Anda di halaman 1dari 25

Penambangan

JUNE 20, 2013LEAVE A COMMENT


1. I. PENGERTIAN TAMBANG TERBUKA
Tambang terbuka merupakan suatu sistem penambangan di mana seluruh aktivitas kegiatannya
berhubungan langsung dengan atmosfir atau udara luar.

1. II. PEMILIHAN METODE PENAMBANGAN


Tujuan utama dalam pemilihan suatu metode untuk menambang suatu endapan mineral adalah
dalam rangka merancang suatu sistem eksploitasi yang paling sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Dalam hal ini pengalaman berperan utama dalam pengambilan keputusan yang memerlukan banyak
pertimbangan untuk kemudian dapat di evaluasi dalam tiga tahap yaitu studi konseptual, rekayasa,
studi rancangan rinci.

Dalam kegiatan penambangan, ukuran utamanya adalah memilih suatu metoda penambangan
yang paling sesuai dengan karakteristik (alam, geologi, lingkungan) dari endapan mineral yang akan
di tambang di dalam batas keamanan, teknologi dan ekonomi untuk mencapai ongkos yang rendah,
keuntungan maksimum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penambangan, antara lain:

a. Karakteristik dari endapan

Ini merupakan faktor penting yang dominan karena umumnya sangat menentukan dalam
pemilihan metode penambangan.

Karakteristiknya meliputi:

 Ukuran (dimensi, terutama tinggi dan tebal)


 Bentuk (tabular, lentikular, massiv, atau irregular)
 Orientasi (dip/inklinasi)
 Kedalaman (rata-rata, yang akan berimbas pada stripping ratio)
b. Kondisi geologi dan hidrogeologi
Karakteristik geologi baik dari bahan bijih maupun batuan samping, akan mempengaruhi
pemilihan metode penambangan, terutama dalam pemilihan antara metode selektif dan nonselektif
serta pemilihan sistem penyanggaan pada sistem penambangan bawah tanah. Hidrologi berdampak
pada kebutuhan akan penyaliran dan pemompaan, sedangkan aspek mineralogi akan menentukan
syarat-syarat pengolahan.

c. Sifat-sifat geoteknik

Hal ini menyangkut mekanika tanah dan mekanika batuan untuk bijih dan batuan
disekelilingnya. Hal-hal ini akan mempengaruhi pemilihan peralatan pada system penambangan
terbuka.

Hal yang harus diperhatikan:

 Sifat-sifat fisik (bobot isi, porositas, permeabilitas)


 Sifat elastik (kekuatan, modulus elastik, nisbah)
 Perilaku elastik atau visko elastik
 Keadaan tegangan
 Konsolidasi, kompaksi dan kemampuan bukaan pada kondisi tanpa penyangga.
1. d. Konsiderasi ekonomi
Faktor ini akan mempengaruhi hasil investasi aliran kas, pengembalian dan keuntungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

 Umur tambang
 Produktivitas
 Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang cocok
 Cadangan
e. Faktor teknologi

Kondisi paling cocok antara alamiah endapan dan metode penambangan adalah yang paling
diinginkan. Sedangkan metode cocok mungkin tidak banyak pengaruhnya pada saat penambangan,
tetapi kemungkinan akan mempengaruhi pada kegiatan pendukung tambang/terusannya (pengolahan,
peleburan, dll).

Faktor teknologi:

1. Perolehan tambang, dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih).


2. Ke-fleksibilitas-an metode dengan perubahan kondisi.
3. Selektifitas metode untuk memisahkan bijih dan waste.
4. Konsentrasi atau disperse pekerjaan.
5. Modal, pekerja dan intensitas mekanisasi.
6. f. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik saja, tetapi juga meliputi
lingkungan social-politik-ekonomi.

Faktor-faktor lingkungan:

 Kontrol bawah permukaan untuk merawat kondisi bukaan.


 Penurunan permukaan tanah (subsidence), atau efek ambrukan pada permukaan tanah.
 Kontrol atmosfir (ventilasi, kontrol kualitas, kontrol panas dan kelembaban).
 Kekuatan kerja (pelatihan, recruitment, kesehatan dan keselamatan, kehidupan, kondisi
permukiman).
Prosedur pemilihan metode penambangan secara ringkas dapat ditunjukkan oleh gambar di
bawah ini.

STUDI KONSEPTUAL

STUDI REKAYASA
STUDI RANCANGAN RINCI

LAPORAN REKAYASA FINAL

Gambar 1. Prosedur pemilihan metode penambangan

Metode dan prinsip penambangan yang dipilih harus tepat untuk penambangan cadangan bijih
tertentu. Selain karakteristik bijih yang mempengaruhi pemilihan metode penambangan, karakteristik
operasional khusus untuk setiap metode penambangan secara langsung juga ikut mempengaruhi
pemilihan metode penambangan.

Karakteristik operasional tersebut adalah:

1. Skala penambangan
2. Laju produksi
3. Selektivitas

1. III. METODE PENAMBANGAN TERBUKA


Metode penambangan terbuka dengan ekstraksi mekanis dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:

1. Open Pit Mining/Open Cast Mining

Open pit mining dicirikan dengan bentuk tambang berupa kerucut terbalik. pada open pit
mining, tanah penutup dikupas dan diangkut ke suatu daerah pembuangan yang tidak ada endapan
mineral di bawahnya. Kedua aktivitas penambangan dan penggalian beupa pemuka kerja dilakukan
pada satu atau beberapa jenjang.

Pembuatan pemuka kerja lebih dari satu yang bisa terdapat pada beberapa jenjang bertujuan
untuk memastikan cukup tersedianya muka kerja yang terkupas untuk menjamin kemenerusan
produksi (tidak ada delay kerja). Setelah didahului dengan aktivitas pengupasan lapisan penutup,
pengupasan dan penggalian bijih dilakukan secara seksama.

Pada open pit, tanah penutup dikupas dan ditransportasikan ke suatu daerah pembuangan yang tidak
ada endapan mineral di bawahnya, sedangkan open cast mining yang hampir sama dengan
metodenya dengan open pit mining tetapi berbeda pada satu hal yaitu tanah penutup tidak dibuang ke
daerah pembuangan tetapi diangkut langsung ke daerah yang berbatasan dan telah di tambang.
Penambangan material disini terdiri dari penggalian dan pengangkutan sekaligus penimbunan yang
pada umumnya dikombinasikan oleh suatu alat saja.

Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan Pflei (1937) dan Anon
(1979)adalah endapan yang memiliki bentuk tabular dan berlapis, kemiringannya mendekati
horizontal, keseragaman bijih tinggi, kadar dapat sangat rendah dan kedalamannya dangkal (terbatas
sampai ketinggian dinding dimana auger ditempatkan).

2. Quarrying Mining

Quarrying Mining merupakan jenis tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan-
endapan bahan galian industri atau mineral industri misalnya penambangan batu gamping, marmer,
granit, andesit dan sebagainya.

Quarrying Mining merupakan sistem penambangan yang digunakan untuk endapan mineral-
mineral industri. Kuari dapat menghasilkan material atau hasil tambang dalam bentuk pecah-pecah
(loose/broken material) ataupun potongan batu dengan bentuk teratur (cimensional stones). Namun
demikian, beberapa ahli menyatakan bahwa istilah quarrying hanya diterapkan pada tambang bahan
galian mineral non-metal yang menghasilkan dimensioanal stones, sedangkan tambang bahan galian
mineral non metal yang menghasilkan bentuk pecah-pecah tetap disebut open pit.

Berdasarkan letak endapan yang digali atau arah penambangannya secara garis besar kuari
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Side Hill Type

Diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya di lorong
bukit atau endapannya membentuk bukit.

Gambar 2. Quarrying Mining Type Side Hill

Berdasarkan jalan masuk ke pemuka penambangan dibagi menjadi:

1. Jalan Masuk Spiral


Diterapkan pada cadangan endapan bahan galian yang berbentuk bulat atau lonjong yang
membentuk bukit, penambangannya dilakukan dengan mengupas bagian atas bukit terlebih dahulu
secara melingkar.

Gambar 3. Jalan Masuk Tipe Spiral

1. Jalan Masuk Langsung


Diterapkan pada cadangan endapan bahan galian yang berbentuk memanjang atau persegi yang
terletak pada daerah berbukit, yang penambangannya dimulai dari salah satu sisi bukit.

Gambar 4. Jalan Masuk Tipe Langsung

2. Pit Type

Diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang terletak pada suatu
daerah yang relatif datar, jadi tempat kerjanya digali ke arah bawah sehingga membuat cekungan
(pit).
Gambar 5. Quarrying Mining Pit Type

Berdasarkan jalan masuk Pit Type dibagi menjadi:

1. Jalan Masuk Spiral


Diterapkan pada cadangan endapan bahan galian yang berbentuk bulat atau lonjong yang terletak
pada daerah yang datar.

1. Jalan Masuk Langsung


Diterapkan pada cadangan endapan bahan galian yang berbentuk memanjang atau persegi yang
terletak pada daerah yang datar.

1. Jalan Masuk Zig-zag


Diterapkan pada cadangan endapan bahan galian yang berbentuk memanjang atau persegi yang
terletak pada daerah yang datar, namun demikian akses jalan dibuat zig-zag.

Pembuatannya disebabkan oleh:

 Aktivitas penambangan sudah mencapai level yang cukup dalam sehingga apabila dibuat jalan
langsung maka kemringan jalan akan sangat curam yang tidak memungkinkan bagi alat angkut
untuk memulainya.
 Sebagai upaya konservasi cadangan sehingga perolehan penambangan tinggi.

3. Strip Mining
Suatu sistem penambangan yang digunakan untuk endapan yang letaknya horizontal atau agak
miring seperti batubara, tambang-tambang garam dan sebagainya.

a) Cut & Fill (Area Mining)

Sistem ini pada umumnya diterapkan pada endapan batubara yang letaknya kurang lebih
horizontal serta daerahnya merupakan dataran.

Kegiatan penambangan dimulai dengan pengupasan tanah penutup dengan cara membuat paritan
besar yang biasa disebut “box cut” dan tanah penutupnya dibuang ke daerah yang tidak akan
ditambang. Setelah endapan batubara dari galian pertama ditambang, kemudian disusul dengan
pengupasan tanah penutupnya ditimbun atau dibuang ke tempat bekas penambangan atau penggalian
yang pertama (back filling digging method). Demikian selanjutnya penggalian dilakukan sampai
akhir batas penggalian.

Gambar 6. Cut & Fill Mining

Penggalian yang terakhir akan meninggalkan lubang memanjang yang di satu sisi dibatasi oleh
timbunan tanah buangan dan di sisi lainnya oleh tanah penutup yang tidak digali. Seirama dengan
kemajuan penambangan secara bertahap timbunan tanah penutup juga diratakan.

b) Contour Mining

Sistem penambangan ini diawali dengan pengupasan tanah penutup di daerah singkapan
(outcrop) di sepanjang lereng mengikuti garis konturnya. Kemudian diikuti dengan penggalian
endapan batubaranya. Penggalian kemudian dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai batas
penggalian yang masih menguntungkan secara ekonomis, mengingat tebalnya tanah penutup yang
harus dikupas untuk mendapatkan batubaranya.
Gambar 7. Contour Mining

Karena keterbatasan daerah yang bisa digali, maka daerah menjadi sempit tetapi panjang
sehingga memerlukan alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan. Umur tambang biasanya pendek.

Kerugian sistem Contour Mining, yaitu:

1. Terbatasnya jumlah cadangan yang ekonomis untuk ditambang, karena tebalnya tanah penutup
yang harus dikupas.
2. Tempat kerja sempit.
3. Tebing (high wall) yang terbentuk apabila terlalutinggi sehingga menyebabkan kemantapan
lerengnya rendah.
4. Mudah terjadi kelongsoran pada timbunan tanah buangan.

4. Alluvial Mining

Suatu sistem penambangan yang digunakan untuk endapan bijih alluvial. Contohnya seperti
pada tambang timah di Bangka, tambang bijih besi di Cilacap, dan tambang intan di Martapura.

Alluvial Mining dibagi tiga, yaitu:

a. Manual Method

Secara umum manual method digunakn untuk endapan-endapan yang bersifat:

– Endapan kecil-kecil dan tersebar tempatnya tetapi kaya.

– Letak endapan jauh dari jalan raya sehingga sulit dijangkau oleh alat-alat mekanis.

Dan umumnya tambang-tambang tersebut dilakukan oleh penduduk setempat. Ada lima cara
manual method, yaitu dengan menggunakan:
– Dulang (Pan)

Gambar 8. Panning

– Rocker/Craddler

Cara kerjanya yaitu material yang mengandung mineral berharga yang bercampur gangue mineral
dimasukkan melalui saringan lalu dialiri air, maka goyangkan dengan luas yang telah tersedia.
Karena adanya kanvas dan aliran air, maka mineral-mineral berharga dapat tertangkap pada kanvas
dan akan tercuci. Dengan demikian dapat diperoleh konsentratnya. Tetapi proses ini membutuhkan
waktu yang lama.

Gambar 9. Rocker/Craddler

– Longtom

Tom disini berguna untuk disintegrasi material-material yang masih menggumpal. Jadi tom
berfungsi sebagai disintegrator.

Material yang mengandung mineral berharga yang bercampur gangue mineral dialirkan dengan
air lewat frame, kemudian mengalir masuk ke dalam Tom. Disini material-material diberi
kesempatan untuk terurai dari gumpalan-gumpalan hingga bentuk Tom harus dibuat melebar.

Dengan menggunakan saringan lalu disaring hingga pebble-nya tidak ikut mengalir ke bawah/ ke
dalam sluice box. Di sluice box mineral-mineral berharga tertangkap oleh riffles. Setelah riffles
penuh aliran air dihentikan untuk mengambil mineral berharganya yang tertangkap pada riffles.
Karena pengambilan mineral berharga tidak dapat dilakukan secara terus menerus maka prosesnya
disebut “Batch Procces”. Yang keluar dari sluice box adalah tailing. Kalau tailing sudah munjung,
maka longtom dapat diarahkan ke tempat lainnya.
Gambar 10. Longtom

– Dry washing

Prinsip kerja dari dry washing sama dengan sluice box, hanya saja dasar dari dry washingdiberi
kanvas atau screen. Cara kerjanya yaitu material yang akan dipisahkan ditumpahkan ke dalam dry
washing, bersamaan dengan itu dihembuskan udara dari pipa penghembus secara intermittent atau
terputus-putus, yang akan mengakibatkan mineral-mineral yang berat akan tertampung pada riffles
dan yang akan bergerak sesuai dengan kemiringan dari alat tersebut. dengan demikian terjadilah
proses pemisahan antara mineral-mineral yang berharga dengan gangue mineral-nya.

Gambar 11. Dry Washing

– Sluice box

Cara kerjanya yaitu pada waktu pulp melintasi riffles sehingga material-material yang berat akan
tertangkap di riffles dan material-material yang ringan akan ikut bersama dengan aliran pulp
keluar sluice box sebagai tailing. Sluice box masih banyak digunakan pada tambang-tambang
cassiterite di pulau Bangka

.Gambar 12. Sluice box

b. Hydraulicking

Hydraulicking merupakan cara penambangan yang memakai alat penyemprot air yang disebut
monitor atau water jet/giant. Metoda penambangan ini sangat cocok untuk endapan alluvial yang
berkadar lebih rendah dibandingkan dengan endapan yang cocok di tambang untuk manual method
(kalau di tambang cassiterit kadarnya hanya 2-3 kwintal Sn/1000m3 tanah dan terdapat banyak
persediaan air).
Yang penting diperhatikan dalam penerapan sistem Hydraulicking, yaitu:

1. Cara memulai penambangan


Kalau keadaan endapannya relative mendatar dan overburdennya tebal, maka cara memulai
penambangannya dengan menggunakan bulldozer terlebih dahulu, overburden disisihkan kesamping.
Setalah itu monitor baru akn mulai menyemprot untuk membersihkan overburden yang masih tersisa,
lalu monitor bekerja pada permukaan kaksa (campuran antara pasir dengan cassiterite). Endapan
yang lebih tipis dari kaksa (1-2 m) disebut endapan kulit. Untuk overburden yang tipis tetap di
bulldozer tetapi dionggokkan ke suatu tempat atau didorong ke front kerja. Kalau kaksa letaknya
lebih dalam, mak terlebih dahulu dibuat cekungan yang semakin lama semakin dalam dan akhirnya
menyentuh kaksa. (Karena dalamnya letak kaksa, maka tinggi tebing di Bangka/Belitung dapat
mencapai 19 m.).

Gambar 13. Hydraulicking metodhs

1. Cara penyemprotan
Ada dua cara penyemprotan dengan monitor, yaitu:

1. Under cut
Monitor diarahkan pada bagian bawah tebing. Jadi, pada bagian inilah yang disemprot dan
bagian atasnya (karena kehilangan keseimbangan) akan runtuh dengan sendirinya. Agar monitor
tidak tertimbun dari longsoran maka penempatan monitor paling tidak berjarak dari tebing sama
dengan tinggi tebing.

1. Menyemprot ke semua arah


Tekanan semprotan monitor biasanya mencapai 7 atm, dengna demikian produksinya akan
kecil. Karena itu untuk memperbesar produksi digunakan lebih dari satu monitor, misalnya 5 monitor
yang dapat bekerja sendiri-sendiri ataupun bekerja sama. Dengan penyemprotan miring, maka
kemungkinan runtuhnya material dari tebing akan lebih besar. Hasil semprotan berupa pulp dialirkan
kesuatu sump dan kemudian dihisap ke jig untuk diambil konsentratnya, sedangkan tailing dibuang
ke daerah bekas penambangan.

Penghisapan pulp dari dalam sump ini dilakukan dengan pompa kadang-kadang
menimbulkan whirling (pusaran air). Kalau whirling mencapai pada tabung pipa pompa isap, maka
udara akan cepat masuk ke dalam pipa yang mengakibatkan

1. Cara membuat dam untuk reservoir


Reservoir air untuk kebutuhan alat semprot bisa diperoleh dengan membuat dam/tanggul pada
suatu alur sungai. Material-material yang digali oleh dragline ditimbunkan di atas alur sungai
tersebut, yang akhirnya akan berupa suatu dam. Pembuatan suatu dam biasanya dikerjakan pada
waktu sungai itu kering (musim kemarau). Tapi reservoir dapat pula dibuat dari kolam atau kalau
topografinya memungkinkan (sedemikian rupa sehingga ada cekungan dan tinggal menutup mulut
cadangan), maka air dapat pula ditampung dalam cekungan tersebut.

Pada umumnya di pulau Bangka membuat dam daari kayu-kayu yang disebut pok. Cara
membuatnya adalah: terlebih dahulu kayu ditancapkan kayu sepanjang 3m berturut-turut dengan
membentuk sudut ≤60°, saling berhadap-hadapan. Lebar antara kayu yang ditancapkan satu dengan
yang lainnya ±60-80cm, jarak spacing kayu-kayu yang ditancapkan ±20-30cm. Kemudian pada
kayu-kayu tersebut diikatkan dengan ranting-ranting dan daun-daunan sehingga menjadi serapat
mungkin. Setelah itu pulp yang tidak mengandung kaksa dengan pompa disemprotkan kederata kayu-
kayu tadi.

Kalau sudah penuh lalu pengisian dihentikan untuk memberikan waktu pengendapan/pemadatan
selama 2-3 hari. Bila sudah mengendap, permukaan lapisan pulp akan bertambah rendah, lalu diisi
lagi dengan pulp yang baru. Demikian seterusnya sampai penuh dann padat hingga membentuk dam.
Dam yang demikian dapat berumur 20 tahun asalkan perawatannya baik. Artinya kalau ada kayu
yang sudah lapuk dicabut lalu diganti dengan kayu yang baru.
c. Dredging

Dredging adalah cara penambangan endapan alluvial dengan menggunakan multi bucket dredge.
Seperti halnya pada hydraulicking, dredging juga akan banyak membutuhkan air. Dapat dilakukan
baik di darat maupun di air/laut. Kalau akan dilakukan di darat, maka terlebih dahulu harus disiapkan
kolam untuk penmpatan pontoon.

Gambar 14. Dredging

1. Jenis dredge
Dikenal dua macam dredge, yaitu dredge biasa dan dismountable dredge.
Keistimewaan dismountable dredge adalah ukurannya lebih kecil daripada dredge biasa dan
pontoon-nya dapat dilepas-lepas, artinya sekat-sekat kompartemennya itu disekrup sehingga dapat
dilepaskan.

Sedangkan alat konsentrasinya (dismountable dredge) berada di darat, jadi setelah di screen di
pompa keluar. Karena ukuran dismountable dredge lebih kecil maka akan lebih ringan. Dengan
demikian sewaktu bekerja dapat bergetar, biasanya dipakai pad daerah yang terpencil.

1. Pontoon
Terdiri dari kompartemen-kompartemen yang gunanya untuk menyeimbangkan kapal agar tidak
miring. Kemiringan ini dapat terjadi karena adanya kebocoran atau penambahan beban
diatasnyayang tidak merata. Pada dredge biasa kompartemen-kompartemen disekat kuat dengan
pengelasan, tetapi pada dismountable dredge hanya disekrup saja. Kalau tidak ada kebocoran,
biasanya tebal pontoon yang muncul di permukaan air 0,8-1m. Tetapi sering juga dijumpai ada
pontoon yang muncul hanya 0,2-0,4m ini disebabkan karena muatan yang berada di atas pontoon
terlampau berat atau karena banyaknya tambalan dari beton untuk menutupi kebocoran. Oleh karena
itu andaikata terdapat kebocoran sebaiknya ditempel dengan cara pengelasan.
Kemiringan pontoon dapat diketahui dari unting-unting yang ditempatkan pada kamar kapten
kapal. Kemiringan kapal yang diperbolehkan maksimum 3°. Misalnya muatan bagian belakang
terlampau berat sehingga mengakibatkan pontoon miring, maka kompartemen-kompartemen bagian-
bagian muka diisi dengan air sedemikian rupa sehingga kemiringan pontoon dapat diseimbangkan
lagi.

Ukuran kompartemen bagian muka (dekat ladder) kecil, karena dieprkirakan bagian ini yang
sering bocor, sehingga kalau betul-betul pada bagian ini ada kebocoran (misalnya akibat tergeser
oleh sekrup pen bucket), volume air yang masuk akan lebih sedikit. Gerakkan pontoon dilakukan
oleh winches yang berguna untuk memutar kabel-kabel. Kabel ini merupakan pengikat pontoon
dengan jangkar-jangkar atau dengan patok.

Winches diputar oleh motor, power untuk motor maupun untuk tenaga penggerak lainnya,
biasanya diperoleh dari mesin di atas pontoon (untuk dredge biasa) dan listrik di darat
(untuk dismountable dredge). Jika pontoon bergerak kemuka maka kabel-kabel bagian belakang
dikendorkan, lalu kabel-kabel bagian muka dikencangkan dengan demikian kapal akan bergerak ke
muka.

1. Cara Kerja dan Sistem Penggaliannya


Dengan memutar multi bucket dan mengenakan bagian bawah material (kaksa maupun ob),
maka akan terkeruklah secara kontinyu material-material tersebut. kemudian dengan upper tumbler
yang bersegi enam, putaran rantai multi bucket dihentakkan hingga muatannya akan tertumpah
keluar, lalu melalui hopper disalurkan ke revolving screen. Pada revolving screen dilengkapi dengan
suatu pipa penyemprot air yang gunanya untuk mendisintegrasier pasir kaksa agar tidak berbentuk
gumpalan-gumpalan.

Dengan demikian setelah terurai, akan dapat lolos ke dalam saringan, sedangkan bouldernya
meskipun disemprot dengna air tiak akan pecah merupakan oversize-nya. Dan dengan melalui
stacker, oversize dibuang keluar. Yang lolos kedalam saringan melalui distributor dibagi-bagikan
kedalam unit jig (biasanya pada dredge biasa dipakai Pan American Jig), untuk dipisahkan antara
tailing dan konsentratnya. Dengan menggunakan tailing lounder, tailing dibuang keluar pontoon
sedangkan konsentrat ditampung didalam drum-drum. Kedalaman penggerukkan tergantung kepada
panjangnya ladder. Misalnya kapal keruk Bangka I bisa mengeruk sedalam 35m dari permukaan air.
Sistem penggalian dengan dredge ada dua macam, yaitu:

1. Sistem Tekan
Disini ulti bucket terus menggali dari bawah tebing kea rah bagian atas.

1. Sistem Bench
Disini penggalian dengan bucket pada tebing membentuk bench. Bench pertama adalah bagian atas
lalu pengaruh horizontal. Setealh itu bench kedua (dibawah bench pertama mengarah horizontal
kembali.

Kapal keruk dapat dipaki untuk endapan emas alluvial, cassiterite alluvial yang memenuhi
persyaratn-persyaratan antar lain persediaan air yang cukup untuk pengapungan, tidak terdapat
batuan intrusi dan keadaan cuaca memungkinkan.

Kerugian kapal keruk antara lain dipengaruhi oleh angin dan gerakan air laut/ombak.
Penggerukan yang effektif dengan kapal keruk adalah pada kedalaman (±3m). Dan biasanya pada
tambang cassiterite alluvial di pulau Bangka dan Belitung yaitu pada daerah-daerah cadangan yang
berkadar 1,2-5 kwintal Sn/1000m3.

1. IV. JENIS-JENIS ENDAPAN


Berdasarkan cara penambangan yang dilakukan, terutama cara pembuangan overburdennya, maka
ada 4 endapan yang cocok untuk Tambang Terbuka, yaitu:

1. Endapan Elluvial
Yaitu endapan yang terjadi karena adanya proses konsentrasi oleh alam terhadap hasil
pelapukan, batuan sumber yang telah terangkut pada jarak yang kurang dari 100 m atau endapan
sekunder yang terkumpul masih dekat dengan batuan induknya, misalnya urat bijihnya, dan belum
sempat mencapai sungai.

1. Endapan Alluvial
Yaitu endapan yang proses terjadinya sama seperti endapan elluvial, tetapi telah terangkut lebih
dari 100 m atau endapan sekunder yang terkumpul dalam jumlah dan kadar yang tinggi melalui suatu
proses konsentrasi alam yang letaknya sudah jauh dari batuan induknya dan sudah sempat diangkut
oleh air sungai atau ombak laut.

1. Flat Seam (Endapan mendatar yang luas)


Misalnya endapan batubara yang ditutupi oleh overburden yang tak terlalu luas, garam-garam
dan ilmenit.

1. Vein (Urat bijih)


Yaitu endapan yang berbentuk urat-urat yang tebalnya lebih dari 5 m dan telah tersingkap atau
dekat permukaan bumi.

1. V. PERENCANAAN TAMBANG TERBUKA


Dalam merencanakan suatu tambang ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Agar nantinya
dalam kegiatan penambangan kita dapat memilih suatu metoda penambangan yang paling sesuai
dengan karakteristik (alam, geologi, lingkungan) dari endapan mineral yang akan di tambang di
dalam batas keamanan, teknologi dan ekonomi untuk mencapai ongkos yang rendah, tetapi
keuntungan maksimum.

1. A. FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Jumlah cadangan dan umur tambang

Hal ini akan menentukan “Production Rate” yaitu perbandingan antara jumlah cadangan dengan
umur tambang.

Pr =

Dengan Pr = Production Rate

Q = Jumlah cadangan

t = Umur tambang
1. 2. Ultimate pit slope
Ukuran dan batas maksimum daripada kedalaman tambang pada akhir operasi penambangan.

1. 3. Keuntungan atau laba yang diinginkan


Karena setiap perusahaan akan berbeda keinginan untuk memperoleh keuntungannya, biasanya
minimum keuntungan 10% atau mendapatkan keuntungan yang layak.

1. 4. Kemiringan tebing (Bench)


Dengan bantuan data tentang ultimate pit slope, maka kemiringan bench dapat dirancang dan
diperhitungkan secara iterasi berdasarkan data fisik batuan. Semakin curam atau miring maka
semakin menguntungkan, karena apabila tebing landai mungkin ukuran tambang akan besar dan
volume overburden akan besar.

1. 5. Cut off grade


Ada dua pengertian dari cut off grade, yaitu:

1. Kadar terendah yang masih menguntungkan apabila bijih tersebut ditambang.


2. Kadar terendah rata-rata yang masih menguntungkan apabila bijih tersebut ditambang.
Pengaruh dari cut off grade ini pada penentuan batas cadangan dan mixing. Cut off grade semakin
besar, maka nilai cadangan akan turun, demikian pula sebaliknya.

1. 6. Stripping ratio
Karena dalam perencanaan perlu ditentukan berap luas daerah kuasa pertambangan, maka seberapa
banyak overburden yang perlu dibuang, kemana pembuangannya, apakah seluas daerah yang diminta
dapat menampung overburdennya.

SR 3 belum tentu menguntungkan, karena untung atau tidaknya dipengaruhi oleh nilai bahan galian
itu sendiri.
Untuk menentukan faktor di atas diperlukan data mengenai:

1. Keadaan endapan bijih meliputi ukuran, bentuk, posisi, sifat-sifat fisik, kadar beserta tipe
endapannya.
2. Keadaan Overburden meliputi sifat-sifat fisiknya seperti kekerasan, kelunakan, moisture content,
SG, swell factor dan jumlahnya. Dan sifat fisik untuk Contry Rock yaitu permeabilitasnya,
kekompakannya, Sg dan strukturnya.
3. Keadaan pasaran daripada produk yang nantinya akan dihasilkan baik masih berbentuk bijih
ataupun konsentrat. Keadaan pasar tidak hanya mengenai harganya saja tetapi juga prospektifnya,
apakah cenderung stabil atau tidak.

1. B. PERTIMBANGAN EKONOMIS
Data untuk pertimbangan ekonomis dalam melakukan desain pada tambang terbuka yaitu:

1. Nilai atau value (P) dari endapan bijih per unit berat, biasanya dinyatakan dalam ($/ton) atau
(Rp/ton).
2. Ongkos produksi (C) yaitu ongkos yang dikeluarkan sampai mendapatkan produknya (ore atau
metal) di luar ongkos stripping, dinyatakan dalam per ton bijih.
3. Ongkos stripping of overburdennya (Cob) dinyatakan dalam per ton bijih, yang dapat dicari
dengan mengetahui terlebih dahulu stripping rationya.
Ongkos Cob per ton ore = ongkos penggalian/ton

1. Cut off grade akan menentukan batas-batas cadangan sehingga menentukan bentuk akhir
penambangan. Dengan demikian luas cadangan yang memenuhi syarat sebagai ore dapat dihitung.
Dari nilai, ongkos produksi dan ongkos stripping of overburden maka akan didapatkan sesuatu yang
sangat penting untuk desain yaitu Break Event Stripping Ratio atau BESR yang merupakan
perbandingan antara keuntungan kotor dengan ongkos pembuangan overburdennya.

BESR =

Untuk mengetahui apakah pemilihan cara penambangan menguntungkan atau tidak, maka harus
ditentukan dulu BESR-nya. Kalau BESR lebih besar dari 1, maka akan menguntungkan apabila di
tambang dengan system tambang terbuka. Tetapi jika BESR-nya lebih kecil dari 1, maka akan rugi
jika menggunakan metode tambang terbuka, akan lebih baik dengan tambang bawah tanah. Apabila
BESR sama dengan 1 maka kerja tersebut tidak menguntungkan. BESR-nya lebih besar ataupun
lebih kecil dari 1 masih menguntungkan atau tidak, dipengaruhi ongkos stripping-nya dan juga nilai
bahan galian itu sendiri.

1. C. PERTIMBANGAN TEKNIS
1. 1. Mempertimbangkan pengaruh struktur geologi
Slope stability juga bergantung kepada struktur geologinya yaitu joints, fault ataupun fold.
Terutama berpengaruh pada daerah-daerah yang merupakan stratifikasi (perlapisan) sedimen.

Semakin terjal sudut lereng, semakin sedikit OB yang dikupas, maka semakin banyak ore yang
diambil. Semakin landai sudut lereng, semakin banyak OB yang dikupas, maka semakin sedikit ore
yang diambil.

1. 2. Ultimate pit slope


Merupakan batas akhir atau paling luar dari suatu tambang terbuka yang masih diperbolehkan,
dan pada kemiringan ini jenjang masih tetap mantap.

Jadi, dalam menentukan kemiringan lereng suatu tambang terbuka harus ditinjau dari dua segi,
yaitu:

1. Ekonomis, masih menguntungkan atau tidak.


2. Teknis, keamanannya masih tetap terjaga kemantapannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ultimate pit slope:

1. BESR yang masih diperbolehkan.


2. Struktur geologi yang meliputi joint, bidang-bidang geser, patahan dll.
3. Adanya air, yaitu kandungan air tanah di dalam lapisan-lapisan batuan.
4. Waktu
Hubungan antara ultimate pit slope dengan BESR dapat berubah-ubah tergantung dari harga di
pasaran.
1. 3. Menentukan dimensi bench
Dimensi bench tergantung pada produksi yang diinginkan dan alat-alat yang digunakan.
Dimensi yaitu tinggi, lebar dan panjang dari bench. Dimensi harus mampu menghasilkan produksi
yang diinginkan, maka kita buat beberapa bench yang memenuhi terhadap kebutuhan produksi. Perlu
diperhatikan bahwa bench harus mampu menampung alat-alat mekanis dan alat-alat berat lainnya.

1. D. PERTIMBANGAN EKOLOGIS

1. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TAMBANG TERBUKA


Keuntungan menggunakan Tambang Terbuka dibandingkan Tambang Bawah Tanah:

1. Ongkos penambangan lebih rendah karena tidak perlu adanya penyanggan, ventilasi dan
penerangan.
2. Pengamatan dan pengawasannya relative lebih mudah.
3. Kondisi kerja lebih baik karena langsung berhubungan dengan udara luar dan sinar matahari.
4. Penggunaan alat-alat mekanis yang ukuran besar lebih mudah bergerak sehingga produksi lebih
besar.
5. Mining recovery rata-rata lebih besar karena batas-batas endapan lebih mudah diketahui dan
dimanfaatkan secara keseluruhan.
6. Pemakaian bahan peledak lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik.
7. Relatif lebih aman, karena bahaya mungkin akan timbul hanya longsor.

Kerugian Tambang terbuka:


1. Karena pengaruh langsung dengan cuaca/udara, maka pekerja lebih mudah dipengaruhi oleh
keadaan cuaca tersbut.
2. Dalamnya penggalian terbatas, terutama tergantung pada bentuk endapannya, juga dipengaruhi
stripping rationya.
3. Karena seringnya melakukan blending/mixing, maka alat-alat akan akan tersebar sehingga
menyulitkan pengaturan alat-alat angkut maupun gali.
4. Adanya kesulitan dalam pembuangan tanah penutup.
5. Pencemaran lingkungan biasanya relatif lebih tinggi.

1. VII. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF INDUSTRI PERTAMBANGAN


1. A. Dampak positif yang ditimbulkan
2. Menambah pendapatan Negara.
3. Ikut meningkatkan perkembangan social, ekonomi dan budaya setempat.
4. Memberi kesempatan kerja.
5. Memberi kesempatan ahli teknologi.
6. Memantapkan keamanan dan kelestarian lingkungan
7. B. Dampak negatif yang ditimbulkan
1. Mengubah morfologi dan fisiologi tanah.
2. Merusak lingkungan, karena:
3. Tanah subur hilang.
4. Vegetasi dibuang sehingga daerah menjadi gundul, mudah tererosi dan longsor.
5. Flora dan fauna rusak sehingga ekologinya juga rusak.
6. Mencemari sungai.
7. Polusi udara (debu hasil penambangan dan debu jalan angkut).
8. Polusi suara.
1. Dapat menimbulkan kesenjangan social, ekonomi dan budaya.

1. VIII. Operasi Penambangan


1. Pemberaian/ Pembongkaran/Loosening
Pemberaian adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk membebaskan mineral dari batuan
induknya. Untuk melakukan pembongkaran tersebut diperlukan alat-alat yang tepat dan sesuai.
Pemilihan alat-alat tersebut tergantung dari faktor-faktor :

1. Teknis
2. Ekonomis
3. Lingkungan hidup
4. Penggalian Langsung / Free Digging
Pemberaian pada batuan lunak yang menggunakan alat mekanis secara langsung. Alat yang
digunakan antara lain :

1. Power shovel
2. Hydroulic shovel
3. Dragline
4. Back Hoe
5. Bucket Wheel Excavator, dll.
6. Penggaruan/ ripping
Alat-alat garu sebenarnya bukan alt untuk pemindahan tanah mekanis tetapi dimaksudkan
sebagai alat untuk membantu bulldozer dan power scraper dalam mengatasi batuan yang keras.
Kekuatan alat garu tergantung pada kemampuan gigi-giginya untuk masuk ke dalam tanah dan
kekuatan mesin penarik alat garu itu.

Gigi-giginya dapat diturun naikkan (adjustable) disesuaikan dengan dalamnya penggalian


yang dikehendaki dan keadaan material yang akan digaru atau dirobek. Bagian belakang yang bergigi
itu dapat diatur tinggi rendahnya dengan memakai kabel atau hydraulic control, sehingga kedalaman
penggalian dapat diatur.

1. Pengeboran dan Peledakan (Drilling and Blasting)


Pemboran dan peledakan merupakan metode yang efektif dalam kegiatan pembongkaran
batuan. Metode ini bertujuan untuk membongkar bahan galian dari batuan induknya, dan
memindahkan bahan galian yang telah hancur tersebut menjadi tumpukan material (muckpile) yang
siap untuk dimuat ke dalam alat angkut.
Salah satu indikator untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan pemboran dan
peledakan adalah tingkat fragmentasi batuan yang dihasilkan dari kegiatan pemboran dan peledakan
tersebut. Diharapkan ukuran fragmentasi batuan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pada
kegiatan penambangan selanjutnya.

1. Pemuatan/Loading
Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat material ke dalam
suatu alat angkut.

Alat muat yang biasanya digunakan:

1. Power shovel
2. Dragline
3. Back hoe
4. Clam chell
5. Shovel dozer
6. Bucket Wheel Excavator
7. Pengangkutan/ Hauling
Pengangkutan batuan, endapan bijih, waste dan barang- barang keperluan (supply) merupakan suatu
hal yang mempengaruhi kelancaran operasi penambangan. Untung ruginya suatu perusahaan
tambang tergantung juga pada lancar tidaknya sarana pengangkutan yang tersedia.

Ada bermacam-macam alat angkut yang dapat digunakan untuk kegiatan pemindahan material yaitu:

1.) Dump truck

2.) Power Scraper

3.) Belt conveyor


4.) Cable way transportation

5.) lokomotif dan lori

6.) pompa dan pipa

7.) skip

8.) cage

9.) kapal dan tongkang

1. IX. Sinkronisasi Alat


Match faktor (MF) adalah korelasi waktu edar alat angkut dengan alat gali muat. Terdapat tiga jenis
match faktor yaitu :

1. MF < 1, maka alat muat bekerja kurang dari 100 % sedang alat angkut bekerja 100% sehingga
terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat angkut yang belum datang.
2. MF = 1, artinya alat muat dan alat angkut bekerja 100% sehingga tidak terjadi waktu tunggu dari
kedua jenis alat tersebut.
3. MF > 1, Artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang dari 100%
sehingga dapat waktu tunggu bagi alat angkut.

Anda mungkin juga menyukai