B. DEFINISI
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani
yaitu “diarroi” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari
pengeluaran tinja yang terlalu frekuen (Yatsuyanagi, 2002). Diare adalah
peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta pada kandungan
air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami diare. Diare dapat
menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari.
Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan)
atau masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia, 2011). Diare adalah
peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24
jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24
jam (Juffrie, 2010).
Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita
diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di
negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare
dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis),
kolon (colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya
diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis (Wong, 2009).
C. EPIDEMIOLOGI
Diare merupakan penyebab kematian number dua di dunia. Pada tahun 1990,
terdapat 12 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare, ejadian diare
tersebut mengalami bnyak penurunan pada tahu 2013 menjadi 6,9 juta
kematian anak yang diakibatkan oleh diare meskipun sudah jadi penurunan,
namun diare masih menjadi penyebab kematian utama pada pada anak yang
ditunjukakan dengan kejadian sebanyak 2 juta kematian pada anak pertahunya
yang disebakan diare (Who,2013).
D. ETIOLOGI
Penyebab diare Yaitu: (Tantivanich, 2002; Sirivichayakul, 2002; Pitisuttithum,
2002)
1. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).
Beberapa jenis virus penyebab diare akut :
a. Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9: pada manusia. Serotype 3 dan 4
didapati pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7
didapati hanya pada hewan.
b. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food
borne atauwater borne transmisi, dan dapat juga terjadi
penularan person to person.
2. Bakteri
a. Enterotoxigenic E.coli (ETEC).
Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu faktor
kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit
pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat
stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang
menghasilkan watery diarrhea.
b. Enterophatogenic E.coli (EPEC).
permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.
c. Enteroaggregative E.coli (EAggEC).
d. Enteroinvasive E.coli (EIEC).
3. Protozoa
a. Giardia lamblia.
Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih
belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan
metabolisme asam empedu.
b. Entamoeba histolytica.
c. Cryptosporidium.
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suriadi (2001), Manifestasi klinis diare yaitu:
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Kram perut
3. Demam
4. Mual
5. Muntah
6. Kembung
7. Anoreksia
8. Lemah
9. Pucat
10. Urin output menurun (oliguria, anuria)
11. Turgor kulit menurun sampai jelek
12. Ubun-ubun / fontanela cekung
F. PATOFISIOLOGI
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk
keperluan hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran
sisa-sisa makanan yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses
fisiologi pencernaan yang majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat berupa:
(Sommers,1994; Noerasid, 1999 Sinthamurniwaty 2006)
1. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
2. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara
mengunyah dan mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut
3. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut
ke gaster
4. Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara mekanik,
percampuran dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim.
5. Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul makanan
melalui selaput lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
6. Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang
kontraksi sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
7. Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.
Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif
akan menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan
mengandung air sebanyak 60-80%. Dalam saluran gastrointestinal
cairan mengikuti secara pasif gerakan bidireksional transmukosal atau
longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zat zat padat lainnya
yang memiliki sifat aktif osmotik. Cairan yang berada dalam saluran
gastrointestinal terdiri dari cairan yang masuk secara per oral, saliva,
sekresi lambung, empedu, sekresi pankreas serta sekresi usus halus.
Cairan tersebut diserap usus halus, dan selanjutnya usus besar
menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih 50-
100 gr sebagai tinja.
Kekurangan volume
motilitas meningkat Hipertermia cairan dalam tubuh
H. KLASIFIKASI
1. Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi:
a. Akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung
selama 2-4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah
agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam
dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan,
intoksikasi, iskemia dan kondisi lain.
b. Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan
diare akut, penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh
penyebab non infeksi seperti allergi dan lain-lain.
I. GEJALA KLINIS
1. Sakit perut
2. Demam
3. Nafsu makan ,menurun
4. Mual muantah
5. Pusing
6. Lemah
7. Gelisah
J. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera
kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang
cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia
dan asidosis metabolik.(Hendarwanto, 1996; Ciesla et al, 2003).
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak
RSUD Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
2. Syok
3. Kejang
4. Malnutrisi
5. Gangguan tumbuh kembang
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai
berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal
terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi
intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk
menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan
immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak biasa
seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien
yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
2. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit,
infeksi enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab
diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian.
Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan
apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.
3. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED
yang meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan
mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.
Skrining awal CBC,protrombin time, kalsium dan karotin akan
menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,VitB12, asam folat dan vitamin
yang larut dalam lemak (ADK).
4. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat
diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison
Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol
(Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
L. PENATALAKSANAAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita yang
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO.
Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki
kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk
mengobati diare.
1. Berikan Oralit.
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan
cairan melalui infus.
g. Aktivitas Sehari-Hari
1) Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120
ml/kg/harI
2) Output cairan :
a) IWL (Insensible Water Loss)
Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc
(suhu tubuh – 36,8 oC)
b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya
cairan yang dapat diamati, misalnya berupa
kencing dan faeces. Yaitu
Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam
c) Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
2) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi
badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar
perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat
badan.
3) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan
tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.
4) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi
cepat dan lemah.
5) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan
mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB
lebih 3 x dengan konsistensi enceR.
6) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
7) Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
8) Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit
jelek
9) Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
10) Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
11) Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
12) Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
i. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1) Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju
dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.
2) Motorik Halus
Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan
menggosok gigi
3) Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya
B. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan sekunder akibat diare dan muntah.
b. Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status
kesehatan anaknya.
c. Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandai dengan keruskan
pad mukosa usus
C. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan sekunder akibat diare dan muntah.
NOC:
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan pasien dapat memenuhi kebutuhan volume cairan
dalam tubuh dengan kriteria hasih:
1. Keseimbangan cairan
o Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
diharapkan pada 3 (cukup terganggu) ditingkatkan
ke 4 (sedikit terganggu.
o Turgor kulit dipertahankan pada 3 (cukup
terganggu) ditingkatkan 4 (sedikit terganggu).
NIC :
1. Manajemen hipovolemi
a. Timbang berat badan diwaktu yang sama.
b. Monitor status hemodinamik, meliputi nadi,
tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, dan
CI jika tersedia.
c. Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi.
d. Monitor adanya sumber-sumber kehilangan cairan.
e. Monitor asupan dan pengeluaran.
f. Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan
kehilangan darah.
g. Hitung kebutuhan cairan didasarkan pada area
permukaan tubuh dan ukuran (tubuh) terbakar,
dengan tepat.
h. Monitor integritas kulit pasien yang tidak dapat
pergerak dan memiliki kulit kering.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, meskipun
evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.. (Nursalam,2001).
Evaluasi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR. Sardjito.
Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Mubarak, W. I., B.A. Santoso., K. Rozikin., and S.Patonah. 2006. Ilmu Keperawatan
komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak:
Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.