua


faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan

faktor dari luar diri siswa (eksternal). (Abied, http:faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar).

a. Faktor internal

Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang

berhubungan dengan kesehatan dan panca indera.

a) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik perlu memperhatikan

dan memelihara kesehatah tubuhnya. Keadaaan fisik yang

lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam

menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara

kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan

dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam

tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan

juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan

olahraga yang teratur.

b) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar

itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa

ini diantara pancaindera itu yang paling memegang peranan

dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting karena

sebagian besar hal-hal yang dipelajari melaui pengellihatan


dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang

memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan

menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga

pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya

disekolah.

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa, antara lain adalah:

a) Intelegensi

Hakikat intelegensi adalah kemampuan utuk menetapkan dan

mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu

penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk

menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

b) Sikap

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara

tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap yang pasif, rendah diri

dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang

menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya.

c) Motivasi

Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar.

Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-

kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam

belajar karena ia ingin belajar. Motivasi belajar merupakan

faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang


khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang

termotivasi kuat akan mempunyai banyak energy untuk

melakukan kegiatan belajar.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar

diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,

antara lain adalah:

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi keluarga

Dengan ekonomi sosial yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan failitas belajar yang lebih baik,

mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi

cenderung lebih memprhatikan dan memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang

mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah

c) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota

keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat

berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bias secara

langsung, berupa pujian tau nasihat, maupu secara tidak

langsung, seperti hubungan keluarga yang tidak harmonis.

2) Faktor lingkungan sekolah


a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah seperti papan tulis, UHP akan

membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

Selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar

sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.

b) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi.

Kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang

baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang

siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di

sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang berkualitas yang dapat memenuhi rasa

ingintahunya. Hubungan dengan guru dan teman-temannya

berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim

belajar yang mennyenangkan. Dengan demikian, ia akan

terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi

belajarnya.

5. Materi Koloid

Koloid.

Dalam kehidupan sehari-hari kita serinng menjumpai berbagai

macam campuran-campuran yang terdiri atas:


a. Larutan sejati

Larutan sejati adalah suatu campuran homogen yang stabil,

dimana molekul zat terlarut tersebar merata dalam molekul pelarut

dengan ukuran partikel <10-7 cm.

Contoh: larutan gula dalam air, larutan garam dalam air, larutan

alkohol dalam air, larutan cuka, bensin dan air laut.

b. Suspensi kasar

Suspensi kasar adalah suatu campuran heterogen yang jika

didiamkan akan mengendap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi

bumi dengan ukuran partikel > 10-5 cm.

Contoh: campuran pasir dalam air, campuran tepunng beras dalam

air, campuran kopi dalam air, campuran minyak dengan

air dan air sungai yang keruh.

c. Sistem koloid

Sistem koloid adalah campuran yang terletak antara

campuran homogen dan heterogen. Campuran homogen merupakan

campuran yanng tidak bisa dibedakan antara campuran zat teerlarut

dengan pelarutnnya. Sedangkan campuran heterogen adalah

campuran yang masih dapat dibedakan antara zat pelarut dengan

terlarutnya.

Sistem koloid juga dapat diartikan juga suatu campuran zat

dimana suatu zat tersebar merata dengan berukuran koloid dalam

suatu zat lain. Partikel-partikel suatu zat dikatakan berukuran koloid

apabila diameter antara 10-7 cm sampai 10-5 cm.


Jadi, sistem koloid adalah salah satu bentuk campuran yang

keaadaannya terletak antara larutan sejati dan suspensi (suspensi

kasar).sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran

tertentu dalam medium pendispersi. Fase terdispersi adalah zat yang

didispersikan, sedangkan medium pendispersi adalah mediumuntuk

mendispersikan. Contoh: susu, asap, kabut, tinta, mentega, detergen,

bahan makanan seperti keju, roti, zat berbagai jenis obat, bahan

kosmetik, bahan cairan tubuh seperti darah adalah koloid.

Perbedaan antara larutan sejati, sistem koloid dan suspensi

kasar dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2.1 perbedaan larutan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar

Suspensi
Larutan (dispersi Koloid (dispersi
No. (dispersi
molekuler) koloid)
kasar)
1. Homogen, tidak Secara mikroskopis Heterogen
dapat dibedakan bersifat homogen
walaupun tetapi heterogen, jika
menggunakan diamati dengan
mikroskop ultra mikroskop ultra

2. Ukuran partikel <10- Ukuran partikel Ukuran


7
cm antara 10-7 cm partikel >10-5
-5
sampai 10 cm cm

3. Satu fase Dua fase Dua fase

4. Stabil Pada umumnya Tidak stabil


stabil

5. Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat


kecuali dengan disaring
penyaringan ultra
(sumber: Purba, 2004)

1) Komponen sistem koloid


Sistem koloid terdiri dari dua komponen yaitu fase

terdispersi dan fase pendispersi.fase terdispersi yaituzat yang

tersebar merata, sedangkan fase pendispersi yaitu medium tempat

partikel-partikel koloid itu tesebar.

Baik fase terdispersi maupun faase pendispersi dalam suatu

sistem koloid dapat berupa, gas, cair atau padat.

Tabel 2.2 pengelompokan koloid berdasarkan fasenya


Fase Medium
No. Jenis koloid Contoh
terdispersi pendispersi
1. Gas Cair Busa, buih Busa sabun,
busa air
2. Gas Padat Busa padat Karet, busa,
batu apung
3. Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan
4. Cair Cair Emulsi Susu, santan,
minyak ikan
5. Cair Padat Emulsi Keju,
padat mentega, jelli
6. Padat Gas Aerosol Asap, debu di
udara
7. Padat Cair Sol Cat, sol
emas, tinta
(sumber: Purba, 2004)

Manfaat sistem koloid dalam berbagai bidang industri

a) Industri kosmetik, digunakan untuk pengeras rambut (hair spray),

parfum, lipstick, maskara, handbody lotion, minyak rambut dan

sabun

b) Industri makanan, digunakan untuk biskuit, keju, susu, mentega

dan jelli

c) Industri farmasi, digunakan untuk insektisida, obat-obatan dan

obat nyamuk.

2) Sifat-sifat sistem koloid


a) Efek Tyndall

Pertama kali diteangkan oleh John Tyndall, efek tyndall

mengakibatkan partikel-partikel koloid dapat menghamburkan

cahaya. Salah satu cara untuk membedakan sistem koloid

dengan larutan sejati adalah dengan mengamati pengaruh

cahaya yang dilewatkan padanya. Larutan sejati meneruskan

cahaya (transparan) karena ukuran partikel terlarutnya terlalu

kecil untuk dapat memantulkan atau mengahamburkan cahaya.

Sedangkan koloid mamantulkan dan menghamburkan cahaya ke

sekelilingnya karena partikel-partikel koloid cukup besar.

Jadi, efek tyndall adalah peristiwa terlihatnya berkas

cahaya yang disebabkan oleh hamburan cahaya mengenai

partikel-partikel koloid.

Contohnya:

- Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna

merah atau jingga pada saat matahari terbenam di ufuk barat.

Udara jernih mengandung partikel-partikel koloid yang

berupa debu, awan dan kabut. Partikel tersebut akan

menghamburkan cahaya matahari yang dilaluinya. Spektrum

warna yang dihamburkan cahaya matahari mempunyai

intensitas yang berbeda tergantung panjang gelombangnya.

- Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak jelas

ketika ada asap rokok sehingga gambar film yang ada

menjadi tidak jelas


- Berkas sinar yang melalui celah daun pepohonan pada pagi

hari yang berkabut akan tampak jelas.

b) Gerak Brown

Pertama kali diamati oleh Robert Brown, gerak Brown

ini menjelaskan mengapa partikel-partikel koloid dapat tersebar

merata dalam medium pendispersinya dan tidak memisah

walupun didiamkan dalam waktu lama.

Gerak Brown akan semakin cepat jika ukuran koloid

semakin kecil. Gerak Brown terjadi karena adanya tumbukan

yang tidak seimbang antara molekul-molekul medium terhadap

partikel koloid. Dispersi kasar tidak mengalami gerak Brown

karena mempunyai ukuran partikel yang cukup besar sehingga

tumbukan yang dialami seimbang. Gerak Brown pada sistem

koloid menyebabkan partikel-partikel koloid tersebar merata

dalam medium pendispersinya dan tidak memisah meski

didiamkan.

Jika suatu sol diperiksa dengan mikroskop ultra maka

akan terlihat bahwa partikel-partikel sol tersebut mengalami

gerakan yang cepat membentuk garis-garis lurus yang pendek

dan mengubah arah geraknya secara mendadak atau zig-zag.

Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown.

c) Elektroforesis

Elektroforesis ialah gejala yang ditunjukkan oleh

partikel-partikel koloid yang dapat bergerak dalam medan


listrik. Peristiwa bergeraknya partikel koloid ke salah satu

elektroda menunjukkah bahwa partikel koloid tersebut

bermuatan listrik, yaitu dari elektroda positif ke elektroda

negatif atau sebaliknya. Alat untuk mengamati gejala tersebut

disebut sel elektroforesis.

Elektroforesis berguna untuk mengetahui jenis muatan

partikel koloid dan untuk menentukan perlakuan yang tepat

dalam menjaga kestabilan koloid. Penerapan prinsip

elektroforesis seperti pada pembersihan asap dari cerobong asap.

d) Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan muatan listrik

suatu zat pada permukaan zat lain. Oleh karena itu, partikel

koloid menjadi bermuatan partikel, mempunyai luas permukaan

yang lebih besar dari pada partikel suspensi kasar dengan masa

yang sama. Atas dasar itu, partikel koloid mempunyai daya

adsorpsi yanglebih basar. Adsorpsi adalah penyerapan suatu

partikel zat (ion, atom, atau molekul) pada permukaan zat,

sedangkan jika penyerapan sampai ke dalam disebut adsorpsi.

Jika partikel koloid mengadsorpsi ion yang ada dalam medium

pendispersi, maka partikel-partikel koloid menjadi bermuatan.

Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan

koloid di samping gerak Brown. Partikel-partikel koloid tolak

menolak karena bermuatan sejenis sehingga terhindar dari

pengelompokan anntara sesama partikel koloid. Zat yang


diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut

adsorben.

Peristiwa adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul-

molekul di permukaan adsorben. Adsorben dapat berupa zat

padat dan zat cair, adsorpsi dapat terjadi antara zat padat dan zat

cair, zat padat dan gas, zat cair dan zat cair atau gas dan cair.

Contoh pemanfaatan adsorpsi koloid adalh sebagai berikut:

- Penjernihan air keruh dengan tawas

- Penjernihan air tebu pada pembuatan gula pasir dengan tanah

diatom dan arang tulang

- Memisahkan mineral logam dari logamnya

- Penyerapan serat wol, kapas tau sutera, serat yang diwarnai

dicelupkan dalam larutan Al2(SO4)3.

e) Koagulasi dan penggumpalan

Koagulasi adalah peristiwa pengendapan partikel-

partikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari medium

pendispersinya. Koagulasi disebabkan oleh hilangnya

kestabilanuntuk memprtahankan partikel-partikel agar tetap

tersebar dalam medium pendispersinya.

Koloid distabilkan oleh muatannya. Apabila muatan

koloid dilepaskan maka kestabilannya akan berkurang dan dapat

menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelepasan muatan

koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit

ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik


dialirkan cukkup lama ke dalam sel elektroforesis, maka partikel

koloid akan menggumpal ketika akan mencapai elektroda. Jika

pada koloid ditambahkan elektrolit, maka muatan partikel koloid

akan menjadi netral, kemudian bersatu menjadi partikel yang

lebih besar yang akhirnya mengendap.

Koagulasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara

mekanik dan cara kimiawi.

- Cara mekanik misalnnya : pemanasan, pendinginan, dan

pengubahan tekanan.

- Cara kimiawi misalnya: penetralan silang atau menghilangkan

muatan elektrolisis dan penambahan elektrolit.

Proses-proses yang memanfaatkan koagulasi koloid sebagai

berikut:

Pembentukan delta di muara sungai, ion-ion yang terkandung

di dalam air laut bertemu dengan partikel koloid yang

bermuatan berlawanan yang terdapat dalam air sungai.

Akibatnya, partikel-partikel koloid terlucuti muatannya dan

mengendap sehingga akhirnya terbentuk delta.

Proses pengolahan karet dari bahan mentahnya (lateks) dengan

koagulan berupa asam format

Proses pendidhan santan

Proses yang dilakukan ion Al3+ atau Fe3+ pada penetralan

partikel albuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi

penggumpalan yang menutupi luka.


f) Dialisis

Dialisis adalah cara mengurangi ion-ion pengganggu

yang terdapat dalam sistem koloid dengan menggunakan selaput

semipermiabel. Untuk mempercepat proses dialisis dapat

digunakan cara elektrodialisis. Pada elektrodialisis, keluarnya

ion-ion dari kantong semipermiabel dapat dipercepat karena

adanya elektroda-elektroda di dekatnya yanng menarik ion-ion

tersebut.

Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah

oleh ginjal merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat

semipermiabel yang dilewati air dan molekul-molekul sederhana

seperti urea, tetapi menahan butir-butir darah yang berupa

koloid. Orang yang menderita gagal ginjal dapat menjalani ”cuci

darah”, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator.

3) Jenis-jenis koloid

a) Koloid liofil (liofil= senang cairan)

Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya dapat

menarik medium pendispersinya atau terdapat gaya tarik yang

cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Jika

medium pendispersinya air disebut hidrofil.

Contoh: lem, karet, kanji, protein, sabun, agar-agar, cat,

detergen.

b) Koloid liofob (liofob= benci cairan)


Koloid liofob adalah koloid yang zat terdispersinya tidak

dapat menarik medium pendispersinya atau tidak terdapat gaya

tarik menarik antara zat terdispersi dengan mediumnya.

Umumnya bersifat irreversibel, yaitu tidak dapt kembali ke

bentuk semula. Jika mediumnya air disebut hidrofob.

Contohnya: susu, sol, belerang.

Perbedaan koloid liofil dengan koloid liofob dapat dilihat

pada tabel.

Tabel 2.3 perbedaan koloid liofil dengan koloid liofob.


No. Koloid liofil Koloid liofob
1. Stabil Kurang stabil
2. Kekentalannya tinggi Kekentalannya rendah
3. Sukar diendapkan dengan Mudah diendapakan oleh
penambahan elektrolit zat elektrolit
4. Kurang menunjukkan Gerak Brown sangat jelas
gerak Brown
5. Kurang menunjukkan efek Efek tyndall sangat jelas
tyndall
6. Umumnya dibuat dengan Hanya dibuat dengan cara
cara dispersi kondensasi
Sumber: Purba, 2004

4) Pembuatan sistem koloid

Larutan koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara

kondensasi dan dispersi.

a) Kondensasi

Kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus (kecil)

menjadi partikel yang lebih besar sampai berukuran koloid.

Pembuatan koloid dengan sel elektroforesis cara ini dilakukan

melalui:
 cara kimia

Partikel koloid dibentuk melalui reaksi-reaksi kimia, seperti

reaksi hidrolisis, reaksi reduksi-oksidasi atau reaksi

substitusi.

Hidrolisis

Hidrolisis merupakan reaksi suatu zat dalam air.

Contoh: pembuatan sol Fe(OH3) dari hidrolisis FeCl3,

apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3

maka akan terbentuk sol.

Fe(OH3): FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH3)(koloid) +

3HCl(aq)

Reaksi reduksi-oksidasi

Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai

bilangan oksidasi.

Contoh: pembuatan sol belerang dengan mereaksikan H2S

dengan SO2

2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S (koloid)

Reaksi substitusi

Reaksi substitusi jalan menurunkan kelarutan dari zat

terlarut, yaitu dengan jalan pendinginan atau mengubah

pelarut sehingga terbentuk satu sol koloid

b) Cara dispersi
Pembuatan koloid dengan cara disperse merupakan

pemecahan partikel-partikel kasar (besar) menjadi partikel

partikel yang lebih halus/kecil sampai berukuran koloid, dapat

dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga

listrik (cara busur bredig).

 Cara mekanik

Dengan cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumping

atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan

tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.

Contoh: sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk

belerang bersama-sama dengan suatu zat inert

(seperti gula pasir) kemudian mencampur serbuk

hasil itu dengan air.

 Cara peptisasi

Pembuatan koloid dengann cara peptisasi adalah

pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu

endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah)

atau dengan kata lain, membuat koloid dengan

menambahkan suatu cairan kepada partikel kasar

(endapan) sehingga pecah menjadi koloid.

Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh

aseton, karet oleh bensin, dann lain-lain.

 Cara busur Bredig


Digunakan untuk membuat sol-sol logam yang akan

dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang

dicelupkan dalam mediumdispersi, kemudian diberi

loncatan listrik diantara kedua ujungnya. Mula-mula atom

logam akan terlempar ke dalam air, lalu mengalami

kondensasi.

B. Kerangka Berfikir

Dalam proses pembelajaran kimia, tidak terlepas dari suatu strategi atau

metode pembelajaran yang akan diterapkan pada proses pembelajaran tersebut.

Disini, guru dituntut agar memiliki kemampuan dalam menentukan suatu

strategi atau metode pembelajaran dalam menyajikan suatu materi agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Penerapan suatu strategi atau metode

pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasl

belajar siswa.

Metode pembelajaran giving question and getting answer ini dapat

membuat siswa untuk membuat siswa lebih kreatif dan beerfikir kritis untuk

melatih fikirannya dalam membuat dan menjawab pertanyaan. Metode ini juga

mempunyai kelebihan dan kekurangan, namun peneliti merasa sangat perlu

untuk melakukan penelitian dengan metode giving question and getting answer

ini untuk mengetahui apakah dengan menerapkan metode pembelajaran ini

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi pokok koloid

di SMA Negeri 1 Batukliang tahun pelajaran 2010/2011, mengingat selama ini


pembelajaran yang sering digunakan di sekolah ini adalah dengan menerapkan

metode konvensional (ceramah),

C. Hipotesis Penelitian

Untuk memberikan araha pada penelitian ini, dirumuskan suatu

hipotesis sebagai berikut: ”penerapan metode pembelajaran giving question

and getting answer dapat meningkatkan prestai belajar kimia pada materi

pokok koloid kelas XI IPA SMA Negeri 1 batukliang tahun pelajaran

2010/2011”.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu penelitian yang

mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh

suatu varibel terhadap variabel lainnya (Sudjana dan Ibrahim, 2002).

Variabel yang diamati yaitu terdiri dari dua variabel, yaitu variabel

yang mempengaruhi disebut variabel pennyebab atau variabel bebas

(independent variable), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas

atau variabel terikat (dependent variabel) (Arikunto, 2002).

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu pembelajaran

dengan metode giving question and getting answer, sedangkan vaariabel

terikatnya yaitu prestasi belajar kimia pada materi pokok koloid.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif, dimana pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang dituntut

menggunakan angka, mulai penngumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002).

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Batukliang, terletak di jalan Raya

Mantang, Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah.


2. Waktu

Penelitian ini sudah dilaksanakan pada tanggal 26 mei sampai dengan 08

juni 2011.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Rancangan yang digunakan adalah

rancangan pretest-posttest non equivalent control group dengan menggunakan

satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen (Sugiyono, 2010). Melalui

pretest-posttest non equivalent control group, dimana kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen dibandingkan, dimana kelompok tersebut dipilih dan

didapatkan melalui randomisasi. Secara ringkas rancangan penelitian ini dapat

digambarkan dengan skema sebagai berikut:

Populasi seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batukliang

Menentukan sampel sebanyak 2 kelas

Pre-test Pre-test

Kelas eksperimen (metode


Kelas kontrol (metode
giving question and getting
konvensional)
answer)

Post-test

Uji-t
Prosedur dalam rancangan penelitian ini meliputi lanngkah-langkah

sebagai berikut:

1. Pemilihan subjek penelitian secara random

2. Penentukan sampel penelitian sebanyak 2 kelas

3. Pre-test kepada masing-masing kelas untuk menentukan kelas kontrol dan

kelas eksperimen

4. Memberikan perlakuan terhadap kelas eksperrimen pada materi pokok

koloid dengan metode pembelajaran giving question and getting answer,

dan metode konvensional pada kelas kontrol

5. Post-test masing-masing diberikan kepada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol

6. Evaluasi dengan menggunakan soal tertulis (pilihan ganda) yang telah

divalidasi, untuk mengetahui penguasaan materi yang telah diajarkan.

Kemudian hasil yang diperoleh nantinya akan digunakan sebagai data

mentah untuk dianalisis lebih lanjut

7. Analisis data atau pengolahan data untuk penarikan kesimpulan dari

rumusan masalah seperti yang telah disampaikan.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah kelompok objek dengan ukurannya tidak terhingga

(infinite) yang karakteristiknya dikaji atau diuji melalui sampling

(Reksoatmodjo, 2006). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen

yang ada maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto,

2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Batukliang tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 108

orang. Adapun perinciannya dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Jumlah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batukliang tahun
pelajaran 2010/2011.
No. Kelas Jumlah siswa
1. XI IPA 1 35
2. XI IPA 2 36
3. XI IPA 3 37
Jumlah 108
(sumber, arsip SMAN 1 Batukliang tahun pelajaran 2010/2011 )

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2002). Kelas yang dipakai menjadi sampel adalah sebanyak 2

(dua) kelas, dimana satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi

sebagai kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 1

(35 orang) dan kelas XI IPA 2 (36 orang) yang diambil dengan teknik

cluster random sampling. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol

dilakukan secara acak dengan asumsi bahwa populasi kelas homogen

dengan dasar semua siswa diasumsikan memiliki kemampuan yang sama.

Oleh karena itu didapatkan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan XI

IPA 2 sebagai kelas eksperimen.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:
1. Persiapan

Peneliti membuat seperangkat alat pembelajaran seperti rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi, kisi-kisi soal dan soal instrumen

untuk tes prestai yang sudah divalidasi.

2. Pre-test

Pre-test diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk

mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap materi sebelum proses

belajar mengajar berlangsung.

3. Pelaksanaan Pembelajaran

Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode giving

question and getting anwser pada kelas eksperimen dan metode

konvensional (ceramah) pada kelas kontrol.

4. Post-test

Post-test diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol,

dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah

dilakukan. Setelah itu data hasil tes dianalisis menggunakan statistik uji-t.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen dapat diartikan sebagai alat pada waktu peneliti

menggunakan suatu metode (Arikunto, 2002). Adapun instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau


bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002). Tes

diberikan untuk memperoleh data tentang prestasi akademik siswa,

2. Lembar observasi

Observasi dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung

untuk mellihat aktivitas siswa pada saat proses belajar menngajar apakah

telah sesuai atau tidak dengan skenario yang telah dibuat.

 Uji coba instrumen

a) Uji validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang

hendak diukur. Pada taraf signifikan 5% suatu soal dikatakan valid

apabila rhitung > rtabel. Untuk menguji validitas dari tes digunakan

rumus product moment sebagai berikut:

N XY X Y
Rxy =
2 2
N X2 X N Y2 Y

(Arikunto, 2002)

Keterangan:

Rxy = validitas butir soal

N = jumlah peserta tes

X = skor pada butir soal yang dicari validitasnya

Y = skor total yang dicapai peserta tes

X = jumlah variabel X

Y = jumlah variabel Y

b) Uji kesukaran
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung taraf kesukaran

butir soal adalah sebagai berikut:

B
P=
JS

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = jumlah siswa yang menjawab benar

JS = jumlah seluruh siswa

Tabel 3.2 kategori kesukaran butir soal

Indeks kesukaran Kategori


0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71- 1,00 Sangat mudah
(sumber: Arikunto, 2002)

c) Uji daya beda

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda butir

soal adalah sebagai berikut:

BA BB
P= PA PB
JA JB

Keterangan:

P = indeks daya beda butir soal

BA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar

BB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

JA = jumlah siswa kelompok atas

JB = jumlah siswa kelompok bawah

PA = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar


Tabel 3.3 kategori daya beda butir soal

Indeks kesukaran Kategori


0,00 – 0,20 Kurang
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Sangat baik
(sumber: Arikunto, 2002)

d) Uji realibilitas

Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan

responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang

sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang

dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan

kenyataan, maka berapa kalipun diambila akan tetap sama.

Untuk menentukan realibilitas tes, dapat digunakan rumus KR-20

yaitu:

K Vt pq
r11 =
K 1 Vt

Untuk mencari rumus Vt

2
2
Y
Y
Vt = N
N

Dimana:

r11 = reallibilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subyek yang menjawab item salah

k = banyaknya item pertanyaan

Vt = varians total
Y = jumlah skor total yang diperoleh siswa

Y2 = jumlah keseluruhan skor total yang dikuadratkan

Kriteria realibilitas sebagai berikut:

0,81-1,00 = sangat tinggi

0,61-0,80 = tinggi

0,41- 0,60 = cukup tinggi

0,21 – 0,40 = rendah

0,00 – 0,20 = sangat rendah (Arikunto, 2002)

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh bersifat kuantitatif, untuk itu digunakan analisis

statistik. Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini, yaitu untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa setelah diajarkan dengan

menggunakan metode pembelajaran giving question and getting answer

dengan siswa yang diajarkan dengan metode konvensional (ceramah).

Sebelum uji-t dilaksanakan, terlebih dahulu diselidiki homogenitas

varians sampel digunakan rumus uji-F yang memenuhi persamaan sebagai

berikut:

Varianterbesar
F
var ianterkecil

Varians masing-masing kelas dicari dengan rumus:

2
2
X X
S
n 1

Keterangan:

F = indeks homogenitas yang dicari


S2 = varians sampel

X = nilai siswa

X = rata-rata nilai siswa

N = jumlah sampel (siswa)

Jika diperoleh Fhitung < Ftabel berarti varian data homogen dan

sebaliknya jika Fhitung Ftabel berarti varian data tidak homogen. Apabila

diketahui variannya homogen, maka analisis selanjutnya digunakan rumus uji-

t sebagai berikut:

X1 X2
t
2 2
(n1 1) S1 (n 2 1) S 2 1 1
n1 n2 2 n1 n2

(rumus polled varians)

Dimana

X 1 = nilai rata-rata yang lebih tinggi

X 2 = nilai rata-rata yang lebih rendah

S12 = varian yang lebih besar

S22 = varian yang lebih kecil

N1 = jumlah siswa kelas eksperimen

N2 = jumlah siswa kelas kontrol

Sebaliknya jika diketahui variannya tidak homogen, maka rumus uji-t

yang digunakan adalah sebagai berikut:


X1 X2
t
2 2
S1 S2
n1 n2

Dari hasil uji-t yang diperoleh dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Apabila t-hitung > t-tabel maka metode giving question and getting answer

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Batukliang pada materi pokok koloid tahun pelajaran 2010/2011.

2. Apabila t-hitung t-tabel maka metode giving question and getting

answer tidak dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA

SMA Negeri 1 Batukliang pada materi pokok koloid tahun pelajaran

2010/2011.
B AB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan pada bulan mei sampai juni di SMA

Negeri 1 Batukliang tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan penelitian ini

dilakukan pada dua kelas yang berbeda, dimana kelas XI IPA 1 sebagai

kelas kontrol diajarkan dengan metode konvensional (ceramah) dan kelas

XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen diajarkan dengan metode giving

question and getting answer.

Data prestasi belajar tersebut diperoleh dari nilai hasil post-tes

pada materi pokok sistem koloid. Pengambilan data tersebut menggunakan

instrumen penelitian berupa tes objektif yang terdiri dari 18 soal yang

sudah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal.

1. Uji Validitas

Sebelum soal diberikan kepada kelas sampel yaitu kelas XI

IPA1 (kelas kontrol) dan XI IPA2 (kelas eksperimen), terlebih dahulu

dilakukan uji validitas soal untuk mengetahui kelayakan soal tersebut

untuk digunakan dalam penelitian. Uji coba dilakukan pada kelas XI

IPA3 sebanyak 37 orang siswa, dari 30 soal yang diuji validitasnya

diperoleh soal valid sebanyak 18 soal dengan nilai r-tabel adalah 0,325

pada taraf signifikan 5%. Butir soal dikatakan valid jika r-hitung ≥ r-

tabel. Begitupun sebaliknya, jika r-hitung < r-tabel maka butir soal

tersebut tidak valid (lampiran 12-14).


2. Uji Kesukaran

Uji kesukaran dilakukan pada 30 soal dan diperoleh 2 soal

yang tergolong sulit, 1 soal yang tergolong sedang dan 27 soal yang

tergolong mudah (lampiran 16-17).

3. Uji Daya Beda

Uji daya pembeda dilakukan pada 30 soal dan 6 soal tergolong

cukup baik, 22 soal yang tergolong kurang dan 2 soal yang tergolong

sangat kurang (lampiran 19-20).

4. Uji Realibilitas

Dengan mempertimbangkan hasil uji validitas, tingkat

kesukaran dan daya beda ada 18 soal yang dinyatakan layak digunakan.

Uji realibilitas terhadap 18 soal yang layak diguanakan tersebut

diperoleh r-hitung sebesar 0.98, maka instrumen penelitian dikatakan

reliabel dengan tingkat realibilitas yang sangat tinggi karena terletak

antara rentang 0.81-1.00 (lampiran 22).

5. Nilai Pre-Test dan Post-Test

Data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil post-test siswa

pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.1. Perbandingan hasil post-test kelas XI IPA 1 (kelas kontrol)


dan kelas XI IPA 2 (kelas eksperimen)

Eksperimen Kontrol
Statistik
Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test

Nilai minimum 22 39 27 44
Nilai maksimum 61 94 61 94
Nilai rata-rata 45 76 43 71
Jumlah siswa 36 36 35 35
Jumlah siswa yang - 31 - 29
tuntas
Jumlah siswa yang 36 5 35 6
tidak tuntas
% Ketuntasan 0 86,11% 0 83,00%

Ketuntasan klasikal Tercapai Belum


tercapai
% Peningkatan 56,36% 49,12%

B. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen yang

diajarkan dengan menggunakan metode giving question and getting

answer dan kelas kontrol yang diajarkan dengan metode ceramah.

Sebelum uji-t dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas untuk

mengetahui rumus uji-t yang akan digunakan.

1. Uji Homogenitas Hasil

Uji homogenitas dilakukan pada kedua sampel penelitian

dengan menggunakan nilai post-test. Uji homogenitas sampel dilakukan

dengan menggunakan rumus uji-F. Uji-F pada taraf signifikan 5%

adalah 1,80 dan F-hitung diperoleh sebesar 1,16. Berdasarkan hasil

perbandingan antara F-hitung dan F-tabel, dimana F-hitung < F-tabel

(1.16<1.80) maka dapat disimpulkan bahwa kedua sampel homogen

(Lampiran 37).

2. Uji-t

Dalam penelitian ini, teknik analisis uji-t dilakukan pada taraf

signifikan 5%. Berdasarkan hasil uji homogenitas hasil yang diperoleh


bahwa sampel yang digunakan bersifat homogen, sehingga uji-t yang

digunakan adalah uji-t polled varians.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji-t polled varians

diperoleh t-hitung sebesar 1,82 dan harga t-tabel untuk taraf signifikan

5% dengan derajat kebebasan (dk) n1+n2-2 = 36+35-2 = 69 sebesar

1,66. Oleh karena t-hitung>t-tabel (1,78>1,66). Dilihat dari nilai rata-

rata dan ketuntasan klasikal kelas eksperimen lebih besar dibandingkan

dengan kelas kontrol yaitu 86,11% > 83%. Maka, dapat disimpulkan

penerapan metode giving question and getting answer dapat

meningkatkan prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Batukliang tahun pelajaran 2010/2011.

C. Pembahasan

Dalam proses belajar mengajar guru dapat memilih beberapa metode

mengajar yang bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas agar siswa

dapat belajar efektif dan efesien sehingga dapat berdampak positif terhadap

prestasi belajar siswa. Meskipun tiap metode pembelajaran yang dilakukan

mempunyai ciri khas yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,

namun sangat diperlukan penguasaan suatu pola atau standar metode untuk

dipelajari dan bisa dipadukan dengan metode belajar lainnya, hingga nantinya

dapat ditentukan perbandingan kualitas dan efektifitas dari metode tersebut.

Berdasarkan hal itulah peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran

giving question and getting answer.

Metode pembelajaran giving question and getting answer ini dapat

meningkatkan prestasi belajar kimia secara signifikan pada materi pokok


koloid SMA Negeri 1 Batukliang tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat

dilihat dari persentase ketuntasan kelas eksperimen lebih besar dibanding

dengan kelas kontrol yaitu: 86,11%>83.00% dan analisis data bahwa t-hitung

lebih besar daripada t-tabel (1,78>1,66) pada taraf signifikan 5%.

Selain ketuntasan belajar yang menggambarkan kemampuan kognitif

siswa, ada faktor-faktor luar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa,

salah satunya dapat dilihat dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Observasi terhadap aktifitas selama proses pembelajaran perlu

dilakukan untuk melihat aktifitas siswa dalam proses pembelajaran berjalan

dengan baik atau sebaliknya. Observasi aktifitas siswa selama proses

pembelajaran dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa dalam proses

pembelajaran. Hasil observasi aktifitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung pada kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Meskipun pada awalnya siswa cenderung masih asing dengan metode

pembelajaran giving question and getting answer karena belum terbiasa

sehingga peneliti harus menjelaskan tata cara pembelajaran metode ini.

Antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran ini sangat bagus, hal

ini terlihat dari keaktifan siswa dalam membuat pertanyaan dan jawaban.

Selanjutnya pada pertemuan ke dua dan ke tiga sudah terlihat keaktifan dan

semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran karena sudah mulai

terbiasa dan mengerti. Lain halnya dengan metode konvensional yang

diterapkan di kelas kontrol, dalam metode ini guru hanya menyampaikan

materi saja tanpa menerima timbal balik berupa pertanyaan dari siswa,

meskipun terlihat 1 tau 2 orang saja yang berani untuk bertanya dan mencoba
menggali hal-hal yang belum mereka pahami. Jadi, sangat terlihat bahwa

metode giving question and getting answer ini tepat untuk diterapkan karena

siswa dapat berinteraksi mengeluarkan pendapat, saling mengisi kekurangan

masing-masing satu sama lainnya sehingga pembelajaran di kelas menjadi

lebih aktif dan menyenangkan.

Berdasarkan data hasil belajar siswa, diperoleh bahwa nilai rata-rata

kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dimana kelas

eksperimen menggunakanan metode giving qeustion and getting answer

dimana metode ini siswa dituntut untuk mencari sendiri jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang ada dan guru hanya sebagai pembimbing dan

pengarah. Sedangkan berdasarkan observasi keaktifan siswa, diperoleh bahwa

persentase keaktifan siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga

pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sedangkan pada kelas kontrol

mengalami penurunan, dimana kelas eksperimen menggunakan metode giving

question and getting answer dan kelas eksperimen menggunakan metode

ceramah.

Perbedaan yang terjadi pada kedua kelas tersebut baik dari keaktifan

maupun prestasi belajar siswa, selain dipengaruhi oleh metode pembelajaran

yang diterapkan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam

maupun dari luar diri individu. Menurut slameto (2010), salah satu faktor

eksternal yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah lingkungan

sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar salah satunya mencakup

waktu sekolah. Pembelajaran pada pagi hari lebih efektif dilakukan dari pada

pada siang maupun sore hari. Hal ini disebabkan pada pagi hari, pikiran masih
segar dan jasmani dalam kondisi baik yang akan berdampak pada minat dan

perhatian siswa dalam menerima pelajaran. Jika minat dan perhatian siswa

baik selama proses pembelajaran, maka prestasi belajar siswa akan baik pula.

Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh positif

terhadap belajar.

Jadi, dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

metode giving question and gettng answer dapat meningkatkan prestasi

belajar kimia pada materi pokok koloid siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Batukliang Tahun Pelajaran 2010/2011.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

Penggunaan Metode giving question and getting answer dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa pada materi pokok koloid siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 1 Batukliang tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari

hasil uji-t dan nilai rata-rata serta ketuntasan klasikal kelas eksperimen lebih

besar dari kelas kontrol.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini ada beberapa

saran yang ingin disampaikan penulis, antara lain sebagai berikut :

1. Guru

Diharapkan agar dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang

pendidik, hendaknya seorang guru memilih strategi/metode yang cocok

dalam proses pembelajaran agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan

dituntut untuk lebih kreatif dalam memilih metode mengajar yang tepat.

2. Siswa

Dalam melaksanakan tugas belajarnya, siswa dituntut untuk untuk

lebih aktif dalam proses pembelajaran dan diharapkan agar siswa dapat

mengembangkan kreativitas dalam belajar.


3. Sekolah

Bagi pihak sekolah harus memperhatikan setiap masukan-masukan

dan rujukan-rujukan mengenai model pembelajaran baru yang mengarah

pada pola fikir dan motivasi anak dalam belajar agar mampu menghasilkan

prestasi belajar yang baik.

4. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar meneliti aspek-aspek

yang belum terjangkau dalam penelitian ini, sehingga diperoleh hasil yang

lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Abied. http:// Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.html. diakses


tanggal 15 April 2011

Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Bina Aksara

Aryanto, Oo.2007. Pengantar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Mataram:


IKIP Mataram

Aryanto, Oo.2007. Pengantar Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar kimia.


Mataram: IKIP Mataram

Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi
Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

http://Sejarah klasik. Blogspot.com/... Penerapan Metode Giving Question and


Getting Answer.html. diakses tanggal 28 Maret 2011

http://Teori-teori Belajar.html. Diakses tanggal 15 April 2011

Priyanta, Drs. Amin. 2005. Tips dan Triks Menyiasati Kimia. Yogyakarta:
Teknomedia

Purba, Michael. 2004. Buku Kimia SMA XI 2B. Jakarta: Erlangga

Reksoatmodjo, Tedjo. 2006. Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung:


PT. Refika Aditama

Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penilaian dan Penelitian. Jakarta: Sinar Baru
Algesindo

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: CV.


Alfabeta

Tamrin, dan Drs. Abdul Jamal.______. Rahasia Penerapan Rumus-rumus Kimia.


Bandung: Gita Media Press

Yolanda._______. Kamus Praktis 400 juta Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris.


Surabaya: Karya Gemilang Utama

Anda mungkin juga menyukai