Anda di halaman 1dari 2

Dia Tak Bersayap

Cerpen Karangan: Nurul Asrah


Kategori: Cerpen Kehidupan

Pagi itu mataku leluasa memandang apa yang berada di depan, Lalu lintas sudah sangat sepi.
Sudah hampir 1 jam saya berdiri di sini dan sesekali memandang jam doraemonku. Namun
keresahan mendadak singgah di benakku ketika mendapatkan pesan dari Surya kakak saya bahwa
dia nggak jadi jemput saya karena ada pertemuan mendadak di kampus. Saya tentu memilih naik
mikrolet, namun yang kali ini mikrolet pun tak ada yang lewat.

Kepalaku terangkat ke atas dan memandang awan hitam yang sudah saling mengumpul dan siap
menjatuhkan bebannya. Benar tak cukup 5 menit hujan pun mengguyur daerahku ini.

Dari sisi jauh ku melihat seorang anak kecil menggenggam payung bermotif bunga-bunga. Dia
berjalan mendekatiku sambil memasang wajah yang tersenyum seakan dia benar-benar
mengenalku.
Ketika dia berdiri pas di depanku ia menawarkan jasanya yang ternyata dia adalah seorang ojek
payung. Dengan wajah cantik yang ia miliki seharusnya lebih cocok menjadi seorang artis cilik.
Saya menerima tawarannya, karena memang saya tidak ingin baju putih abu-abu yang kini
kukenakan basah dikarenakan hujan.

Gadis kecil itu mengantarku ke bawah pohon besar yang rindang. Di bawah pohon itu ia
memberhentikanku. Dan tampa menunggu waktu lama saya memberikan uang pecahan 50 ribu.

“Kakak nggak punya uang kecil? Karena ongkosnya cuma 2 ribu kak,” Tawar anak itu.
“Tak usah dek, ambil saja sisanya” Jawabku singkat
Tampak nyata senyum manis terpahat di wajahnya. “Terimakasih kak” Kata gadis itu padaku
sebelum berjalan meninggalkanku.
Kaki mungilnya itu melangkah di bawah derasnya hujan yang menerpa kota ini saat itu. Namun
dengan sigap saya menahan lengannya. “Adek istirahat aja dulu” tawaranku padanya.

Gadis itu memandang uang yang tadi saya beri yang kini ia genggam lalu beralih memandangku
dengan mata besarnya yang hitam pekat.
Ia berdiri di depanku.

“Nama kamu siapa?” tanyaku padanya.


“Nama saya Sila kak, kalau kakak namanya siapa?” Ucap Sila.
“Nama saya Nurul.” jawabku atas pertanyaannya.
“Kak, Nurul itu kan cahaya. Dan benar kakak itu cahaya yang sempat mampir di hidupku sekarang
ini.”

Saya hanya tersenyum mendengar perkataannya. Dan selang beberapa menit saya kembali
melontarkan pertanyaan padanya.
“Dek, kok kamu bekerja jadi ojek payung gini. Memangnya orangtua kamu tidak melarang”
tanyaku kembali.
Ia tak langsung menjawab, ia menunduk selama beberapa menit sebelum akhirnya angkat bicara.
“Kak, mama sakit dan ayah tidak tau Ke mana. Kalau bukan saya yang menghidupi mama siapa
lagi” katanya dengan bibir yang memucat dikarenakan kedinginan.

Kulihat dengan jelas matanya berkaca-kaca. Hujan semakin deras dan gadis itu pun melanjutkan
pembicaraannya. “Dulu ada kakak yang menghidupi kami. Namun Tuhan lebih sayang kakak
sehingga menjemputnya lebih awal. Tuhan menjemputnya dan mendahului kami. Matanya yang
sedari tadi menahan air matanya telah berjatuhan. Hujan berhasil menerobos daun lebat dan
menerpa pipi Sila lalu bercampur dengan air matanya sebelum air mata itu menyatu dengan
tanah.
Saya merasa tersentuh dan membawanya ke pelukanku.
Setelah berhasil menenangkannya gadis itu mengajakku ke kediamannya dengan menggunakan
payungnya. Kami melewati jalan-jalan berlubang yang sudah tergenangi air hujan. Namun tiba-
tiba bus besar lewat dan menginjak lubang yang tentu air lubang itu membasahi bajuku. Diriku
mengumpat kesal. “Argh!!! Ini semua gara-gara hujan.” Kataku kesal.
Gadis itu memandangku dengan tatapan serius. “Kak, jangan bilang begitu. Hujan inilah yang
berhasil menghidupiku selama ini”
Sila gadis kecil itu berhasil membuatku bungkam dengan perkataannya barusan.

Ketika sampai di rumahnya, saya kembali memberinya uang pecahan 100 ribu hampir 25 lembar.
Uang yang rencana ingin aku belanjakan di Mall untuk acara ulang tahunku yang sekitar satu
minggu lagi. Gadis kecil nan lugu itu kembali meneteskan air matanya sebelum akhirnya
memelukku.

“Kamu itu malaikat. Malaikat yang tak bersayap. Malaikat yang menyadarkanku akan kerasnya
kehidupan. Malaikat yang mengajarkanku sebuah usaha dan kasih sayang” Bisikku di telinga
kanannya sebelum diriku beranjak meninggalkannya.

Cerpen Karangan: Nurul Asrah


Facebook: Nurul Asrah Wahyu J Buraena

Cerpen Dia Tak Bersayap merupakan cerita pendek karangan Nurul Asrah, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

Anda mungkin juga menyukai