BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kehamilan dan persalinan adalah suatu proses alamiah yang
terjadi pada seorang perempuan. Kehamilan dan persalinan merupakan
proses yang sangat rentan terhadap terjadinya komplikasi yang dapat
membahayakan ibu maupun bayi dan merupakan salah satu penyebab
kematian ibu. Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian
seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator
yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu
(Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini mencerminkan risiko obstetrik yang dihadapi seorang ibu
ketika ia hamil. Jika ibu tersebut hamil beberapa kali, risikonya meningkat
dan digambarkan sebagai risiko kematian ibu sepanjang hidupnya, yaitu
probabilitas menjadi hamil dan probabilitas kematian karena kehamilan
sepanjang masa reproduksi (Sarwono, 2009). Kebijakan Departemen
Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI mengacu kepada
intervensi strategis ”Empat Pilar Safe Motherhood” yang meliputi
peningkatan program KB, akses pelayanan antenatal, pertolongan
persalinan secara APN (Asuhan Persalinan Normal) dengan sangga susur
dan latihan meneran yang baik, serta cakupan pelayanan obstetri esensial
(Listiyaningsih, 2009). Mortalitas dan morbiditas pada wanita bersalin adalah
masalah besar di Negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kematian
saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita mudah
pada masa puncak produktivitasnya (Sekartini, 2007).
Ruptur perineum merupakan perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat
kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat.
Ruptur perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Ruptur perineum umumnya terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat.
Ruptur perineum dibagi atas 4 tingkat yaitu derajat I sampai derajat IV,
ruptur perineum dialami oleh 85% wanita yang melahirkan pervaginan
(Manuaba, 2008).
hidup dan kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang
terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi seminimal mungkin
sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat
yang seoptimal mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam
asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan bukti manfaat
apabila akan melakukan intervensi terhadap jalannya proses persalinan
yang fisiologis/alamiah (Wattimena, 2008). Penolong persalinan adalah
seseorang yang mampu dan berwenang dalam memberikan asuhan
persalinan normal (APN). Pimpinan persalinan yang salah merupakan salah
satu penyebab terjadinya ruptur perineum. Sangat diperlukan kerjasama
dengan ibu dan penggunan perasat manual yang tepat dapat mengatur
ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi/
ruptur perineum (Oxorn, 2010).
Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus ruptur
perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada
tahun 2050, seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui
asuhan kebidanan dengan baik (Pratami, 2014). Di Amerika 26 juta ibu
bersalin yang mengalami ruptur perineum, 40 % diantaranya mengalami
ruptur perineum karena kelalaian bidannya. 20 juta diantaranya adalah ibu
bersalin dan ini akan membuat beban biaya untuk pengobatan kira-kira 10
juta dolar pertahun sedangkan di Australia, setiap tahun 20.000 ibu bersalin
akan mengalami ruptur perineum ini disebabkan oleh ketidaktahuan bidan
tentang asuhan kebidanan yang baik (Pratami, 2014).
B. Rumusan Masalah
Tingginya angka ruptur perineum pada ibu bersalin merupakan hal
yang memprihatinkan. Persalinan dengan ruptur perineum apabila tidak
ditangani secara efektif menyebabkan perdarahan dan infeksi menjadi lebih
berat karena laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses
karena dekat dengan anus. Infeksi juga dapat menjadi sebab luka tidak
segera menyatu dapat mengganggu ketidaknyamanan ibu, jaringan parut
yang terbentuk sesudah laserasi perineum juga dapat menyebabkan nyeri.
Dampak tersebut dapat berupa dampak jangka pendek, maupun jangka
panjang yang dapat mempengaruhui ibu, sehingga dalam melakukan
persalinan penolong persalinan diharapkan dapat melakukan pertolongan
berdasarkan prosedur Asuhan Persalinan Normal (APN) yang langkah-
langkahnya dikerjakan dengan benar dan sesuai urutannya. Berdasarkan
latar belakang masalah yang dijelaskan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “apakah ada hubungan pelaksanaan APN dengan
kejadian ruptur perineum di klinik bersalin Ramlah Parjib?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pelaksanaan APN dengan kejadian ruptur
perineum di klinik bersalin Ramlah Parjib.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pelaksanaan APN pada ibu bersalin di klinik bersalin
Ramlah Parjib.
b. Mengidentifikasi kejadian ruptur perineum pada ibu ibersalin di klinik
bersalin Ramlah Parjib.
c. Mengidentifikasi hubungan pelaksanaan APN dengan kejadian ruptur
perineum di klinik bersalin Ramlah Parjib
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan terutama bagi peneliti selanjutnya
untuk mengembangkan dan menemukan temuan-temuan baru.
2. Manfaat praktis
a. Instansi Kesehatan
Penelitian ini diharapkan menjadi acuan ilmu baru bagi tenaga
kesehatan dalam mengetahui penyebab dari ibu yang mengalami
ruptur perineum. Dengan penelitian ini bahwa salah satu penyebab
ruptur perineum adalah berat badan bayi.
b. Institusi Pendidikan
Penelitian ini menjadi evidence base mengenai hubungan berat
badan bayi baru lahir dengan ruptur perineum pada persalinan
fisiologis.
c. Klinik Bersalin
Diharapkan menjadi pengetahuan bagi pihak klinik bahwa
pelaksanaan APN yang dikerjakan dengan benar dan sesuai urutan
prosedur dapat meminimalisir kejadian ruptur perineum di klinik
bersalin Ramlah Parjib.
E. Penelitian Terkait
Penelitian terkait dengan topik hubungan pelaksanaan APN dengan
kejadian ruptur perineum di klinik bersalin Ramlah Parjib, antara lain :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep APN (Asuhan Persalinan Normal)
d. Kala IV
Kala IV adalah dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum. Ibu masih tetap harus ada di dalam kamar
bersalin dan tidak boleh dipindahkan ke ruang nifas agar dapat
diawasi dengan baik karena masih dalam masih dalam masa krisis.
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah ibu bersalin
secara tepat. Penilaian kehilangan darah sukar dilakukan karena
darah seringkali bercampur dengan cairan atau urin dan mungkin
terserap handuk, kain atau sarung. Satu cara untuk menilai
kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang
15
a) Indikasi Janin
Sewaktu melahirkan prematur, tujuannya untuk mencegah
terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin dan
sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin
dengan cunam, ekstrasi vakum, dan janin besar.
b) Indikasi Ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebih sehingga
ditakuti akan terjadi robekan perineum, umpama pada primipara,
persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstrasi vakum
dan yang paling sering terjadi adalah perineum ibu kaku
(Sarwono, 2011).
1) Derajat I
Robekan ini adalah robekan di kulit dan jaringan superfisial
dibawahnya (tidak termasuk otot). Luka sering sembuh sendiri
karena tepi luka biasanya berhadapan langsung. Tepi luka yang
tercabik-cabik dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut
berlebihan.
2) Derajat II
Robekan ini menyebabkan kerusakan otot perineum. Luka ini
biasanya dijahit untuk membantu penyembuhan.
17
3) Derajat III
Robekan ini mengenai otot sfingter anus. Harus dilakukan
perbaikan obstetrik sehingga aktifitas otot sfingter pulih sehingga
penyulit inkontinensia feses dapat dihindari.
4) Derajat IV
Robekan sangat luas, sfinter anus dapat terputus dan robekan
mencapai mukosa rektum. Diperlukan perbaikan bedah spesialitik
agar fungsi anus kembali normal (Jane, 2007).
Bahaya dan komplikasi akibat terjadinya ruptur perineum pada ibu
antara lain adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan
Perdarahan pada ruptur perineum dpat menjadi hepat khususnya
pada ruptur derajat dua dan tiga atau jika ruptur meluas ke samping
atau naik ke vulva mengenai clitoris.
2) Infeksi
Laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses
karena dekat dengan anus. Infeksi juga dapat menjadi sebab luka
tidak segera menyatu sehingga timbul jaringan parut.
3) Disparania
Jaringan parut yang terbentuk sesudah laserasi perineum sehingga
dapat menyebabkan nyeri selama berhungan seksual
4) Hematoma lokal
Pendarahan yang menyerembes yang tidak didasari dapat
menimbulkan hematoma serta dapat menjadi sumber infeksi
sekunder dan menyebabkan luka kembali.
5) Libido berkurang
Karena takut jaringan terbuka kembali atau karena disparenia.
1) Untuk mencegah luka yang jelek dan tepi luka yang tidak rata dan
kurang bersih pada beberapa keadaan dilakukan episiotomi, pada
keadaan lain, cukup dengan pimpinan persalinan yang baik.
2) Apabila dijumpai robekan pada perineum, lakukan penjahitan luka
dengan lapis demi lapis, perhstikan jangan terjadi ruang kosong
yang terbuka kearah vagina (dead space). Ruang tersebut dapat
dimasuki bekuan-bekuan darah yang dapat menyebabkan tidak
baiknya penyembuhan luka.
3) Berikan antibiotik yang cukup
4) Pada luka perineum lama (old perineal tear), lakukan perineoplasti
dengan membuat luka baru dan menjahitnya kembali sebaik-
baiknya.
a. Faktor ibu
1) Paritas
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat
jumlah anaknya (Oxorn, 2010). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada
19
3) Meneran
posisi meneraan bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Posisi
persalinan juga sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya
robekan pada jalan lahir. Dengan upright positions (sitting,
squatting, kneeling) / side lying positions dapat mengurangi
terjadinya robekan pada perineum atau tindakan episiotomi
dapat dihindarkan. Adapun macam-macam posisi yang bisa
digunakan pada saat persalinan adalah :
b. Faktor janin
1) Berat Badan Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu. Berat badan lahir merupakan berat
badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran. Semakin
22
Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat lahirnya. Dua hal yang
selalu ingin deketahui orang tua tentang bayinya yang baru lahir
adalah jenis kelamin dan beratnya (Sarwono, 2009). Berat badan
merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau bayi berat lahir
rendah (BBLR). Dikatakan BBLR apabila berat bayi dibawah
2500 gram atau dibawah 2,5 kg. Sementara bayi dengana berat
badan yang normal berkisar antara 2500-4000 gram (Supariasa,
2012).
dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir
dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus saku kedokteran, presentasi adalah letak
hubungan sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang
panggul ibu (Dorland, 2012). Presentasi digunakan untuk
menentukan bagian yang ada dibagian bawah rahim yang
dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Macam-
macam presentasi dapat dibedakan menjadi presentasi muka,
presentasi dahi, presentasi bokong dan presentasi letak
belakang kepala.
a) Presentasi muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang,
sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk
panggul atau diameter submentobregmatika sebesat 9,5 cm.
Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu,
sedang pada prresentasi dahi bagian terendah glabella dan
bregma (Oxorn, 2010). Sekitar 70% presentasi muka adalah
dengan dagu didepan dan 30% posisi dagu di belakang.
Keadaan yang menghambat masuknya kepala dalam sikap
flexi dapat menjadi penyebab presentasi muka. Sikap
ekstensi memiliki hubungan dengan diproporsi kepala
panggul dan merupakan kombinasi yang serius, maka harus
diperhitungkan kemungkinan panggul yang kecil atau kepala
24
Skema 2.1
(Independen) (Dependen)
Skema 2.2
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir
yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan
(Sugiyono, 2012).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Hidayat,2008). Sampel pada penelitian akan ditentukan dengan rumus
Slovin :
n = N/N(d)2+1
n = 34/34 (0,0001)+1
n = 34/0,0034+1
n = 34/1,0034
n = 33,8 (dibulatkan menjadi 34)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat kesalahan yang dikehendaki (1%)
Jadi, sampel pada penelitian ini adalah 34 responden
Kriteria restriksi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Kriteria insklusi
1) Ibu bersalin dengan kehamilan primipara
2) Ibu bersalin dengan kehamilan multipara
b) Kriteria ekslusi
1) Ibu dengan kehamilan grandemultipara
2) Ibu dengan kontraksi yang tidak baik
E. Definisi Oprasional
Definisi opersional adalah rumusan pengertian variabel adalah rumusan
pengertian variabel-variabel yang diamati, diteliti dan di beribatasan
(Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional sangat dibutuhkan untuk
membatasi ruang atau pengertian variabel-variabel penelitian dan akan
memudahkan untuk mengukurnya.
Tabel 3.1
Definisi Oprasional
Variabel Definisi oprasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
penelitian
Penerapan Penerapan asuhan Lembar 1. Dilakukan Kategorik
APN persalinan normal yang observasi sesuai SPO dengan
bersih dan aman pada 2. Tdk skala
kala dua dari penolong dilakukan ukur
melakukan pertolongan sesuai Nominal
lahirnya kepala, lahirnya SPO
bahu sampai dengan
lahirnya badan dan
tungkai.
Ruptur Robekan pada perineum Lembar 1. Tdk ruptur Kategorik
perineum yang dialami pada ibu observasi perineum dengan
bersalin 2. Ruptur skala
perineum ukur
Nominal
a. Editing
Tahap ini melakukan pemeriksaan data yang telah terkumpul
kemudian disesuaikan dengan jawaban dan kelengkapan pengisian.
b. Pengkodean
Tahap ini memberikan tanda atau kode untuk memudahkan
pengolahan data atau mengubah data dari bentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan.
c. Tabulansi
Menyusun dan menghitung data kemudian hasil disajikan dalam
bentuk tabel. Proses tabulasi dilakukan dengan cara manual dan
bantuan komputer.
d. Pembersihan data
Mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, yang kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi.
2. Analisa data
a. Analisa Univariat
Tujuan analisa ini adalah untuk mendiskripsikan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti. Untuk data numerik digunakan nilai rata-
rata mean, median dan standar deviasi. Setiap variabel terikan dan
bebas pada penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif untuk
memperoleh gambaran frekuensi dan prosentase (Notoadmojo,
2010).
𝑓
𝑝= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan :
P : Presentase yang dicari
F : Jumlah frekuensi
N : jumlah pengamatan atau populasi
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang antar dua
variabel yaitu variabel dependen dan independen. Analisa bivariat
yang digunakan menggunakan uji chi square (Dharma, 2011).
Rumus chi square :
34
(𝑜 − 𝑒)2
𝑥2 = ∑
𝑒
Keterangan :
X2 : Nilai Chi Square
O : Nilai observasi
e : Nilai ekspektasi (harapan)
Uji chi-square merupakan uji non parametris yang paling banyak
digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah:
frekuensi responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada
beberapa syarat di mana chi square dapat digunakan yaitu:
1) Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut
juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).
2) Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1
cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut
juga expected count (“Fh”) kurang dari 5.
3) Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah
cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh
lebih dari 20%.
H. Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian mengingat penelitian keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia. Masalah etika yang harus
diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subyek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subyek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan
yang tidak menguntungkan. Subyek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subyek
35
I. Alur Penelitian
Alur penelitian memberikan gambaran keseluruhan mengenai prosedur
penelitian (Dahlan, 2014). Alur penelitian dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Persiapan Penelitian
Inforrmed Consent
Sesuai Kriteria
Melakukan Observasi
Mengobservasi penerapan
APN pada Kala II
persalinan
Analisa Data
Skema 3.1
Alur Penelitian
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Hubungan Penerapan APN
(Asuhan Persalinan Normal) dengan Kejadian Ruptur Perineum di Klinik Bersalin
Ramlah Parjib. Penelitian ini dilakukan bulan April-Juli 2017, dengan jumlah
responden sebanyak 34 ibu bersalin. Klinik Bersalin Ramlah Parjib berada di
kecamatan Sungai Pinang, bertempat di Jl. AM. Sangaji No.27 Rt.17 Kota
Samarinda. Klinik Bersalin Ramlah Parjib didirikan pada tahun 1998 oleh Hj.
Ramlah pada Klinik Bersalin Ramlah Parjib memberikan pelayanan yang
meliputi: Penyuluhan kesehatan, konseling KB, antenatal care (senam hamil,
perawata payudara), asuhan persalinan, perawatan nifas, perawatan Bayi,
pelayanan KB (IUD, AKBK, Suntik, Pil) dan imunisasi (ibu dan bayi).
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Variabel Independen (Penerapan APN)
Tabel 4.1
Total 34 100
2. Analisa Bivariat
Analisis hubungan penerapan APN (Asuhan Persalinan Normal) dengan
ruptur perineum di klinik bersalin Ramlah Parjib.
Tabel 4.4
Analisis Hubungan Penerapan APN (Asuhan Persalinan Normal) dengan
Ruptur Perineum di Klinik Bersalin Ramlah Parjib.
N % N %
responden (26,9%) dan penerapan APN sesuai SPO dengan tidak ruptur
perineum sebanyak 19 responden (73,1%). Sedangkan, penerapan APN
tidak sesuai SPO dengan ruptur perineum sebanyak 7 responden (87,5%)
dan penerapan APN tidak sesuai SPO dengan tidak ruptur perineum
sebanyak 1 responden (12,5%).
Hasil uji statistik fisher diperoleh nilai p=0,004 < p=0,05 maka dapat
disimpulkan secara statistik bahwa ada hubungan antara penerapan APN
dengan kejadian ruptur perineum di klinik bersalin Ramlah Parjib.
B. Pembahasan
Pada pembahasan tentang penelitian ini maka peneliti akan membahas
tentang hasil penelitian dengan dan penelitian sebelumnya yang mendukung
atau berlawanan dengan hasil penelitian. Pada bagian pertama akan
membahas tentang hasil analisis untuk variabel penerapan APN dan
selanjutnya analisis kejadian ruptur perineum. Hasil penelitian dapat
diterapkan dan diaplikasikan pada praktek keperawatan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali peneliti lakukan
oleh sebab itu peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak
mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya serta masih banyak terdapat
kekurangan dalam berbagai aspek. Berikut adalah kesulitan dan kelemahan
yang peneliti temui selama penelitian:
1. Penelitian ini hanya meneliti satu sudut pandang saja yaitu dari sudut
pandang penerapan Asuhan Persalinan Normal meskipun ada beberapa
sudut pandang lain yang mungkin dijadikan permasalahan dalam tema ini
seperti faktor ibu dan faktor janin.
2. Responden yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya sangat
terbatas sehingga sulit untuk di generalisasikan, diharapkan untuk peneliti
selanjutnya untuk memaksimalkan jumlah responden yang ada.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Dari 34 responden dalam penelitian ini terdapat frekuensi lebih banyak
adalah penerapan APN sesuai SPO sebanyak 26 responden (76,5%).
2. Dari 34 responden dalam penelitian ini terdapat frekuensi lebih banyak
ibu yang tidak mengalami ruptur perineum yaitu berjumlah 20 responden
(58,9).
3. Hasil analisis dari penelitian ini dengan menggunakan uji statistik fisher
diperoleh nilai p=0,004 < p=0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan
antara penerapan APN dengan kejadian ruptur perineum di klinik
bersalin Ramlah Parjib.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan para pendidik membekali peserta didiknya tentang
penerapan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang sesuai dengan SPO
agar mampu memberikan penyuluhan kesehatan dan mampu
mempraktekkannya.
2. Bagi Penolong Persalinan di Klinik
Diharapkan dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar
yang ada, salah satu upayanya yaitu perlunya penolong persalinan
mengikuti pelatihan APN yang sesuai dengan SPO terutama yang
belum pernah mengikuti pelatihan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan perlu diteliti lebih lanjut dengan
menggunakan variabel lain yang dapat mempengaruhi ruptur perineum
seperti faktor paritas, meneran, berat badan bayi baru lahir dan
presentasi janin. Perlu dikembangkan juga faktor-faktor lain yang
mempengaruhi ruptur perineum seperti perslinan pervaginaan.