FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2015
NO.1
PENGERTIAN TOLERANSI
Toleransi adalah sikap tenggang rasa, menghargai, membiarkan, atau membolehkan oran lain
untuk berpendapat atau berpendirian yang berbeda dengan dirinya.
Toleransi bahasa Arabnya adalah tasamuh yang artinya sama-sama berlaku baik, lemah lembut,
dan saling pemaaf. Dalam pengertian umum, toleransi adalah sikap akhlak terpuji dalam
pergaulan.
B. TOLERANSI DALAM ISLAM
Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis dalam
toleransi beragama merupakan kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang berarti
menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan yang batil (talbisu al-
haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah sikap yang menganggap semua agama sama.
Sementara sikap toleransi dalam Islam adalah sikap menghargai dan menghormati keyakinan dan
agama lain di luar Islam, bukan menyamakan atau mensederajatkannya dengan keyakinan Islam
itu sendiri.
Sikap toleransi dalam Islam yang berhubungan dengan akidah sangat jelas yaitu ketika Allah
SWT. memerintahkan kepada Rasulullah SAW. untuk mengajak para Ahl al-Kitab untuk hanya
menyembah dan tidak menye-kutukan Allah swt.
C. AYAT AL-QUR’AN & HADITS YANG MENJELASKAN TOLERANSI
1. Q. S. Al-Kafirun(109) : 1-6
Artinya :
1) Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir !
2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
3) dan kamu bukan penyembah apa yang kamu sembah,
4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah,
6) Untukmu agamau, dan untukku agamaku.
Asbabun nuzul
Salah satu riwayat menyebutkan bahwa sekelompok pemuka kafir Quraisy datang menemui
Rasulullah SAW.. Kedatangan mereka untuk mengajak Rasulullah bersekutu dalam segala hal,
termasuk dalam peribadahan. Mereka akan menyembah apa yang beliau sembah, beliau pun
diminta menyembah apa yang mereka sembah. Bahkan mereka akan menganngkat beliau sebagai
pemimpin. Dengan adanya peristiwa tersebut, maka turunlah wahyu Allah SWT., yaitu Q.S. Al-
Kafirun.
Pada ayat 2 dan 4, Rasulullah SAW. menegaskan bahwa beliau tidak akan pernah menjadi
penyembah apa yang disembah orang kafir, yaitu berhala. Dan pada ayat 3 dan 5 Rasulullah
SAW., juga menegaskan bahwa orang kafir pun tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang
beliau sembah, yaitu Allah SWT.
Pada ayat 6 Rasulullah SAW. menegaskan bahwa orang kafir tetap pada agamanya dan beliau
bersama kaum muslimin tetap pada agama tauhid. Dengan demikian, ayat 6 ini sebagai landasan
hukum adanya tasamuh dalam beragama.
Kandungan Surah
a. Kebenaran itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang beriman dan
beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir disediakan neraka ;
c. Jika manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka telah melakukan
kezhaliman.
2. Q. S. Al-Bayinah(98) : 1-8
Artinya :
1) Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka)
tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
2) (yaitu) seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang
suci (Al-Qur’an),
3) di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar),
4) Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang kepada mereka
bukti yang nyata.
5) Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
(menjalankan) agama, dan juga agar melaksnakan sholat dan menunaikan zakat, dan yang
demikian itulah agama yang lurus (benar),
6) Sungguh, orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk)
ke neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-
jahat makhluk.
7) Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-
baik makhluk.
8) Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘adn yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun
rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.
Asbabun Nuzul
Sebenarnya, prinsip nabi-nabi terdahulu ialah sama dengan prinsip agama Islam yaitu ketauhidan
dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT.. Meskipun
agama yang dibawa nabi terdahulu sama dengan Islam, tetapi syariatnya berbeda-beda. Misalnya
dalam menjalankan kewajiban dan tata cara beribadah.
Surah Al-Bayinah yang berkaitan dengan toleransi adalah ayat 1-2 . Kedua ayat ini menjelaskan
sikap tegas yang dimiliki oleh orang-orang kafir dari golongan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani)
dan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan tidak akan meninggalkan ajaran agama mereka
sampai datang keterangan yang nyata. Keterangan itu adalah nabi akhir zaman yang mereka
dambakan akan memancarkan lembaran-lembaran suci sebagai pedoman hidup. Mereka
menganggap bahwa peribadatan yang mereka lakukan saat itu benar sehingga mereka
mempertahankannya. Dengan demikian, sikap tegas mereka sebagai bukti dimilikinya fanatisme
beragama.
Mereka sangat berharap nabi akhir zaman yang mereka tunggu-tunggu itu berasal dari golongan
mereka, yaitu bani Israil. Akan tetapi, Allah SWT. mengutus nabi yang terakhir bukan dari
golongan bani Israil, muncullah rasa iri pada diri mereka. Upaya untuk membunuh Rasulullah
SWT. dan menghancurkan umat Islam selalu mereka lakukan. Hal ini akan berlangsung hingga
akhir zaman.
3. Q. S. Al-Kahfi(18) : 29
Artinya :
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, barangsiapa
menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah
dia kafir. “Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya
mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti
besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan
tempat istirahat yang paling jelek.
Kandungan Surah
a. Kebenaran itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang beriman dan
beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir disediakan neraka ;
c. Jika manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka telah melakukan
kezhaliman.
4. Q. S. Yunus(10) : 40-41
Artinya :
40) Dan diantara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan diantaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Rabbmu lebih mengetahui
tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41) Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah “Bagiku pekerjaanku
dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap yang aku kerjakan dan aku
pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.
Kandungan surah
a. Ada golongan umat manusia yg beriman terhadap al-qur'an dan ada yg tdk beriman kepada Al-
Qur'an ;
b. Allah SWT. mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada
Allah SWT. dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT. ;
c. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. harus yakin bahwa Tasul Allah SWT. yang
terakhir adalah Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur'an adalah kitab suci yg harus dijadikan
pedoman umat manusia sampai akhir zaman.
5. Hadits
Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau bersabda :
َ َحدَّثَنِا عبد هللا حدثنى أبى حدثنى يَ ِزيد ُ قَا َل أنا ُم َح َّمد ُ ْبنُ ِإ ْس َحاقَ َع ْن دَ ُاودَ ب ِْن ْال ُح
ٍ َّصي ِْن َع ْن ِع ْك ِر َمةَ َع ِن اب ِْن َعب
اس قَا َل قِي َل
.ُس ْم َحة َّ َّللاِ قَا َل ْال َحنِي ِفيَّةُ ال
َّ ان أ َ َحبُّ ِإلَى
ِ َي اْألَدْي
ُّ َ سلَّ َم أ َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َّ سو ِل
َ َِّللا ُ ِل َر
[Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin
Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada
Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al-
Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"
NO.2
Memang mengikuti alur pemikiran Munawir, dalam konteks pembaharuan ajaran Islam
di Indonesia tampaknya akan menimbulkan sikap pro dan kontra. Gagasan kontroversial seperti
ini agaknya secara sadar dimunculkan oleh Munawir agar tidak terjadi diskriminasi dan
penomorduaan sekelompok anggota warga bangsa di bumi Indonesian yang plural ini. Sebab
menurut keyakinannya diskriminasi apalagi hegemoni terhadap sekelompok warga secara
telanjang jelas bertentangan dengan prinsip demokrasi. Baginya demokrasi adalah salah satu
nilai fundamental yang ada dalam Islam.
Yang penting menurut Munawir, adalah memperjuangkan nilai-nilai Islam, bukan
universum formalistiknya. Islam hanya dilihat sebagai sumber inspirasi-motivasi, landasan etik-
moral, bukan sebagai sistem sosial dan politik yang berlaku secara keseluruhan. Dengan kata
lain, Islam tidak dibaca dari sudut verbatim doktrinalnya, tetapi coba ditangkap spirit dan rohnya.
Walhasil, visi Munawir tentang Indonesia masa depan adalah sebuah Indonesia yang demokratis,
semua mempunyai hak yang sama dan tidak ada diskriminasi. Semoga.
NO.3
A.Pengertian Khitbah
Kata khitbah ( )الخطبةadalah bahasa arab standar yang terpakai pergaulan sehari-hari,Terdapat
dalam firman allah dan terdapat pula dal ucapan nabi serta di syari’atkan dalam suatu
perkawinan yang waktu pelaksananya di adakan sebelum berlangsungnya akad nikah.Keadaan
ini pun sudah membudaya di tengah masyarakat
Dan di laksanakan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat.Jadi khitbah artinya adalah
peminang,yaitu melamar untuk menyatakan permitaan atau ajakan menginggat perjodohan,Dari
seorang laki-laki dengan seorang perempuan calon istrinya.
Hokum meminang adalah boleh (mubah)adapun dalil yang memperbolehkannaya adalah.(5.2
235)
ضت ُ ْم ِفي َما َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا َح َوال ْ اء ِخ
ْ ط َب ِة ِم ْن ِب ِه َع َّر ِ سَ َللاُ َع ِل َم أ َ ْنفُ ِس ُك ْم ِفي أَ ْكنَ ْنت ُ ْم أ َ ْو ال ِِّن
َّ ستَذْ ُك ُرو َن ُه َّن أَنَّ ُك ْم
َ أ َ ْن ِإال ِس ًّرا ت ُ َوا ِعد ُوه َُّن ال َولَ ِك ْن
َللاَ أ َ َّن َوا ْعلَ ُموا أ َ َجلَهُ ْال ِكتَابُ َي ْبلُ َغ َحتَّى النِِّكَاحِ ُع ْقدَة َ تَ ْع ِز ُموا َوال َم ْع ُروفًا قَ ْوال تَقُولُوا
َّ أ َ َّن َوا ْعلَ ُموا فَاحْ ذَ ُروهُ أ َ ْنفُ ِس ُك ْم فِي َما يَ ْعلَ ُم
َّ َح ِليم َغفُور
ََللا
Artinya: dan tdak ada dosa bagi kamumeminang waniya-wanita itu dengan sindiran,atau kamu
menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)dalam hatimu (Al-Baqoroh ayat 235)
B.Pengertian Mahar
Mahar secara etimologi adalah maskawin, sedangkan menurut terminologi adalah pemberian
wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan
rasa cinta kasih bagi sang isteri kepada calon suami. mahar disebut juga dengan istilah yang
indah, yakni shidaq, yang berarti kebenaran. Jadi makna mahar lebih dekat kepada syari’at
agama dalam rangka menjaga kemuliaan peristiwa suci. Mahar adalah syarat sahnya perkawinan
yang memberi pengaruh apakah sebuah pernikahan akan barakah atau tidak.
C.Pengertian Mut’ah
Arti Mut’ah adalah menikmati yang berasal dari kata dasar tamattu’. Adapun secara istilah
mut’ah berarti seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan memberikan sejumlah harta
tertentu dalam waktu tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban memberi nafkah atau tempat tinggal dan tanpa
adanya saling mewarisi antara keduanya sebelum meninggal dan berakhirnya masa nikah mut’ah
itu.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S.
Saba’ ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu
dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah
olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani,
yaitu:
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah SAW beserta
umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum
Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling
menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai
konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama
serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang mengakui
adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan
sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok
menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi
kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allah
sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda
tersebut.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah
sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan
kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya;
dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara
untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian,
masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted.
Masyarakat madani adalah onsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan
perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah
dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi
untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic governance (pemerintahan
demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat
sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).
Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani sbb:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital) yang kondusif
bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan
dan relasi sosial antar kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya
akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga swadayauntuk
terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat
dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling menghargai
perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
Tanpa prasyarat tesebut maka masyarakat madani hanya akan berhenti pada jargon.
Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat “sipilisme” yang sempit yang tidak
ubahnya dengan faham militerisme yang anti demokrasi dan sering melanggar hak azasi
manusia. Dengan kata lain, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diwaspadai dalam proses
mewujudkan masyarakat madani (lihat DuBois dan Milley, 1992).
1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti prototipe pemerintahan
yang sentralisme dengan desentralisme. Namun yang terjadi kemudian malah terjebak ke dalam
faham lokalisme yang mengagungkan mitos-mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip
nasionalisme, meritokrasi dan keadilan sosial.
2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan antara berbagai
kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum mayoritas terhadap minoritas dan
sebaliknya, yang memungkinkan mereka mengekspresikan kebudayaan mereka tanpa prasangka
dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk mengeliminasi karakter etnis, pluralisme budaya
berjuang untuk memelihara integritas budaya. Pluralisme menghindari penyeragaman. Karena,
seperti kata Kleden (2000:5), “…penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan,
pemerkosaan terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.”
Sebaliknya, rasisme merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu kelompok ras
tertentu terhadap kelompok lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi oleh suatu klaim bahwa
suatu ras minoritas secara genetik dan budaya lebih inferior dari ras yang dominan. Diskriminasi
ras memiliki tiga tingkatan: individual, organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu,
diskriminasi ras berwujud sikap dan perilaku prasangka. Pada tingkat organisasi, diskriminasi ras
terlihat manakala kebijakan, aturan dan perundang-undangan hanya menguntungkan kelompok
tertentu saja. Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu lembaga sosial
memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan terhadap lembaga lainnya.
3. Elitisme dan communalisme. Elitisme merujuk pada pemujaan yang berlebihan terhadap strata atau
kelas sosial berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan prestise. Seseorang atau sekelompok orang
yang memiliki kelas sosial tinggi kemudian dianggap berhak menentukan potensi-potensi orang
lain dalam menjangkau sumber-sumber atau mencapai kesempatan-kesempatan yang ada dalam
masyarakat.
Konsep Masyarakat Madani semula dimunculkan sebagai jawaban atas usulan untuk
meletakkan peran agama ke dalam suatu masyarakat Multikultural. Multikultural merupakan
produk dari proses demokratisasi di negeri ini yang sedang berlangsung terus menerus yang
kemudian memunculkan ide pluralistik dan implikasinya kesetaraan hak individual. Perlu kita
pahami, perbincangan seputar Masyarakat Madani sudah ada sejak tahun 1990-an, akan tetapi
sampai saat ini, masyarakat Madani lebih diterjemahkan sebagai masyarakat sipil oleh beberapa
pakar Sosiologi. Untuk lebih jelasnya, kita perlu menganalisa secara historis kemunculan
masyarakat Madani dan kemunculan istilah masyarakat Sipil, agar lebih akurat membahas
tentang peran agama dalam membangun masyarakat bangsa.
NO.5
Sistem ekonomi sosialis adalah suatu sistem ekonomi dengan kebijakan atau teori yang bertujuan
untuk memperoleh suatu distribusi yang lebih baik dengan tindakan otoritas demokratisasi
terpusat dan kepadanya perolehan produksi kekayaan yang lebih baik daripada yang kini berlaku
sebagaimana yang diharapkan.
Sistem Sosialis ( Socialist Economy) berpandangan bahwa kemakmuran individu hanya mungkin
tercapai bila berfondasikan kemakmuran bersama. Sebagai Konsekuensinya, penguasaan
individu atas aset-aset ekonomi atau faktor-faktor produksi sebagian besar merupakan
kepemilikan sosial.
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada
setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang, manjual
barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil
bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang
berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.
Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan
kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-
besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas
dengan berbagai cara.
M.A. Manan (1992:19) di dalam bukunya yang berjudul “Teori dan Praktik Ekonomi Islam”
menyatakan bahwa ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah
ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam. Sementara itu, H. Halide berpendapat
bahwa yang di maksud dengan ekonomi islam ialah kumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
dii simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi (dalam
Daud Ali, 1988:3).
Sistem ekonomi islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang di simpulkan dari
Al-Qur’an dan sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang di dirikan atas landasan
dasar-dasar tersebut yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masa.
1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada
manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk
kepentingan banyak orang.
6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.
1. Aqidah sebagai substansi (inti) yang menggerakkan dan mengarahhkan kegiatan ekonomi
2. Syari’ah sebagai batasan untuk memformulasi keputusan ekonomi
3. Akhlak berfungsi sebagai parameter dalam proses optimalisasi kegiatan ekonomi
Konsep dari ekonomi kapitalis di mana sumber kekayaan itu sangat langka dan harus di peroleh
dengan cara bekerja keras di mana setiap pribadi boleh memiliki kekayaan yang tiada batas,
untuk mencapai tujuan hidup nya. Dalam sistim ekonomi kapitalis perusahaan di miliki oleh
perorangan. Terjadi nya pasar (market) dan terjadinya demand and supply adalah ciri khas dari
ekonomi kapitalis. Keputusan yang diambil atas isu yang terjadi seputar masalah ekonomi
sumbernya adalah dari kalangan kelas bawah yang membawa masalah tersebut ke level yang
lebih atas.
Sementara Islam mempunyai suatu konsep yang berbeda mengenai kekayaan, semua kekayaan di
dunia adalah milik dari Allah SWT yang dititipkan kepada kita, dan kekayaan yang kita miliki
harus di peroleh dengan cara yang halal, untuk mencapai Al-falah (makmur dan success) dan
Sa’ada Haqiqiyah (kebahagian yang abadi baik di dunia dan akhirat. Dalam Islam yang ingin
punya property atau perusahaan harus mendapat kan nya dengan usaha yang keras untuk
mencapai yang nama nya Islamic Legal Maxim, yaitu mencari keuntungan yang sebanyak
banyak nya yang sesuai dengan ketentuan dari prinsip prinsip syariah. Yang sangat
penting dalam transaksi Ekonomi Islam adalah tidak ada nya unsur Riba (interest) Maisir (judi)
dan Gharar (ke tidak pastian).
Lain halnya dengan konsep ekonomi sosialis, di mana sumber kekayaan itu sangat langka dan
harus di peroleh lewat pemberdayaan tenaga kerja (buruh), di semua bidang, pertambangan,
pertanian, dan lainnya. Dalam sistem Sosialis, semua Bidang usaha dimiliki dan diproduksi oleh
Negara. Tidak terciptanya market (pasar) dan tidak terjadinya supply dan demand, karena Negara
yang menyediakan semua kebutuhan rakyatnya secara merata. Perumusan masalah dan
keputusan di tangani langsung oleh negara.