Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Pendidikan Agama

Indah Lughina Permata 0115101340

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2015

NO.1
PENGERTIAN TOLERANSI
Toleransi adalah sikap tenggang rasa, menghargai, membiarkan, atau membolehkan oran lain
untuk berpendapat atau berpendirian yang berbeda dengan dirinya.
Toleransi bahasa Arabnya adalah tasamuh yang artinya sama-sama berlaku baik, lemah lembut,
dan saling pemaaf. Dalam pengertian umum, toleransi adalah sikap akhlak terpuji dalam
pergaulan.
B. TOLERANSI DALAM ISLAM
Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis dalam
toleransi beragama merupakan kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang berarti
menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan yang batil (talbisu al-
haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah sikap yang menganggap semua agama sama.
Sementara sikap toleransi dalam Islam adalah sikap menghargai dan menghormati keyakinan dan
agama lain di luar Islam, bukan menyamakan atau mensederajatkannya dengan keyakinan Islam
itu sendiri.
Sikap toleransi dalam Islam yang berhubungan dengan akidah sangat jelas yaitu ketika Allah
SWT. memerintahkan kepada Rasulullah SAW. untuk mengajak para Ahl al-Kitab untuk hanya
menyembah dan tidak menye-kutukan Allah swt.
C. AYAT AL-QUR’AN & HADITS YANG MENJELASKAN TOLERANSI
1. Q. S. Al-Kafirun(109) : 1-6

Artinya :
1) Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir !
2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
3) dan kamu bukan penyembah apa yang kamu sembah,
4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah,
6) Untukmu agamau, dan untukku agamaku.
Asbabun nuzul
Salah satu riwayat menyebutkan bahwa sekelompok pemuka kafir Quraisy datang menemui
Rasulullah SAW.. Kedatangan mereka untuk mengajak Rasulullah bersekutu dalam segala hal,
termasuk dalam peribadahan. Mereka akan menyembah apa yang beliau sembah, beliau pun
diminta menyembah apa yang mereka sembah. Bahkan mereka akan menganngkat beliau sebagai
pemimpin. Dengan adanya peristiwa tersebut, maka turunlah wahyu Allah SWT., yaitu Q.S. Al-
Kafirun.
Pada ayat 2 dan 4, Rasulullah SAW. menegaskan bahwa beliau tidak akan pernah menjadi
penyembah apa yang disembah orang kafir, yaitu berhala. Dan pada ayat 3 dan 5 Rasulullah
SAW., juga menegaskan bahwa orang kafir pun tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang
beliau sembah, yaitu Allah SWT.
Pada ayat 6 Rasulullah SAW. menegaskan bahwa orang kafir tetap pada agamanya dan beliau
bersama kaum muslimin tetap pada agama tauhid. Dengan demikian, ayat 6 ini sebagai landasan
hukum adanya tasamuh dalam beragama.
Kandungan Surah
a. Kebenaran itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang beriman dan
beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir disediakan neraka ;
c. Jika manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka telah melakukan
kezhaliman.

2. Q. S. Al-Bayinah(98) : 1-8
Artinya :
1) Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka)
tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
2) (yaitu) seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang
suci (Al-Qur’an),
3) di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar),
4) Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang kepada mereka
bukti yang nyata.
5) Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
(menjalankan) agama, dan juga agar melaksnakan sholat dan menunaikan zakat, dan yang
demikian itulah agama yang lurus (benar),
6) Sungguh, orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk)
ke neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-
jahat makhluk.
7) Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-
baik makhluk.
8) Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘adn yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun
rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.
Asbabun Nuzul
Sebenarnya, prinsip nabi-nabi terdahulu ialah sama dengan prinsip agama Islam yaitu ketauhidan
dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT.. Meskipun
agama yang dibawa nabi terdahulu sama dengan Islam, tetapi syariatnya berbeda-beda. Misalnya
dalam menjalankan kewajiban dan tata cara beribadah.
Surah Al-Bayinah yang berkaitan dengan toleransi adalah ayat 1-2 . Kedua ayat ini menjelaskan
sikap tegas yang dimiliki oleh orang-orang kafir dari golongan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani)
dan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan tidak akan meninggalkan ajaran agama mereka
sampai datang keterangan yang nyata. Keterangan itu adalah nabi akhir zaman yang mereka
dambakan akan memancarkan lembaran-lembaran suci sebagai pedoman hidup. Mereka
menganggap bahwa peribadatan yang mereka lakukan saat itu benar sehingga mereka
mempertahankannya. Dengan demikian, sikap tegas mereka sebagai bukti dimilikinya fanatisme
beragama.
Mereka sangat berharap nabi akhir zaman yang mereka tunggu-tunggu itu berasal dari golongan
mereka, yaitu bani Israil. Akan tetapi, Allah SWT. mengutus nabi yang terakhir bukan dari
golongan bani Israil, muncullah rasa iri pada diri mereka. Upaya untuk membunuh Rasulullah
SWT. dan menghancurkan umat Islam selalu mereka lakukan. Hal ini akan berlangsung hingga
akhir zaman.

3. Q. S. Al-Kahfi(18) : 29

Artinya :
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, barangsiapa
menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah
dia kafir. “Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya
mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti
besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan
tempat istirahat yang paling jelek.
Kandungan Surah
a. Kebenaran itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang beriman dan
beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir disediakan neraka ;
c. Jika manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka telah melakukan
kezhaliman.

4. Q. S. Yunus(10) : 40-41

Artinya :
40) Dan diantara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan diantaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Rabbmu lebih mengetahui
tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41) Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah “Bagiku pekerjaanku
dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap yang aku kerjakan dan aku
pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.
Kandungan surah
a. Ada golongan umat manusia yg beriman terhadap al-qur'an dan ada yg tdk beriman kepada Al-
Qur'an ;
b. Allah SWT. mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada
Allah SWT. dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT. ;
c. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. harus yakin bahwa Tasul Allah SWT. yang
terakhir adalah Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur'an adalah kitab suci yg harus dijadikan
pedoman umat manusia sampai akhir zaman.

5. Hadits
Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau bersabda :
َ ‫َحدَّثَنِا عبد هللا حدثنى أبى حدثنى يَ ِزيد ُ قَا َل أنا ُم َح َّمد ُ ْبنُ ِإ ْس َحاقَ َع ْن دَ ُاودَ ب ِْن ْال ُح‬
ٍ َّ‫صي ِْن َع ْن ِع ْك ِر َمةَ َع ِن اب ِْن َعب‬
‫اس قَا َل قِي َل‬
.ُ‫س ْم َحة‬ َّ ‫َّللاِ قَا َل ْال َحنِي ِفيَّةُ ال‬
َّ ‫ان أ َ َحبُّ ِإلَى‬
ِ َ‫ي اْألَدْي‬
ُّ َ ‫سلَّ َم أ‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ِل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ِل َر‬
[Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin
Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada
Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al-
Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"

D. TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA


1. Kaitan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim
Berkaitan dengan hubungan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim, dalam hal ini Allah
SWT. Berfirman :
َ‫َّللاَ لَ َع َّل ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬ ْ َ ‫ِإنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِإ ْخ َوة ٌ فَأ‬
َّ ‫ص ِل ُحوا َبيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا‬
[Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat].
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa orang-orang mukmin bersaudara dan memerintahkan
untuk melakukan islah (mendamaikannya untuk perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi
kesalahpahaman di antara mereka atau kelompok umat Islam.
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, terlebih dahulu dengan mensikapi
perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga dan saudara sesama muslim. Sikap
toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari
adanya perbedaan dan menyadari bahwa semua adalah bersaudara, maka akan timbul rasa kasih
sayang, saling pengertian yang pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam
konteks pengamalan agama, Al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mukmin untuk
kembali kepada Allah SWT. dan sunnah Rasulullah SAW..
2. Kaitan toleransi dengan mu’amalah antar umat beragama
Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama
masyarakat penganut agama lain dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip
keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah
maupun tidak beribadah dari satu pihak ke pihak lain. Sebagai implementasinya dalam praktek
kehidupan sosial dapat dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah
sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

NO.2
Memang mengikuti alur pemikiran Munawir, dalam konteks pembaharuan ajaran Islam
di Indonesia tampaknya akan menimbulkan sikap pro dan kontra. Gagasan kontroversial seperti
ini agaknya secara sadar dimunculkan oleh Munawir agar tidak terjadi diskriminasi dan
penomorduaan sekelompok anggota warga bangsa di bumi Indonesian yang plural ini. Sebab
menurut keyakinannya diskriminasi apalagi hegemoni terhadap sekelompok warga secara
telanjang jelas bertentangan dengan prinsip demokrasi. Baginya demokrasi adalah salah satu
nilai fundamental yang ada dalam Islam.
Yang penting menurut Munawir, adalah memperjuangkan nilai-nilai Islam, bukan
universum formalistiknya. Islam hanya dilihat sebagai sumber inspirasi-motivasi, landasan etik-
moral, bukan sebagai sistem sosial dan politik yang berlaku secara keseluruhan. Dengan kata
lain, Islam tidak dibaca dari sudut verbatim doktrinalnya, tetapi coba ditangkap spirit dan rohnya.
Walhasil, visi Munawir tentang Indonesia masa depan adalah sebuah Indonesia yang demokratis,
semua mempunyai hak yang sama dan tidak ada diskriminasi. Semoga.
NO.3
A.Pengertian Khitbah
Kata khitbah (‫ )الخطبة‬adalah bahasa arab standar yang terpakai pergaulan sehari-hari,Terdapat
dalam firman allah dan terdapat pula dal ucapan nabi serta di syari’atkan dalam suatu
perkawinan yang waktu pelaksananya di adakan sebelum berlangsungnya akad nikah.Keadaan
ini pun sudah membudaya di tengah masyarakat
Dan di laksanakan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat.Jadi khitbah artinya adalah
peminang,yaitu melamar untuk menyatakan permitaan atau ajakan menginggat perjodohan,Dari
seorang laki-laki dengan seorang perempuan calon istrinya.
Hokum meminang adalah boleh (mubah)adapun dalil yang memperbolehkannaya adalah.(5.2
235)
‫ضت ُ ْم ِفي َما َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا َح َوال‬ ْ ‫اء ِخ‬
ْ ‫ط َب ِة ِم ْن ِب ِه َع َّر‬ ِ ‫س‬َ ‫َللاُ َع ِل َم أ َ ْنفُ ِس ُك ْم ِفي أَ ْكنَ ْنت ُ ْم أ َ ْو ال ِِّن‬
َّ ‫ستَذْ ُك ُرو َن ُه َّن أَنَّ ُك ْم‬
َ ‫أ َ ْن ِإال ِس ًّرا ت ُ َوا ِعد ُوه َُّن ال َولَ ِك ْن‬
‫َللاَ أ َ َّن َوا ْعلَ ُموا أ َ َجلَهُ ْال ِكتَابُ َي ْبلُ َغ َحتَّى النِِّكَاحِ ُع ْقدَة َ تَ ْع ِز ُموا َوال َم ْع ُروفًا قَ ْوال تَقُولُوا‬
َّ ‫أ َ َّن َوا ْعلَ ُموا فَاحْ ذَ ُروهُ أ َ ْنفُ ِس ُك ْم فِي َما يَ ْعلَ ُم‬
َّ ‫َح ِليم َغفُور‬
َ‫َللا‬
Artinya: dan tdak ada dosa bagi kamumeminang waniya-wanita itu dengan sindiran,atau kamu
menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)dalam hatimu (Al-Baqoroh ayat 235)

B.Pengertian Mahar
Mahar secara etimologi adalah maskawin, sedangkan menurut terminologi adalah pemberian
wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan
rasa cinta kasih bagi sang isteri kepada calon suami. mahar disebut juga dengan istilah yang
indah, yakni shidaq, yang berarti kebenaran. Jadi makna mahar lebih dekat kepada syari’at
agama dalam rangka menjaga kemuliaan peristiwa suci. Mahar adalah syarat sahnya perkawinan
yang memberi pengaruh apakah sebuah pernikahan akan barakah atau tidak.

C.Pengertian Mut’ah
Arti Mut’ah adalah menikmati yang berasal dari kata dasar tamattu’. Adapun secara istilah
mut’ah berarti seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan memberikan sejumlah harta
tertentu dalam waktu tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban memberi nafkah atau tempat tinggal dan tanpa
adanya saling mewarisi antara keduanya sebelum meninggal dan berakhirnya masa nikah mut’ah
itu.

D.Pengertian Taklik Talak


Taklik talak berasal dari dua kata yaitu taklik dan talak. Menurut bahasa talak atau ithlaq
berarti melepaskan atau meninggalkan. Dalam istilah agama talak berarti melepaskan ikatan
perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan.
Taklik atau muallak artinya bergantung. Dengan demikian pengertian taklik talak adalah
talak yang jatuhnya digantungkan kepada suatu syarat. Atau taklik talak adalah talak yang
digantungkan terjadinya terhadap suatu peristiwa tertentu sesuai dengan perjanjian. Atau taklik
talak adalah suatu talak yang digantungkan pada suatu hal yang mungkin terjadi yang telah
disebutkan dalam suatu perjanjian yang telah diperjanjikan lebih dulu. Atau
menggantungkan jatuhnya talak dengan terjadinya hal yang disebutkan setelah akad nikah. Dari
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa taklik talak adalah talak yang jatuhnya
digantungkan pada suatu perkara.

Dasar Hukum Taklik Talak


a. Qur’an surat An Nisa ayat 128
Artinya : Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh
dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar -
benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut
tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari
nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Nusyuz: yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. nusyuz dari pihak suami ialah bersikap keras terhadap
isterinya; tidak mau menggaulinya dan tidak mau memberikan haknya. seperti isteri bersedia
beberapa haknya dikurangi Asal suaminya mau baik kembali

b. KHI pasal 45 dan 116


Kompilasi hukum islam berbunyi : Kedua calon mempelai dapat mengadakan perkawinan
dalam bentuk :
1) Taklik talak.
2) Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Alasan perceraian menurut KHI pasal 116 adalah sebagai berikut :
1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya
yang sulit disembuhkan.
2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan
tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.
3) Salah satu pihak mendapat hukuman selama 5 tahun atau lebih berat setelah perkawinannya
berlangsung.
4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.
5) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajiban suami istri.
6) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan
untuk rukun lagi dalam rumah tangga.
7) Suami melanggar taklik talak.
8) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan ketidakrukunan dalam rumah tangga

Macam-Macam Taklik Talak


Taklik talak ada dua macam yaitu:
a. Taklik qasami adalah taklik yang dimaksudkan seperti janji karena mengandung pengertian
melakukan pekerjaan atau meninggalkan suatu perbuatan atau menguatkan suatu kabar.
b. Taklik syarthi adalah taklik yang dimaksudkan untuk menjatuhkan talak jika telah terpenuhi
syaratnya.
Adapun syarat sahnya talak taklik ada tiga yaitu:
a. Perkaranya belum ada tetapi mungkin terjadi di kemudian hari.
b. Hendaknya istri ketika lahirnya akad talak dapat dijatuhi talak.
c. Ketika terjadinya perkara yang ditaklikkan istri berada dalam pemeliharan suami.
Perkara yang mungkin terjadi kemudian adalah perkara yang tidak terjadi ketika taklik
talak diucapkan,Serta bukan suatu perkara yang mustahil terjadi. Jika perkara yang ditaklikkan
itu hal mustahil terjadi maka hanya dipandang main-main. Demikian halnya saat pengucapan
taklik talak dan ketika perkara yang ditaklikkan terjadi istri ada dalam pemeliharaan suami.
Dalam arti talak hanya berlaku bagi mereka yang memiliki ikatan perkawuinan tidak dibenarkan
seorang laki-laki mengucapkan talak kepada perempuan yang bukan istrinya.

E. Penjelasan Nikah Siri


Pengertian dari nikah siri, yaitu pernikahan yang dilakukan oleh wali pihak perempuan
dengan seorang laki-laki dan disaksikan oleh dua orang saksi, tetapi tidak dilaporkan atau tidak
dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA).
Istilah nikah siri atau nikah yang dirahasiakan memang sudah dikenal di kalangan para
ulama. Hanya saja nikah sirri yang dikenal pada masa dahulu berbeda pengertiannya dengan
nikah siri pada saat ini. Dahulu yang dimaksud dengan nikah siri yaitu pernikahan sesuai dengan
rukun-rukun perkawinan dan syaratnya menurut syari’at, hanya saja saksi diminta tidak
memberitahukan terjadinya pernikahan tersebut kepada khalayak ramai, kepada masyarakat, dan
dengan sendirinya tidak ada walimatul-’ursy. Adapun nikah siri yang dikenal oleh masyarakat
Indonesia sekarang ini adalah pernikahan yang dilakukan oleh wali atau wakil wali dan
disaksikan oleh para saksi, tetapi tidak dilakukan di hadapan Petugas Pencatat Nikah sebagai
aparat resmi pemerintah atau tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama bagi yang beragama
Islam atau di Kantor Catatan Sipil bagi yang tidak beragama Islam.
Nikah siri adalah salah satu bentuk masalah yang terjadi di Negara Indonesia saat ini.
Permasalahan ini sangat sulit untuk dipantau oleh pihak yang berwenang, karena mereka yang
melaksanakan pernikahan siri ini tidak melaporkan pernikahan mereka kepada pihak yang
berkompeten dalam bidang tersebut yakni Kantor Urusan Agama (KUA) bagi umat muslim dan
Kantor Catatan Sipil bagi yang beagama non muslim.
Perkawinan siri biasanya dilakukan dihadapan tokoh masyarakat atau ustads sebagai
penghulu, atau ada juga yang dilakukan secara adat-istiadat saja kemudian tidak dilaporkan
kepada pihak yang berwewenang untuk dicatatkan sesuai dengan ketentuan undang-undang no 1
tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 2 ayat 2 yang berbunyi “tiap-tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Adapun masalah pencatatan perkawinan yang tidak dilaksanakan tidaklah menggangu
keabsahan suatu perkawinan yang telah dilaksanakan sesuai hukum islam. Karena sekedar
menyangkut aspek administratif. Hanya saja jika suatu perkawinan tidak di catatkan, maka
suami-istri tersebut tidak memiliki bukti otentik bahwa mereka telah melaksanakan suatu
perkawinan yang sah. Akibatnya, dilihat dari aspek yuridis, perkawinan tersebut tidak diakui
pemerintah, sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum.
Oleh karena itu, perkawinan siri banyak menimbulkan dampak buruk bagi kelangsungan
rumah tangga. Akibat hukumnya bagi perkawinan yang tidak memiliki akte nikah, secara yuridis
suami/istri serta anak yang dilahirkan tidak dapat melakukan tindakan hukum keperdataan
berkaitan dengan rumah tangganya. Anak-anaknya hanya akan diakui oleh Negara sebagai anak
diluar kawin yang hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga ibunya. Istri
dan anak yang ditelantarkan oleh suami dan ayah biologisnya tidak dapat melakukan tuntutan
hukum baik pemenuhan hak ekonomi maupun harta kekayaan milik bersama.
NO.4
Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S.
Saba’ ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu
dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah
olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.

Masyarakat Madani Dalam Sejarah

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani,
yaitu:

1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.

2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah SAW beserta
umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum
Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling
menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai
konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama
serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:

1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui


kontrak sosial dan aliansi sosial.

2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat


dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-


program pembangunan yang berbasis masyarakat.

4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-


organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan
pemerintah.

5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter.

6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui


keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam
perspektif.

8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang mengakui
adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan
sosial.

9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok
menghormati pihak lain secara adil.

10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi
kebebasannya.

11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allah
sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda
tersebut.

12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.

13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.

14. Berakhlak mulia.

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah
sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan
kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya;
dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara
untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian,
masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted.
Masyarakat madani adalah onsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan
perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah
dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi
untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic governance (pemerintahan
demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat
sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).

Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani sbb:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.

2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital) yang kondusif
bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan
dan relasi sosial antar kelompok.

3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya
akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga swadayauntuk
terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat
dikembangkan.

5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling menghargai
perbedaan antar budaya dan kepercayaan.

6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga ekonomi, hukum,


dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.

7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan yang


memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka dan
terpercaya.

Tanpa prasyarat tesebut maka masyarakat madani hanya akan berhenti pada jargon.
Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat “sipilisme” yang sempit yang tidak
ubahnya dengan faham militerisme yang anti demokrasi dan sering melanggar hak azasi
manusia. Dengan kata lain, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diwaspadai dalam proses
mewujudkan masyarakat madani (lihat DuBois dan Milley, 1992).

Rambu-rambu tersebut dapat menjadi jebakan yang menggiring masyarakat menjadi


sebuah entitas yang bertolak belakang dengan semangat negara-bangsa:

1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti prototipe pemerintahan
yang sentralisme dengan desentralisme. Namun yang terjadi kemudian malah terjebak ke dalam
faham lokalisme yang mengagungkan mitos-mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip
nasionalisme, meritokrasi dan keadilan sosial.

2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan antara berbagai
kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum mayoritas terhadap minoritas dan
sebaliknya, yang memungkinkan mereka mengekspresikan kebudayaan mereka tanpa prasangka
dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk mengeliminasi karakter etnis, pluralisme budaya
berjuang untuk memelihara integritas budaya. Pluralisme menghindari penyeragaman. Karena,
seperti kata Kleden (2000:5), “…penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan,
pemerkosaan terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.”

Sebaliknya, rasisme merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu kelompok ras
tertentu terhadap kelompok lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi oleh suatu klaim bahwa
suatu ras minoritas secara genetik dan budaya lebih inferior dari ras yang dominan. Diskriminasi
ras memiliki tiga tingkatan: individual, organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu,
diskriminasi ras berwujud sikap dan perilaku prasangka. Pada tingkat organisasi, diskriminasi ras
terlihat manakala kebijakan, aturan dan perundang-undangan hanya menguntungkan kelompok
tertentu saja. Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu lembaga sosial
memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan terhadap lembaga lainnya.

3. Elitisme dan communalisme. Elitisme merujuk pada pemujaan yang berlebihan terhadap strata atau
kelas sosial berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan prestise. Seseorang atau sekelompok orang
yang memiliki kelas sosial tinggi kemudian dianggap berhak menentukan potensi-potensi orang
lain dalam menjangkau sumber-sumber atau mencapai kesempatan-kesempatan yang ada dalam
masyarakat.

Konsep Masyarakat Madani semula dimunculkan sebagai jawaban atas usulan untuk
meletakkan peran agama ke dalam suatu masyarakat Multikultural. Multikultural merupakan
produk dari proses demokratisasi di negeri ini yang sedang berlangsung terus menerus yang
kemudian memunculkan ide pluralistik dan implikasinya kesetaraan hak individual. Perlu kita
pahami, perbincangan seputar Masyarakat Madani sudah ada sejak tahun 1990-an, akan tetapi
sampai saat ini, masyarakat Madani lebih diterjemahkan sebagai masyarakat sipil oleh beberapa
pakar Sosiologi. Untuk lebih jelasnya, kita perlu menganalisa secara historis kemunculan
masyarakat Madani dan kemunculan istilah masyarakat Sipil, agar lebih akurat membahas
tentang peran agama dalam membangun masyarakat bangsa.

NO.5

A. Sistem Ekonomi Sosialis


Sosialis adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan
pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan
perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.

Sistem ekonomi sosialis adalah suatu sistem ekonomi dengan kebijakan atau teori yang bertujuan
untuk memperoleh suatu distribusi yang lebih baik dengan tindakan otoritas demokratisasi
terpusat dan kepadanya perolehan produksi kekayaan yang lebih baik daripada yang kini berlaku
sebagaimana yang diharapkan.

Sistem Sosialis ( Socialist Economy) berpandangan bahwa kemakmuran individu hanya mungkin
tercapai bila berfondasikan kemakmuran bersama. Sebagai Konsekuensinya, penguasaan
individu atas aset-aset ekonomi atau faktor-faktor produksi sebagian besar merupakan
kepemilikan sosial.

Prinsip Dasar Ekonomi Sosialis

 Pemilikan harta oleh negara


 Kesamaan ekonomi
 Disiplin Politik

Ciri-ciri Ekonomi Sosialis:

1. Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme).


2. Peran pemerintah sangat kuat
3. Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi

B. Sistem Ekonomi Kapitalis

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada
setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang, manjual
barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil
bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang
berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.

Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan
kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-
besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas
dengan berbagai cara.

Ciri-ciri sistem ekonomi Kapitalis :

1. Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi


2. Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
3. Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar
kepentingann (keuntungan) sendiri
4. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman Yunani Kuno (disebut
hedonisme)

C. Sistem Ekonomi Islam

M.A. Manan (1992:19) di dalam bukunya yang berjudul “Teori dan Praktik Ekonomi Islam”
menyatakan bahwa ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah
ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam. Sementara itu, H. Halide berpendapat
bahwa yang di maksud dengan ekonomi islam ialah kumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
dii simpulkan dari Al-Qur’an dan sunnah yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi (dalam
Daud Ali, 1988:3).

Sistem ekonomi islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang di simpulkan dari
Al-Qur’an dan sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang di dirikan atas landasan
dasar-dasar tersebut yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masa.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada
manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk
kepentingan banyak orang.
6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Ciri-ciri Ekonomi Islam:

1. Aqidah sebagai substansi (inti) yang menggerakkan dan mengarahhkan kegiatan ekonomi
2. Syari’ah sebagai batasan untuk memformulasi keputusan ekonomi
3. Akhlak berfungsi sebagai parameter dalam proses optimalisasi kegiatan ekonomi

Perbedaan Konsep Ekonomi Kapitalis, Islam dan Sosialis

Konsep Kapitalis Islam Sosialis


Sumber kekayaan Sumber kekayaan Sumber Kekayaan Sumber kekayaan
sangat langka( scarcity alam semesta dari sangat langka( scarcity
of resources) ALLAH SWT of resources)
Kepemilikan Setiap pribadi di Sumber kekayayan Sumber kekayaan di
bebaskan untuk yang kita miliki adalah dapat dari
memiliki semua titipan dari ALLAH pemberdayaan tenaga
kekayaan yang di SWT kerja (buruh)
peroleh nya
Tujuan Gaya hidup Kepuasan pribadi Untuk mencapai ke Ke setaraan
perorangan makmuran/sucess (Al- penghasilan di antara
Falah), di dunia dan kaum buruh
akhirat
Tabel di atas menerangkan 3 konsep sistem per ekonomian yaitu: Kapitalis, Islam dan Sosialis.

Konsep dari ekonomi kapitalis di mana sumber kekayaan itu sangat langka dan harus di peroleh
dengan cara bekerja keras di mana setiap pribadi boleh memiliki kekayaan yang tiada batas,
untuk mencapai tujuan hidup nya. Dalam sistim ekonomi kapitalis perusahaan di miliki oleh
perorangan. Terjadi nya pasar (market) dan terjadinya demand and supply adalah ciri khas dari
ekonomi kapitalis. Keputusan yang diambil atas isu yang terjadi seputar masalah ekonomi
sumbernya adalah dari kalangan kelas bawah yang membawa masalah tersebut ke level yang
lebih atas.

Sementara Islam mempunyai suatu konsep yang berbeda mengenai kekayaan, semua kekayaan di
dunia adalah milik dari Allah SWT yang dititipkan kepada kita, dan kekayaan yang kita miliki
harus di peroleh dengan cara yang halal, untuk mencapai Al-falah (makmur dan success) dan
Sa’ada Haqiqiyah (kebahagian yang abadi baik di dunia dan akhirat. Dalam Islam yang ingin
punya property atau perusahaan harus mendapat kan nya dengan usaha yang keras untuk
mencapai yang nama nya Islamic Legal Maxim, yaitu mencari keuntungan yang sebanyak
banyak nya yang sesuai dengan ketentuan dari prinsip prinsip syariah. Yang sangat
penting dalam transaksi Ekonomi Islam adalah tidak ada nya unsur Riba (interest) Maisir (judi)
dan Gharar (ke tidak pastian).

Lain halnya dengan konsep ekonomi sosialis, di mana sumber kekayaan itu sangat langka dan
harus di peroleh lewat pemberdayaan tenaga kerja (buruh), di semua bidang, pertambangan,
pertanian, dan lainnya. Dalam sistem Sosialis, semua Bidang usaha dimiliki dan diproduksi oleh
Negara. Tidak terciptanya market (pasar) dan tidak terjadinya supply dan demand, karena Negara
yang menyediakan semua kebutuhan rakyatnya secara merata. Perumusan masalah dan
keputusan di tangani langsung oleh negara.

Anda mungkin juga menyukai