PENDAHULUAN
2.1. Defenisi
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Struma adalah tumor (pembesaran) pada kelenjar tiroid. Biasanya dianggap membesar
bila kelenjar tiroid lebih dari 2 kali ukuran normal. Pembesaran kelenjar tiroid sangat
bervariasi dari tidak terlihat sampai besar sekali dan mengadakan penekanan pada trakea,
membuat dilatasi sistem vena serta pembentukan vena kolateral. Pada struma gondok
endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat
mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar
tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong
trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal
tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan
elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat
asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga
sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk
mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme
mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat
pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar
dalam sirkulasi.25,26 Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif
terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar,
rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan
bicara.
c. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai
respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan.29 Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah
yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan
tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan
menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin,
sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai
bagian atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi
otot.
2.6. Diagnosis
2.6.1. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada
posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat
pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran,
jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk
menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.
2.6.2.Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam
posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan
ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.
2.6.5.Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di layar
TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul yang
mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis
dengan USG antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
Table 1. index wayne, menentukan toxic atau tidak nya suatu struma
2.7.2. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian
yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut
berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh
lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik.
Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah
sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat
tiroksin.
2.8. Prognosis
Prognosis nya baik dengan tingkat remisi dan kambuh orang dewasa lebih tinggi
daripada anak-anak. Anti Tiroid mampu menginduksi remisi permanen pada 30-50% kasus.
Jika kambuh terjadi pada pasien yang diobati dengan anti tiroid, terapi destruktif lebih
cenderung menjadi pilihan yang lebih tepat. Setelah 12-18 bulan pemberian Anti tiroid, kira-
kira lebih dari 50% pasien akan mengalami kambuh. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
tingkat TSH-R Ab tinggi sebelum penghentian terapi diduga terkait dengan tingkat relaps
tinggi.
Rasio T3 / T4 lebih dari 20 berhubungan dengan lebih dari 80% risiko kambuh.
Tingkat TSH rendah 4 minggu setelah penghentian Anti tiroid telah berkorelasi dengan
kejadian kambuh pada 70% kasus. Ada korelasi antara volume tiroid dan aliran darah, di
mana temuan ini memperkuat korelasi yang diketahui sebelumnya antara struma besar dan
risiko tinggi untuk kambuh kembali. Aliran darah arteri superior juga telah dikenal sebagai
salah satu prediktor risiko kambuhan.
Semua pasien harus dipantau secara ketat untuk kejadian kambuh setelah
penghentian Anti tiroid. Sekitar 75% kejadian kambuh terjadi pada 3 bulan pertama setelah
penghentian. Jika kambuh terjadi, pemberian Anti tiroid lebih lanjut dalam waktu yang lebih
lama harus ditentukan atau terapi destruktif mungkin dipertimbangkan.
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
Anamnesa Pribadi
No. RM : 25.37.62
Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kasturi I Gg. 13 RT 34/07, Syamsudin Noor, Landasan Ulin
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Tanggal masuk : 3 Januari 2018
Anamnesa Penyakit
Keluhan : Benjolan di Leher
Telaah : Pasien datang ke Poliklinik bedah umum RSD Idaman Banjarbaru dengan
keluhan benjolan di leher depan sebelah kanan dan kiri yang semakin membesar. Sejak ± 1
tahun yang lalu,pasien mengeluh ada benjolan kecil di leher depan sebelah kanan yang
semakin lama semakin membesar, kemudian muncul benjolan kecil lainnya yang juga
semakin membesar. Benjolan tersebut tidak menimbulkan nyeri, tidak berpindah tempat, dan
ikut bergerak saat pasien menelan. Pasien juga mengeluh dada berdebar-debar sesekali,
Pasien tidak pernah mengeluh panas, BAB dan BAK normal, siklus menstruasi normal, nafsu
makan tidak menurun, tidak pernah sesak, dan tidak ada gangguan menelan. Pasien
mengatakan selama 7 bulan ini pasien berobat ke dokter spesialis bedah, dan diberi obat
thyrozol dan pasien rutin melakukan pemeriksaan TsHs, T4,T3, FT4.
Riwayat penyakit terdahulu : Struma multi nodosa
Riwayat pemakaian obat : Thyrozol 200mg
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6)
2. Vital sign :
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/mnt
RR : 18x/mnt
Suhu : 36,80
3. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut tidak mudah dicabut.
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
5. Telinga
Bentuk normotia, sekret (-), pendengaran berkurang (-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
7. Mulut dan tenggorokan
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-),tonsil membesar (-), pharing
hiperemis (-).
8. Paru
Suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-).
9. Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).
Status Lokalis
Regio Coli
Inspeksi : Tampak benjolan (+) lebih dari satu, warna kulit sama dengan
sekitarnya, permukaan rata (+), bergerak saat menelan (+).
Auskultasi : Bising tiroid (-).
Palpasi : Teraba pembesaran kelenjar tiroid multi nodul, konsistensi kenyal
tidak berbenjol-benjol, batas tegas (+), nyeri tekan (-), suhu hangat
(+).
Pemeriksaan Laboratorium 22 Desember 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 13,8 gr/dl 12-18 gr/dl
Leukosit 5400/mm3 4000-10000/mm3
Trombosit 266000/mm3 100000-400000/mm3
Hematokrit 41,70% 36-55%
PT 9,8 sec 11-15 sec
APTT 30,8 sec 25-35 sec
INR 0,9
GDS 96 mg/dl 115 mg/dl
SGOT 13u/l sampai 31 u/l
SGPT 5 u/l sampai 32 u/l
Ureum 21 mg/dl 15-50 mg/dl
Kreatinin 1,0 mg/dl sampai 1,4 mg/dl
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksaan Nilai Normal
16-Jun- 13-Jul- 15-Agust- 20-Okt- 18-Nop- 13-Des-
17 17 17 17 17 17
0,270 - 4,200
TSHs <0,005 <0,005 <0,005 0,009 0,287 0,845 u/ml
0,60 - 1,81
T3 2,26 1,17 ng/ml
4,5 - 10,9
T4 14,2 6,4 ug/dl
0,93 - 1,71
FT4 3,18 2,29 1,68 0,73 0,55 ng/dl
Kesimpulan : Kadar Tiroid serum pada tanggal 13 Desember 2017, setelah pengobatan
denga Thyrozol rutin dalam batas normal, Eutiroid
Resume
Ny.S 37 tahun datang ke Poliklinik bedah umum RSD Idaman Banjarbaru dengan
keluhan benjolan di leher depan sebelah kanan dan kiri yang semakin membesar sejak ± 1
tahun yang lalu, tidak menimbulkan nyeri, tidak berpindah tempat, dan ikut bergerak saat
pasien menelan. Dada sesekali berdebar-debar. selama 7 bulan ini pasien berobat ke dokter
spesialis dan diberi Thyrozol.
Pada pemeriksaan lokalis regio coli didapatkan tampak benjolan lebih dari satu, warna
kulit sama dengan sekitarnya, permukaan rata (+), bergerak saat menelan (+). Pada palpasi
teraba pembesaran kelenjar tiroid multi nodul, konsistensi kenyal tidak berbenjol-benjol,
batas tegas (+),suhu hangat. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kesimpulan euthyroid.
Diagnosa : Struma Multiplenodusa Non Toksik
Penatalaksanaan : Pro Subtotal Tiroidektomi