Anda di halaman 1dari 24

STRATEGI PENERAPAN TAX AMNESTY TERHADAP PENERIMAAN

PAJAK

(Studi Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara)

Dewi Ritma Laili

Universitas Negeri Surabaya


ritmadewi94@gmail.com

Dewi Prastiwi

Universitas Negeri Surabaya


dewiprastiwi@unesa.ac.id

ABSTRACT
This study aims to explore the alternative strategies for KPP Pratama
Sidoarjo Utara after the implementation of tax amnesty program, in order to
support the success of the program. This study formulated the alternative strategy
by using of Strength, Waekness, Opportunity and Threat (SWOT) Analysis and
Internal External (IE) Matrix. This study finds that the position of KPP Pratama
Sidoarjo Utara (KPP) is in growth and build (in the cell 2) of Internal External
(IE) Matrix. Therefore, this study recommends that the KPP should use
technology for tax dissemination to attracts taxpayers, encourage the
maximization of technology utilize for taxpayers, evaluate the tax amnesty
program comprehensively, encourage law enforcement after tax amnesty program
intensively, expand tax base in range area of the KPP, arrange cooperation with
foreign parties, government agencies and banks related to taxpayers data. The
study implies that the KPP can increase tax revenue through intensive strategy by
market penetration (tax intensification), market development (tax extensification)
and product development (restructuring and tax reform).
Keyword:, Strategy, Tax, Tax Amnesty, Tax Revenue

PENDAHULUAN

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang saat ini

sangat digalakkan perolehannya oleh pemerintah, Saat ini penerimaan negara dari

sektor pajak memiliki peranan yang sangat penting dengan persentasi sekitar 70%
penerimaan disokong oleh pajak. Pada Tabel 1 akan digambarkan sumber

pendapatan negara berdasarkan APBN 2012-2016.

Tabel 1. Sumber Penerimaan Negara Tahun 2012-2016

Pajak DJBC Hibah PNBP TOTAL


2012 835,8 T 62% 144,7 T 11% 5,8 T 1% 351,8 T 26% 1.338,1 T
2013 921,4 T 64% 156,0 T 11% 6,8 T 1% 354,8 T 24% 1.438,9 T
2014 985,1 T 64% 161,7 T 10% 5,1 T 1% 398,7 T 25% 1.550,6 T
2015 1294,3 T 73% 195,0 T 11% 3,3 T 1% 269,1 T 15% 1.761,7 T
2016 1360,2 T 75% 186,5 T 10% 2,0 T 1% 273,8 T 14% 1.822,5 T
Sumber: APBN 2016 oleh kemenkeu.go.id, data olahan

Saat ini negara sedang berupaya untuk membangun infrastruktur guna

kesejahteraan rakyat. Untuk merealisasikan pembangunan tersebut maka

diperlukan anggaran yang sangat besar. Saat ini pemerintah menargetkan

pendapatan negara dalam APBN Tahun 2016 yang ditetapkan sebesar Rp 1.822,5

triliun atau Rp 25,6 triliun lebih rendah dari yang diusulkan dalam RAPBN Tahun

2016. Sebesar Rp 1.546,7 triliun dari penerimaan tersebut bersumber dari

penerimaan pajak. Seiring berjalannya tahun, penerimaan negara dari sektor

perpajakan mengalami peningkatan. Namun, pertumbuhan penerimaan pajak

tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan tax ratio. Tax ratio adalah

perbandingan penerimaan pajak dengan pendapatan domestik bruto (PDB).

Seringkali tax ratio menjadi tolok ukur pengukuran kepatuhan wajib pajak dalam

kewajiban perpajakannya. Tax ratio negara sendiri mengalami peningkatan

meskipun jumlahnya tidak signifikan. Tabel 2 akan memaparkan tax ratio negara

Tahun 2012-2016.
Tabel 2. Tax Ratio Tahun 2012-2016

Tahun Persentase
2012 11,9%
2013 11,9%
2014 12,4%
2015 12,7%
2016 13,11%
Sumber: Mading Kanwil DJP Jatim II (2016), data olahan

Adanya gap antara peningkatan penerimaan pajak dengan tax ratio

membuat pemerintah berupaya untuk tidak hanya meningkatkan penerimaan dari

sektor pajak, juga meningkatkan tax ratio negara. Upaya-upaya pemerintah dalam

meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak dapat melalui intensifikasi

maupun ekstensifikasi.

Juli 2016 Pemerintah mensahkan dan memberlakukan Undang-Undang

No. 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Pemerintah membuat suatu

program yang mana program tersebut bersifat mengampuni wajib pajak yang

selama ini tidak patuh dengan tidak melaporkan hartanya secara benar di SPT.

Program tax amnesty dibuat dikarenakan saat ini pemerintah sedang

membutuhkan dana yang besar guna pembangunan negara dan juga untuk

meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya. Sebenarnya program tax amnesty sudah pernah

diadakan oleh pemerintah yakni pada tahun 1964 dan 1984, akan tetapi program

tax amnesty tersebut tidak dapat dikatakan berhasil. Menurut Huda & Hernoko

(2017) program tax amnesty pada tahun 1964 tidak berhasil karena adanya

peristiwa G30S PKI, selain itu tidak adanya respon dari masyarakat khususnya

WP terhadap program tersebut, dan juga kualitas administrasi perpajakan yang

pada saat itu masih sangat minim. Sedangkan pada tahun 1984 tidak efektifnya
program tax amnesty karena WP tidak memberikan respon yang baik dan juga

tidak adanya kejelasan hukum atau reformasi pajak setelah adanya program

tersebut, selain itu juga minimnya akses dan transparansi data WP menjadikan

program tax amnesty pada tahun tersebut tidak efektif.

Sejak ditetapkannya UU No. 11 Tahun 2016 tentang pengampunan pajak

tersebut tanggal 1 Juli 2016, penerimaan tax amnesty yang diperoleh hingga 30

September 2016 atau periode I dari tax amnesty mengalami pencapaian yang luar

biasa. Dilansir dari harian tempo, bahwa pencapaian penerimaan tax amnesty

Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia. Hal ini dibuktikan dengan adanya

uang tebusan yang masuk sudah mencapai 50% dari target yang ditentukan yakni

Rp 165 T (Antara, 2016).

Pada gambar 1 di bawah ini, dapat dilihat bahwa Indonesia mendapat uang

tebusan yang paling tinggi yakni Rp 81,1 T mengalahkan Italia yang juga pernah

mengadakan program tax amnesty pada tahun 2009 yang hanya mendapat uang

tebusan sebesar Rp 59 T.

Gambar 1 Grafik Uang Tebusan Amnesti Pajak


Sumber: Centre for Indonesian Taxation Analysis dalam Tempo.com

Hal senada juga dialami oleh KPP Pratama Sidoarjo Utara. Penerimaan

uang tebusan tax amnesty di KPP Pratama Sidoarjo Utara tengah mencapai
target, bahkan telah melebihi target yang diberikan oleh Kantor Wilayah DJP

Jatim II. Pada Tabel 3 di bawah ini akan dipaparkan tantang realisasi

penerimaan tax amnesty pada periode pertama.

Tabel 3 Realisasi Uang Tebusan Tax Amnesty Periode Pertama di KPP


Pratama Sidoarjo Utara
Jumlah WP Pembayar Penerimaan SPH
Uang Tebusan (dalam rupiah) Masuk
Juli 5 146.312.870 3
Agustus 103 5.221.615.496 74
September 1.568 342.149.761.906 1.532
Total 347.517.690.272
Sumber: KPP Pratama Sidoarjo Utara (2016), data olahan

Untuk ukuran KPP Pratama, jumlah tersebut tergolong sukses dalam hal

penerimaan pajak. hal tersebut rupanya didukung oleh karakteristik wilayah yang

strategis dan strategi yang dilakukan oleh KPP Pratama Sidoarjo Utara.

Maret 2017 program tax amnesty resmi berakhir, menurut Praditya &

Ariyanti (2017) total SPH yang dilaporkan mencapai Rp 4.855 T, yang terdiri dari

Rp 3.676 T deklarasi harta dalam negeri; Rp 1.031 T dari deklarasi harta luar

negeri; dan Rp 147 T berasal dari repatriasi, sedangkan untuk uang tebusan yang

masuk adalah Rp 114 T. Dari keterangan tersebut tentunya dapat dikatakan

program tax amnesty di Indonesia sudah terbilang baik meskipun tidak optimal

sehingga tidak dapat mencapai target. Tentunya pasca program tax amnesty ini

pemerintah perlu melakukan strategi yang lebih baik lagi, sehingga WP yang telah

mengikuti amnesti pajak merasa adil dan yakin kepada DJP.

Berdasarkan pemaparan di atas rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Alternatif Strategi Apa yang Sebaiknya Dilakukan oleh KPP Pratama

Sidoarjo Utara Pasca Program Tax Amnesty?”


KAJIAN PUSTAKA

Teori Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan keputusan-keputusan yang mengikat orang

banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang

otoritas publik (Muharria, 2012). Dalam bukunya, Anggara (2014: 33-36)

menyebutkan bahwa publik utama kebijakan publik di negara modern adalah

pelayanan publik, yaitu segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk

mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.

Teori Asuransi

Suandy (2011: 26) menyebutkan bahwa teori ini mempersamakan jaminan

suatu warga negara layaknya sebuah asuransi, oleh karenanya jika warga negara

menginginkan jaminan atas dirinya sebagai gantinya warga negara tersebut

diharuskan membayar pajak. Amnesti pajak dalam hubungannya dengan teori ini

adalah berupa jaminan untuk Wajib Pajak yang mana Wajib Pajak tidak akan

dikenai sanksi dan denda terkait pengungkapan harta yang selama ini tidak

dilaporkan di dalam SPT.

Teori Kepentingan

Dalam bukunya Suandy (2011: 26) teori kepentingan berhubungan dengan

kepentingan individu dalam rangka menikmati fasilitas yang diberikan oleh

pemerintah. Dalam hal amnesti pajak, pemerintah berharap dengan mengungkap

harta dapat menambah penerimaan negara sehingga fasilitas yang didapatkan oleh

Wajib Pajak sebanding dengan pajak yang dibayarkan.


Teori Bakti

Suandy (2011: 26) menjelaskan apa yang dimaksud dengan teori bakti atau

teori kewajiban mutlak adalah negara dapat memungut pajak kepada warga negara

didasarkan kepada rasa baktinya kepada negara dan rakyat berkewajiban

membayar pajak. Mengungkapkan harta yang selama ini tidak dilaporkan dan

membayarkan uang tebusan kepada negara merupakan salah satu wujud dari teori

bakti tersebut.

Teori Daya Pikul

WP akan dikenai dan membayar uang tebusan sesuai dengan tarif yang

berlaku. Wajib Pajak juga lebih leluasa karena sistem yang diberlakukan adalah

self assessment, yakni WP menghitung sendiri berapa besaran nilai harta yang

diungkap.

Strategi

Dalam penelitian (Saputro, Hidayat, & Yulianto, 2016) definisi strategi

yang diungkapkan oleh Amirullah dan Cantika (2002: 4), strategi merupakan

sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan

keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang

untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan itu dapat dicapai melalui

pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Untuk merumuskan suatu strategi dapat

dilakukan dengan melalui analisis lingkungan dan menggunakan pendekatan

SWOT.

Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Fungsi pajak

Menurut Rochmah & Riduwan (2014) terdapat empat fungsi pajak, yakni:

(1) Fungsi Budgetair; (2) Fungsi Regulerend; (3) Fungsi Distribusi; (4) Fungsi

Demokrasi.

Tax Amnesty

Tax amnesty atau pengampunan pajak menurut Undang-Undang No. 11

Tahun 2016 adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai

sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan

cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang.

Latar belakang pemerintah membuat kebijakan tax amnesty adalah untuk

menggenjot penerimaan negara yang bersumber dari sektor perpajakan yang

digunakan untuk membangun negara dari berbagai aspek, yakni aspek

infrastruktur, sarana dan prasarana, pendidikan dan banyak yang lainnya, yang

mana semua pengeluaran-pengeluaran tersebut membutuhkan biaya yang sangat

besar. Selain itu, banyaknya penggelapan pajak atau tax evasion yang membuat

negara menderita kerugian.

Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2016, tax amnesty bertujuan

untuk mempercepat restrukturisasi dan pertumbuhan ekonomi melalui pengalihan

harta, mendorong reformasi perpajakan agar semakin menjadi lebih baik ke


depannya dan meningkatkan penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Jenis

pengampunan pajak yang diberikan oleh pemerintah adalah berupa pengungkapan

harta atau deklarasi dan penarikan kembali atau repatriasi.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, Moleong (2014: 4)

mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Sedangkan pendekatan penelitian menggunakan pendekatan

studi kasus. Dalam bukunya Yin (2015: 1-13) menjelaskan bahwa studi kasus

adalah metode penelitian yang berkaitan dengan pertanyaan how dan why dan

peneliti memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan

diselidiki, dan fokus penelitian yang digunakan lebih bersifat kontemporer.

Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah KPP Pratama Sidoarjo Utara. Pemilihan

objek didasarkan pada realisasi uang tebusan amnesti pajak terbanyak di antara

Kantor Pelayanan Pajak se-Sidoarjo Raya.

Unit Analisis Data

Unit analisis data dari penelitian ini adalah KPP Pratama sebagai

eksekutor dari program tax amnesty.

Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang suatu situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2014: 132). Informan
ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Informan pada

penelitian ini adalah pegawai pajak yang termasuk dalam tim satuan tugas

program tax amnesty yang ada di KPP Pratama Sidoarjo Utara.

Sumber Data Penelitian

Menurut Moleong (2014: 157), sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Data yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil diskusi dengan informan penelitian

terkait program tax amnesty, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-

dokumen, bukti-bukti, catatan ataupun arsip yang diperoleh dengan cara studi

kepustakaan dan mengakses website maupun situs-situs resmi yang dapat

dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut: (1) Wawancara yang berupa diskusi; (2) Dokumentasi; (3)

Studi kepustakaan.

Keabsahan Data

Penelitian kualitatif sendiri, data atau temuan dapat dikatakan valid apabila

tidak ada perbedaan antara data yang dilaporkan peneliti dengan kejadian yang

sebenarnya terjadi di lapangan (Sugiyono, 2013: 119). Pada penelitian ini

keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.


HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum KPP Pratama Sidoarjo Utara

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara yang terletak di Jl.

Pahlawan No. 55 Sidoarjo ini mulai beroperasi pada tanggal 27 November 2007

berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-158/PJ/2007

tanggal 5 November tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai

Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan,

Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah DJP Jawa

Timur I, Kantor Wilayah DJP Jawa Timur II, Kantor Wilayah DJP Jawa Timur III

dan Kantor Wilayah DJP Bali. Gedung kantor KPP Pratama Sidoarjo Utara

diresmikan oleh Menteri Keuangan saat itu Ibu Sri Mulyani pada tanggal 4

Desember 2007. Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara

dilakukan sebagian dari upaya Direktur Jenderal Pajak dalam melakukan

perubahan besar-besaran (modernisasi) menuju ke pemerintahan yang baik (good

governance).

Mekanisme Pelaksanaan Tax Amnesty

a. Persyaratan:

Dokumen yang harus dilampirkan pada Surat Pernyataan:

1. Bukti pembayaran uang tebusan berupa Surat Setoran Uang Tebusan

dengan menggunakan SSP.

2. Bukti pelunasan tunggakan pajak berupa SSP bagi WP yang memiliki

tunggakan pajak.

3. Daftar rincian harta dan informasi kepemilikan harta yang dilaporkan.

4. Daftar utang dan dokumen pendukung.


5. Bukti pelunasan berupa SSP atas pajak yang tidak atau kurang bayar atau

tidak seharusnya dikembalikan bagi WP yang sedang dilakukan

pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan tindak pidana di bidang

perpajakan yang berkasnya belum dinyatakan lengkap.

Apabila WP tersebut tidak melampirkan bukti pelunasan tersebut, maka

WP diminta untuk meminta informasi tertulis ke Unit Pemeriksa Bukti

Permulaan/Penyidikan sesuai dengan tata cara penyelesaian permintaan

informasi pajak yanv tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya

dikembalikan untuk WP yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti

permulaan atau penyidikan.

6. Fotokopi SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir, kecuali:

a) Bagi WP yang baru memperoleh NPWP pada tahun 2016 dan 2017,

tidak wajib melampirkan fotokopi SPT PPh terakhir; atau

b) Bagi WP yang akhir tahun bukunya berakhir pada periode 1 Januari

2015 sampai dengan 30 Juni 2015, wajib melampirkan fotokopi SPT

Tahunan PPh Tahun Pajak 2014.

7. Surat Pernyataan Mencabut Permohonan Pengembalian Kelebihan

Pembayaran Pajak, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi,

Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak

Benar, Keberatan, Banding, Gugatan atau Peninjauan Kembali, Yang

Belum Mendapat Keputusan atau Keputusan Dalam Hal Pemohon Sedang

Mengajukan Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi

Administrasi, Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak

yang Tidak Benar, Keberatan, Banding, Gugatan atau Peninjauan


Kembali, dalam hal WP sedang mengajukan permohonan dan belum

diterbitkan surat keputusan atau putusan.

8. Surat Pernyataan untuk mengalihkan dan menginvestasikan harta ke dalam

wilayah NKRI, dalam hal WP bermaksud mengalihkan harta ke dalam

wilayah NKRI.

9. Surat Pernyataan untuk tidak mengalihkan harta ke luar wilayah NKRI,

dalam hal WP mengungkapkan harta yang berada dan/atau ditempatkan di

wilayah NKRI.

10. Surat Pernyataan mengenai besaran peredaran usaha bagi WP yang

peredaran usahanya sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar

delapan ratus juta rupiah) pada tahun pajak terakhir.

b. Prosedur

1. Wajib Pajak datang ke KPP untuk mendapat informasi yang akan dibantu

oleh Usher dan Helpdesk.

2. Wajib Pajak membayar uang tebusan di bank persepsi atau tempat lain

yang ditunjuk oleh DJP.

3. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pernyataan beserta kelengkapannya

pada tim penerima amnesti pajak di KPP.

4. Wajib Pajak memperoleh Surat Keterangan dalam jangka waktu 10 hari

kerja setelah berkas dinyatakan lengkap oleh tim peneliti.


PEMBAHASAN

Optimisme KPP Terkait Pencapaian Uang Tebusan Amnesti Pajak

Program tax amnesty sejatinya memiliki tujuan untuk mengumpulkan

fresh money yang berasal dari Wajib Pajak dalam waktu yang singkat. optimisme

dari KPP Pratama Sidoarjo Utara terkait dengan pencapaian uang tebusan tax

amnesty, tercermin dari kelebihan-kelebihan program tersebut yang disebutkan

oleh para informan, kelebihan tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 11

Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak Pasal 11 (5) yakni tentang fasilitas-

fasilitas bagi Wajib Pajak yang mengikuti tax amnesty yakni bebas bea balik nama

harta tambahan, tidak dilakukan pemeriksaan, dihapuskannya sanksi dan denda,

penghentian pemeriksaan dan penyidikan. Sehingga dari fasilitas-fasilitas atau

kelebihan tersebut menarik minat Wajib Pajak untuk mengikuti tax amnesty

dengan beragam motif seperti ingin save, tarif uang tebusan lebih murah

dibandingkan dengan tarif pajak biasa, supaya tidak kena sanksi dan denda, atau

hanya sekedar ikut-ikutan, yang mana membuat dampak pada KPP Pratama

Sidoarjo Utara berupa adanya penambahan penerimaan pajak yang secara tidak

langsung juga memperbaiki kepatuhan WP yang ada di sana.

Penerapan Tax Amnesty di KPP Pratama Sidoarjo Utara

Penerapan tax amnesty dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu persiapan,

pelaksanaan maupun evaluasi. penelitian ini akan membahas persiapan dan

penerapan amnesti pajak selama Periode I.


Pembentukan Tim Amnesti Pajak

Salah satu persiapan yang dibuat adalah tim amnesti pajak. Amnesti pajak

adalah program pemerintah yang sifatnya serentak di semua KPP dan juga

termasuk event atau acara yang besar, maka dibutuhkan tim yang memang

berbeda dengan jobdesk harian yang biasa dilakukan oleh pegawai KPP. Tim

dibentuk berdasarkan dengan tupoksi atau jobdesk sehari-hari dari pegawai pajak

sebelumnya.

Faktor Pendukung Lain

Kesuksesan penerapan amnesti pajak tidak hanya terletak pada

pembentukan tim saja, namun juga faktor pendukung lain, seperti dana, fasilitas,

sarana dan prasarana, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil diskusi dengan

informan, dana terkait program tax amnesty hanya mengandalkan dari kas kantor

atau anggaran tahunan kantor. Sedangkan untuk fasilitas, sarana dan prasarana,

KPP Pratama Sidoarjo Utara mengoptimalkan fasilitas yang sudah ada seperti

komputer, meja, kursi dan lain sebagainya.

Keberhasilan KPP Pratama Sidoarjo Utara dalam mengumpulkan Uang


Tebusan Amnesti Pajak pada Periode I
Dalam setiap penerapan suatu program, maka penting menetapkan apakah

program tersebut berhasil atau tidak. Terutama untuk instansi sektor publik,

keberhasilan suatu program dirasa penting dan dapat dijadikan evaluasi di tahap

berikutnya. Parameter keberhasilan sangat relatif, tergantung pada banyak faktor

dan tergantung pada banyak aspek. Dari hasil diskusi dengan informan, sesuatu

dapat dikatakan berhasil apabila realisasi atau hasil yang diperoleh lebih besar

dari target.
Analisis SWOT

Berdasarkan pemaparan pembahasan di atas, dapat diketahui kekuatan

(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat)

dari program tax amnesty yang dilaksanakan di KPP Sidoarjo Utara sebagai

berikut:

Kekuatan (Strength)

Berdasarkan hasil diskusi, program tax amnesty memiliki payung hukum

yang kuat berupa UU No. 11 Tahun 2016. Kekuatan lain yang ada di KPP

Pratama Sidoarjo Utara adalah wilayah kerjanya yang strategis, memiliki SDM

yang terampil dan cekatan, memberikan pelayanan yang terbaik kepada WP, dan

jam pelayanan yang panjang hingga tengah malam.

Kelemahan (Weakness)

Kelemahan yang terdapat pada program tax amnesty dan juga KPP

Pratama Sidoarjo Utara adalah jangka waktu program tax amnesty yang pendek,

kekurangan data, koordinasi antar instansi baik pemerintah maupun swasta masih

terbatas, dan strategi yang terbilang monton.

Peluang (Opportunity)

Faktor-faktor yang dapat dijadikan peluang yakni potensi pajak yang

besar, adanya Automatic Exchange of Information yang digalakkan di seluruh

dunia, diberlakukannya UU Perbankan tentang akses perpajakan, perkembangan

teknologi yang semakin modern, kebijakan pemerintah yang menguntungkan WP

dan investor.
Ancaman (Threat)

Dalam penerapan program tax amnesty adapun yang dapat dijadikan sebagai

ancaman yaitu tindakan WP untuk melakukan tax evasion, adanya inflasi, adanya

suaka pajak, politik yang tidak stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang menurun.

Dari kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman di atas, peneliti

membuat kuesioner terkait pembobotan dan juga peringkat yang diberikan kepada

informan yang tertuang dalam Matriks IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE

(Eksternal Factors Evaluation) di bawah ini:

Tabel 4. Matriks Internal Factors Evaluation

No. Faktor-Faktor Internal Skor Rata-


Kekuatan Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Rata
1 Memiliki payung hukum yang kuat 0.52 0.72 0.48 0.52 0.56
2 Wilayah Kerja yang strategis 0.2 0.4 0.33 0.48 0.3525
3 SDM yang terampil dan cekatan 0.56 0.64 0.45 0.44 0.5225
4 Pelayanan yang baik 0.36 0.48 0.44 0.52 0.45
5 Jam Pelayanan yang panjang 0.33 0.16 0.22 0.44 0.2875

Kelemahan
1 Jangka waktu pendek 0.1 0.12 0.39 0.1 0.1775
2 Data kurang 0.1 0.28 0.56 0.1 0.26
3 Koordinasi antar instansi masih kurang 0.2 0.2 0.32 0.1 0.205
4 Strategi monoton 0.2 0.3 0.1 0.1 0.175
TOTAL 2.99
Sumber: diolah penulis

Tabel 5. Matriks Eksternal Factors Evaluation

No. Faktor-Faktor Eksternal Skor Rata-


Peluang Inf 1 Inf 2 Inf 3 Inf 4 Rata
1 Potensi pajak besar 0.52 0.4 0.4 0.6 0.48
2 Adanya AEoI 0.36 0.3 0.64 0.3 0.4
3 UU Perbankan tentang akses 0.33 0.3 0.4 0.4 0.3575
perpajakan
4 Perkembangan teknologi 0.48 0.3 0.3 0.6 0.42
5 Kebijakan Pemerintah yang 0.36 0.2 0.12 0.4 0.27
menguntungkan WP dan Investor
Ancaman
1 Tindakan WP untuk tax evasion 0.2 0.4 0.3 0.6 0.375
2 Inflasi 0.2 0.3 0.3 0.3 0.275
3 Suaka pajak 0.1 0.1 0.15 0.2 0.1375
4 Politik yang tidak stabil 0.2 0.3 0.6 0.6 0.425
5 Pertumbuhan ekonomi menurun 0.2 0.3 0.4 0.3 0.3
TOTAL 3.44
Sumber: diolah penulis

MATRIKS IE (Internal-Eksternal)

Matriks IE hampir sama dengan matriks BCG, namun memikiki beberapa

perbedaan. Mulai dari sel-sel strateginya, implikasi strategi yang dihasilkan dari

masing-masing sel, dan juga penggalian informasi. Matriks IE ini didasarkan pada

dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal yang dapat diperoleh skor

bobotnya dari tabel sebelumnya. Terdapat Sembilan sel pada matriks IE ini, yang

mana ada tiga kuadran utama. Kuadran pertama yakni terdapat pada sel 1, 2, 4.

Digambarkan sebagai sel grow and build (bertumbuh dan berkembang). Kedua

terdapat pada sel 3,5,7 yaitu strategi hold and maintain (menjaga dan bertahan).

Dan terakhir terdapat pada sel 6, 8,dan 9. Strateginya adalah harvest or divest

(panen atau divestasi).

Di bawah ini akan diketahui pada posisi atau sel manakah KPP Pratama

Sidoarjo Utara berada. Dapat dilihat pada matriks IE, bahwa posisi KPP Pratama

Sidoarjo Utara adalah pada sel 2 yakni grow and build. Strategi yang dapat

dilakukan yakni strategi intensif melalui penetrasi pasar (intensifikasi),

pengembangan pasar (ekstensifikasi), dan pengembangan produk (reformasi dan

restrukturisasi perpajakan).
Gambar 2 Matriks IE
Sumber: diolah penulis

Matrik SWOT

Setelah mengetahui pada posisi mana KPP berada, maka peneliti membuat

alternatif strategi menggunakan Matriks SWOT. Pembuatan alternatif strategi

didasarkan pada posisi KPP berada yakni posisi grow and build. Di bawah ini

adalah matriks SWOT:

Tabel 6 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)


IFAS 1.Payung hukum 1. Jangka waktu
2.Wilayah kerja yang pendek
strategis 2. Data kurang
3.SDM yang terampil 3. Koordinasi
dan cekatan antar instansi
4.Pelayanan yang masih terbatas
EFAS baik 4. Strategi
5.Jam pelayanan yang monoton
panjang
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
1. Potensi pajak 1. Memperluas 1. Memanfaatkan
besar tax-base di wilayah adanya AEoI
2. Adanya AEoI kerja KPP Pratama dan UU
3. UU Perbankan Sidoarjo Utara. Perbankan
tentang akses 2. Mengadakan tentang akses
perpajakan kerja sama dengan perpajakan
4. Perkembangan pihak asing maupun secara
teknologi pihak bank terkait maksimal serta
5. Kebijakan data WP KPP membangun
pemerintah yang Pratama Sidoarjo koordinasi lebih
menguntungkan WP Utara. intensif dengan
dan investor 3. Memanfaatkan instansi lain
teknologi guna guna
sosialisasi memperoleh
perpajakan dan data WP baru
menyasar Wajib yang potensial.
Pajak terdaftar dan 2. Melakukan
dikemas dengan pembinaan
bahasa yang santai kepada WP
sehingga Wajib lebih intensif
Pajak semakin lagi agar WP
tertarik dan sadar terbiasa dengan
akan kewajiban teknologi.
perpajakan.
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Tindakan WP 1. Modernisasi 1. Melakukan
untuk tax evasion perpajakan agar WP penegakan
2. Inflasi tidak ada celah hukum pasca tax
3. Suaka pajak untuk tax evasion. amnesty dengan
4. Politik yang melakukan
tidak stabil pemantauan dan
5. Pertumbuhan pemeriksaan
ekonomi yang terhadap SPT
menurun terutama untuk
WP yang
mengikuti
program tax
amnesty
2. Upgrade
data
3. Lebih teliti
jika melakukan
pemeriksaan
Sumber: diolah penulis

SIMPULAN

Berdasarkan dari pemaparan materi dan juga pemaparan dari informan di

atas, dan setelah dilakukan analisis menggunakan Matriks IFE dan EFE dapat

disimpulkan bahwa KPP Pratama Sidoarjo Utara berada pada posisi yang kuat

yakni dengan skor IFE 2,99 dan EFE 3,44. Dalam posisinya, KPP Pratama
Sidoarjo Utara menggunakan kekuatan yakni memiliki payung hukum yang kuat

untuk melaksanakan program tax amnesty dan SDM yang kompeten yang berasal

dari lulusan STAN dan hasil seleksi CPNS yang didiklat sesuai dengan jabatan,

serta memanfaatkan peluang yakni wilayah kerja yang strategis.

Sedangkan hasil dari pemetaan matriks IE, KPP Pratama Sidoarjo Utara

berada pada sel 2 yakni posisi grow and build, dimana pada posisi ini terdiri dari

strategi intensif dan integrasi. Oleh karenanya usulan strategi yang diberikan oleh

peneliti terkait kesuksesan program tax amnesty yakni:

a. Penetrasi Pasar (Intensifikasi): Dengan memanfaatkan teknologi guna

sosialisasi perpajakan dan menyasar Wajib Pajak terdaftar serta dikemas

dengan bahasa yang santai sehingga Wajib Pajak semakin tertarik dan sadar

akan kewajiban perpajakan (SO-3); Melakukan pembinaan kepada WP

terdaftar lebih intensif lagi agar WP terbiasa dengan teknologi (WO-2); dan

Lebih teliti jika melakukan pemeriksaan (WT-3).

b. Pengembangan Produk (Restrukturisasi dan Reformasi Perpajakan):

Melakukan modernisasi perpajakan agar WP tidak ada celah untuk tax evasion

(ST-1); Melakukan penegakan hukum pasca tax amnesty dengan melakukan

pemantauan dan pemeriksaan terhadap SPT terutama untuk WP yang

mengikuti program tax amnesty (WT-1); Upgrade data (WT-2).

c. Pengembangan Pasar (Ekstensifikasi): Memperluas tax-base di wilayah kerja

KPP Pratama Sidoarjo Utara (SO-1); Mengadakan kerja sama dengan pihak

asing maupun pihak bank terkait data WP KPP Pratama Sidoarjo Utara (SO-

2); dan Memanfaatkan adanya AEoI dan UU Perbankan tentang akses


perpajakan secara maksimal serta membangun koordinasi lebih intensif

dengan instansi lain guna memperoleh data WP baru yang potensial (WO-1)

SARAN

Dari pemaparan di atas, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai

berikut:

1. Bagi Ditjen Pajak

Program amnesti pajak adalah crash programme, dan merupakan

program yang dirasa termasuk event besar dari Ditjen Pajak. Dalam hal ini

persiapan dinilai sangat perlu guna jalannya program dengan baik.

Diharapkan pemerintah khususnya Ditjen Pajak lebih mempersiapkan lebih

matang lagi jika nantinya akan ada program sejenis, seperti persiapan dan

pemberian training pada pegawai pajak agar nantinya saat memberi

penjelasan pada Wajib Pajak tidak terjadi miss komunikasi dan

keseragaman pemahaman.

2. Bagi KPP Pratama Sidoarjo Utara

a. Jangka pendek

KPP Pratama Sidoarjo Utara dapat memperluas tax base di wilayah

kerja KPP dengan cara melakukan penyusuran oleh Seksi Ekstensifikasi

dan Penyuluhan guna melihat secara langsung potensi pajak yang ada.

KPP juga dapat memanfaatkan teknologi seperti media sosial sebagai

sarana untuk menarik minat WP. Contohnya, dapat membuat akun

media sosial dan lebih aktif mengunggah himbauannya seperti pada

twitter, instagram, facebook atau lainnya sebagai sarana untuk

berkomunikasi lebih dekat dengan Wajib Pajak yang dikemas dengan


bahasa yang santai agar terlihat lebih akrab dengan WP khususnya

Wajib Pajak muda.

b. Jangka menengah

KPP dapat melakukan MoU dengan pihak asing, bank maupun

instansi lain terkait data Wajib Pajak.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebaiknya jika peneliti selanjutnya ingin melakukan penelitian

sejenis, maka diharapkan melibatkan Wajib Pajak yang mengikuti amnesti

pajak, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih luas dan

mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Antara. 2016. “Indonesia Pecahkan Rekor Uang Tebusan Tax Amnesty”.


(Online),
(https://m.tempo.co/read/news/2016/09/29/087808419/indonesia-
pecahkan-rekor-uang-tebusan-tax-amnesty-tertinggi, diakses 5 Januari
2017).

Huda, Mokhamad Khoirul, & Hernoko, Agus Yudha. 2017. "Tax Amnesties in
Indonesia and Other Countries : Opportunities and Challenges". Asian
Social Science, 13(7), 52–61.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara Tahun 2016. (www.kemenkeu.go.id/SP/anggaran-pendapatan-dan-
belanja-negara-tahun-2016, diakses 29 Januari 2017).

Moleong, Lexy. J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Muharria, Dwi Agus. 2012. "Proses Implementasi Kebijakan Reklame Mengenai


Tata Cara Pemberian Izin dan Penertiban di Kota Pontianak". Jurnal S-1
Ilmu Administrasi Negara Vol. 1 (1): hal. 1–7.

Rochmah, Alia, & Riduwan, Akhmad. 2014. "Pengaruh Penerapan Sistem


Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak".
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 (10).

Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga.

Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali
Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang


Pengampunan Pajak.

Yin, Robert K. 2015. Studi Kasus: Desain & Metode. Depok: PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA.

Anda mungkin juga menyukai