Anda di halaman 1dari 19

DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN

BERDASARKAN KURIKULUM PAK 1996


(STAKPN SENTANI)
BAB I
HAKIKAT DAN TUJUAN PENELITIAN

A. HAKIKAT PENELITIAN

Penelitian pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu yang
dianggap benar melalui proses bertanya dan menjawab. Penelitian bertolak dari pertanyaan yang
muncul karena adanya keraguan, dan keraguan ini menjadi dasar permulaan ilmu. Dari pertanyaan
muncul suatu proses untuk memperoleh jawaban, yaitu jawaban yang dipercaya sebagai kebenaran,
walaupun sifat kebenarannya sementara. Jawaban yang diperoleh melalui proses seperti tiu pada
gilirannya akan dipertanyakan kembali, yang akan dijawab lagi melalui proses penelitian. Demikianlah
penelitian itu tidak pernah berkahir, sehingga ilmu pengetahuan bisa berkembang terus. Tanpa
penelitian ilmu pengetahuan tidak akan berkembang.
(lihat gambar.1)

Hakikat metodologi penelitian tidak terletak pada apa yang kita ketahui (atau pengetahuan), tetapi
pada bagaimana kita mengetahui. Walaupun pengetahuan dan cara mengetahui adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan.

Kalau kepada Anda ditanyakan bagaimana bentuk planet kita ini, tentu anda menjawab bahwa bumi
ini berbentuk bulat. Itu adalah pengetahuan Anda tentang bumi. Tetapi kalau ditanya bagaimana Anda
mengetahui bahwa bumi itu bulat, maka masalahnya menjadi lain. Ini adalah masalah metodologi.
Cara mengetahui inilah yang menjadi pokok pembicaraan dalam metodologi penelitian (W. Gulȍ,
2002:10-11).

Penelitian adalah usaha yang secara sadar diarahkan utnuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta
baru. Dapat pula penelitian diartikan sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia. Hasrat inilah
yang mendorong manusia melakukan kegiatan penelitian. Jadi mengadakan suatu penelitian adalah
mempertanyakan sesuatu hal untuk mendapatkan jawabannya.

Berdasarkan atas tujuannya penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua macam tujuan, yaitu :
1.Penelitian yang deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mendapatkan gambaran yang benar
mengenai sesuatu obyek.
2.Penelitian yang bersifat analisis yaitu penelitian yang bertujuan menguji kebenaran dari suatu
pendapat.

Setiap penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru, selalu memerlukan
pedoman-pedoman yang dapat digunakan dalam suatu penelitian adalah semua teori yang ada
kaitannya dengan objek penelitian. Tanpa suatu teori yang benar, maka seorang peneliti akan keliru
dalam memilih alat analisis, melihat hubungan sebab akibat, serta dalam mengumpulkan data.
Penentuan variabel-variabel untuk analisis sangat tergantung pada daya khayal/imajinasi si peneliti
yang ditentukan kemampuannya menguasai teori-teori yang ada.

Penelitian yang baik adalah penelitian yang menghasilkan kesimpulan melalui prosedur yang
sistematis, dengan mempergunakan pembuktian-pembuktian yang cukup meyakinkan. Hasil
penelitian itu tergantung pada pengalaman dan ketrampilan peneliti, tersedianya dana dan waktu
penelitian (Suparmoko, 1999:3).

B. PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH

Penelitian adalah cara mencari kebenaran melalui metode ilmiah, yaitu merumuskan masalah,
melakukan studi literature (teori dan hasil penelitian lampau ± 5 tahun terakir), merumuskan
hipotesis atau paradigma (bila perlu), mengumpulkan data dan mengambil kesimpulan.
Pendekatan ilmiah dalam melalkukan telaah, mula-mula adalah kebimbangan, hambatan, suatu
situasi terkatung-katung yang menuntut penegasan serta penetapan, ia mulai dari mempelajari
kepustakaan, menyimak pengalaman-pengalaman sendiri, dan menyimak pengalama-pengalaman
ilmuan lain.

Pentingnya penelitian; pertama, penelitian akan memecahkansuatu permasalahan yang dianggap


mengganggu, jika dibiarkan maka kita akan rugi. Kedua, penelitian yang kita lakukan haruslah
merupakan penelitian lanjutan atau penelitian pembantahan hasil penelitian yang dianggap keliru.

Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dalam pelaksanaannya menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
Artinya pokok pikiran yang dikemukakan disimpulkan melalui suatu prosedur yang sistematis dengan
mempergunakan pembuktian yang meyakinkan (ilmiah). Penelitian ilmiah didasarkan atas logika,
terorganisasi dan diteliti dalam identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis data dan penarikan
kesimpulan yang valid. Bukan hanya atas dasar tebak-tebakan, pengalaman dan intuisi semata. Jadi
penelitian ilmiah adalah penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis tentang fenomena-
fenomena alami, dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang dikira
terdapat antara fenomena-fenomena itu (Kerlinger, 2003:17).
Hal yang esensial dari penelitian ilmiah adalah upaya yang mantap dan terus menerus untuk
mereplikasi dan mengecek temuan-temuan, membetulkan teori berdasarkan bukti empirik dan
menemukan penjelasan yang lebih baik tentang fenomena-fenomena alami.

C. KADAR MUTU ILMIAH

Kadar mutu ilmiah suatu penelitian dapt diukur dengan dua criteria :
1.Kemampuannya untuk memberikan pengertian tentang masalah yang diteliti sehingga jelas.
2.kemampuan untuk meramalkan, artinya sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai,
apabila data yang sama ditemukan di tempat lain.
D. CIRI – CIRI PENELITIAN ILMIAH

Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah sebagai berikut :


1.Purposivenes yaitu memiliki fokus tujuan yang jelas.
2.Rigor yaitu teliti dan memiliki dasar teori dan desain metodologi yang baik.
3.Testibility yaitu prosedur pengujian hipotesis jelas.
4.Replicability yaitu pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau kasus yang sejenis lainnya.
5.Objectivity yaitu berdasarkan atas fakta dari data actual bukan penilaian yang subyektif dan
emosionil.
6.Generalisability yaitu semakin luas ruang lingkup penggunaaan hasil penelitian, semakin berguna.
7.Precision yaitu mendekati realitas dan konfiden atau kepercayaan peluang dari estimasi yang dapat
dilihat.
8.Parsimony yaitu kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya. (M. Iqbal
Hasan, 2002:11-12).

E. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dalam bahasa inggris adalah research atau penyelidikan. Peneliti atau petugas penelitian
disebut researcher. Penelitian adalah berpikir yang empirik, melakukan dengan melihat kehidupan
nyata. Penelitian adalah mencari solusi secara empiric, maka perlu metodologi. Methodology is rules
and procedure. Prosedur adalah urutan langkah-langkah untuk mencapau sustu tujuan, memecahkan
masalah tertentu atau membuat sesuatu. Misalnya ; prosedur pengolahan data, prosedur penelitian
(Hamzah cs, 2001). Jadi penelitian adalah upaya dari pada perbaikan.

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos – secara sederhana adalah suatu cara kerja untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metodologi adalah adanya
kesadaran tentang aturan-aturan dan prosedur dalam mencari solusi, itu melalui penelitian.
Metodologi berbeda dengan para normal. Para normal mencari solusi hanya dia yang tahu dan tidak
ada aturan yang sama antara sesama para normal. Tidak demikian halnya dengan metodologi
penelitian, siapapun pasti dapat mengulang dengan cara yang sama sehingga menemukan
jawabannya, yang ternyata sama pula.
Penelitian dapat memberikan komentar tentang konsep, aturan-aturan, dan dapat melakukannya.
Bukan seperti penonton sepak bola yang hanya bisa kritik, yang belum tentu bisa bermain. Metodologi
adalah aturan main penelitian dan menafsirkan hasilnya. Fungsi metodologi adalah :
1.mengatur dan memudahkan komunikasi.
2.mengatur proses penalaran/logic.
3.mengatur menghadapi obyektivitas.

(lihat gambar.2)
Sistematika penelitian

F. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian menurut Nan Lin adalah :


1.untuk menemukan uokum-hukum atau keteraturan-keteraturan yang bekerja di dalam gejala,
(pengembangan pengetahuan).
2.untuk memecahkan masalah (problem solving) yang terdapat dalam relasi-relasi social.

Dengan kata lain penelitian mempunyai dua macam signifikansi (penting dan manfaatnya) yaitu
signifikansi teoritis karena ia dapat mengembangkan teori, dan signifikansi praktis karena ia dapat
memberikan bantuan dalam memecahkan masalah (W. Gulȍ, 2002:16-17).

Suatu penelitian, khususnya penelitian di dalam ilmu-ilmu pengetahuan empiris, pada umumnya
bertujuan menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Menemukan
berarti berusaha mendapatkan sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan. Mengembangkan
berarti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah ada. Sedangkan menguji kebenaran
dilakukan, jika apa yang sudah ada, diragukan kebenarannya.

Penelitian yang bertujuan menemukan problem baru biasanya disebut penelitian eksploratif. Penelitian
yang khusus dimaksud untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada dinamakan penelitian
pengembangan (developmental research). Sedangkan penelitian yang yang ditujukan untuk menguji
kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian verifikasi.
Suatu penelitian mungkin dilakukan hanya sampai pada taraf deskriptif. Namun mungkin juga sampai
pada taraf inferensial. Pada taraf deskriptif semata-mata hanya melukiskan obyek atau peristiwa
tanpa suatu maksud untuk mengambil kesimpulan. Sebaliknya dalam penelitian yang bertaraf
inferensial, peneliti tidak hanya berhenti sampai pada melukiskan, tetapi dengan keyakinan tertentu,
kemudian mengambil kesimpulan-kesimpulan umum dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari
pengamatan atas obyek persoalan. Kesimpulan-kesimpulan semacam inilah yang diharapkan dapat
dijadikan sebagai dasar deduksi dalam menghadapi persoalan-persoalan khusus atau melakukan
tindakan-tindakan praktis dengan kejadian-kejadian tertentu (Sutrisno Hadi, 2004:3).

G. MANFAAT PENELITIAN

Pengertian penelitian mengandung dua manfaat penelitian yaitu manfaat teori dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis.
Penelitian yang bertitik tolak dari meragukan suatu teori tertentu disebut penelitian verifikasi.
Keraguan terhadap suatu teori muncul jika teori yang bersangkutan tidak bisa lagi menjelaskan
peristiwa-peristiwa aktual yang dihadapi. Pengujian terhadap teori tersebut dilakukan penelitian
empiris dan hasilnya bisa menolak atau mengukuhkan atau merevisi teori yang bersangkutan.
Demikianlah teori berkembang terus melalui penelitian dan dengan demikian ilmu pengetahuan
berkembang terus tanpa batas. Itulah sebabnya penelitian ditempatkan sebagai dharma kedua pada
tridharma perguruan tinggi sebagai lembaga yang mengelola ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

Pada sisi lain, penelitian bermanfaat pula untuk memecahkan masalah-masalah praktis sepert;
mengubah lahan kering menjadi lahan subur, mengubah cara kerja agar lebih efisien, dan merubah
kurikulum supaya lebih berdaya guna bagi pembangunan dan SDM merupakan contoh-contoh
permasalahan yang dapat dibantu pemecahannya melalui penelitian ilmiah.
Hampir semua lembaga yang ada di masyarakat, baik lembaga pemerintah atau lembaga swasta
menyadari manfaat ini dengan menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai bagian integral
dalam organisasi mereka.
Kedua manfaat tersebut merupakan syarat dilakukan suatu penelitian sebagaimana dinyatakan dalam
rancangan (desain) penelitian (W. Gulȍ, 2002:18-22).
(lihat gambar. 3)

BAB II
PRINSIP – PRINSIP PENELITIAN ILMIAH

Prinsip adalah hubungan sebab akibat dari konsep-konsep. Misalnya prinsip penawaran, dan prinsip
permintaan dalam ekonomi, atau prinsip penggunaan media (Hamzah cs, 2001).
Apakah yang dimaksud dengan ilmiah ? dengan ilmiah dimaksud menggunakan metode dan prinsip-
prinsip science, yaitu sistematik dan eksak atau menggunakan metode penelitian dimana suatu
hipotesis yang dirumuskan setelah dikumpulkan data obyektif secara sistematis, ditest secara empiris
yaitu didasarkan atas data yang diperoleh melalui observasi. Science bersifat sistematis dan mencoba
melihat sejumlah observasi yang kompleks dalam hubungan yang logis. Untuk melihat keseluruhan
dunia kenyataan science membentuk teori-teori yang dapat memberi pegangan untuk memahami
dunia sekitar. Science itu obyektif, menjauhi aspek yang subyektif.
Karena itu pula kegiatan ilmiah itu sendiri tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis. Science
tidak bertanya apakah obyek penelitian itu baik atau buruk. Science hanya mencoba untuk memahami
dan menjelaskannya dengan meneliti prinsip-prinsip dan hakekat obyek penyelidikannya. Tujuan
science (ilmu pengetahuan) yang sebenarnya adalah untuk memahami dunia ini (S. Nasution, 2003:
1).
Berdasarkan definisi penelitian ilmiah menurut F. N. Kerlinger, definisi ini menjelaskan bahwa proses
penelitian itu adalah penyusunan hipotesis mengenai hubungan-hubungan yang diperkirakan terdapat
di antara fenomena-fenomena itu. Penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis tersebut. Ada empat
kriteria yang perlu dipahami dalam suatu penelitian ilmiah :

1. Penelitian dilakukan secara sistematis


Penelitian dilakukan secara sistematis, prosesnya dari satu tahap ke tahap berikutnya. Setiap tahap
harus dilakukan secara berturut, tidak boleh melangkahi tahap sebelumnya untuk langsung pada
tahap terakhir atau tahap yang jauh di atasnya.

2. Penelitian dilakukan secara terkendali.


Penelitian dilakukan secara terkendali, perumusan konsep dan hipotesis secara operasional
merupakan kendali dalam mengarahkan seluruh kegiatan penelitian.
3. Penelitian dilakukan secara empiris.
Penelitian diakukan secara empiris, masalah-masalah yang akan diteliti adalah masalah yang bersifat
empiris. Semua konsep yang tercakup di dalam penelitian harus terhubung secara operasional dalam
dunia nyata.
4. Penelitian bersifat kritis
Penelitian bersifat kritis, kritis artinya ada tolak ukur (kriteria) yang dipakai untuk menentukan yang
dapat diterima, baik secara eksplisit (jelas, tegas) maupun implisit (selengkapnya). Tolak ukur dalam
menetapkan hipotesis, tolak ukur dalam menetapkan besar sampel penelitian, tolak ukur dalam
memilih metode pengumpulan data, tolak ukur dalam memilih alat analisis data, dan sebagainya (W.
Gulo, 2002: 17-18).

A. JENIS-JENIS PENELITIAN

Penggolongan penelitian sangat tergantung pada pedoman, dengan mana penggolongan dilakukan.
Sampai kini belum tercapai kesepakatan atas pedoman yang digunakan sebagai dasar tinjauan
penggolongan. Secara umum, jenis-jenis penggolongan adalah sebagai berikut :

1. Penggolongan menurut bidangnya :


– penelitian pendidikan
– penelitian sejarah
– penelitian bahasa
– penelitian ilmu teknik
– penelitian biologi
– penelitian ekonomi, dsb.
2. Penggolongan menurut tempatnya :
– penelitian laboratorium
– penelitian perpustakaan
– penelitian kancah/survei/lapangan
3. Penggolongan menurut pemakaiannya :
– penelitian murni ( pure research )
– penelitian terapan ( applied research )
4. Penggolongan menurut tujuan umumnya :
– penelitian eksploratif
– penelitian pengembangan
– penelitian verifikatif
5. Penggolongan menurut tarafnya :
– penelitian deskriptif
– penelitian inferensial
6. Penggolongan menurut pendekatannya :
– penelitian longitudinal
– penelitian cross-sectional

Kecuali yang disebutkan diatas, masih ada beberapa jenis penggolongan lain yang tidak sangat perlu
disebutkan di sini satu demi satu. Hanya satu catatan perlu dikemukakan di sini yaitu bahwa oleh
karena sering terjadi overlapping antara penggolongan yang satu dengan yang lain, maka dasar-dasar
penggolongan di atas tidak selalu diikuti semua orang. Misalnya penelitian deskriptif dan inferensial,
oleh sebagian orang digolongkan sebagai tujuan, bukan taraf. Hal semacam ini hendaknya tidak
dipandang sebagai suatu kewajaran, karena dasar-dasar penggolongannya memang lain ( Sutrisno
Hadi, 2004 : 3-4 ).

B. TIPE-TIPE PENELITIAN

Seperti telah disebutkan sebelumnya, penelitian bertitik tolak pada pertanyaan, bukan pernyataan.
Jawaban dari suatu pertanyaan akan dipertanyakan lagi, sehingga kita sampai pada pertanyaan yang
paling mendasar. Pertanyaan dasar tersebut menentukan tipe penelitian yang hendak dilaksanakan.
Ada tiga pertanyaan mendasar yang menentukan tipe penelitian secara empiris yaitu : Apa,
Bagaimana, Mengapa.

1. Penelitian eksploratif
Tipe ini berhubungan dengan pertanyaan dasar yang pertama, yaitu Apa. Pertanyaan ini ingin
mnegetahui suatu gejala akan peristiwa dengan melakukan penjajakan terhadap gejala tersebut.
Penjajakan dilakukan tidak secara sistematis, dalam arti tidak didasarkan pada hi[otesis dan tidak
ditarik sample. Penjajakan dapat dilakukan dengan metode “ bola salju” yaitu dengan bertanya
kepada satu orang, kemudian diteruskan kepada orang lain lagi, sampai diperoleh informasi yang
lengkap tentang masalah yang diteliti.
Sebagai contoh, jika kita pada suatu waktu melihat ada banyak orang berkumpul di suatu tempat dan
karena gejala itu tidak bisa terjadi, maka timbullah keinginan kita untuk mengetahuinya. Oleh karena
itu, kita mendekati kerumunan orang banyak itu, dan bertanya pada seorang yang ada di situ. Kalau
informasi yang diperoleh dari orang tersebut kurang memuaskan akan kurang dapat dipercaya, maka
kita melanjutkan pertanyaan kita kepada orang lain lagi sedemikian sehingga informasi itu menjadi
lengkap. Dari informasi itu akhirnya diketahui bahwa peristiwa itu adalah tabrakan kendaraan
bermotor.

2. Penelitian deskriptif
Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yang kedua, yaitu “bagaimana “. Kita tidak puas
jika hanya mengatahui apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui juga bagaimana
peristiwa itu terjadi. Dari contoh diatas, dapat kita ketahui bahwa peristiwa itu adalah tabrakan
kendaraan bermotor. Dengan penelitian deskriptif kita ingin mengetahui lagi bagaimana tabrakan itu
terjadi. Dengan demikian temuan-temuan dari penelitian deskriptif lebih luas dan lebih terperinci dari
penelitian eksploratif. Dikatakan luas karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga
variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah itu. Lebih terperinci karena variabel-variabel
tersebut diuraikan atas faktor-faktornya. Untuk mendapatkan hasil yang labih baik, penelitian
dilakukan dengan menarik sampel.

3. Penelitian eksplanatif
Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menghasilkan jawaban tentang hubungan antar objek
atau variabel. Penelitian eksplanatif hampir bertipe kuantitatif (Bagong,xiv:2005).Tipe penelitian ini
bertitik tolak pada pertanyaan dasar ketiga, yaitu “mengapa”. Kita tidak puas bila hanya mengetahui
apa yang terjadi dan bagaimana terjadi, tetapi ingin juga mengetahui mengapa peristiwa itu terjadi.
Dengan kata lain, kita ingin menjelaskan terjadinya suatu peristiwa. Sebagai contoh, kalau dari
penelitian eksploratif kita mengetahui bahwa masalahnya adalah krisis moneter. Dan melalui
penelitian deskriptif diketahui bagaimana krisis moneter itu terjadi, maka penelitian eksploratif
menjelaskan mengapa krisis moneter itu terjadi. Untuk itu perlu di identifikasi berbagai variabel diluar
variabel krisis moneter yang diperkirakan dapat memberi penjelasan terhadap masalah itu. Variabel –
variabel itu tidak terbatas pada variabel ekonomi, tetapi juga variabel politik, hukum sosiologi dan
sebagainya. Penelitian seperti ini didasarkan pada hipotesis-hipotesis yang datanya dikumpulkan
dengan metode sampling.

4. Penelitian eksperimen
Ketiga tipe penelitian yang disebutkan diatas disebut juga “expost fact’ research”. Disebut demikian
karena peristiwa yang diteliti sudah terjadi sehingga data-datanya dapat dilacak kembali melalui
kuesioner, adalah dokumen-dokumen yang relevan. Tetapi ada juga, ada penelitian dimana datanya
belum pernah ada, sehingga harus diciptakan lebih dahulu. Penemuan-penemuan baru seperti metode
mengajar, ada bibit unggul suatu tanaman, memerlukan suatu pembuktian bahwa metode baru
adalah bibit unggul itu memang lebih efektif. Misalnya pengajaran dengan menggunakan Audio Visual
( AVA) di suatu daerah terpencil, dimana metode itu belum pernah digunakan sebelumnya. Untuk
maksud tersebut, kita melakukan pengajaran dengan metode AVA kepada sekelompok siswa di
daerah itu. Dengan demikian kita mendapatkan data tentang seberapa jauh keefektifan pengajaran
dengan metode itu.
Kelompok siswa yang dijadikan praktek metode AVA itu disebut kelompok eksperimen. Untuk
mengetahui apakah hasilnya lebih efektif, maka kepada kelompok siswa yang sama atau kepada
kelompok siswa yang lain yang hampir sama, kita beri pelajaran yang sama dengan metode yang
biasa dipergunakan. Kelompok ini disebut kelompok control. Hasil dari kelompok kontrol menjadi
pembanding dari kelompok eksperimen, untuk mengetahui apakah hasil kelompok eksperimen itu
lebih efektif dari pada hasil kelompok control. Tipe penelitian seperti ini sangat berguna untuk
mengembangkan inovasi-inovasi yang berguna dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.

C. KLASIFIKASI PENELITIAN
1.Klasifikasi penelitian menurut tujuan (maksud)
1.1. Penelitian dasar (Basic Research) adalah penelitian yang sepenuhnya bertujuan untuk
mengembangkan atau memperbaiki suatu teori tanpa memperhatikan kegunaannya dalam
pendidikan. Penelitian ini dikerjakan dalam laboratorium.
1.2. Penelitian terapan (Applied Research) adalah penelitian yang bermaksud untuk menerapkan teori
atau menguji teori dalam kaitannya dengan pemanfaatannya dalam pendidikan adalah mengevaluasi
penggunaannya.
1.3. Penelitian evaluasi (Evaluation Research) adalah penelitian yang bertujuan membantu dalam
mengambil keputusan lebih baiknya sesuatu untuk dilaksanakan dari pada lain-lainnya dilihat dari
sudut efektifitas, efisiensi, biaya dan lain-lain.
1.4 Penelitian pengembangan (Development Research) adalah menemukan pola dan pertumbuhan
dan adalah perubahan dan terutama untuk mengembangkan bahan pengajaran yang bermanfaat bagi
sekolah, seperti alat peraga, materi penataran bagi guru-guru dan lain-lain.
1.5 Penelitian tindakan (Action Research) adalah untuk mengembangkan ketrampilan adalah
kemampuan dan pendekatan baru dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ada disekolah
melalui penggunaan metode ilmiah.

2. Klasifikasi penelitian menurut strategi (Metode)


2.1 Penelitian sejarah (History Research) adalah studi untuk mengerti dan menjelaskan kejadian-
kejadian pada masa lampau, sehingga kita bisa menyimpulkan mengenai penyebab, pengaruh dan
kecenderungan kejadian-kejadian pada masa lampau yang mungkin bisa bigunakan dalam
menjelaskan peristiwa-peristiwa sekarang yang terjadi dan berantisipasi mengenai peristiwa-peristiwa
sekarang, yang bakal terjadi diwaktu-waktu yang akan datang.
2.2 Penelitian deskriptif (Descriptive Research) adalah penelitian yang menggunakan observasi,
wawancara dan angket mengenai keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang sekarang kita teliti
dengan kata lain penellitian mengenai stastus sekarang dari subjek yang sekarang kita pelajari.
Jangan dibalik.
2.3 Penelitian korelasi (Correlational Research) adalah penelitian yang berusaha melihat apakah
antara dua variabel akan lebih atau tidak.
2.4 Penelitian kausal komparatif (ex post facto) adlah penelitian dengan tujuan mencari hubungan
sebab akibat yang mungkin terjadi melalui pengamatan sebagian akibat-akibat yang ada akan
nampak kelihatan kembali kebelakang untuk melihat faktor-faktor penyebabnya.
2.5 Penelitian eksperimen (Eksperimental Research) adalah penelitian yang benar-benar untuk
melihat hubungan sebab akibat yang kita lakukan terhadap variabel bebas, kita melihat hasilnya pada
variabel terikat.

(lihat gambar.4.)

BAB III
METODE – METODE PENELITIAN KUANTITATIF

A. PENELITIAN DESKRIPTIF

Apakah yang dimaksud dengan penelitian deskriptif? Penelitian deskriptif (descriptive research)
dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat factual
secara sistematis dan akurat. Penelitian deskriptif dapat pula diartikan sebagai penelitian yang
dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi
secara kekinian. Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan
fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat. Dengan kata
lain, tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi
saat ini.
Studi deskriptif adalah alat untuk menemukan makna baru, menjelaskan kondisi keberadaan,
menentukan frekuensi kemunculan sesuatu, dan mengategorikan informasi. Ada beberapa ciri
dominan dari penelitian deskriptif.

1Bersifat mendiskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual. Ada kalanya penelitian
dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk
mencari hubungan antar variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan.
2Dilakukan secara survey. Oleh karena itu penelitian deskriptif sering disebut sebagai penelitian
survei. Dalam arti luas penelitian ddeskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang
bersifat histories dan eksperimental.
3Bersifat mencari informasi factual dan dilakukan secara mendetail.
4Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktik-praktik
yang sedang berlangsung.
5Mendiskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu yang dalam waktu
bersamaan.

Langkah umum penelitian deskriptif adalah: (1) Mengidentifikasi masalah, (2) Mendefenisikan
masalah secara spesifik, (3) Merumuskan rancangan atau desain pendekatan, (4)Mengumpulkan dan
menganalisis data, dan (5) Menyusun laporan penelitian. Adakalanya penelitian ini dilakukan tatkala
peneliti merasa hanya sedikit memahami suatu fenomena. Dalam penelitian deskriptif, observasi tidak
berstruktur, observasi berstruktur, dan angket untuk mendiskripsikan fenomena yang ditelaah.
Beberapa contoh penelitian deskriptif adalah:

1.Survei mengenai penyebaran pekerja social di provinsi tertentu.


2.Survei mengenai penyebaran lokasi sekolah menurut jarak tempuh dari kota kecamatan
dikabupaten tertentu.
3.Penelitian mengenai pendapat masyarakat pengungsi dan keluarganya mengenai kualitas layanan
pekerja sosial yang membantu mereka ditempat penampungan sementara.
4.Penelitian mengenai pendapat masyarakat akan perlunya sosialisasi jenis-jenis layanan sosial yang
dapat diberikan oleh agensi sosial menurut kategorinya.
5.Studi mengenai kebutuhan tenaga bidan atau dokter spesialis kandungan dan kebidanan dirumah
sakit tertentu menurut kurun waktu tertentu pula.
6.Penelitian mengenai kemampuan professional dan ketrampilan teknikal tenaga pekerja sosial pada
camp penampungan pengungsi.

B. PENELITIAN PERKEMBANGAN

Penelitian perkembangan (Developmental Research) dimaksudkan untuk meneliti perkembangan


suatu subjek menurut pola urutan berdasarkan fungsi waktu. Penelitian perkembangan dapat bersifat
longitudinal dapat pula bersifat lintas-seksional atau cross sectional. Penelitian perkembangan yang
bersifat longitudinal dimaksudkan untuk meneliti perkembangan suatu subjek menurut pola dan
urutan berdasarkan fungsi waktu. Misalnya penelitian mengenai perkembangan ketrampilan motorik
bayi dari usia 0 sampai 9 bulan. Penelitiaan ini dilakukan terhadap sekelompok subjek yang sama,
misalnya, 10 bayi. Dari kesepuluh bayi itu, perkembangan motoriknya disurvei secara rutin, misalnya,
dalam satuan waktu usia bayi 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan. Contoh lain studi longitudinal
adalah studi mengenai pertumbuhan dan perkembangan suatu lembaga pelayanan sosial, katakanlah
sebuah lembaga swadaya, sejak berdiri hingga sekarang. Fokus studi dapat berupa perkembangan
bangunan fisik, sumber daya, jenis layanan jumlah pasien pengguna jasa layanan menurut satuan
waktu dan unit kerja tertentu, perkembangan biaya dan lain-lain.

Penelitian perkembangan yang bersifat seksional dimaksudkan untuk meneliti perkembangan suatu
subjek menurut pola dan urutan berdasarkan fungsi waktu, namun anggota subjek dipilih menurut
satuan yang ditetapkan. Misalnya, penelitian mengenai perkembangan berat badan ibu hamil dari 0
sampai 9 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan sekelompok subjek yang berbeda, misalnya masing-
masing lima orang per kelompok . Dari jumlah itu, berat badannya ditimbang secara bersamaan untuk
masing-masing kelompok. Misalnya untuk kelompok ibu hamil dengan usia kehamilan berusia 1bulan,
3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan.

Penelitian perkembangan memiliki beberapa cara dominan, yaitu : (1) Memperhatikan beberapa
variabel perkembangan menurut periode waktu tertentu, (2) Objek studi, terutama studi longitudinal,
sangat kompleks dan teknik penarikan sampel relatif sulit diterapkan, (3) Objek studi lintas seksional,
biasanya meliputi subjek yang lebih banyak, tetapi faktor-faktor pertumbuhan yang dikaji dan
dideskripsikan relatif sedikit, (4) Studi perkembangan berupa peramalan mengenai kecenderungan
perubahan suatu subjek, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Langka kerja penelitian
perkembangan pada umumnya mengikuti arus kerja penelitian lain.

C. PENELITIAN TINDAKAN

Apakah tujuan penelitian tindakan? Tujuan penelitian tindakan atau penelitian aksi (Action Research)
adalah mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan dan memecahkan
masalah dengan apliikasi langsung pada dunia kebidanan. Proses kerja penelitian tindakan ini terdiri
atas empat langka yang berlangsung secara siklikal, yaitu, perencanan, tindakan, evaluasi, dan
refleksi. Selanjutnya, dilakukan perencanaan ulang (Replanning), tindakan ulang, evaluasi ulang, dan
refleksi ulang. Proses ini terus berlanjut hingga ditemukan sosok model layanan kebidanan yang
dipandang paling baik, misalnya, pelayanan terbaik dalam hal penanganan penyandang masalah
sosial. Dari siklus ke siklus itu, terbuka kemungkinan luas untuk melakukan modifikasi atas rencana,
tindakan, dan evaluasi.

Karena sifatnya demikian, penelitian tindakan bersifat praktis, langsung dan relevan dengan situasi
saat ini dan dunia kerja. Hasil penelitian ini menjadi kerangka dasar bagi tindakan-tindakan atau
layanan baru yang terbaik pada bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK) maupun bidang lain.
Penelitian tindakan biasanya kurang memiliki ketertiban ilmiah karena validitas internal dan
eksternalnya lemah. Sampelnya terbatas, serta control terhadap variabel bebas sangat kecil.
Penelitian tindakan dalam bidang PAK dan bidang lainnya lebih berorientasi untuk kepentingan praktis
ketimbang pengembangan ilmu.

Contoh penelitian tindakan, misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui model komunikasi yang
efektif antara pekerja sosial dengan korban kerusuhan yang bermukim di camp penampungan
pengungsi. Pada tahap awal atau tindakan pertama, peneliti mendesain sebuah model komunikasi
persuasive, dilanjutkan dengan implementasi, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi
tersebut, peneliti melakukan desain ulang mengenai bagaimana model kumunikasi persuasive itu
dilakukan. Selanjutnya, tindakan ini dapat dilakukan secara “terus-menerus” hingga ditemukan model
komunikasi yang dipandang paling efektif.

D. PENELITIAN PERBANDINGAN KAUSAL

Penelitian perbandingan kausal (causal comparative research) bertujuan meneliti hubungan sebab-
akibat atau kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara mengamati akibat yang ada dan
mencari kembali faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari akibat itu, melalui pengumpulan
data tertentu. Berbeda dengan penelitian eksperimen, peneliti ini tidak mengumpulkan dalam keadaan
terkontrol.

Contoh penelitian perbandingan kausal adalah penelitian mengenai factor-faktor yang mempengaruhi
cirri-ciri kepribadian praktisi sosial yang akan dipromosikan untuk menduduki jabatan tertentu dengan
menggunakan data yang ada pada unit organisasi tempatnya bekerja sebelumnya.
Contoh lain, penelitian untuk mencari pola perilaku dan prestasi kerja seorang guru yang berkaitan
dengan perbedaan usia menduduki memangku tugas, dengan cara menggunakan data deskriptif
mengenai tingkah laku dan prestasi kerja yang tercatat atau dapat dicapai sebelum yang
bersangkutan menerima penugasan.

Penelitian perbandingan kausal ini bersifat ex post facto, yaitu data dikumpulkan setelah semua
peristiwa yang dipermasalahkan berlalu. Biasanya, peneliti menentukan satu atau dua akibat sebagai
variabel terikat. Selanjutnya mengevaluasi atau menguji data itu dengan mengadakan penelusuran ke
masa lampau untuk mencari sebab-sebab munculnya akibat itu. Oleh karena itu, metode
perbandingan kausal sering disebut sebagai metode ex post facto. Penelitian perbandingan kausal
dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah tertentu, seperti mengidentifikasi dan merumuskan
permasalahan yang akan diteliti, melakukan kepustakaan, merumuskan asumsi dan hipotesis,
menyusun instrumen, mengumpulkan data,menganalisisnya untuk menguji hipotesis, dan menyusun
laporan.
E. PENELITIAN KORELASIONAL

Apakah tujuan korelasional ? Penelitian korelasional (correlational research) bertujuan menentukan


seberapa besar variansi-variansi pada satu faktor berkaitan dengan variansi-variansi pada satu atau
beberapa faktor lain berdasarkan koefisien korelasi. Penelitian korelasional juga dapat didefinisikan
sebagai proses investigasi sistematis untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel.
Hubungan ini bisa positif atau negatif, signifikan atau tidak signifikan. Sifat utama penelitian ini adalah
menjelaskan hakikat dunia real meskipun tidak dimaksudkan untuk menelaah hubungan sebab dan
akibat (causes and effect relationship). Meskipun begitu, penelitian korelasional merupakan alat untuk
merumuskan hipotesis yang sering digunakan dalam penelitian eksperimental semu atau
eksperimental sungguhan yang biasanya dimaksudkan untuk menguji hubungan sebab dan akibat itu.

Ada beberapa ciri penelitian korelasional, yaitu :


1.variabel yang diteliti relatif rumit, tidak ada dieksperimentasi dan dimanipulasikan.
2.mengukur variabel yang berhubungan secara serentak dalam situasi yang realistik.
3.koefisien korelasi yang ingin dicari adalah positif atau negative, signifikan atau tidak signifikan,
bukan ada atau tidaknya korelasi itu.
4.satu atau lebih variabel disebut variabel bebas (independent variabel ). Dan satu atau lebih variabel
lain disebut variabel terikat atau bergantung (dependent variabel ).

Penelitian korelational secara umum dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1.mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2.mengidentifikasi masalah
3.melakukan studi kepustakaan dalam kerangka pendalaman teori dan perumusan hipotesis
4.merancang pendekatan yang akan digunakan. Termasuk dalam kegiatan ini adalah mengidentifikasi
variabel yang relevan, menentukan subyek penelitian secara tepat, memilih dan menyusun alat ukur
yang cocok, dan memilih metode korelasional yang cocok.
5.melakukan pengumpulan data
6.melaksanakan analisis dan interpretasi data
7.menarik kesimpulan, merumuskan rekomendasi dan implikasi, dan membuat laporan penelitian.

Dalam dunia penelitian ilmu-ilmu sosial dan pendidikan, penelitian korelasional kerapkali dilakukan.
Meskipun begitu, penelitian ini harus dilakukan secara sangat hati-hati karena memiliki kelemahan
mendasar. Beberpa kelemahan penelitian korelasional adalah sebagai berikut :
1.hasil penelitian cenderung hanya mengidentifikasi suatu variabel sejalan atau berkorelasi dengan
variabel lainnya, bukan atau tidak menunjukkan kausalitas hubungan.
2.tidak melakukan kontrol terhadap variabel, seperti dilaksanakan pada penelitian eksperimen
sehingga terbuka lebar peluang lahirnya bias data dan kesimpulan.
3.pola hubungan antar variabel seringkali kabur dan tidak menentu.
4.seringkali dimanipulasi atau menggunakan short gun approach, yaitu memasukan sejumlah data
tanpa melakukan seleksi dan sortir yang ketat.
5.seringkali hanya menggunakan interpretasi yang berguna atau bermakna saja, dan bersamaan
dengan itu mengaburkan interpretasi lain.

Beberapa contoh penelitian korelasional adalah sebagai berikut :


1.penelitian yang dimaksudkan untuk mempelajari hubungan antara mutu layanan dan kependidikan
dan kepuasan siswa dan orang tuanya.
2.penelitian untuk mengetahui hubungan antara skor ujian masuk calon mahasiswa sebuah perguruan
tinggi dengan prestasi belajarnya selama kuliah.
3.penelitian untuk mengetahui hubungan antara penguasaan materi dasar penyuluhan dan
kemampuan professional dan ketrampilan teknikal sekelompok penyuluh dalam melaksanakan tugas-
tugas utamanya.
4.studi untuk meramalkan keberhasilan mahasiswa bidang ilmu-ilmu sosial dan pendidikan
berdasarkan skor pada tes bakat, tes motif berprestasi, dan tes kepribadian.

F. PENELITIAN EKSPERIMENTAL – SEMU


Penelitian eksperimental semu (quasi experimental research) dimaksudkan untuk memperoleh
informasi tertentu, berupa prakiraan bagi informasi yang dapat diperoleh bagi eksperimen yang
sebenarnya. Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang tidak memungkinkan mengontrol atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan. Aspek validitas internal dan eksternal yang
seharusnya diperhatikan oleh peneliti dalam membuat rancangannya, kurang menjadi titik tekan,
dalam makna bahwa peneliti bekerja dengan keterbatasan-keterbatasn itu.
Dilihat dari perspektif lain, penelitian eksperimental semu bertujuan menjelaskan hubungan-
hubungan, mengklarifikasi terjadinya suatu peristiwa atau keduanya. Penelitian ini menonjolkan sifat-
sifat hubungan kausalitas. Oleh karena itu, cocok dijadikan basis untuk memprediksi fenomena.
Namun demikian, karena kontrolnya berada pada level rendah, “derajad ilmiahnya” kurang
dibandingkan dengan penelitian eksperimental sungguhan dikarenakan adanya kelemahan pada salah
satu atau lebih dari factor-faktor berikut ini, yaitu (1) manipulasi variabel perlakuan, (2) manipulasi
situasi, (3) pemilihan subyek penelitian.
Ada beberapa ciri dominan studi eksperimental semu, yaitu :
1.Aspek yang diteliti bersifat praktis dengan tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan,
kecuali beberapa variabel;
2.Menggunakan control parsial;
3.seringkali; dilakukan secara tidak formal, sehingga perlu diberi kategori tersendiri agar tidak
menjadi sebuah penjelajahan semata.
Penelitian eksperimental semu dapat dilakukan di bidang kebidanan, meskipun paling sering dipakai
pada bidang psikologi.
Bagaimana langka-langka pelaksanaanpenelitian ini? Langka-langka penelitian eksperimental
sungguhan, seperti diuraikan pada bagian berikut, dapat diikuti dan diterapkan dalam kerangka
penelitian ini. Namun demikian, peneliti perlu mengakui masing-masing keterbatasan, khususnya
dalam hal kelemahan validitas internal dan eksternalnya.

Beberapa contoh penelitian eksperimental semu adalah sebagai berikut:


1.Penelitian untuk menyelidiki efek kecepatan membaca mengenai topik “prosedur pertolongan
pertama pada kecelakaan” dengan ketrampilan “praktik simulasi melakukan pertolongan pertama
pada kecelakaan” pada tiga kelompok pelajar anggota pramuka tanpa menentukan penempatan
mereka pada perlakuan secara random, berdasarkan tingkat kecerdasan, jenis kelamin, atau
mengawasi waktu membaca secara cermat.
2.Penelitian untuk menilai tingkat efektifitas tiga jenis layanan komunikasi keperawatan (satu arah,
dua arah, dan persuasif), perawat dapat secara sukarela melakukannya karena tertarik dengan cara
berkomunikasi di dalam bekerja.
3.Penelitian dalam bidang pendidikan yang menggunakan tes awal, perlakuan, dan tes akhir; yang di
dalamnya variabel-variabel seperti kematangan, efek pentesan, regresi statistik, dan adaptasi tidak
dapat dihindari atau terlewat dalam penelitian.
G.PENELITIAN EKSPERIMENTAL
Penelitian dengan pendekatan pencobaan atau eksperimental (Eksperimental Research) atau
penelitian eksperimental sungguhan (True Eksperimental Research) dimaksudkan untuk menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab dan akibat (Cause-and Effect Relationship), dengan cara mengekspose
satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen dan membandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan atau tritmen.
Penelitian eksperimental juga dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan
terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Oleh karena itu tujuan penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji hubungan kausalitas.

Penelitian eksperimental memiliki ciri yang berbedah dengan penelitian lainnya, termasuk penelitian
eksperimental semu. Ciri-ciri penelitian eksperimental, antara dideskripsikan seperti berikut ini.
1.Variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara tertib ketat (Rigorous
Management), baik dengan menetapkan kontrol memanipulasi langsung, maupun random.
2.Menggunakan kelompok kontrol sebagai data dasar (Base Line) untuk membandingkan dengan
kelompok eksperimental.
3.Memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang
berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin
mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Juga, meminimalkan variansi
kekeliruan untuk rambang, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan
penentuan subjek, serta penempatan subjek dalam kelompok-kelompok dilakukan secara rambang.
4.Validitas internal (Internal Validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimental,
untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang dilakukan padasaat studi ini memang
benar-benar menimbulkan perbedaan.
5.Validitas eksternalnya (Eksternal Validity) berurusan dengan sampai sejauh mana pertemuan
penelitian itu representative dan dapat digeneralisasikan pada kondisi yang sama.
6.Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja
dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
7.Perlakuan sering kali artifisial atau buatan, sehingga sering kurang objektif diterapkan pada kondisi
kehidupan sosial.

Bagaimana penelitian eksperimental itu dilakukan secara baik dan benar? Penelitian ini umumnya
dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini :
1.mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah
2.melakukan studi pustaka
3.merumuskan hipotesis atas dasar hasil studi pustaka
4.merumuskan definisi istilah atau definisi operasional variabel.
5.menyusun rancangan eksperimental, yang meliputi identifikasi variabel yang relevan, identifikasi
variabel non eksperimen, menentukan rancangan, memilih sampel yang representatif bagi populasi
tertentu, perlakuan, menyusun alat ukur hasil eksperimen, rancangan prosedur pengumpulan data,
dan menguji hipotesis.
6.melaksanakan eksperimen
7.menganalisis data dan melakukan tes signifikansi untuk menentukan tahap signifikansi hasilnya
8.menginterpretasi hasil, perumusan kesimpulan, diskusi, dan pembuatan laporan.
Beberapa contoh penelitian eksperimen, yaitu :
1.penelitian mengenai pengaruh dua jenis metode kuliah terhadap prestasi mahasiswa ilmu-ilmu
sosial atau kependidikan sebagai fungsi ukuran kelas (besar dan kecil) dan taraf intelegensi
mahasiswa (cerdas, tinggi, dan sedang) dengan menempatkan dosen secara random berdasarkan
intelegensi, model mengajar, dan ukuran kelas tersebut.
2.penelitian untuk menyelidiki dampak pemberian makanan tambahan kepada anak sekolah dasar,
dengan perhatian tingkat sosial-ekonomi orang tua dan intelegensi mereka.
3.penelitian untuk menyelidiki efek program pelatihan bagi pertumbuhan professional guru-guru,
dengan menggunakan kelompok eksperimen (yang menerima program itu) dan kelompok control
(yang tidak menerima program itu); dan dengan menggunakan rancangan tes awal – tes akhir (pre
test and post test) yaitu hanya setengah dari mereka secara random menerima tes awal; untuk
menentukan berapa besar perubahan pertumbuhan professional itu dapat dikatakan akibat dari
pengetesan awal atau oleh program pelatihan (Sudarwan, 2002)

BAB IV
METODE – METODE PENELITIAN KUALITATIF
Ada lima ciri utama penelitian kualitatif meskipun tidak semua penelitian kualitatif memperlihatkan ciri
tersebut. Adapun lima ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
1.Penelitian kualitatif mempunyai setting alami sebagai sumber data langsung dan peneliti adalah
instrument utamanya.
2.penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar
bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka , sifatnya hanya sebagai penunjang. Data yang
diperoleh meliputi transkrip interview, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan lain-lain.
3.Penelitian kualitatif lebih menekankan proses kerja, yang seluruh fenomena yang dihadapi
terjemahkan dalam kegiatan sehari-hari, terutama yang berkaitan langsung dengan masalah
pendidikan agama kristen.
4.Penelitian kualitatif cenderung menggunakan pendekatan induktif. Abstraksi-abstraksi disusun oleh
peneliti pendidikan agama kristen atas dasar data yang telah terkumpul dan dikelompokan bersama-
sama melalui pengmpulan data selama kerja lapangan dilokasi penelitian.
5.Penelitian kualitatif memberi titik tekan pada makna, yaitu fokus penelaahan terpaut langsung
dengan masalah kehidupan manusia.
Aplikasi metode kualitatif dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dilakukan dengan langka-langka yaitu
merumuskan masalah sebagai fokus penelitian kebidanan, mengumpulkan data lapangan, mengalisis
data, merumuskan hasil studi, dan menyusun rekomendasi untuk perbaikan kinerja dalam bidang ini.
Tanpa mengurangi makna sajian lain dari buku ini, berikut ini disajikan metode-metode penelitian
kualitatif.

1.PENELITIAN FENOMENOLOGI
Penelitian fenomenalogi bersifat induktif. Pendekatan yang dipakai adalah deskriptif yang
dikembangkan dari filsafat fenomenologi (Phenomenological Philoshop). Fokus filsafat fenomenologi
adalah pemahaman tentang rsepon atas kehadiran atau keberadaan manusia, Bukan sekedar
pemahaman atas bagian-bagian yang spesifik atau perilaku khusus. Tujuan penelitian fenomenologikal
adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman apa yang dialami seorang dalam kehidupan ini,
termasuk interaksinya dengan orang lain. Contoh penelitian fenomenologikal adalah studi mengenai
daur hidup masyarakat tradisional dilihat dari perspektif kebiasaan hidup sehat, misalnya
menggunakan air bersih, menu makanan, kepedulian terhadap usaha pengobatan atas keluarga yang
sakit, dan lain-lain. Penelaahan masalah dilakukan dengan multi persepektif atau multi sudut
pandang.
2.PENELITIAN TEORI GROUNDED
Penelitian grounded atau peneltian yang menggunakan teori grounded dalah teknik penelitian induktif
(InduktiveResearch Tehnique). Tehnik ini pertama kali digagas oleh Strauss dan Sayles pada tahun
1967. Pendekatan penilitian ini bermaslahat dalam menemukan problem-problem yang muncul dalam
situasi kebidanan dan aplikasi proses-proses pribadi untuk menanganinya. Metodologi teori grounded
menekankan observasi dan mengembangkan basis praktik hubungan “intuitif” antarvariabel. Proses
penelitian ini melibatkan formulasi, pengujian, dan pengembangan ulang preposisi selama
penyusunan teori. Teori yang dihubungkan bersifat grounded atau berdasarkan data sal hal itu di
dapat.
3.PENELITIAN ETNOGAFI
Penelitian etnografi awalnya berkembang pesat pada disiplin antropologi untuk penginvestigasian
budaya (Investigating Culture) melalui studi mendalam (in-dept-study) atas rumpun-rumpun atau
masyarakat budaya. Penelitian tipe ini berusaha memaparkan kisah kehidupan keseharian orang-
orang (People’s daily live), yang dalam kerangka menjelaskan fenomena budaya itu, mereka menjadi
bagian integral darinya. Pada penelitian etnografi, pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan
deskriptif. Analisis data dilakukan untuk mengembangkan teori perilaku cultural (Theory of
CultureBehavior). Dalam penelitian etnografi, peneliti secara actual hidup menjadi bagian dari seting
budaya dalam tatanan untuk mengumpulkan data secara sistematis dan holistik. Melalui penelitian
etnografi perbedaan-perbedaan budaya dijelaskan, dibandingkan, dan dibedakan (Described
Compared, and Contrasted) untuk menambah pemahaman atas dampak budaya pada perilaku atau
kesehatan manusia.
4.PENELITIAN HISTORIS
Penelitian histories (Historical Research) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk merekonstruksi
kondisi lampau secara objektif, sistematis, dan akurat. Melalui penelitian ini, bukti-bukti dikumpulkan,
dievaluasi, dianalisis, dan disintesiskan. Selanjutnya, berdasarkan bukti-bukti itu, dirumuskan
kesimpulan. Adakalanya penelitian histories digunakan untuk menguji hipotesis tertentu. Misalnya,
hipotesis mengenai dugaan adanya kesamaan antara, sejarah perkembangan pendidikan dari satu
Negara yang mengalami hegemoni oleh penjajah yang sama. Contoh lain dalah studi tentang prosedur
pembelajaran dalam system pendidikan yang tradisional dan relevansinya dengan kenyataan proses
pendidikan modern saat ini.
Peneliti historis biasanya memperoleh data melalui catatan, artifak-artifak atau laporan-laporan
verbal. Hasil penelitian biasanya berupa narasi deskriptif (Narative Description) atau analisis terhadap
peristiwa-peristiwa yang muncul pada rentang waktu lama atau cukup lama dimasa lampau. Ada
beberapa ciri dominan penelitian historis.
1.Adakalanya lebih bergantung pada data hasil observasi orang lain hasil observasi sendiri.
2.Data penelitian diperoleh melalui observasi yang cermat, dimana data yang ada harus objektif,
otentik, dan diperoleh dari sumber yang tepat pula.
3.Data yang diperoleh bersifat sistematis menurut urutan peristiwa yang bersifat tuntas.
4.Mensyaratkan data pokok dan data pelengkap. Data pokok atau data primer bersumber dari peneliti
yang secara langsung melakukan observasi dan benar-benar menyaksikan kejadian yang ditulis dalam
laporan penelitian. Adapun data pelengkap, atau data sekunder diperoleh oleh peneliti berdasarkan
hasil observasi atau tulisan orang lain.
5.Diperlukan adanya kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal (External Criticism) dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah dokumen itu benar-benar realis atau otentik?” Kritik
internal (Internal Criticism) dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah data itu akurat dan
relevan?” Kritik eksternal dan internal inilah yang membuat penelitian histories bersifat tertib dan
ketat. Evaluasi kritis itu tentu harus objektif dan akurat pula.
6.Peneliti mengumpulkan data secara tuntas, bukan mengumpulkan data secara tertulis atau apa
yang dilihat saj tanpa menggali data lain lebih lanjut. Data yang diperoleh digali, digali, dan digali
kemudian direkonstruksi.
Langka-langka umum penelitian historis adalah :
1 Mengidentifikasi dan merumuskan masalah.
2 Mendefinisikan masalah dengan mengajukan pertanyaan : (1) apakah pendekatan ini paling cocok
untuk masalah yang menjadi fokus? (2) apakah peneliti dapat menemukan data yang diperlukan
dalam penelitian? (3) apakah penelitian akan melahirkan kesimpulan yang berguna?
3Merumuskan tujuan penelitian dan jika mungkin menyusun hipotesis yang akan menjadi arah fokus
penelitian.
4Mengumpulkan data, dengan membedakan data primer dan data sekunder. Dalam pengumpulan
data ini, biasanya diperlukan kartu atau lembaran catatan.
5Evaluasi data yang diperoleh dengan mengajukan kritik internal dan kritik eksternal.
6Menuangkan hasil penelitian dalam bentuk laporan.
5.PENELITIAN KASUS
Penelitian kasus (Case Study) atau penelitian lapangan (Field Study) dimaksudkan untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini serta interaktif lingkungan unit
sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok,
institusi, atau masyarakat. Penlitian kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu,
yang hasil penelitian tiu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek
yang diteliti relatif terbatas, tetapi variabel-variabel dan focus yang diteliti sangat luas dimensinya.
Contoh, studi lapangan yang tuntas dan mendalam mengenai kegiatan yang paling banyak dilakukan
oleh tenaga pekerja sosial selama menjalankan tugas di camp pengungsi. Contoh lain, studi
mendalam mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya apresiasi anak didik dan masyarakat terhadap
program pendidikan kejuruan dilihat dari pengetahuan, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
dan sebagainya.
6. INKUIRI FILOSOFI
Inkuiri filosofis (Philosophycal Inquiry) melibatkan penggunaan mekanisme analisis intelektual untuk
memperjelas makna, membuat nilai-nilai menjadi nyata, mengidentifikasi etika, danstudi tentang
hakikat pengetahuan. Penelti filosofis mempertimbangkan ide atau isu-isu (idea or issue) dari semua
perspektif dengan eksplorasi intensif atas literature, menguji atau menelaah secara mendalam makna
konseptual, merumuskan pertanyaan, mengajukan jawaban, dan menyarankan aplikasi atas
jawababan-jawaban itu.Peneliti dipandu oleh pertanyaan filosofis yang telah diajukan. Ada tiga
kategori inkuiri filosofis yaitu :
1.foundational inquiry
2.philoshopical analyses
3.ethical analyses
Studi fondasional (Foundational Study or Inquiry) melibatkan anlisi tentang struktur ilmu dan proses
berpikir tentang penilaian atas fenomena tertentu yang dianut bersama oleh “anggota” disiplin ilmiah.
Tujuan analisis filosofis adalah menguji makna dan mengembangkan teori yang diperoleh melalui
analisis konsep atau analisis lingustik. Inkuiri etikal melibatkan analisis intelektual dan masalah etik
dikaitkan dengan andil, hak, tugas, benar dan salah, kesadaran, keadilan, pilihan, intensi, dan
tanggung jawab. Inkuiri etikal bermakna sebuah alat pengiring (means ofstriving) bagi lahirnya
rasional akhir tatkala dimensi etik itu digamitkan.
6.Teori kritik sosial adalah filosofi lain dari sebuah metodologi kualitatif yang unik. Dipandu oleh
filsafat dari teori kritik sosial (Critical Social Theory), Peneliti mengenai pemahaman mengenai cara
seseorang berkomunikasi dan bagaimana ia mengembangkan makna simbolik di masyarakat. Banyak
pemahaman muncul dalam sebuah dunia yang fakta kemasyarakatan tertentu diterima apa adanya,
tidak didiskusikan, atau diposisikan secara dogmatik. Tatanan politik yang mapan itu dipersepsi
sebagai tertutup bagi perubahan dan tidak patut dipertanyakan. Tatanan politik semacam ini biasanya
muncul pada masyakat dibawah pemerintahan yang otoriter.
Guru yang otoriter tidak memberi toleransi pada siswanya yang menuntut layanan diluar yang mereka
programkan. Apapun jenis dan bentuk layanan yang dilakukan oleh guru harus diterima oleh siswa
secara apa adanya, tanpa boleh dimodifikasi atau diubah. Peneliti berusaha untuk tidak menemukan
distorsi dan kendala yang menghalangi kebebasan (impede free), kesamaan, dan partisipasi tanpa
paksaan di masyarakat. Guru perlu menyadari kendala-kendala itu di masyarakat dan mereka harus
mampu membuat pilihan-pilihan dalam kerangka layanan kependidikan, baik kepada siswa maupun
orang tua murid.Tentu saja, sistem layanan kependidikan kepada mereka dipengaruhi oleh sistem
sosial disekitar mereka. (Sudarwan, 2002 : 41-56)

BAB V
KONSEP DASAR DAN CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF
A.KONSEP DASAR
Pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian diturunkan dari filosofi yang berbeda.
Pendekatan kuantitatif merupakan turunan dari filosofi dan positivistik, sedangkan pendekatan
kualitatif merupakan turunan dari filosofi fenomenologi. Di bidang ilmu-ilmu sosial dan pendidikan,
penelitian kualitatif dipersepsi sebagai suatu istilah yang mengacu pada beberapa strategi penelitian
yang sekaligus menjadi ciri-ciri dominannya.
Pertama, data yang dikumpulkan bersifat data lunak (Soft Data) yaitu data yang secara mendalam
mendeskripsikan orang, tempat, hasil percakapan, dan lain-lain. Kedua, semua data yang diperoleh
kemudian dianalisis tidak dengan menggunakan skema berpikir statistikal. Ketiga, pertanyaan-
pertanyaan penilitian tidak dirangkai oleh variabel-variabel operasional, melainkan untuk mengkaji
semua kompleksitas yang ada dalam konteks penelitian. Keempat, meskipun peneliti dan pakar ilmu-
ilmu sosial dan pendidikan dapat melakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan suatu fokus
pada saat mengumpulkan data, mereka tidak dapat mendekati permasalahan tersebut dengan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat uji hipotesis. Mereka menguji tingkah laku manusia dengan
kerangka berpikir atau referensi mereka sendiri. Kelima, umumnya, peneliti mengumpulkan data
melalui hubungan langsung dengan oran-orang pada situasi khusus, sedangkan pengaruh luar hanya
bersifat sekunder. Keenam, prosedur kerja pengumpulan data yang paling umum dipakai dalah
observasi partisipatif (participant observation) dan wawancara mendalam (indepth interviewing),
dengan tetap membuka luas penggunaan teknik lainnya.
Salah satu contoh penelitian yang menggunakan pendekatan observasi partisipan, yaitu: seorang
peneliti berdiri dihalaman SMK Negeri (SMKN) Gunung mesir yang fasilitasnya serba lengkap sambil
melihat kedatangan sebuah bus yang membawa anak sekolah memasuki kompleks SMKN tersebut.
Anak-anak sekolah yang berada dalam bus itu merupakan tamu yang baru pertama kali mengunjungi
sekolah itu. Mereka datang untuk melakukan kegiatan pemagangan selam tiga bulan. Pada konteks
ini, peneliti tersebut sedang melaksanakan penelitian untuk mengkaji proses adaptasi anak-anak yang
baru memasuki kampus sekolah, yang mungkin dipandang elit oleh mereka. Peneliti juga mengamati
dan mengkaji proses integrasi mereka. Dengan penelitian yang menggunakan pendekatan seperti ini,
peneliti harus datang ke sekolah secara rutin atau tetap mengobservasi apapun yang dilakukan oleh
anak-anak peserta magang tersebut, baik dalam interaksinya dengan guru maupun dengan siswa
SMKN. Sejalan aktivitas observasi partisipasinya, peneliti mewawancarai anak-anak, guru-guru, guru
pembimbing, dan kepala sekolah, serta menghadiri rapat-rapat yang diadakan disekolah itu. Penelitian
ini berlangsung selama tiga bulan dan selama itu pula, peneliti selalu membuat catatan tentang apa
yang diamatinya.
Uraian diatas menggariskan bahwa sifat pendekatan dalam penelitian kualitatif adalah terbuka. Hal ini
bermakna bahwa peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk menjawab pertanyaan yang
diajukannya menurut kerangka berpikir dan pengalaman mereka sendiri, bukan berdasarkan patokan-
patokan jawaban yang telah dibuat oleh peneliti. Dalam wawancara jenis ini, tidak digunakan angket
meskipun peneliti tetap menggunakan garis-garis besar pertanyaan, mengapa demikian? Pada
penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupakan instrumen yang paling dominan. Mereka bekerja dan
bertindak sedemikian rupa agar subjek merasa bebas menggunakan pikiran mereka mengenai topik
yang ditawarkannya. Karena data harus digali secara mendalam dan rinci, kebanyakan penelitian
kualitatif mengambil sampel atau sumber data yang kecil jumlahnya. Bahkan ada beberapa penelitian
kualitatif yang mengkaji dan menganalisis satu subjek saja secara mendalam. Apabila penelitian
tersebut untuk mengetahui interprestasi seorang tentang kehidupan dirinya, penelitian jenis ini
dinamakan penelitian sejarah kehidupan.
Terlepas dari basis filosofisnya yang berbeda, penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Perbedaan itu terletak pada paradigma penelitian yang dipakai. Paradigma yang
dimaksudkan disini adalah suatu perspektif umum atau cara untuk memisah-misahkan dunia nyata
yang kompleks, kemudian memberikan arti dan penafsiran-penafsiran. Paradigma itu lebih dari
sekedar orientasi metodologi. Dengan kata lain, paradigma lebih dari sekedar suatu perangkat
regulasi yang dibuat untuk pelaksanaan sebuah penelitian.
Kembali ke awal tulisan pada bab ini, penelitian kuantitatif bersumber dari filosofi positivistik,
sedangkan penelitian kualitatif bertitik tolak dari fenomenologis atau fenomena sosial. Perbedaan
filosofi yang mendasarinya itu menyebabkan kedua jenis penelitian mempunyai pandangan yang
berbeda. Peneltian kuantitatif berdasarkan pada realita eksternal danmelihat fakta terpisah dari jiwa
dan nilai. Kebenaran adalah suatu yang dengan realita yang ada, berdiri sendiri secara bebas, dan
tidak terpengaruh oleh manusia yang terlibat didalamnya. Asumsi ini berbeda dengan penelitian
kualitatif yang didasarkan pada realita internal. Dilihat dari persepektif penelitian kualitatif, kebenaran
merupakan hasil persetujuan, yang sesuai dengan kondisi sosial dan sejarahnya.
Penelitian kuantitatif berbasis pada rasionalisme yang menganggap hanya satu realita yang benar,
sedangkan penelitian kualitatif lebih bersifat naturalisme yang menganggap banyak realita yang
benar. Perlu dikedepankan di sini, bahwa mempelajari penilitian kualitatif bukan bertujuan
membandingkannya dengan penelitian kuantitatif, bukan pula untuk menjawab pertanyaan mengenai
mana yang paling baik dan mana yang kurang baik; mana yang paling ilmiah dan mana yang kurang
ilmiah dari kedua pendekatan tersebut. Posisi yang diambil disini adalah kedua pendekatan tersebut
dapat bekerja sama dan saling mengisi karena keduanya sama-sama ”Scientific” dan ”Rigorous”.
Kedua pendekatan tersebut memang berbeda karena paradigma yang dianut memang berbeda.
B. CIRI-CIRI DOMINAN PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif memiliki ciri dominan, terutama jika dibandingkan dengan penelitian kuantitatif.
Meskipun tidak semua penelitian kualitatit menampakkan ciri dominannya setiap kerja penelitian
dilakukan, ada lima ciri utamanya. Bahkan, bukan tidak mungkin pada beberapa penelitian yang
kenyataannya hampir tidak memperlihatkan sifat-sifat itu. Hal ini disebabkan pada masa
perkembangan yang semakin kaya variasinya, pelaksanaan penelitian kualitatif memiliki banyak
keluwesan, baik strategi maupun bentuknya sehingga memumgkinkan perumusan tentang ciri-cirinya
tidak bersidat definitif. Walaupun demikian, beberapa ciri utama yang menonjol dapat diidentifikasi
sebagai berikut :

1. Sumber data langsung berupa tata situasi alami dan peneliti adalah
instrument Kunci

Peneliti, dalam proses penelitian kualitatif, menghabiskan waktunya cukup lama dalam tata situasi
(setting) penelitian; apakah mereka berada dilingkungan keluarga, sekolah, rumah tangga, dan
tempat-tempat tertentu saat data yang berhubungan dengan penelitian tersebut dapat dikumpulkan.
Meskipun beberapa peneliti menggunakan alat Bantu dalam pengumpulan data, data-data yang
dikumpulkan perlu ditunjang oleh pemahaman yang mendalam tentang makna data-data yang
diperoleh.materi yang direkam kemudian dikaji ulang oleh peneliti dengan melibatkan wawasan
pribadinya sebagai instrument kunci untuk menganalisisnya.
Penelitian kualitatif melibatkan tata situasi (setting) tertentu untuk suatu studi karena sifatnya
berkaitan dengan konteks. Peneliti menganggap bahwa tingkah laku dan perubahan dapat dimengerti
dengan baik apabila perbuatan itu diamati langsung dalam tata situasi pada tempat peristiwa itu
terjadi. Tata situasi/setting harus dipahami dalam konteks sejarah institusinya, lingkungan yang
membentuknya, yang merupakan bagian dari tata situasi/setting itu sendiri. Peneliti kualitatif
menghabiskan diri pada asumsi bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh tata situasi tempat
perilaku itu terjadi, sehingga ada keharusan baginya utnuk terjeun langsung pada situasi peristiwa itu
terjadi.

2. Bersifat Deskriptif

Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar-gambar
dan kebanyakan bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.
Data dimaksud meliputi transkrip wawancara, catatan data lapangan, foto-foto, dokumen pribadi,
nota, dan catatan lain. Termasuk didalamnya deskripsi mengenai tata situasi. Deskripsi atau narasi
tertulis sangat penting dalam pendekatan kualitatif, baik dalam pencatatan data maupun untuk
penyebaran hasil penelitian.
Ketika mengumpulkan data deskriptif, peneliti mengadakan pendekatan terhadap situasi kehidupan
ditempat penelitian dengan cara sabar (with picking way). Paradigma penelitian kualitatif
menganjurkan bahwa masalah-masalah kehidupan ini harus didekati dengan menggunakan asumsi
bahwa tidak ada satu hal pun yang sifatnya sepele, melainkan bermakna. Setiap peristiwa atau
fenomena mempunyai potensi untuk bisa dijadikan isu-isu kunci yang memungkinkan dapat
memberikan pemahaman peneliti atas suatu permasalahan yang lebih menyeluruh tentang apa yang
dipelajarinya. Singkatnya, tidak ada sesuatu yang bisa diabaikan dan tidak ada pernyataan yang luput
dari penelitian yang cermat. Oleh karena itu, peneliti kualitatif dibidang pendidikan, misalnya, secara
kontinu mengajukan beberapa pertanyaan.
1.Mengapa bangku-bangku kuliah diatur sedemikian rupa ?
2.Mengapa beberapa ruang-ruang disekorasi dengan gambar-gambar, sementara yang lain tidak.
3.mengapa guru-guru tertentu berpakaian lain dari yang lain ?
4.apakah ada alasan mengapa kegiatan tertentu dilaksanakan pada tempat tertentu, tidak di tempat
lain ?

3. Lebih menekankan pada makna proses ketimbang hasil

Data, perilaku, gambar dan sebagainya, hanya bermakna jika diberi tafsiran secara akurat oleh
peneliti. Translasi data menjadi makna sangat ditentukan oleh dari perspektif data, perilaku, gambar
itu dimaknai. Bagaimana orang memberi makna ? Bagaimana istilah-istilah dan simbol-simbol tertentu
digunakan ? Bagaimana pendapat-pendapat tertentu, mencuat kepermukaan kemudian digunakan
sebagai bagian dari pandangan umum atau pengertian umum ? Apakah peristiwa-peristiwa yang
diteliti benar-benar b erlangsung secara alami ? Dibidang pendidikan, pada studi integerasi, misalnya,
peneliti meneliti sikap guru terhadap murid-murid tertentu. Kemudian peneliti mempelajari bagaimana
sikap itu berlangsung pada proses interaksi sehari-hari dengan mereka ? Bagaimana interaksi sehari-
hari antara guru dan murid bisa mengubah sikap mereka ? Di bidang penelitian sosial, studi mengenai
akulturasi sosial, misalnya mereferensikan beberapa pertanyaan. Bagaimana pola interaksi antara
penduduk asli dan pendatang ? Apakah terjadi hubungan yang kehesif diantara sesama mereka yang
berbeda suku ? Apakah terjadi proses adaptasi yang cepat dari kelompok pendatang ? Apakah
penduduk asli tidak merasa rendah diri dengan keluarga pendatang atau sebaliknya ?
Penelitian kualitatif yang menekankan pada proses terutama bermanfaat dalam penelitian pendidikan
akan memperjelas self-full filling prophecy; sebuah ide bahwa penampilan kognitif murid di sekolah
dipengaruhi oleh harapan-harapan guru terhadap mereka. Dengan menggunakan teknik kuantitatif,
peneliti mampu menunjukkan bahwa perubahan pada suatu variabel terjadi akibat pengaruh variabel
tertentu. Bagaimana dengan teknik kualitatif ? Teknik ini menyarankan bagaimana harapan-harapan
atau fenomena yang diterjemahkan dalam kegiatan sehari-hari, termasuk prosedur dan bentuk
interaksi yang diperlukan.

4. Analisis data bersifat induktif

Masalah penelitian umumnya dibuat dalam dua rumusan, yaitu bermuara pada uji hipotesis dan
bersifat ingin membangun hipotesis. Penelitian kualitatif memiliki ciri dominan kedua, yaitu
membangun hipotesis. Kalaupun penelitian kualitatif dapat di pandu oleh hipotesis kerja, sifatnya
cenderung sebatas ”juru mudi” untuk menelaah fenomena secara meluas dan mendalam. Para peneliti
kualitatif tidak pernah mencari data atau bukti untuk membuktikan atau menguji hipotesis atau
hipotesis-hipotesis yang diajukan sebelumnya. Umumnya, mereka mereka mencari abstraksi-abstraksi
yang disusun atau ditata secara khusus atas dasat data yang telah terkumpul dan dikelompokkan
bersama-sama, melalui pengumpulan data selama proses kerja di lokasi penelitian.
Pengembangan teori dan cara seperti ini muncul dari bawah ke atas; bukan dari atas ke bawah.
Beberapa bukti yang ada awalnya tampak terpisah-pisah akhirnya dikumpulkan menjadi satu. Dengan
kerangka pikir tertentu, data dihubung-hubungkan dan dengan cara inilah kesimpulan dirumuskan.
Format kerja membangun teori seperti ini disebut grounded theory. Disini, peneliti membangun teori
dengan cara menghubungkan aneka fenomena yang dipelajari. Peneliti tidak membuat teka-teki yang
deskripsinya seakan-akan sudah diketahui. Ia membentuk suatu deskripsi tertentu ketika
mengumpulkan data dan memeriksa bagian-bagiannya. Proses analisis data seperti cerobong asap
(like a funnel); yang segalanya bersifat terbuka pada permulaan dan semakin memfokus pada bagian
akhir. Peneliti kualitatif memanfaatkan seluruh aktifitas dari suatu studi untuk mempelajari fokus
penelitian atau apa yang menjadi pertanyaan penting. Ia tidak membasiskan diri pada pembangunan
kerangka konklusi teoritis sebelum melakukan penelitian. Artinya, penelitian kualitatif tidak menyusun
hipotesis awal untuk uji dengan bukti-bukti empiris.

5. Makna merupakan perhatian utama dalam pendekatan penelitian


Peneliti menggunakan pendekatan ini dengan cara sebagaimana layaknya orang-orang memberikan
makna pada kehidupannya sendiri. Dengan kata lain, peneliti mengutamakan perspektif kesertaan
(participant perspective). Ia berusaha memusatkan perhatiannya pada pertanyaan-pertanyaan
tertentu. Asumsi apa yang dibuat orang berkaitan dengan kehidupan mereka ? Apa yang mereka
anggap sudah merupakan suatu keyakinan ? Misalnya, dalam suatu studi, peneliti menitik beratkan
pada makna pekerjaan bagi orang tua dilihat dalam kaitannya dengan pendidikan anak-anak mereka.
Dia ingin mengetahui pola pikir orang tua tentang ketidakmampuan anaknya mengikuti pelajaran di
sekolah. Dari situ dapat ditangkap persepsinya terhadap guru, kepala sekolah, lingkungan, rekan-
rekan anaknya, dan kepada sekolah itu sendiri.
Peneliti kualitatif berhubungan dengan tindakan untuk meyakinkan bahwa mereka menangkap
berbagai perspektif dengan cermat. Beberapa peneliti, bahkan, menggunakan video, tape untuk
mengecek interpretasi yang mereka buat dan dengan siapa saja mereka terlibat dalam kaitannya
dengan informasi yang mereka peroleh. Mereka secara terus menerus bertanya kepada orang-orang
yang sedang mereka amati. Lalu, bagaimana mereka menginterpretasi pengalaman-pengalamannya?
Bagaimana pula mereka mencoba membentuk dunia tempat mereka tinggal berperan serta ?

C. DASAR TEORETIS DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Perhatian utama peneliti kualitatif adalah membentuk makna (meaning) dan deskripsi lain yang telah
diuraikan sebelumnya sebagai ciri penelitian kualitatif. Format kerja seperti ini membawa peneliti pada
suatu diskusi tentang orientasi teoretis penelitian kualitatif. Ada banyak cara yang dapat digunakan
oleh peneliti dan ilmuan sosial dan pendidikan dalam memberikan arti kata teori. Kata teori yang
disebutkan disini berkaitan dengan apa yang sering disebut paradigma. Paradigma inilah yang
memberikan orientasi mengenai cara berpikir peneliti dan bagaimana penelitian itu akan
dilaksanakannya.
Berbicara mengenai perspektif teori (theory perspective), kita mendiskusikan tentang dunia ini, yang
masing-masing dari perspektif itu digunakan untuk memersepsi apa yang penting dan apa yang
membuat dunia ini terus berjalan. Semua peneliti dituntut mempunyai suatu orientasi teoritis
tertentu. Seorang peneliti yang baik sangat berhati-hati terhadap dasat teori yang digunakan sebagaia
cuan dalam pengumpulan dan analisis data. Meski tidak mutlak dalam penelitian kualitatif, teori juga
membantu kerja peneliti agar penelitiannya berjalan dengan baik. Ada empat dasar penyusunan teori
dalam penelitian kualitatif, yaitu pendekatan fenomenologik, pendekatan interaksi simbolik,
pendekatan kebudayaan dan pendekatan etnomenologik.

1. Pendekatan fenomenologi (phenomenological approach)

Pendekatan ini didasari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui
hasil interpretasi. Objek, orang-orang, situasi, dan peristiwa-peristiwa tidak mempunyai arti dengan
sendirinya melainkan melalui interpretasi mereka. Arti yang diberikan oleh seseorang terhadap
pengalamannya dan proses interpretasi sangat penting, dan hal itu bisa memberikan arti khusus.
Untuk memahami perilaku, peneliti harus mengerti definisi-definisi dan proses definisi itu dibuat.
Peneliti berbuat tidak berdasarkan respon-respon yang telah ditentukan atau objek-objek yang telah
didefinisikan; melainkan atas dasar interpretasi dan definisi yang diberikan oleh orang itu sendiri.
Berbagai cabang penelitian kualitatif memberikan andil dalam rangkah memahami fenomena objek
menurut pandangan mereka sendiri. Dengan demikian, pandangan peneliti sendiri merupakan suatu
konstruk penelitian (research construct). Adanya pandangan pribadi peneliti terhadap dunia subjek
berimplikasi pada kebutuhan untuk membuat interpretasi terhadap peristiwa dan data yang
dihasilkannya. Oleh karena itu, unsur subyektifitas peneliti tidak dapat dihindari. Disinilah dituntut
suatu kemampuan yang tinggi dari seorang peneliti untuk memperkecil unsur subyektifitas. Peneliti
kualitatif harus yakin bahwa mengadakan pendekatan pada subyek dengan maksud memahami
pendapat mereka dengan cara tidak sempurna akan merusak pengalaman tentang subjek itu.
Akhirnya, data yang dikumpulkan akan hilang pula. Realita dapat dipahami oleh manusia hanya dalam
bentuk bagaimana realita itu disikapi. Peneliti kualitatif menekankan pada pola berpikir subjek sebab
merekalah yang paling tahu diri mereka sendiri.

2. Pendekatan interaksi simbolik (symbolic interaction approach)


Pendekatan ini didasari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui
hasil interpretasi. Obyek, orang-orang, situasi, peristiwa-peristiwa tidak bermakna dengan sendirinya
melainkan diperoleh dan interpretasi mereka. Misalnya, teknologi pendidikan dalam bentuk proyektor
sebagai alat yang digun akan guru. Barangkali guru tersebut memaknai proyektor sebagai benda
penghibur siswanya., bisa juga sebagai ”penyelubung” ketika ia kehabisan bahan ajar atau karena
kelelahan. Arti yang diberikan seorang terhadap pengalamannya dan proses interpretasi memegang
peranan yang sangat penting. Untuk memahami perilaku, peneliti harus memahami definisi dan
proses definisi itu dibuat. Orang berbuat tidak berdasarkan pada respon-respon yang telah ditentukan
atau objek-objek yang telah didefinisikan, melainkan atas dasar interpretasi dan definisi yang
diberikan oleh orang itu sendiri. Interpretasi tidakbersifat otonom, melainkan membentuk arti sesuai
dengan konteks subjek atau objek yang diinterpretasikan.
Dengan demikian, interpretasi sangat penting. Interaksi simbolik menjadi paradigma konseptual;
bukan internal drives, personality traits, atau unconscious motives,. Penganut pendekatan interaksi
simbolik tidak menolak adanya fakta-fakta bahwa pembentuk konsep-konsep secara teoretis mungkin
berguna. Akan tetapi, pembentukkan konsep-konsep secara teoretis itu bisa relevan dengan
pemahaman bahwa pembentukan konsep itu masuk perilaku hanya pada skala dalam dan
mempengaruhi proses pendefinisian. Bagian penting lain dari pendekatan interaksi simbolik adalah
pembentukan diri (self). Self tidak bisa dilihat secara nyata dalam setiap individu seperti hanya ego
atau kebutuhan/dorongan, dan norma yang ada dalam dirinya. Self merupakan definisi yang dibuat
oleh manusia melalui interaksinya dengan orang lain mengenai siap dirinya sendiri. Dalam proses
pembentukkan self itu, biasanya individu melihat dirinya sebagaimana orang lain melihat dirinya
sendiri, jadi, self merupakan konstruksi sosial (social construction), yaitu hasil penglihatan atau
pengamatan terhada diri sendiri kemudian peneliti mengembangkan suatu definisi melalui interaksi
itu.

Daftar Pustaka

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode penelitian sosial berbagai alternatif pendekatan, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2005

Ditulis oleh: Pilipus Maurits Kopeuw, S.Th, M.Pd, dosen mata kuliah metodologi penelitian di STAKPN
Sentani Jayapura Papua. Saat ini sedang menyelesaikan pendidikan tingkat doktor di Universitas
Negeri Yogyakarta pada program studi penelitian dan evaluasi pendidikan. Masuk kuliah tahun 2008.

Catatan:
Diktat ini belum selesai, tujuan dan maksud diterbit adalah guna membantu mahasiswa di perguruan
tinggi teologi agama kristen (PTTAK – di STAKPN dan STT) sebagai sumber informasi tentang
penjelasan silabus dari mata kuliah metodologi penelitian berdasarkan kurikulum 1996, DEPAG RI.
Buku-buku sumber lainnya belum dimasukan dalam daftar pustaka.namun demikian, Diktat
metodologi ini akan disempeurnakan.

Anda mungkin juga menyukai