Anda di halaman 1dari 10

Mutiara Medika

Vol. 8 No. 2: 73 - 82, Oktober 2008

Pemilihan Terapi pada Alopesia Areata

The Choice of Therapy in Alopecia Areata

Siti Aminah Tri Susila Estri


Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstract

Alopecia areata (AA) is a chronic inflammatory disease of the hair and nails. This
paper will discuss the modalities of therapy and how the selection of therapy in AA.
Pathogenesis of AA is still unknown, but it can be ascertained the role of T lymphocytes,
especially CD4 and IFN. Etiopathogenesis factors in AA are genetic, immunological,
neurological, emotional stress and abnormality of keratinocytes and melanocytes. Various
modalities of therapy are corticosteroids, imunoterapi contacts, phototherapy, minoksidil,
antralin/ditranol, or use a wig. Selection of AA treatment modality needs to consider the
clinical course, evolution and response to therapy and medication side effects. Based on this,
one option of treatment is to let AA. The one choice of treatment of AA without medication is
using a wig. While based on research, the most effective therapy for AA is contacts
imunotherapy and corticosteroids, but still needed further research to determine the dose and
how administered.

Keywords: alopecia areata, corticosteroids, imunoterapi, therapy

Abstrak

Alopesia areata (AA) adalah penyakit inflamasi kronis yang mengenai rambut dan kadang-
kadang kuku DAN cukup sering terjadi. Patogenesis AA belum diketahui dengan pasti, namun
dapat dipastikan peran limfosit T terutama CD4 dan IFNg pada terjadinya AA. Faktor etiopatogenesis
pada AA adalah genetik, imunologi, neurologi, stres emosional dan abnormalitas keratinosit dan
melanosit. Makalah ini akan membahas modalitas terapi dan cara pemilihan terapi pada AA.
Berbagai modalitas terapi yang tersedia untuk AA adalah kortikosteroid, imunoterapi kontak,
fototerapi, minoksidil, antralin/ditranol, maupun pemakaian rambut palsu. Pemilihan modalitas terapi
AA perlu mempertimbangkan perjalanan klinis, evolusi dan respon terapi serta efek samping
pengobatan. Berdasar hal ini, salah satu pilihan penanganan AA adalah membiarkan AA tanpa
pengobatan atau menggunakan rambut palsu. Sedangkan berdasar penelitian yang ada, terapi yang
paling efektif untuk AA adalah imunoterapi kontak dan kortikosteroid, namun masih diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis maupun cara pemberiannya.

Kata kunci: alopesia areata, imunoterapi, kortikosteroid, terapi

73
Endang Sulistyawati, Sarah Ayu Budi Asmi, Merita Arini, Arlina Dewi, Evaluasi Pelayanan Kesehatan.............

Pendahuluan Dampak AA paling besar dan sangat


mengganggu penderita adalah
Alopesia areata (AA) adalah
permasalahan kosmetik. Selain itu, AA
penyakit inflamasi kronis yang mengenai
menimbulkan permasalahan psikologis,
rambut dan kadang-kadang kuku.1 Alopesia
seperti hubungan sosial dan aktivitas
areata termasuk penyakit autoimun
sehari-hari, meskipun tidak mengganggu
terhadap organ spesifik yang diperantarai
kesehatan umum. 1,3,6 Penderita AA
limfosit T terhadap folikel rambut. 1-3
membutuhkan terapi dengan efikasi
Gangguan ini ditandai dengan patch oval
sebesar mungkin dan efek samping sekecil
non skar disertai kerontokan rambut,
mungkin, sehingga beban penderita dapat
terdapat pada kepala atau daerah berambut
berkurang.1 Makalah ini akan memaparkan
lainnya. 1 Penyakit ini sering terjadi
berbagai modalitas terapi serta cara
mendadak dengan gambaran klinis
pemilihannya untuk mengobati AA.
bervariasi, sebagian terjadi remisi spontan,
sebagian berlanjut menjadi kerontokan
Fisiologi Pertumbuhan Rambut
rambut di seluruh kepala bahkan seluruh
Secara anatomi folikel rambut
tubuh.2
matur dari atas ke bawah tersusun atas
Alopesia areata cukup sering terjadi, infundibulum, isthmus, stem dan bulbus.
prevalensi AA sekitar 0,1-0,2% dari populasi Bulbus rambut terdiri atas sel epitel matriks
umum dan 2% dari seluruh penderita rawat yang tidak berdiferensiasi namun aktivitas
jalan yang berkunjung ke klinik dermatologi metabolisme tinggi dan melanosit. Sel epitel
di Inggris dan Amerika Serikat. 3 Pada matriks menyusun diri menjadi batang
populasi umum 1,7% pernah mengalami rambut di bagian dalam dan inner root
serangan AA sekali selama hidup. 4 sheath di bagian luar. Pada saat rambut
Frekuensi AA pada wanita dan laki-laki sama tumbuh ke atas, kedua bagian ini bersama-
dan dapat menyerang semua umur, namun sama naik ke atas, sedangkan outer root
60% penderita terjadi pada umur kurang dari sheath tetap diam di dalam folikel rambut.
20 tahun. 1-3 Dari catatan medis RS Dr Stem merupakan bagian terpanjang dari
Sardjito frekuensi rata-rata kunjungan folikel rambut. Stem terdiri dari luar ke dalam:
penderita AA di Poliklinik Penyakit Kulit dan outer root sheath, inner root sheat, dan
Kelamin tahun 2000-2004 adalah 0, 27%. batang rambut.7-9
Penyebab pasti dan patogenesis AA Sel pada outer root sheath
sampai sekarang belum diketahui dengan mengekspresikan keratin 6 , 16 dan 17,
jelas. Berbagai penelitian memperlihatkan molekul adesi, sitokin dan reseptor growth
genetik sebagai faktor predisposisi dan factor dan mengandung sel Langerhans,
lingkungan sebagai faktor pencetus AA. melanosit dan sel Merkel.7 Folikel rambut
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya mempunyai keistimewaan imunologik yang
AA antara lain stres emosional, riwayat atopi berbeda dengan daerah sekitarnya, berupa
dan penyakit autoimun lain. Ketidakjelasan kurangnya ekspresi major-histocompatibility
patogenesis AA, gambaran klinis dan complex (MHC) I pada sel matriks atau inner
perjalanan penyakit yang bervariasi root sheath dan keberadaan makrofag, sel
mengakibatkan bervariasinya pengobatan mast dan imunosit lain di daerah
terhadap AA, apalagi penderita AA sering perifolikuler yang berfungsi sebagai efector
mengalami pertumbuhan rambut spontan. arm pada sistem imun.7
Berbagai terapi yang pernah dicoba antara Folikel rambut mengalami siklus
lain dengan steroid topikal dan sistemik, pertumbuhan terus menerus yang terbagi
minoksidil, antralin dan imunoterapi. 1,2 dalam 3 fase, yaitu: fase anagen, ditandai
Penelitian yang ada masih terbatas, paling mitosis matriks rambut; katagen atau masa
banyak sebagai penelitian tanpa kontrol atau involusi, ditandai dengan terminal rambut
plasebo kontrol, belum banyak penelitian membentuk club-shaped yang relatif tidak
randomized control-trial.1-5 berpigmen; dan telogen, ditandai club hair

74
Mutiara Medika
Vol. 8 No. 2: 73 - 82, Oktober 2008

dengan bulbus yang relatif tidak berpigmen tinggi pada penderita AA dengan onset
terbungkus di dalam sac.8 Fase anagen kurang dari 30 tahun (37%) dibandingkan
pada rambut kepala ditentukan secara dengan yang lebih dari 30 tahun (7,1%).6
genetik dan bervariasi antara 2-8 tahun.7,9 Alopesia areata berhubungan dengan
Pelepasan rambut yang mati terjadi pada berbagai gen, termasuk HLA (human
fase telogen akhir atau awal anagen. Jumlah leucocyte antigen) DQB1*03, HLA-DR,
folikel rambut pada orang dewasa sekitar HLA-B18 dan kemungkinan HLA-A2.3,10
100,000 dan kerontokan rambut secara Berbagai hasil di atas menunjukkan bahwa
normal sebesar 100 helai/hari, namun tidak AA termasuk penyakit poligenik dengan
menimbulkan kebotakan.8,9 pewarisan yang bervariasi.10-11
Pertumbuhan rambut dipengaruhi
Imunologi. Alopesia areata
berbagai faktor, baik sistemik dan lokal,
termasuk pada penyakit autoimun karena
endogen dan eksogen. Faktor sistemik
berbagai laporan yang menunjukkan
yang berpengaruh adalah hormon androgen
hubungan antara AA dengan terapi
dan estrogen, sedangkan faktor lokal antara
imunosupresif atau penyakit autoimun lain.
lain luka, inflamasi, faktor pertumbuhan dan
Alopesia areata dilaporkan membaik
inervasi. 8 Faktor endogen yang
dengan imunosupresif (kortikosteroid) atau
berpengaruh pada siklus rambut adalah
imunoterapi (contact sensitizer). Kasus AA
hormone androgen, estrogen,
lebih banyak ditemukan pada kelompok
pertumbuhan, prolaktin dan tiroksin,
penderita tiroiditis dan vitiligo daripada
sedangkan faktor eksogen adalah anabolik
populasi normal. Hal ini didukung adanya
steroid, siklosporin, estrogen, finasterid,
peningkatan prevalensi antibodi antitiroid
minoksidil, kontrasepsi oral, fenitoin, dan
dan antibodi mikrosom tiroid pada pasien
retinoid.7 Estrogen, hormon pertumbuhan,
AA.2,3 Laporan lain menunjukkan terdapat
prolaktin, anabolik steroid, siklosporin,
hubungan antara AA dengan penyakit
finasterid, minoksidil dan fenitoin memacu
autoimun, seperti anemia pernisiosa,
pertumbuhan rambut pada fase anagen
diabetes, lupus eritematosus, miastenia
maupun memperbesar diameter rambut.8,9
gravis, artritis reumatoid, kolitis ulseratif dan
Hormon androgen mampu meningkatkan
likhen planus.3
ukuran folikel rambut pada beard area pada
Berikutnya dilaporkan bahwa AA
masa adolesen. Testosteron dan metabolik
merupakan penyakit autoimun terhadap
aktifnya beraksi melalui reseptor androgen
organ spesifik, antara lain dengan
pada papila dermis. Tiroksin mampu
penemuan antibodi terhadap folikel rambut
memacu kerontokan rambut pada telogen
berpigmen, meskipun hal ini juga ditemukan
effluvium.9
pada populasi normal.3,10 Struktur rambut
yang paling sering menjadi target adalah
Etiopatogenesis Alopesia Areata
outer root sheath, matriks, inner root sheath
Patogenesis AA belum diketahui
dan batang rambut. Komponen utama pada
sepenuhnya, berbagai faktor yang diduga
bulbus rambut yang merupakan sasaran
berhubungan dengan AA, antara lain
reaksi imun adalah melanosit.11 Bukti lain
genetik, imunologi, infeksi, stres emosional,
bahwa AA termasuk penyakit autoimun
neurologi dan abnormalitas melanosit atau
adalah berkurangnya fungsi immune
keratinosit. Berikut ini akan dibahas
privileged pada matriks atau inner root
berbagai faktor tersebut lebih lengkap.
sheath.3 Pada AA juga tampak peningkatan
Genetik. Alopesia areata sebagai sitokin IL-1a dan IL-1b dan TNFa yang
penyakit yang cenderung diturunkan berasal dari keratinosit yang merupakan
dibuktikan dengan adanya riwayat keluarga inhibitor pertumbuhan folikel rambut. 3
pada penderita. Laporan tentang hal ini Perbaikan penyakit dengan pemberian
bervariasi, antara 10-50% penderita AA siklosporin dan steroid sistemik mendukung
mempunyai riwayat keluarga dengan AA.1-3 bukti bahwa patogenesis AA diperantarai
Riwayat keluarga pada AA terbukti lebih oleh system imun.3

75
Endang Sulistyawati, Sarah Ayu Budi Asmi, Merita Arini, Arlina Dewi, Evaluasi Pelayanan Kesehatan.............

Infeksi. Infeksi yang pernah berpigmen.3 Pada AA juga terjadi degenerasi


dilaporkan berhubungan dengan kejadian AA keratinosit prekortikal pada folikel lesi AA
adalah infeksi virus sitomegalovirus (CMV), yang aktif. Nuthbrown dkk. (1995)
namun peneliti lain melaporkan hal yang menunjukkan bahwa abnormalitas
bertentangan.3 melanosom dan perubahan degenerasi
pada outer root sheath dapat terjadi pada
Stres Emosional. Penderita AA
daerah nonlesi.3
sering dilaporkan mempunyai riwayat
kesulitan emosional jangka lama,
psikotrauma akut sebelum onset AA,
Gambaran Klinis
kejadian penuh sres selama 6 bulan
sebelumnya, gangguan psikiatri dan trauma
Gambaran klinis AA yang khas
fisik. 3 Evaluasi secara obyektif
adalah patch kebotakan total yang
memperlihatkan lebih dari 90% penderita AA
berbentuk oval atau bulat, kulit tampak
mempunyai keadaan jiwa yang abnormal
halus, meliputi daerah kepala atau daerah
dan 29% dengan faktor psikologi dan
pertumbuhan rambut lain pada tubuh. Pada
keluarga yang mungkin mempengaruhi
bagian tepi lesi terdapat exclamatioon hair,
onset dan perjalanan penyakit. Penulis lain
yaitu rambut yang tampak pendek, terputus
membuktikan tidak ada hubungan antara AA
atau rusak yang meruncing ke bagian
dengan faktor emosional pada 125 penderita
proksimal. Banyak penderita yang
AA.9,12
asimtomatis, namun beberapa
Neurologi. Sistem saraf perifer pada mengeluhkan rasa gatal ringan sampai
papila dermis mampu mengeluarkan sedang, terbakar atau nyeri sebelum terjadi
neuropeptid yang mengatur proses kebotakan. Kerontokan rambut terjadi dalam
inflamasi dan proliferasi. Hordinsky (1995) waktu 3-6 minggu atau beberapa bulan
dan Meyronet dkk (2003) menunjukkan kemudian dengan interval waktu, luas dan
penurunan ekspresi calcitonin gene related pola bervariasi.12
peptide (CGRP) sebagai antiinflamasi dan Secara klinis AA diklasifikasikan
substansi P (SP) yang mampu memacu berdasar pola atau beratnya penyakit.
pertumbuhan rambut.3 Peran CGRP pada Berdasar pola kebotakan, AA dapat
AA berhubungan dengan sistem vaskuler diklasifikasikan menjadi: AA tipe patchy,
dan imun, yaitu diinduksi oleh CD10 (neural kebotakan berbentuk oval atau bulat; AA
endopeptidase), enzim peptidase yang retikularis, dengan pola jaring-jaring;
terikat pada membran. Pada folikel rambut ophiasis bandlike AA, kebotakan pada
lesi AA (tepi lesi, bagian dalam dan sel daerah parietal temporo-oksipital; ophiasis
paling tepi dari outer root sheath) terdapat inversus (sisapho), kebotakan membentuk
peningkatan ekspresi CD10.13 Bukti lain pita di daerah frontal parieto-temporal; dan
menunjukkan, aplikasi capsaicin yang AA difus, kerontokan rambut pada seluruh
menyebabkan inflamasi neurogenik dan kepala.3 Berdasar luas daerah yang terlibat,
pelepasan SP pada seluruh kepala AA terbagi menjadi: AA, kerontokan rambut
penderita AA mampu memacu kepala sebagian; alopesia totalis (AT),
pertumbuhan rambut velus.3 kerontokan pada 100% rambut kepala;
alopesia universalis (AU), kerontokan 100%
Abnormalitas melanosit atau rambut pada seluruh kepala dan tubuh.3
keratinosit. Pada AA terjadi perubahan Alopesia areata dikatakan berat apabila luas
regresif pada bulbus folikel rambut anagen, kebotakan lebih dari 25%,5 penulis lain
abnormalitas melanogenesis dan menyebutkan lebih dari 40% luas
melanosit. Perubahan tersebut didukung permukaan rambut kepala.14
penemuan antibodi terhadap rambut Kelainan fisik lain yang sering
berpigmen. Bukti lain menunjukkan bahwa menyertai AA adalah kelainan kuku (10-66%)
terjadi gangguan pigmentasi pada AA akut dan mata seperti katarak, terutama
dan AA lebih sering mengenai rambut

76
Mutiara Medika
Vol. 8 No. 2: 73 - 82, Oktober 2008

menyertai penderita AT. 3,12 Berdasar vehikulum ke dalam bulbus rambut yang
beberapa penelitian epidemiologi, diketahui tidak baik. Peningkatan penetrasi dengan
riwayat atopi lebih sering ditemukan pada cara oklusi juga tidak memberikan hasil
penderita AA daripada populasi umum.12 memuaskan. Mengingat respon terapi yang
Pertumbuhan kembali rambut pada tidak memuaskan dan kemungkinan
AA sering dimulai dengan rambut yang tipis timbulnya efek samping, maka KS topikal
dan tanpa pigmen, selanjutnya sedikit demi tidak efektif pada terapi AA.1,5
sedikit ukuran dan warna menjadi
Kortikosteroid intralesi.
normal.3,12 Pertumbuhan rambut bisa terjadi
Kortikosteroid diijeksikan di daerah lesi pada
pada satu sisi, sementara sisi yang lain
dermis bagian atas. Dengan cara ini
terjadi kerontokan rambut.12
diharapkan dapat menstimuli pertumbuhan
Remisi spontan sering terjadi pada
rambut pada tempat injeksi. Efek injeksi
AA, ditemukan pada 80% penderita AA tipe
berlangsung sampai 9 bulan. Pemberian
patchy dengan durasi kurang dari 1 tahun.1
KS intralesi paling sesuai untuk AA tipe
AA tipe patchy dengan luas kurang dari 40%
patchy dan yang terbatas luasnya5 serta
biasanya membaik dengan spontan dalam
daerah yang sensitif seperti alis mata.1 Jenis
waktu 1 tahun.3 Vestey dan Savin (1986)
KS yang bisa diberikan adalah
menemukan bahwa pertumbuhan rambut
triamcinolone acetonide 5-10 mg/ml dan
yang hampir atau menyeluruh dengan
hydrocortisone acetate (25 mg/ml). Injeksi
spontan terjadi pada 24% penderita AA berat
0,05-0,1 ml menghasilkan pertumbuhan
dalam waktu 3-3,5 tahun,12 namun pada AA
rambut dengan diameter 0,5 cm. Efek
juga sering terjadi kekambuhan, terutama
samping yang sering terjadi berupa atropi
pada AA berat.14
yang akan membaik dalam waktu beberapa
bulan.1,5
Berbagai Jenis Terapi untuk Alopesia
Areata Kortikosteroid sistemik.
Pemberian terapi pada AA sampai Penggunaan KS sistemik setiap hari dalam
saat ini tidak bisa menyembuhkan, namun jangka lama akan menghasilkan
bersifat paliatif untuk mengurangi beratnya pertumbuhan rambut pada beberapa
penyakit. 1,14 Berikut ini akan dibahas pasien. Pemberian prednisolon 40 mg
beberapa modalitas terapi pada AA. dengan tappering dalam waktu 6 minggu
memperlihatkan pertumbuhan rambut >
Kortikosteroid (KS)
25% pada 30-47% penderita. Pemberian
Kortikosteroid merupakan salah pulsed dose CS secara oral atau intravena
satu pilihan terapi untuk AA karena kerjanya (iv) dengan dosis bervariasi pada beberapa
sebagai imunosupresan dengan cara kasus seri: prednisolone 2 gr iv,
menghambat aktivasi limfosit T 5 , metilprednisolon iv 250 mg 2 kali sehari
menurunkan produksi IL1, jalur inflamasi selama 3 hari berturut-turut, dan
maupun presentasi antigen oleh APC deksametasom 5 mg 2 kali seminggu,
sehingga secara keseluruhan mampu memberikan efikasi yang serupa. Namun
menghambat proses penyakit.1 hasil studi klinis tersebut tidak bisa
dibandingkan karena adanya perbedaan
Kortikosteroid topikal. Berbagai
protokol penelitian dan pemilihan pasien.1,5,13
penelitian aplikasi KS topikal poten pada AA
Kar dkk (2005) telah menguji prednisolon
menunjukkan efek yang tidak berarti
200 mg oral secara random dengan kontrol
dibandingkan placebo,16 bahkan pada AU/
plasebo, menunjukkan pertumbuhan
AT tidak efektif dan sering timbul folikulitis
rambut bermakna sebesar 40% pada
sebagai efek samping.1 Vehikulum yang
kelompok terapi dibandingkan 6,25%
pernah dicoba pada AA antara lain solusio,
dengan pertumbuhan sedang pada
krim atau salep, namun tidak memberikan
kontrol.17 Hasil yang memuaskan secara
hasil yang memuaskan. 5 Hal ini
kosmetik pada uji klinis tanpa kontrol
kemungkinan karena penetrasi ketiga
ditemukan pada 60% penderita AA berat,

77
Endang Sulistyawati, Sarah Ayu Budi Asmi, Merita Arini, Arlina Dewi, Evaluasi Pelayanan Kesehatan.............

10% AA tipe ophiasis dan AT/AU.1 Sejauh dkk. (2003) menemukan respon terapi yang
ini efek samping yang bermakna pada bermakna bervariasi antara 29-78%, karena
pemberian pulsed dose CS belum perbedaan berat dan durasi penyakit serta
ditemukan,1,17 sehingga KS sistemik dapat metode pengobatan. Median respon terapi
menjadi salah satu pilihan terapi pada imunoterapi kontak adalah 51%.5 Aplikasi
AA.1,5,12,17 pada anak-anak memberikan respon terapi
sebesar 32-33%.20 Respon terapi terhadap
Imunoterapi kontak
imunoterapi kontak menurun pada AA berat,
Alergen kontak yang dapat dipakai penderita dengan kelainan kuku, onset dini
pada terapi AA, antara lain DNCB (1-chloro- dan riwayat AA pada keluarga. 19 Pada
2,4-dinitrobenzene), squaric acid penderita AT/AU respon terapi menurun
dibutylester (SADBE) dan 2,3- sampai17% setelah 9 bulan aplikasi.20
diphenylciclopropenone (DPCP). Penelitian Efek samping yang sering
Summer dan Guggelmann menunjukkan ditemukan pada imunoterapi kontak adalah
DNCB bersifat mutagenik terhadap S. reaksi dermatitis berat, namun efek ini dapat
typhimurium, sehingga sekarang tidak dicegah atau dikurangi dengan
digunakan lagi. SADBE dan DPCP tidak menurunkan konsentrasi bahan kontaktan.1
bersifat mutagenik dan DPCP menjadi Efek samping lain adalah relaps selama
pilihan terapi imunoterapi kontak.1 Bahan atau setelah terapi dihentikan, ditemukan
contact sensitizer atau imunoterapi kontak pada 62% penderita dengan respon terapi
ini diduga menghambat interaksi spesifik memuaskan,18 serta pembesaran limfonodi
antara CD8/CD4 dengan dendritic cell dan servikal atau oksipital selama terapi. 5
MHC I/ II pada keratinosit folikel rambut.5 Limfadenopati ini dapat bersifat sementara
Cara penggunaan DPCP, pertama atau permanen selama terapi. Efek samping
kali dilakukan sensitisasi dengan cairan yang jarang ditemukan adalah urtikaria21,
DPCP 2% yang diaplikasikan pada kepala. perluasan dermatitis kontak alergi (DKA)
Dua minggu kemudian pada daerah kepala atau erythema multiforme-like reaction5 dan
dioleskan DPCP dengan konsentrasi mulai vitiligo22. Pada ras kulit berpigmen banyak
0,001%. Pengulangan aplikasi dilakukan ditemukan reaksi hiper/hipopigmentasi
setiap minggu dengan konsentrasi (vitiligo), tetapi sebagian besar kasus akan
ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai membaik dalam waktu 1 tahun setelah
terjadi reaksi dermatitis ringan berupa rasa penghentian terapi.23 Efek samping jangka
gatal dan eritem tanpa disertai vesikel atau panjang pada aplikasi SADBE selama 21
oozing.5 Aplikasi DPCP diteruskan sampai tahun dan DPCP 18 tahun pada 10000
terlihat pertumbuhan rambut, biasanya penderita termasuk anak-anak belum
dalam waktu 8-12 minggu.5 Jika respon ditemukan.1,5 sehingga imunoterapi kontak
pengobatan sudah memuaskan frekuensi menjadi salah satu terapi yang efektif untuk
pengobatan dapat diturunkan, dan terapi AA.5
dihentikan bila pertumbuhan rambut sudah Fototerapi dan fotokemoterapi
maksimal.1 Apabila dalam waktu 6 bulan Terapi Sinar Ultraviolet B (UVB)
tidak ada respon yang memuaskan, terapi sudah sering digunakan, namun belum ada
sebaiknya dihentikan. SADBE digunakan penelitian yang melaporkan efektivitasnya,
pada penderita yang toleran terhadap sehingga tidak direkomendasikan untuk
DPCP.5 terapi AA.1,5 Terapi PUVA dengan 8-
Aplikasi DPCP selama 6 bulan methoxypsoralen (8-MOP) oral dengan
memberikan respon terapi memuaskan radiasi UVA lokal pada kepala atau seluruh
pada 30% penderita, dan respon meningkat tubuh atau 8-MOP topikal dengan radiasi
sampai 78% setelah pemakaian 32 bulan.18 pada kepala, termasuk aplikasi psoralen
Pada berbagai penelitian respon topikal dengan PUVA-turban menunjukkan
imunoterapi kontak bervariasi antara 9-87% respon terapi yang bervariasi, antara 60-
pada 50-60% penderita, 19 sementara 65%. 1 Penelitian retrospektif lain
review yang dilakukan Freyschimdt-Paul menunjukkan respon yang rendah atau

78
Mutiara Medika
Vol. 8 No. 2: 73 - 82, Oktober 2008

serupa dengan perjalanan penyakit AA.24 kontrol. Berdasar hal tersebut antralin tidak
Efek samping yang sering terjadi adalah direkomendasikan sebagai terapi AA.1,5
kekambuhan, terdapat pada 30-50%
Terapi lainnya
penderita dengan respon terapi
Siklosporin sebagai obat
memuaskan. 5 Efek samping lain, PUVA
imunosupresan dan hipertrikhotik menjadi
membutuhan terapi dalam jangka lama
salah satu pilihan terapi AA. Uji coba tanpa
untuk mempertahankan pertumbuhan
kontrol menunjukkan siklosporin memacu
rambut, sehingga dosis kumulatif
pertumbuhan rambut pada penderita AA
penyinaran besar dan meningkatkan risiko
secara meyakinkan. Gupta dkk (1988)
keganasan kulit.1,5 Berdasar hal tersebut
menyatakan efikasi siklosporin pada AA
Paul, dkk (2003) tidak merekomendasikan
berat rendah.26 Siklosporin hanya dapat
PUVA sebagai terapi AA.
diberikan secara oral, sehingga perlu
Minoksidil dipertimbangkan efek sampingnya.1,5,12
Minoksidil merupakan obat Terapi lain yang pernah diuji-coba
antihipertensi dengan efek samping namun tidak memberikan hasil yang
hipertrikosis, sehingga digunakan sebagai bermanfaat adalah: seng secara oral dan
terapi AA. Terapi AA dengan minoksidil !% isoprinosin. Aromaterapi memberikan efek
pada tipe patchy menghasilkan positif yang berarti pada AA dengan uji
pertumbuhan rambut yang bermakna random buta ganda. Pada wanita dengan
dibandingkan kontrol,1 namun pemberian AA berat salah satu pilihan terapi yang paling
minoksidil 1% atau 3% pada AA berat tidak efektif adalah wig.1,5,12
menunjukkan hasil yang bermakna. 25
Penelitian Fiedler-Weiss (1987) Pembahasan
menunjukkan pertumbuhan rambut lebih AA termasuk penyakit yang sulit
sering terjadi pada terapi AA berat dengan diterapi dan penelitian randomized
minoksidil 5% dibandingkan 1%. Minoksidil controlled trial sebagai uji standar untuk
tidak efektif pada AT dan AU. 1 Enam pemilihan terapi belum banyak dikerjakan.
penelitian plasebo-kontrol menunjukkan Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
perbedaan yang tidak bermakna antara pada pemilihan modalitas terapi AA adalah
kelompok minoksidil dan kontrol, bahkan perjalanan klinis, evolusi dan respon
pada 3 penelitian diantaranya menunjukkan terhadap terapi yang sulit diperkirakan14
tidak ada pertumbuhan rambut yang serta kemungkinan efek samping
bermakna secara kosmetik. 5 Berdasar pengobatan.1 Berdasar pada hal ini, salah
patofisiologi AA, hal ini dapat dimengerti satu pilihan penanganan AA adalah
karena minoksidil tidak berpengaruh pada membiarkan AA tanpa pengobatan atau
luas dan komposisi infiltrat perifolikuler. menggunakan rambut palsu. Pemberian
Setiap kali terjadi aksi nonspesifik minoksidil terapi baik topikal maupun sistemik
yang memacu pertumbuhan folikel rambut tergantung pada luas lesi dan umur
anagen, akan diserang kembali oleh respon penderita. Pertumbuhan rambut diharapkan
imun sehingga tidak terjadi pertumbuhan terjadi minimal 3 bulan setelah terapi.1
rambut yang bermakna. 5 Berdasar hal Menurut Freyschmiidt-Paul dkk.
tersebut minoksidil tidak direkomendasikan (2003) berdasar kausa AA yang merupakan
sebagai terapi AA.5 penyakit autoimun yang diperantarai sel T,
maka terapi yang paling sesuai sampai saat
Ditranol
ini adalah imunoterapi kontak seperti
Ditranol/antralin atau bahan iritan
SADBE dan DPCP. Pemberian KS sistemik
lain belum banyak dilaporkan. Pada kasus
dengan pulse dose masih memerlukan
seri menunjukkan ditranol menghasilkan
penelitian lebih lanjut yang sesuai dengan
pertumbuhan rambut pada 18% penderita
standar evidence based medicine.5 Buldoc
AA berat.1 Penelitian half-side controlled
dkk (2001) mengajukan algoritma
menggunakan antralin 0,1% menghasilkan
penanganan AA berdasar umur dan
dermatitis kontak iritan (DKI) ringan yang
gambaran klinis sebagai berikut:
tidak berbeda antara daerah terapi dan

79
Endang Sulistyawati, Sarah Ayu Budi Asmi, Merita Arini, Arlina Dewi, Evaluasi Pelayanan Kesehatan.............

Gambar 1. Algoritma terapi alopesia areata.

Keberhasilan terapi pada AA diukur kepala.27 Cara terbaru yang diajukan Olsen
dengan berbagai cara, antara lain dengan dkk. dengan melihat luas kebotakan yang
melihat pertumbuhan rambut velus, ada atau tersisa dengan Severity of alopecia
pertumbuhan rambut terminal atau tool (SALT). Menurut cara ini, batok kepala
pertumbuhan rambut secara keseluruhan. dibagi menjadi 4 bagian dengan persentase
Sebagian besar penelitian menggunakan luas sebagai berikut: 2 bagian lateral,
pertumbuhan rambut terminal sebagai masing-masing sebesar 18%; 1 bagian
indikator keberhasilan terapi. dorsal 24% dan 1 bagian atas 40%.
Cara pengukuran pertumbuhan Selanjutnya dilihat persentase luas
rambut bervariasi dengan membandingkan kebotakan di masing-masing bagian dan
kebotakan atau pertumbuhan rambut dijumlah secara keseluruhan. Keberhasilan
sebelum dan setelah terapi. Pengukuran terapi merupakan hasil pengurangan
secara subyektif, dengan menanyakan persentase luas kebotakan sebelum
kepuasan secara kosmetik19; cara obyektif dengan setelah pengobatan.28
dengan mengevaluasi hasil foto,
pertumbuhan 76-100%: sangat baik, 51-
75%: baik dan < 50%: tidak memuaskan.26 Kesimpulan
Cara lain adalah dengan sistem
penggolongan: tingkat 1. pertumbuhan Patogenesis AA belum diketahui
rambut velus, 2. pertumbuhan rambut dengan pasti, namun dapat dipastikan peran
terminal yang tipis, 3. pertumbuhan rambut limfosit T terutama CD4 dan IFNg pada
terminal dengan patches of alopecia, 4. terjadinya AA. Faktor etiopatogenesis pada
pertumbuhan rambut terminal pada seluruh AA adalah genetik, imunologi, neurologi,

80
Mutiara Medika
Vol. 8 No. 2: 73 - 82, Oktober 2008

stres emosional dan abnormalitas 7. Paus R dan Cotsarelis G. The biology


keratinosit dan melanosit. Gambaran klinis of hair follicles. New England J
AA bervariasi, meliputi AA tipe patchy, AT dan Medicine, 1999, 341(7): 491-7.
AU. Berbagai modalitas terapi yang pernah 8. Dawber RPR, The hair follicle structure,
dipakai antara lain: KS, imunoterapi kontak, keratinization and physical properties of
fototerapi, minoksidil, antralin/ditranol, hair. dalam Rook A and Dawber R.
maupun terapi lain seperti pemakaian Diseases of the hair and scalp, 2 ed.
rambut palsu. Pemilihan modalitas terapi Oxford, Blacwell scientific publications,
AA perlu mempertimbangkan perjalanan 1991: 18-40.
klinis, evolusi dan respon terapi yang sulit 9. Harrison S dan Sinclair R. Telogen
diperkirakan serta efek samping Effluvium. Clin Dermatol, 2002, 27: 389-
pengobatan. Berdasar pada hal ini, salah 95.
satu pilihan penanganan AA adalah 10. Kalish RS dan Gilhar A, The
membiarkan AA tanpa pengobatan atau immunology of alopecia areata and
menggunakan rambut palsu. Berdasar potential application to novel therapy,
penelitian yang ada, terapi yang paling Dermathologic Therapy. 2001, 14: 322-
efektif untuk AA adalah imunoterapi kontak 28.
dan kortikosteroid, namun masih diperlukan 11. Price VH dan Colombe BW, Heritable
penelitian lebih lanjut untuk menentukan factors distinguish two types of
dosis maupun cara pemberiannya. alopecia areata, Dermatol Clinic.1996,
14: 679-89 (abstrak).
12. Simpson NB, Alopecia areata, dalam
Daftar Pustaka Rook A and Dawber R. Diseases of the
hair and scalp, 2 ed. Oxford, Blacwell
1. MacDonald Hull SP, Wood ML, scientific publications, 1991: 296-330.
Hutchinson PE, Ladden MS, 13. Meyronet D, Jaber K, Gentil-Perret A,
Messenger AG, Guidelines for the Cambazard F, Misery L. Decreased
management of alopecia areata. Br J CGRP staining in alopecia areata. B J
Dermatol, 2003, 149: 692-99. Dermatol, 2003, 149: 422-23.
2. Mitchell AJ dan Krull EA, Alopecia 14. Buldoc C dan Shapiro J, The traetment
areata: Pathogenesis and treatment, J of alopecia areata. Dermatologic
Am Acad Dermatol.1984, 11: 763-75. Therapy, 2001, 14: 306-16.
3. Madani S dan Shapiro J, Alopecia 15. Wolverton SE. Systemic corticosteroid.
areata update, J Am Acad Dermatol. dalam Wolverton SE, Comprehensive
2000, 42: 549-66. Dermatologic Drug Therapy (Ed.
4. Olsen EA, Hair disorder, dalam Wolverton, SE.), WB Saunders
Freedberg I.M., Eisen A.Z., Wolff K., Company, 2001, 109-42.
Austen K.F.. Dermatology in General 16. Charuwichitratana S, Wattanakrai P,
Medicine, 5th ed. New York, Mc Graw- Tanrattanakorn S. Randomized-double
Hill Inc. 1999 : 729-50. blind placebo-controlled trial in the
5. Freyschmidt-Paul P, Happle R, treatment of alopecia areata with 0,25%
McElwee J, Hoffmann R, Alopecia desoximethason cream. Arch
areata: treatment of today and Dermatol, 2000, 136: 1276-7 (abstrak).
tomorrow, JID Symposium 17. Kar BR, Handa S, Dogra S, Kumar B.
Proceedings., 2003, 8: 12-17. Placebo-controlled oral pulse
6. Gulec AT, Tanriverdi N, Durii C, Saray prednisolone therapy in alopecia
Y, Akcah C. The role of psychological areata. J Am acad Dermatol, 2005, 52:
factors in alopecia areata and the 287-90.
impact of the disease on the quality of
life. Int J Dermatol, 2004, 43: 352-6.

81
Endang Sulistyawati, Sarah Ayu Budi Asmi, Merita Arini, Arlina Dewi, Evaluasi Pelayanan Kesehatan.............

18. van der Steen PH, Baar HM, Happle R 24. Taylor CR, Hawk JL, PUVA treatment
dkk. Prognostic factor in the treatment of alopecia areata partialis, totalis and
of alopecia areata with ubiversalis: audit of 10 years
diphenylcyclopropenone. J Am Acad experience at St John’s Institute of
Dermatol, 1991, 24: 227-30. dermatology. Br J Dermatol, 1995,
19. Rokhsar CK, Shupack JL, Vafai JJ, dkk. 133: 914-18.
Efficacy of topical sensitizers in the 25. Price VH. Double-blind placebo-
treatment of alopecia areata, J Am controlled evaluation of topical minoxidil
Acad Dermatol. 1998, 39:751-61. in extensive alopecia areata. J Am Acad
20. Hchuttelaar ML, Hamstra JJ, Plinck EP Dermatol. 1987, 16:730-36.
dkk. Alopecia areata in childre: 26. Shapiro J, Lui H, Tron V, dkk. Systemic
response to the treatment of cyclosporin and low dose prednisone
diphencyprone, Br J Dermatol, 1996, in the treatment of chronic severe
135: 581-5. alopecia areata: a clinical and
21. Alam M, Gross EA, savin RC. Severe immunopathologic evaluation. J Am
urticaria during topical immunotherapy Acad Dermatol. 1997, 36:114-17.
for alopecia areata, J Am Acad 27. Cotellessa C, Peris K, Caracciolo dkk.
Dermatol. 1999, 40:110-12. The use of topical
22. Henderson CA, Ilchyshyn A, Vitiligo diphenylcycloprophenone for the
complicating diphencyprone treatment of extensive alopecia areata,
sensitization therapy for alopecia J Am Acad Dermatol, 2001; 44; 73-76.
universalis, Br J Dermatol. 1995, Olsen EA, Hordinsky MK, Price VH,
133:496-7. dkk,. Alopecia areata investigational
23. Hoffmann R, Happle R. Topical assessment guidelines- part II, J Am
immunotherapy in alopecia areata: Acad Dermatol, 2004; 51; 440-447.
what, how and why? Dermatol Clin,
1996, 14: 739-44.

82

Anda mungkin juga menyukai