Anda di halaman 1dari 7

riyard

Just another WordPress.com weblog

Cari

Menu utama

Langsung ke konten utama

 Beranda
 PRODUKSI BIBIT MANGGA

PRODUKSI BIBIT MANGGA


Mangga adalah komoditas tanaman buah yang Bibitnya termasuk paling banyak diproduksi.
Selain mangga, Bibit tanaman buah yang juga diproduksi secara massal adalah jeruk, salak,
durian dan rambutan. Buah tanaman keras lainnya seperti belimbing, jambu air, sirsak, nangka,
manggis, duku, lengkeng, anggur dan sawo, produksi Bibitnya tidak semassal mangga, jeruk,
rambutan, durian dan salak.

Di antara jenis-jenis mangga yang ada, yang paling banyak diproduksi Bibitnya adalah
harummanis, gadung, manalagi, gedong gincu dan cengkir. Semuanya merupakan varietas asli
Indonesia. Jenis mangga introduksi yang mulai banyak diminati pekebun adalah okyong dari
Thailand yang di kalangan penangkar Bibit disebut sebagai “mangga keong”.
hedramanggo.blogspot.com/2009/05/mangga-gadun…

Sentra produksi Bibit mangga nasional berada di kab. Nganjuk, Jatim dan kab. Majalengka,
Jabar. Nganjuk mengandalkan verietas gadung, harummanis, manalagi dan okyong; sementara
Majalengka lebih banyak memproduksi gedong dan cengkir. Selain dua sentra tersebut, ada pula
penangkar individual yang mengkhususkan diri pada mangga. Misalnya Kasno di Sragen dan
Fajar Mekar Indah di Pasuruan.

Bibit mangga diproduksi dalam bentuk sambungan, dengan teknik okulasi maupun sambung
pucuk. Karenanya diperlukan sumber Bibit berupa pohon induk untuk batang bawah
(understamp) maupun batang atas (entris). Varietas yang lazim digunakan sebagai batang bawah
di Indonesia adalah mangga madu dan podang. Dulu pernah digunakan mangga bacang (pakel)
dan lalijiwo. Tetapi pakel ditinggalkan karena varietas batang atas yang disambung dengan
pakel, akan mengalami perubahan sifat-sifat fisik buah yang menyimpang dari induk batang
atasnya. Sementara lalijiwo juga tidak digunakan lagi sebagai batang bawah, karena sumber
pohon induknya sudah banyak yang ditebang hingga langka. Kelangkaan ini mengakibatkan
mangga lalijiwo menjadi buah dengan nilai ekonomis tinggi sebagai buah meja maupun
dikonsumsi muda sebagai rujak. Hingga saat ini para penangkar Bibit profesional hanya
menggunakan mangga madu dan podang sebagai batang bawah. Mangga madu adalah sejenis
manalagi kecil yang produksinya massal namun harganya murah. Demikian pula halnya dengan
mangga podang. Bedanya, manalagi kecil merupakan mangga dataran rendah, sedangkan podang
mangga dataran menengah sampai tinggi.

www.flickr.com/photos/11463738@N00/345173509/

Syarat utama varietas mangga sebagai batang bawah adalah, berbiji besar. Perbandingan volume
daging buah dengan biji haruslah lebih besar bijinya. Batangnya besar, kokoh dan berperakaran
kuat; tahan kekeringan serta penyakit akar. Produktifitas buah induk batang bawah juga harus
tinggi; sebab keperluan biji untuk produksi Bibit juga sangat besar volumenya. Di sentra
penangkaran Bibit mangga di Nganjuk, saat ini harga biji mangga podang atau madu Rp 17,50
(tujuhbelas rupiah, limapuluh sen) per biji, dalam kondisi belum terkupas. Kalau biji mangga ini
sudah dikupas kulit bijinya, harganya akan meningkat menjadi Rp 20,- (duapuluh rupiah) per
biji. Hingga upah mengupas biji mangga bahan batang bawah ini adalah Rp 2,50 (dua rupiah
limapuluh sen) per biji. Kapasitas kupas per tenaga kerja, bisa sampai 10.000 biji per hari.
Hingga nilai upah bagi para pengupas biji manga ini bisa mencapai Rp 25.000,- per hari.
www.bijlmakers.com/fruits/mango.htm

Selanjutnya, biji mangga yang telah terkupas ini akan disemai di sawah atau langsung dalam
polybag (kantong plastik hitam). Di Nganjuk dan Majalengka, umumnya penangkar menyemai
biji mangga ini di sawah. Namun penangkar di Pasuruan memilih menyemai biji dalam polybag.

Para penangkar Bibit massal, akan melakukan penempelan mata tunas (okulasi) sejak sedini
mungkin. Sementara penangkar yang mengutamakan kualitas, akan menunggu sampai batang
bawah mencapai ketinggian 60 – 70 cm. untuk melakukan penyambungan pucuk. Pada sambung
pucuk, satu ranting mangga batang atas, hanya akan menghasilkan satu individu tanaman.
Sementara pada okulasi, satu ranting mampu menghasilkan sekitar 10 individu tanaman.
Kapasitas satu tenaga kerja untuk melakukan penempelan tunas, rata-rata 200 tanaman per hari
dengan upah Rp 100,- per tanaman. Hingga nilai upah yang diterima tenaga penempel ini sekitar
Rp 20.000,- per hari. Namun penempel yang sudah sangat terampil, akan mempu mengokulasi
sampai 400 tanaman per hari. Hingga nilai upah yang mereka terima bisa mencapai Rp 40.000,-
per hari. Pada sambung pucuk, kapasitas kerja per orang per hari lebih rendah. Hanya sekitar 150
tanaman per hari. Namun nilai upah sambung pucuk per tanaman juga lebih tinggi, yakni sampai
Rp 150,- per tanaman. Batang bawah yang akan diokulasi, masih dalam kondisi disemai di
sawah, sementara batang bawah untuk sambung pucuk rata-rata sudah berada dalam polybag.

www.tropicalrainflorist.com/mango_trees_pictu…

Bibit mangga sambung pucuk yang sudah berada dalam polybag dengan ketinggian sekitar 60 sd.
80 cm. nilainya sudah di atas Rp 5.000,- per tanaman di tingkat penangkar. Sementara Bibit hasil
okulasi yang masih berada di sawah, dengan ketinggian 40 – 50 cm. harga borongannya Rp
1.500,- per tanaman di lokasi. Setelah transaksi terjadi, biasanya para penangkar akan
membongkar Bibit tersebut lalu memindahkannya ke dalam keranjang bambu kecil-kecil untuk
dikirim ke pembeli. Bibit-Bibit massal demikian, kebanyakan masih harus dibesarkan terlebih
dahulu sebelum ditanam di lahan yang sebenarnya. Cara pembesarannya, pangkal Bibit berikut
keranjangnya, dibungkus karung plastik yang sudah diisi media tanam. Media tanam untuk
keperluan ini, berupa sekam bekas kandang ayam pedaging, dengan dicampur pupuk kandang.
Selanjutnya, Bibit yang telah terbungkus karung disemai di sawah dengan jarak tanam 0,5
sampai 1 m. Di lokasi ini, Bibit sama sekali tidak dipupuk. Sebab kandungan N (nitrogen) urea
yang berasal dari pemupukan padi, masih cukup tinggi di sawah tersebut. Yang diperlukan
hanyalah melakukan pengairan selama musim kemarau. Dalam jangka waktu satu tahun, tinggi
Bibit itu sudah mencapai 1 m. dengan nilai jual Rp 7.500,- per tanaman di lokasi.

www.tropicalrainflorist.com/mango_trees_pictu…

Di Jakarta, misalnya di Pasar Minggu, harga Bibit mangga setinggi 50 cm. dalam polybag kecil
sudah mencapai Rp 10.000,- per tanaman. Sementara harga Bibit setinggi 1,5 m. dalam drum
antara Rp 50.000,- sd. Rp 100.000,- Harga mangga-mangga khusus dalam kondisi berbuah
dalam drum, di kalangan penjual Bibit di jakarta sudah mencapai antara Rp 200.000,- sampai
dengan Rp 300.000,- Apabila jenis mangganya langka dengan buah yang sangat lebat (misalnya
sampai belasan butir per batang), harganya sudah mencapai di atas Rp 500.000,- per tanaman.
Harga-harga ini akan semakin tinggi apabila si penjual Bibit berhadapan dengan konsumen yang
tidak terlalu peka harga, namun peka kualitas. Hukum permintaan dan penawaran pun akan
berlaku hingga Bibit mangga yang sudah setinggi 2 m dalam kondisi berbuah, harganya akan
bertengger di atas Rp 1.000.000,- per batang. Pembeli mangga-mangga khusus demikian
biasanya konsumen terbatas untuk ditanam di pekarangan rumah. Kadang-kadang Bibit mangga
siap berbuah demikian dicari konsumen untuk keperluan “hadiah” bagi tokoh yang kebetulan
sedang membangun rumah baru.

www.tropicalrainflorist.com/mango_trees_pictu…

Sebelum krisis ekonomi tahun 1998, PT Fajar Mekar Indah di Pasuruan rata-rata memproduksi
sekitar 200.000 Bibit mangga gadung per tahun. Namun saat ini produksinya tinggal 60.000 per
tahun. Penurunan kapasitas produksi ini, terutama disebabkan oleh menurunnya “proyek-proyek”
pemerintah. Pada jaman Orde Baru, banyak proyek “penghijauan” dengan dana APBN, APBD
maupun bantuan lembaga donor asing, yang memilih komoditas mangga.

www.mannuthynursery.com/meble.php
Proyek-proyek inilah yang merupakan konsumen terbesar Bibit mangga di Indonesia. Sebagian
besar proyek-proyek demikian gagal total. Sebab bantuan Bibit yang disebar ke masyarakat,
banyak yang mati karena tidak dirawat sebagaimana mestinya. Namun di beberapa lokasi,
misalnya di Kab. Gresik, Tuban dan Rembang, Bibit yang disebar ke masyarakat pada awal
tahun 1990an, sekarang telah berbuah optimal. Hingga tiga kabupaten tersebut, terutama kab.
Gresik dan Rembang, sekarang dikenal sebagai penghasil mangga gadung dengan volume yang
cukup besar. Setelah proyek-proyek pemerintah berkurang, turun pulalah volume produksi
beberapa penangkar Bibit mangga di sentra-sentra tersebut.

www.realtreehousenursery.com/…/Default.aspx

Namun tidak semua penangkar mengalami penurunan produksi. Kasno di Kab. Sragen justru
mengalami kekurangan pasokan. Karena usianya yang sudah di atas 60 tahun, sementara anak-
anaknya tidak ada yang bersedia membantu, maka dia sengaja menurunkan kapasitas
produksinya hingga hanya ribuan batang per tahun, namun dengan variasi yang tinggi, sampai
enam jenis. Padahal, kapasitas pasar yang dimilikinya, sudah mencapai puluhan ribu batang Bibit
per tahun. Karenanya, dia mencoba untuk “bermitra” dengan para penangkar Bibit di Nganjuk.
Tetapi tidak semua penangkar bisa diajaknya bekerjasama. Sebab dalam memproduksi Bibit,
unsur “trust” menjadi hal yang harus diutamakan. Kalau kepercayaan masyarakat hilang, maka
akan hilang pulalah pasar yang selama ini telah diperolehnya. Yang dimaksudkan dengan trust
dalam hal ini adalah, kalau kita memproduksi mangga gadung, maka kualitas batang bawahnya
harus benar-benar diperhatikan, dan batang atasnya juga harus varietas mangga gadung berupa
pohon induk yang sudah terbukti keunggulannya.

Untuk menjaga kualitas tersebut, pemerintah melalui Badan Pengawasan dan Sertifikasi Bibit
Departemen Pertanian, telah membuat perangkat hukumnya. Bahkan Undang-undang Budidaya
Tanaman juga sudah diberlakukan. Namun dalam praktek produksi Bibit, yang terjadi adalah
semacam hukum rimba. Begitu ada permintaan dalam jumlah banyak, penangkar yang nakal
akan memproduksi asal jadi dengan target utama order tertangkap. Maka biji mangga “sapuan”
(berasal dari mangga-mangga rusak dengan berbagai varietas) di pasar-pasar akan diborong
untuk dijadikan batang bawah. Batang atasnya pun akan diambil dari pohon yang seharusnya
tidak layak untuk dijadikan batang atas. Bahkan banyak penangkar yang hanya mengerat batang
Bibit tersebut hingga sepintas akan tampak seperti telah disambung. Dengan kondisi
penangkaran Bibit mangga demikian, konsumenlah yang akan sangat dirugikan. Sebab setelah
menunggu antara 3 sampai dengan 5 tahun, ternyata mangga harummanis yang ditanamnya
berbuah mangga podang atau madu yang tidak dia harapkan.
www.bijlmakers.com/fruits/mango.htm

Grafting methods in which the mango scion is detached from the parent tree include crown
grafting, budding and cleft grafting. The success of grafting methods depends on season, age of
both rootstock and scion and cultivar.

Cleft grafting is generally used with rootstocks of large diameters and normally more than one
scion is inserted. However, a modification has been recently made where younger rootstocks and
one scion can be used for large scale mango propagation. It has been reported that cleft grafting
is easier to use and more successful than other methods of grafting.

Mass propagation of superior cultivars of mango suitable for export can only be achieved by the
adoption of a grafting method where the scion is detached from the mother tree. Therefore, the
objective of this study was to investigate the effects of rootstock diameter, scion length, presence
or absence of leaves and environmental conditions or success and survival of cleft-grafted mango
seedlings.

www.bijlmakers.com/fruits/mango.htm

It is recommend the use of cleft grafting technique for mango propagation using rootstock
diameters of 0.5 to 1.0 cm and scions 15 cm long with all the leaves removed. Grafted seedlings
should be kept in controlled conditions of relative humidity levels not less than 85% to ensure
high success of graft union

Tinggalkan Balasan
Blog di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai