Anda di halaman 1dari 67

TENTIR

 SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  


 
TENTIR M1S2 IKGK 4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
OUTLINE v   Pemeriksaan Laboratorium
•   Dilakukan sebelum melakukan tindakan à pre-
1.   Pemeriksaan Lengkap dan Penunjang operatif
a.   Pemeriksaan lab •   Untuk menguji fungsi hemostatis dan mencari
b.   Radiologi kemungkinan adanya penyakit lain yang dapat
2.   Infeksi Non Spesifik menghambat proses penyembuhan
3.   Penatalaksanaan Abses •   Sebelumnya, harus diketahui faktor2 yang
4.   Kelainan Darah mempengaruhi hemostatis
a.   Kelainan Sel Darah Merah o   Ekstravaskuler à tonusitas, elastisitas,
b.   Kelainan Sel Darah Putih jaringan otot, kulit, factor jaringan
c.   Kelainan Pembekuan Darah o   Vaskuler à usia, gizi, letak pembuluh darah,
5.   Farmakologi ukuran pembuluh darah, jenis pendarahan
6.   Komplikasi Pasca Ekstraksi o   Intravaskuler à trombosit dan faktor2
7.   Indikasi Pasien Rawat Inap Terkait Infeksi Non Spesifik pembekuan darah
8.   Kegawatdaruratan Medis Terkait Penyakit Sistemik •   Jenis uji lab :
9.   Pengaruh Kelainan Darah Terhadap Tindakan dalam o   Factor Ekstravaskuler à untuk menguji
Bidang KG masa perdarahan
10.  Prinsip Rujukan §   Cara Ivy
•   Normal : 1-6 menit
•   >10 menit à dihentikan
§   Cara Duke
•   Normal : 1-3 menit
o   Faktor Vaskuler à dengan melakukan
percobaan pembendungan dengan cara
Rumplee Dee atau Tourniqet test
o   Factor Intravaskuler
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
§   untuk menghitung jumlah dan tes o   Haemostasis Tests

fungsi pada trombosit, §   terdiri dari platelet count, prothrombin time
§   masa pembekuan darah, (PT), international normalized ratio (INR),
§   jalur intrinsic mengetahui masa dan activated partial thromboplastin time
protombin (aPTT).
§   jalur intrinsic mengetahui §   Indikasi à pasien yang meminum obat
tromboplastin parsial antikoagulan, pasien yang menjalani
hemodialysis, atau memiliki riwayat atau
v   Pemeriksaan Penunjang Terkait Kelainan Darah keluarga dengan kecendrungan perdarahan
o   Full Blood Count (Full Blood Picture)
 abnormal, luka, liver, penyakit vascular atau
§   Dapat mengidentifikasi anemi dan menilai ginjal, atau sebelum tindakan bedah yang
pasien yang memiliki kecendrungan kemungkinan menyebabkan kehilangan darah
mangalami pendarahan. banyak sehingga membutuhkan tranfusi darah,
§   FBC dapat digunakan pada pasien yang dan sebeluh bedah rekonstuksi arteri dan bedah
menjalani bedah tingkat tiga atau empat, kanker yang bermetastasis ke hati yang
terutama pasien dengan penyakit menyebabkan kecendrungan pendarahan. 

cardiovascular atau respiratory, seluruh pasien
dengan penyakit ginjal, dan pasien umur diatas v   Pemerikasaan Radiogragfi
60 tahun yang akan menjalani bedah tingkat Beberapa proyeksi radiografik yang digunakan antara lain 

dua. 1.   Proyeksi periapikal
§   White cell count (WCC) digunakan jika Indikasi penggunaan teknik proyeksi periapikal :
pasien tercurigai mengalami infeksi dan •   Mendeteksi adanya inflamasi/infeksi apikal 

platelet count dilakukan jika pasien tercurigai •   Memeriksa status periodontal 

mengalami riwayat pendarahan abnormal. 
 •   Setelah terjadi trauma pada gigi dan
hubungannya dengan 
tulang alveolar 

•   Memeriksa morfologi akar sebelum ekstraksi
o   Sickle Test
Sickle test dilakukan pada seluruh pasien
•   Proses pengisian saluran akar 

ras afrika dan india barat.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Kebutuhan pre dan post operative bedah apikal •   Pada tengkorak terlihat melebarnya ruang

 diploic dan menipisnya inning dan outer tables
•   Evaluasi detail mengenai apical cyst dan lesi •   Manifestasi à general osteoporosis akibat
lain di sekitar 
tulang alveolar 
 menurunnya volume tulang trabecular dan
•   Evaluasi implant 
 kortikal
2.   Proyeksi panoramic
Keuntungan dalam memilih teknik proyeksi ini :
•   Seluruh gigi dan struktur disekitarnya terlihat dalam
satu gambar
•   Dosis radiasi pada pasien rendah 

•   Pemeriksaan yang nyaman bagi pasien jika pasien
memiliki 
kesulitan dalam membuka mulut 

3.   Proyeksi oklusal
Proyeksi ini digunakan untuk: 

•   Memperkirakan akar dan gigi yang supernumerary,
belum erupsi, dan impaksi
•   Menemukan benda asing pada rahang dan sumbatan
pada duktus kelenjar sublingual dan submandibula
•   Untuk mengevaluasi outline anterior, medial, dan
lateral pada sinus maksila 

•   Membantu pemeriksaan pasien yang mengalami
trismus 

•   Menentukan perluasan medial dan lateral dari suatu
penyakit, 
infeksi, maupun inflamasi 


v   Gambaran Radiograf Kelainan Darah


1.   Sickle Cell Anemia
•   Terlihat adanya penebalan lamina dura.
•   Tulang kanselus trabekula dan kortikal
menipis
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
2.   Neutropenia Siklik
Terlihat adanya resorpsi alveolar dan tulang
pendukung

4.   Non-Hodgkin’s Lymphoma
Terjadi di kelenjar getah bening à menyerang sinus
3.   Multiple Myeloma maksila , posterior mandibular, region maksila.
•   Lokasi : Lebih sering terjadi di rahang bawah Struktur internalnya radiolucent
daripada rahang atas. 5.   Burkitt’s Lymphoma
•   Batas dan Bentuk : Terletak pada suatu rahang atau bisa keduanya dan
o   Well-defined tapi tdk corticated dan tidak mengenai bagian posterior dari rahang. Gambaran
ada tanda reaksi tulang radiografnya berupa lesi awal radiolucent, tidak jelas,
o   Lesi terlihat seperti menekan atau punched multiple, tidak adanya bentuk yang spesifik, sangat
out) cepat membesar berbentuk berupa balon
o   Area destruksi yang tidak dirawat atau
agresif akan terlihat multilocularity
•   Struktur internal : Struktur internal tidak terlihat
secara radiograf.
•   Efek pada jaringan sekitar :
o   Jika terjadi kehilangan mineral tulang à
gigi terlihat terlalu opaque
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
INFEKSI NON SPESIFIK OROMAKSILOFASIAL
v   Definisi
•   Infeksi yang disebabkan oleh berbagai bakteri dan
tidak ada gejala spesifik
•   Infeksi non spesifik yang terjadi pada rongga mulut à
infeksi odontogenik
v   Infeksi Odontogenik Kompleks
o   Infeksi berjalan ke arah tulang yang paling tipis dan
menyebabkan infeksi jaringan sekitarnya.
o   Berdasarkan hubungan perlekatan otot di bony cortical
plate bagian mana infeksi berpenetrasi, abses dapat
dibedakan menjadi :
§   Abses vestibular : infeksi menembus tulang
kortikal plate fasial à abses vestibular
6.   Leukemia §   Abses deep fascial space
Lokasinya sering terlokalisir di area periapikal gigi.
•   ruang fasial : ruang kompartemen yg
Gambaran radiografnya berupa radiolucent tidak
berisi jaringan ikat longgar yg bisa
merata
terinflamasi oleh mikroorganisme
•   fungsi jaringan ikat longgar di dalam
ruang fasial :
o   sbg bantalan otot, pembuluh
darah, saraf, kelenjar dan
struktur lain disekelilingnya
o   memungkinkan pergerakan
relative antara struktur-struktur
tsb.
•   Selama infeksi à jaringan ini memiliki
potensi untuk edema akibat eksudasi
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
fluid jaringan dan mengeras bersamaan o   Infeksi dapar meluas ke deeper fascial spaces leher
PMN leukosit, limfosit, dan makrofag :
bermigrasi dari ruang vascular à o   Ruang lateral pharyngeal
ruang interstitial yang terinfeksi. o   Retropharyngeal
•   Sel darah putih dan jaringan ikat à o   Carotid
nekrosis à abses à drainase o   Pretrachea
o   Berdasarkan hubungan anatara tulang alveolar &
letak perlekatan otot, infeksi odontogenik
menyebabkan infeksi ruang : vestibular, bukal,
subkutan
o   Infeksi yg melewati prosesus alveolar pd rongga
mulut yg dalam à menginvasi ruang vestibular
o   Infeksi jaringan lunak di bagian superfisial (lebih
dekat ke kulit) dari otot à menginvasi ruang bukal
dan subkutan
o   Infeksi yg berasal dari gigi maksila biasanya
menyebar ke :
o   Ruang infraorbital
o   Palatal
o   Orbital
o   Infratemporal o   Untuk menentukan keparahan : menentukan lokasi
o   Sinus maksila anatomi
o   Infeksi yg berasal dari gigi mandibular biasanya o   Klasifikasi deep fascial spaces berdasarkan tingkat
menyebar ke : keparahan :
o   Ruang submandibular o   Low severity : tidak mengganggu jalur
o   Sublingual nafas dan struktur vital lainnya
o   Submental
o   Mastikasi
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   Moderate severity : menghalangi akses o   Lokasi : abses terbatas pada area fasial di
jalur nafas à menyebabkan trismus atau bawah kulit dengan karakteristik
elevasi lidah pembengkakan dan fluktuasi.
o   High severity : infeksi secara langsung
menekan/mendeviasikan jalur nafas atau
merusak organ vital (otak, jantung, paru)

o   Etiologi : penyebaran infeksi dari daerah fokal


utama yang tidak segera ditangani
o   Tampilan klinis : tampak edema, kulit
kemerahan, jika ditekan tampak lubang/pit

2.   Infeksi yang berasal dari gigi maksila


a.   Canine Fossa Abscess (ruang infraorbital)
o   Lokasi : terletak di ruang kecil antara otot levator
labii superioris dan levator angulis oris (fossa
kaninus)

A.   Deep Fascial Space Infection


1.   Infeksi yang berasal dari semua gigi maksila dan
mandibular
a.   Subcutaneous Abscess
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
b.   Buccal Space Abscess
o   Lokasi : abses berkembang di ruang antara
otot buccinators dan masseter. Berhubungan
dengan spasia pterygopalatine (pd superior)
dan spasia pterygomandibular (pd inferior).
Penyebaran pus pada spasia buccal bergantung
pd posisi ujung akar gigi yang bersangkutan
thd attachment otot buccinators.

o   Etiologi : disebabkan oleh infeksi saluran akar


gigi P dan khususnya C maksila atau perluasan
infeksi dari buccal space
o   Tampilan klinis :
§   edema terbatas pada region infraorbital
yang menyebar ke arah medial canthus
mata, kelopak mata bawah, sisi hidung
hingga sudut mulut.
§   Terdapat obliterasi nasolabial fold.
§   Edema di region infraorbital sakit saat
di palpasi, kulit menjadi tegang dan o   Etiologi : berasal dari saluran akar gigi
mengkilap karena supurasi dan posterior maksila dan mandibular yang
menjadi kemerahan. terinfeksi. Lebih sering disebabkan oleh
perluasan infeksi dari gigi-gigi maksila
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
melalui tulang superior menuju perlekatan otot
buccinators pd prosesus alveolaris maksila
o   Tampilan klinis :
§   pembengkakan pada pipi yang meluas
dari arkus zygomatikus-batas inferior
mandibular dan dari batas anterior-
sudut mulut.
§   Kulit tampak tegang dan kemerahan,
dengan/tanpa fluktuasi abses dan dapat
menyebabkan drainase spontan.

c.   Infratemporal Abscess
o   Lokasi : abses berkembang perluasan ke
superior dari spasia pterygomandibular.
§   Secara lateral, spasia dibatasi oleh
ramus mandibular dan otot temporalis.
o   Etiologi : berasal dari infeksi saluran akar gigi
§   Secara medial, dibatasi oleh otot
posterior maksila dan mandibular.
pterygoid medial dan lateral, dan
o   Tampilan klinis :
terhubung dengan fossa temporal.
§   trismus dan nyeri saat membuka mulut
§   Struktur anatomi penting yang
dengan deviasi lateral ke arah sisi yang
ditemukan pd spasia ini : saraf
terkena,
mandibular, saraf mylohyoid, saraf
§   edema pada region anterior telinga
lingual, saraf bukal, saraf chorda
yang meluas di atas arkus zygomatikus
tympani, arteri maksilaris, plexus
dan kelopak mata
pterygoid venous
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
d.   Temporal Abscess §   obliterasi kedalaman mucolabial fold
o   Lokasi : kelanjutan dari spasia infratemporal. yang meluas.
Spasia temporal dibagi menjadi 2 : spasia o   Penatalaksanaan dari abses à insisi pada
temporal superfisial dan deep. mucolabial fold yang parallel dengan prosesus
o   Etiologi : berasal dari penyebaran infeksi dari alveolaris untuk drainase
spasia infratemporal. Infeksi jarang terjadi dan
biasanya hanya pada infeksi severe. f.   Maxillary or other paranasal sinuses
o   Tampilan klinis : o   Infeksi sinus maksilaris : kemungkinan
§   edema yang nyeri pada fascia menyebar melalui sinus ethmoid atau dasar
temporal, orbita à menyebabkan infeksi periorbital atau
§   trismus yang melibatkan otot orbital
temporalis dan pterygoid medial, o   Infeksi periorbital : jarang terjadi, tandanya
§   nyeri saat edema dipalpasi. kemerahan dan pembengkakan pada kelopak
mata dan adanya keterlibatan komponen saraf
e.   Abscess of Base of Upper Lip dan vascular orbita
o   Lokasi : berkembang pada jaringan ikat
longga dasar bibir atas di region anterior g.   Cavernous Sinus Thrombosis
maksila, di bawah aperture nasal o   Saat infeksi odontogenik maksila menyebar ke
dalam vena pd infraoribtal space atau vena
inferior ophthalmic melalui sinus à infeksi ini
akan melalui fissure orbital superior à meluas
ke dalam cavernous sinus
o   Inflamasi intravascular à disebabkan oleh
invasi bakteri yang merangsang
o   Etiologi : disebabkan oleh infeksi saluran akar penggumpalan à terjadi infeksi ini
gigi anterior maksila
o   Tampilan klinis :
§   pembengkakan dan protusi bibir atas
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   Jika infeksi melewati aspek medial mandibular
thd garis mylohyoid à infeksi submandibular
o   Etiologi : gigi M3 (infeksi submandibular),
M2 (infeksi sublingual/submandibular)

b.   Sublingual Abscess
o   Lokasi : di antara mukosa oral dasar mulut dan
otot mylohyoid. Batas posteriornya terbuka à
bebas berhubungan dengan submandibular
space dan secondary space mandibular.
3.   Infeksi yang berasal dari gigi mandibular
o   Infeksi yang berasal dari gigi mandibular à menjalar
ke deep fascial space.
o   Infeksi yang lebih parah à menjalar ke dalam deep
fascial space di leher à meluas ke bagian
mediastinum à membahayakan jantung, paru, dan
pembuluh darah

a.   Perimandibular Space
o   Terdiri dari submandibular, sublingial, dan
submental space
o   Ruang submandibular & sublingual secara
primer à terlibat infeksi dari gigi M
mandibular dan juga P o   Etiologi : umumnya disebabkan oleh infeksi
o   Jika infeksi menyebar melewati aspek medial gigi anterior, P, M1 mandibula yang ujung
mandibular di atas garis mylohyoid à infeksi apikalnya ditemukan di atas attachment dari
sublingual otot mylohyoid. Dapat juga berupa infeksi
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
yang menyebar dari spasia submandibular,
submental, dan lateral pharyngeal
o   Tampilan klinis :
§   abses disertai pembengkakan mukosa
dasar mulut à menyebabkan elevasi
lidah ke palatal&lateral.
§   Sulkus lingual mandibular obliterasi
dengan sedikit kebiruan.
§   Pasien sulit berbicara à karena edema
dan pergerakan lidah yang sakit. o   Etiologi : kemungkinan berasala dari M2/M3
mandibula yang ujung apikalnya di bawah
c.   Submandibular Abscess attachment otot mylohyoid. Bisa juga
o   Lokasi : berada di antara otot mylohyoid dan disebabkan oleh penyebaran infeksi dari spasia
kulit luar serta superficial fascia. Batas sublingual dan submental.
posterior submandibular berhubungan dgn o   Tampilan klinis :
secondary space rahang. spasia ini §   pembengkakan moderate di region
mengandung kelenjar saliva dan nodus limfa submandibular yang dimulai pd batas
submandibular inferior mandibular à meluas ke
medial menuju otot digastrikus à ke
posterior menuju tulang hyoid à
menyebabkan edema yang keras dan
kemerahan pd kulit.
§   Angulus mandibular obliterasi dan
nyeri saat palpasi, trismus yang
moderate à berkaitan dengan otot
pterygoid media
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
d.   Mental Abscess
o   Lokasi : akumulasi pus pada region anterior
mandibular yang dekat dengan tulang,
spesifiknya di bawah otot mentalis, dengan
penyebaran infeksi ke arah symphysis menti.

o   Etiologi : biasanya berasal dari gigi anterior


mandibular atau hasil dari penyebaran infeksi
dari spasia lain (spasia mental, sublingual,
submandibular) yang memungkinkan infeksi
o   Etiologi : umumnya di sebabkan oleh infeksi mengikis tulang labial sebelah apical dari
gigi anterior mandibular. perlekatan otot mentalis. Infeksi dapat
o   Tampilan klinis : pembengkakan yang keras berlanjut ke batas inferior mandibular
dan nyeri di area dagu, kulit menjadi o   Tampilan klinis :
kemerahan dan mengkilap §   edema submental yang menyakitkan
§   dapat berfluktuasi atau menyebar
e.   Submental Abscess hingga tulang hyoid
o   Lokasi : dibatasi oleh otot mylohyoid (di
superior), otot digastic (di lateral), lapisan f.   Submasseteric Abscess
superfisial fascia cervical (di inferior). Spasia o   Lokasi : terletak di antara otot masseter –
ini mengandung vena jugular anterior dan permukaan lateral ramus mandibula
nodus limfa submental o   Etiologi : berasal dari perikoronitis M3 dan
infeksi yang bermigrasi (jarang terjadi).
Terkadang juga karena hasil penyebaran
infeksi dari buccal space
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   Tampilan klinis :
§   edema yang keras dan sakit jika
dilakukan penekanan pada region otot
masseter yang meluas dari batas
posterior ramus – batas anterior otot
maseter.
§   Edema ada di daerah retromolar dan
sangat berfluktuasi.
§   Pasien menderita moderate-severe
trismus.

Keterangan :
1 : abses parapharyngeal
2 : abses submandibular
4 : abses retropharyngeal
5 : abses pterygomandibula

o   Etiologi : penyebab utama infeksi M3


mandibula atau karena inferior alveolar nerve
g.   Pterygomandibular Abscess block jika penetrasi jarum ke dalam area
o   Lokasi : spasia ini dibatasi oleh permukaan terinfeksi
medial ramus (pd lateral), otot pterygoid o   Tampilan klinis : terlihat sedikit atau tidak
lateral (pd superior), pterygoid mandibular (pd ada pembengkakan fasial, pasien selalu
anterior), kelenjar parotid (pd posterior) memiliki trismus. (trismus tanpa
pembengkakan mengarah ke diagnosis
pterygomandibular abscess)
§   Pemeriksaan fisik : pembengkakan
dan eritema dr anterior tonsillar pillar
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
pd isis yang terinfeksi dan deviasi o   edema ekstraoral pd region lateral leher
uvula dari sisi lawannya. yang mungkin menyebar hingga tragus
§   Pemeriksaan CT : koleksi fluid telinga, displacement dinding pharyngeal
terdeteksi di antara otot pterygoid o   nyeri yang menyebar ke telinga,
media dan mandibular, jalur nafas o   trimus,
biasanya terkompresi dan terdeviasi o   sulit menelan,
karena pembengkakan. o   temperature meningkat dan malaise.
o   Pasien dengan infeksi ini memiliki
B.   Deep Servical Fascial Infection masalah serius :
Keterlibatan ruang deep cervical dapat membahayakan hidup. §   Saat ruang faring lateral terlibat :
Infeksi ini dapat menekan, mendeviasi, atau mengobstruksi infeksi odontogenk tsb severe dan
total jalur udara serta menyerang struktur vital seperti berprogres cepat
pembuluh darah mayor §   Gangguan dengan saraf kranial IX,
X, dan XII
a.   Lateral Pharyngeal Abscess §   Komplikasi terjadi jika infeksi
o   Lokasi : berbentuk kerucut dengan dasar menyebar ke ruang retrofiring atau
menghadap tengkorak, puncak menghadap carotid selebihnya
steath. dibatasi oleh dinding lateral pharynx, otot
pterygoid medial, prosesus styloideus, kelenjar
parotis
§   Secara anterior : dibatasi oleh
pterygomandibular raphe dan meluas
secara posteromedial kea rah
retropharyngeal
o   Etiologi : infeksi berasal dari region M3 dan
penyebaran infeksi spasia submandibular dan
pterygomandibula
o   Tampilan klinis :
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
b.   Retropharyngeal Abscess o   Danger space meluas dari basis tengkorak
o   Lokasi : spasia ini terletak di posterior jaringan ke diafragma kontinu ke mediastinum
lunak dinding posterior pharynx. dibatasi oleh otot posterior.
konstriktor pharyngeal superior (anterior), fascia o   Ruang prevetebrata biasanya disebabkan
prevertebratal (posterior), dan dasar tengkorak osteomyelitis vertebrae
(superior), mediastinum posterior (inferior) o   Mediastinum : ruang antara paru2 yang
o   Etiologi : infeksi berasal dari spasia lateral isinya jantung, phrenic, dan vagus nerves,
pharyngeal trakea dan main stem bronchi, esophagus,
o   Tampilan klinis : pembuluh darah besar termasuk aorta dan
o   sama dengan abses lateral pharyngeal vena cana inferior dan superior
dengan kesulitan mengunyah yang lebih §   Pasien dengan infeksi ini memiliki
tinggi, karena edema pada dinding infeksi luar biasa yang bisa
posterior pharynx mengkompres jantung dan paru,
mengganggu control neurogik dari
heart rate dan respirasi

d.   Parotid Space Abscess


o   Lokasi : spasia terletak pada area ramus
mandibular dan terhubung dengan spasia lateral
pharyngeal dan submandibular. Spasia ini
mengandung kelenjar parotis dan duktusnya, arteri
karotis external, temporal superficial dan arteri
fasial, vena retromandibula, saraf
auriculotemporal, saraf fasial.
c.   Danger Space, Prevetebral, Mediastinum
o   Lokasi : di antara alar fascia (secara anterior) dan
prevetebral fascia (secara posterior).
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 

o   Etiologi : infeksi berasal dari infeksi o   Etiologi : berasal dari gigi yang terinfeksi dan
odontogenik spasia lateral pharyngeal dan biasanya gabungan dari beberapa infeksi
submandibular yang menyebar o   Tampilan klinis :
o   Tampilan klinis : edema retromandibular §   edema, sakit kepala, kemerahan.
yang menyebar ke telinga dan temporal §   Edema dengan batas diffuse dan bisa
disertai kemerahan pd kulit dan fluktuasi ditemukan di berbagai area fasial dan
subkutan terbatas bergantung pada area yang
terinfeksi.
C.   Infeksi Fascia Lainnya §   Tahap awal, cellulitis terasa lunak saat
a.   Cellulitis palpasi tanpa adanya pus, ketika
o   Lokasi : kondisi akut infiltrasi inflamasi jaringan semakin parah à supurasi
lunak longgar yang berinfiltrasi di bawah kulit o   Terapi : pemberian obat antibiotic dosis tinggi

b.   Ludwig Angina
o   Lokasi : infeksi selular akut bilateral involvement
dari spasia submandibular, sublingual, submental
o   Etiologi : Infeksi periodontal dan periapikal dari
gigi mandibular yang ujung apikalnya di bawah
otot mylohyoid
o   Tampilan klinis : sulit mengunyah, berbicara,
bernafas, drooling saliva, suhu meningkat.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   Pada involvement spasia submandibular
dan sublingual : nyeri parah, tanpa
fluktuasi karena pus terbatas di dalam
jaringan.
o   Pada spasia sublingual : edema à nyeri di
dasar mulut dan lidah. 2/1 tengah lidah
elevasi ke arah palatum, bagian anterior
keluar. Bisa menyebabkan obstruksi jalur
nafas à kematian
o   Infeksi ini harus dirawat segera dengan
insisi dan prosedur drainase serta terapi
antibiotic à perhatian khusus jaga jalur
nafas

Abses di Tahap Seluler


•   Intraalveolar Abscess
o   Lokasi : infeksi purulent akut yang berkembang pada
regian apical gigi tulang kanselus
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   Tampilan klinis : edema ringan, nyeri berat,
palpasi positif

•   Submucosal Abscess
o   Lokasi : terletak tepat di bawah mukosa vestibulum
labial/bukal pada maksila/mandibular. Bisa juga
terletak di lingual/palatal
o   Etiologi : berasal dari bakteri gigi maksila dan o   Etiologi : factor yang bertanggung jawab terhadap
mandibular yang terinfeksi abses intraalveolar juga menyebabkan abses ini
o   Tampilan klinis : gejala berupa nyeri berdenyut o   Tampilan klinis : pembengkakan pada mukosa
parah, mobilitas gigi (pasien merasa giginya dengan fluktuasi yang jelas, sensitive thd palpasi,
elongasi) mucobuccalfold mengalami obliterasi. Pada abses
palatal terlihat pembengkakan yang mengelilingi gigi.
•   Subperiosteal Abscess Mukosa kemerahan dengan palpasi dan fluktuasi
o   Lokasi : akumulasi pus semi fluktuan terbatas di positif.
antara tulang dan periosteum pada region bukal,
palatal atau lingual

OSTEOMYELITIS
o   Etiologi : berasal dari abses intraalveolar yang •   Inflamasi yang terjadi pada sumsum tulang
menyebar saat pus menembus tulang dan menetap •   Awal à adanya infeksi pada medulla cavity yang melibatkan
di bawah periosteum tulang spongiosa à meluas dan menyebar ke tulang kortikal
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
dan periosteum Perbedaan Abses dan Selulitis
•   Invasi bakteri yang melibatkan tulang spongiosa à
menyebabkan inflamasi pada jaringan lunak dan edema di KARAKTERIS
ABSES SELULITIS
dalam sumsum tulang TIK
•   Lebih sering terjadi di mandibular
Durasi Kronis Akut
o   Karena suplai darah ke maksila lebih banyak dari
pembuluh darah arteri à terbentuknya jaringan
kompleks dari pembuluh darah Sakit Berat dan merata
Terlokalisasi
o   Mandibular cenderung mendapat suplai darah utama
dari aerteri alveolaris inferior Lokasi Berbatas Jelas Difus
o   Kepadatan tulang kortikal membentuk mandibular
membatasi penetrasi dari pembuluh darah periosteal Palpasi Indurasi jelas
o   Tulang spongiosa pd mandibular lebih sering Fluktuasi
mengalami iskemi
Sifat Terlokalisir Difus
o   Bakteri berfolirasi karena pertahanan darah normal
tidak dapat mencapai jaringan dan mengakibatkan Kehadiran Pus Ada Tidak ada
jaringan terinfeksi
•   Osteomyelitis di mandibular à bisa disebabkan karena Tingkat
Tidak darurat Lebih berbahaya
fraktur Keparahan
o   Terjadi karena pertahanan tubuh mengalami
penurunan signifikan à akibat penyakit Diabetes, Anaerob
malnutrisi, penyakit myeloproliferasi (leukemia, Bakteri (Staphylococcus Aerob (Streptococcus)
sickle cell anemia, penderita kanker yang menjalani )
kemoterapi
Ukuran Kecil Besar
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
PENATALAKSANAAN ABSES o   Tanyakan perawatan yang pernah dijalani
Prinsip Penatalaksanaan Abses : sebelumnya à konsumsi antibiotic dan tidak
1.   Menentukan Tingkat Keparahan Infeksi dilanjutkan à menyebabkan infeksi menjadi
•   Kebanyakan infeksi odontogenik bersifat ringan à hanya parah
membutuhkan terapi bedah minor o   Riwayat medis lengkap pasien didapat à
•   Pasien datang untuk perawatan à tahap awal : menilai interview atau mengisi kuisioner dan follow-up
tingkah keparahan infeksi •   Pemeriksaan Fisik
•   Dilakukan berdasarkan riwayat lengkap infeksi yang o   Tanda vital pasien
diderita dan pemeriksaan fisik §   Pasien dengan tanda vital normal dan
•   Riwayat Lengkap peningkatan temperature sedikit à infeksi
o   Untuk menemukan keluhan pasien à keluhan ringan dan dapat segera dirawat.
harus dijelaskan oleh pasien sendiri §   Pasien dengan tanda vital abnormal dan
o   Mengetahui sudah berapa lama infeksi terjadi à peningkatan temperatir, denyut nadi, laju
waktu onset infeksi nafas à infeksi serius dan perlu perawatan
§   Sudah berapa lama pasien mengalami intensif dan evaluasi sp BM
gejala pertama nyeri, bengkak, atau §   Tanda vital sudah diperiksa à periksa
drainase penampilan pasien secara umum.
§   Apakah gejala infeksi konstan atau §   Pasien dengan infeksi yang lebih dari
bertambah parah dr gejala awal minor dan local gejalanya à kelelahan,
§   Tentukan tingkat kecepatan proses infeksi demam, malaise à toxic appearance
à apakah infeksi berkembang cepat •   Temperature
beberapa jam/beberapa hari/minggu o   untuk mengetahui pasien
o   Mengetahui gejala pasien à dolor, tumor, calor, memiliki keterlibatan
rubor, function laesa sistemik dengan suhu
o   Tanyakan perasaan pasien à merasa lelah, meningkat. infeksi parah
demam, lemah, sakit à malaise biasanya indikasi suhu tubuh >38,3 C
reaksi umum infeksi sedang-parah •   tekanan darah
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   hanya pd pasien dengan •   Trismus à membuka mulut
nyeri yang signifikan & <20mm
kecemasan à tekanan •   Dysphagia 78%
darah sistolik meningkat. •   Dyspnea 14%
o   Syok septik parah à §   Area pembengkakan harus dipalpasi à
hipotensi periksa konsistensi, suhu, dan fluktuasi
•   denyut nadi (perasaan balon berisi cairan à tanda
o   naik seiring suhu tubuh akumulasi pus pada pusat inflamasi)
naik.
o   >100denyut/menit à o   Pemeriksaan Intraoral & Ekstraoral
pasien infeksi parah à §   Cari penyebab khusus infeksi à karies
harus dirawat lebih cepat parah, abses periodontal, penyakit
•   laju nafas periodontal parah, kombinasi karies dan
o   pastikan pernafasan atas penyakit periodontal, frakttur gigi atau
bebas dan pasien dapat seluruh rahang terinfeksi
bernafas tanpa hambatan §   Lihat dan rasakan :
o   normal : 14-16 nafas/menit o   area pembengkakan gingiva dan
o   infeksi ringan-sedang : fluktuasi
peningkatan respirasi >18 o   pembengkakan vestibular
nafas/menit terlokalisasi
o   drainase sinus tract
o   Periksa kepala,leher pasien à tanda cardinal
infeksi o   Pemeriksaan Radiograf
§   minta pasien untuk membuka mulut §   Radiograf periapikal
maksimal, menelan, mengambil nafas à §   Ekstraoral : panoramic à kesulitan
memeriksa trismus, dysphagia, dyspnea. membuka mulut
§   Pasien membutuhkan rawat inap :
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   Setelah pemeriksaan fisik à drg dapat §   perawatan à menghilangkan
menentukan fase infeksi yang terjadi penyebab, insisi, drainase,
o   Fase inokulasi : antibiotic
§   Sangat lembut
§   Pembengkakan edema 2.   Evaluasi Keadaan Mekanisme Pertahanan Tubuh Pasien
§   Paling mudah dirawat Untuk mengetahui kemampuan pasien melawan infeksi
§   Dapat disembuhkan à •   Kondisi medis yang kompromis pada pertahanan host
menghilangkan penyebab o   Batas kondisi medis yg dapat menghasilkan
odontogenik dengan atau tanpa penurunan pertahanan host sangat penting
antibiotik o   Kompromi membuat lebih banyak bakteri masuk
o   Fase Cellulitis ke jaringan atau lebih aktif atau mencegah
§   Fase akut pertahanan humoral atau selular bekerja maksimal
§   Pembengkakan tidak jelas batasnya o   Penyakit metabolic tidak terkontrol à
§   Konsistensi keras à palpasi menyebabkan penurunan fungsi leukosit,
§   Tidak terdapat pus penurunan kemotaksis, fagositosis, pembunuhan
§   Perawatan à menghilangkan bakteri.
penyebab, insisi, drainase, §   diabetes tidak terkontrol
antibiotik §   penyakit stadium akhir renal + uremia
o   Fase Abses §   kecanduan alcohol parah + malnutrisi
§   Infeksi lebih matang o   Mengintervensi mekanisme pertahanan host à
§   Nyeri terlokalisasi menurunkan fungsi sel darah putih dan sintesis
§   Pembengkakan lebih kecil antibodi
§   Batasnya jelas §   Leukemia
§   adanya fluktuasi à palpasi §   Limfoma
§   abses kronik à tumbuhnya lambat §   Berbagai jenis kanker
dan tidak seserius selulitis
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Obat-obat yang kompromis pada pertahanan host o   Malaise parah dan toxic appearance
o   Pasien yang mengkonsumsi obat seperti o   Pertahanan compromised host
cyclosporine, kortikosteroid, azathioprine à o   Membutuhkan anastesi general
mengurangi fungsi limfosit T dan B dan produksi o   Kegagalan perawatan pertama
immunoglobulin
o   Pasien yang mengkonsumsi obat tsb à 4.   Merawat Infeksi Melalu Bedah
kemungkinan mengalami infeksi parah •   Prinsip utama pasien dengan infeksi odontogenik à
•   Kesimpulan : melakukan drainase bedah dan menghilangkan sumber
o   Pasien dengan infeksi harus dirawat lebih hati-hati infeksi
karena infeksi dapat menyebar lebih cepat •   Tujuan utama bedah :
o   Rujukan ke dokter BM untuk bedah awal dan o   Eliminasi sumber infeksi à pulpa nekrotik, poket
agresif (menghilangkan sumber periodontal yang dalam
o   Terapi antibiotic yang lebih intensif harus o   Melakukan drainase pus yang terakumulasi dan
dipertimbangkan debri nekrotik
o   Jika pasien dengan riwayar di atas pernah •   Pasien infeksi odontogenik umum :
melakukan prosedur bedah à lakukan terapi o   Adanya karies gigi dengan radiolusensi periapikal
antibiotic profilaksis à menurunkan risiko pasca dan vestibular kecil
operasi o   Pilihan perawatan :
§   Perawatan endo/ekstraksi dengan atau
3.   Menentukan Apakah Pasien Dapat dirawat Oleh GP atau tanpa insisi dan drainase
Sp.BM §   Gigi tidak diekstraksi : harus dibuka &
•   Kriteria pasien dirujuk ke dokter BM : pulpa diambil à sumber infeksi
o   Kesulitan bernafas terleliminasi à drainase melalui foramen
o   Kesulitan menelan apical gigi & PSA
o   Dehidrasi §   Gigi tidak bisa dipertahankan àekstraksi
o   Trismus sedang-parah §   Prosedur insisi dan drainase :
o   Pembengkakan hingga melewati prosesus alveolar •   Dibutuhkan untuk infeksi yang
o   Suhu meningkat sudah melewati region periapikal
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Insisi abses/selulitis à permukaan mukosa
pembuangan pus terakumulasi dan didisinfeksi dengan cairan
bakteri dari ajringan di bawahnya (povidone iodine) à keringkan
•   Evakuasi kavitas abses à kasa steril
mengurangi bakteri dan debri 4)   Mengambil sample kultur
nekrotik secara drastic specimen
§   Teknik insisi dan drainase abses •   jarum 18 gauge untuk
vestibular atau cellulitis à pengambilan specimen
straightforward à masukkan ke dalam
•   Area yang dipilih untuk insisi abses atau selulitis à
intraoral : langsung pd inflamasi aspirasi 1-2mL pus
dan pembengkakan maksimum cairan jaringan
•   Hindari insisi melewati frenum •   specimen à berupa
atau jalur saraf mental di area P cairan jaringan dan
mandibular darah
•   Insisi dan drainase ekstraoral : •   specimen diinokulasi
kriteria yang lebih kompleks harus pd kultur aerob dan
dipenuhi anaerob
•   Tahapan Insisi & Drainase :
1)   Menentukan lokasi insisi 5)   Insisi
2)   Memberikan anestesi local •   insisi dilakukan dengan
anastesi blok regional (diinjeksi scalpel blade no.11
jauh dari area insisi) , melalui mukosa dan
alternatifnya anastesi local submucosa ke kavitas
infiltrasi di dan sekitar area abses
yang akan diinsisi •   insisi dilakukan pendek
3)   Desinfeksi : <1cm
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   insisi selesai à
masukkan beak
hemostat ke dalam
rongga abses untuk
membuka selutuh
bagian rongga abses
•   gunakan suction untuk
mengambil pus dan
cairan jaringan yang
keluar agar mencegah
masuk ke mulut pasien
6)   Meletakkan drain intraoral
5.   Mendukung Pasien secara Medis
•   drain yg digunakan ¼
•   Resistensi sistemik pasien pada infeksi à penentu dalam
inch steril penrose drain
keberhasilan
•   masukkan drain dengan
•   Resistensi sistemik host harus dipertimbangkan dalam 3
hemostat
area :
•   pastikan panjang dari o   Immune system compromised
drain mencukupi §   Harus dirawat spesialis
hingga mencapai dasar §   Dibutuhan rawat inap dan konsultasi medis
rongga abses §   Perawatan untuk meningkatkan respon
7)   Menjahit drain imun, membunuh bakteri dengan antibiotic
•   drain dijahit, bakterisidal dan memaksimalkan
dipertahankan hingga 5 manajemen bedah infeksi
hari o   Penyakit sistemik
•   pengangkatan drain à §   Harus dirawat tim spesialis
menggunting jahitan §   Dapat mengurangi kemampuan pasien
dan mengangkat drain melawan infeksi dan dalam menjalani
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
perawatan
§   DM : control gula darah secara langsung
berhubungan dengan resistensi infeksi
§   Penyakit kardiovaskular : mengurangi
kemampuan host merespon stress dari
infeksi dan operasi
§   Obat2an : mempengaruhi perawatan
infeksi odontogenik
•   Terapi antikoagulan dengan
warfarin : membutuhkan antagonis
antikoagulan sebelum bedah à
agar bedah aman dilakukan
o   Physiologic reserves 6.   Memilih dan Meresepkan Antibiotik yang Sesuai
§   Pasien tanpa kompromis medis bisa
•   Antibiotic penting terutama untuk pasien dengan infeksi
mengalami physiologic reserves
yang telah menyebar dari prosesus alveolar dan pasien
§   Anak à sering mengalami dehidrasi dan
dengan mekanisme pertahanan tubuh lemah
demam tinggi
•   Hal yang harus dipertimbangkan :
§   Pasien lansia à memiliki penurunan
o   Menentukan kebutuhan administrasi antibiotic
kemampuan melawan demam dan mudah
o   Terapi empiris rutin
dehidrasi
o   Menggunakan antibiotic spectrum sempit
•   Pasca perawatan à pasien dianjurkan banyak minum
o   Menggunakan antibiotic dengan insidensi
untuk membantu untuk membuang urin secara teratur dan
keracunan dan efek samping terendah
memakan suplemen nutrisi tinggi kalori
o   Menggunakan antibiotic bakterisidal jika
•   Pasien diberi resep analgesic yang adekuat à memungkinkan
menghindari nyeri o   Memperhatikan biaya antibiotic
•   Antibiotic pilihan untuk infeksi odontogenik : penisilin
o   Efektif, bakterisidal, spectrum sempit termasuk
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
streptococci dan anaerob oral yang o   Penyebab lainnya : mekanisme pertahanan tubuh
bertanggungjawab pada infeksi odontogenik, yang kurang à riwayat medis pasien harus
toksisitas rendah dan tidak mahal diperiksa dengan pertanyaan lebih menjurus
•   Amoxicillin dan clauvanate à penisilin spectrum luas dan o   Adanya benda asing : radiograf periapikal untuk
digunakan untuk infeksi kompleks memastikan tidak ada benda asing
•   Moxifloxacin : dibatasi penggunaannya hanya oleh o   Antibiotic : pasien tidak patuh pada perintah yang
spesialis untuk infeksi parah karena membatasi resistensi seharusnya à pertimbangkan kemungkinan
dan toksisitas dan interaksinya dengan obat lain superinfeksi

7.   Administrasi Antibiotik secara Tepat


•   Jika antibiotic diberikan, obat harus diadministrasi pada
dosis yang sesuai dengan interval yang sesuai
•   Level plasma harus cukup untuk membunuh bakteri tapi
tidak menyebabkan keracunan
•   Administrasi tambahan antibiotik dapat dilakukan sesuai
pemeriksaan follow-up

8.   Evaluasi Pasien
•   Pasien diminta kembali 2 hari setelah terapi à biasanya
kondisi pasien sudah membaik
•   Terapi sukses à pembengkakan dan nyeri menurun
secara drastis
•   Dokter gigi haru memeriksa area insisi dan drainase untuk KELAINAN DARAH
menentukan apakah drain harus diangkat v   Kelainan Sel Darah Merah
•   Parameter lain : temperature, trismus, pembengkakan, dan a)   Anemia
perasaan subjektif pasien •   Berkurangnya kapasitas darah dalam mengangkut
•   Respon kurang baik à periksa kegagalan oksigen untuk disalurkan ke suluruh tubuh
o   Penyebab utama : bedah yang inadekuat •   Biasanya berhubungan dengan jumlah sel darah
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
merah (eritrosit) dalam sirkulasi atau adanya
abnormalitas kandungan Hb dalam sel darah
merah
•   Anemia à gejala kompleks yang disebabkan oleh
3 hal :
o   Produksi sel darah merah menurun
o   Kehilangan darah
o   Peningkatan kecepatan destruksi eritrosit
dalam sirkulasi
•   Etiologi :
o   Genetic à menghasilkan jumlah sel darah
merah yang abnormal à
§   Hemolysis
§   Gangguan nutrisi à SDM yang
dihasilkan sedikit
§   Gangguan imun à SDM diserang
§   Gangguan pendarahan à
kehilangan darah
§   Penyakit kronis
§   Penyakit sumsum tulang

•   Jenis-jenis Anemia
o   Iron deficiency anemia
§   Disebabkan kehilangan darah yang
berlebihan
§   Kurangnya zat besi yang masuk
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
§   Kurangnya absorpsi zat besi •   Mukositis eritematosa
§   Bertambahnya kebutuhan zat besi •   Sensasi terbakar
§   Hal ini terjadi karena kerusakan §   Gejala klinis :
imunitas seluler, •   Terjadinya atrofi pada lidah
§   defisiensi aktivitas PMN sebagai •   Lidah yang kemerahan
respon antibody dan abnormalitas •   Penurunan ketebalan epitel
epithelial. rata2 pada mukosa bukal
§   Pertimbangan kesehatan oral:
o   harus melakukan konsultasi
dengan dokter spesialis
sebelum perawatan bedah.
o   Ketika hemoglobin kurang
dari 8 g/dL, anestesi umum
harus dihindari dan potensi
perdarahan klinis dan
kegagalan penyembuhan
luka harus diperhatikan. o   Folate deficieny anemia
o   Hindari penggunaan §   Vit B12 dan asam folate
narkotika dan perhatikan dibutuhkan untuk pembentukan
anemia yang dapat SDM dan pertumbuhannya di
meningkatkan risiko iskemi dalam sumsum tulang à
jantung. kehilangan vitamin
§   Manifestasi oral : §   Factor risiko :
•   Angular cheilitis •   Asupan nutrisi yang buruk
•   Glossitis •   Usia lanjut
•   Mukosa oral yang pucat •   Pengkonsumsi alcohol
•   Oral candidiasis •   Punya riwayat
malabsorpsion
•   Stomatitis apthous rekuren
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Kehamilan retikulosit (sel darah merah
yang belum matang).

o   Hemolytic anemia §   Manifestasi oral:
§   Penyakit ini mengakibatkan o   mukosa oral yang pucat
anemia jika sumsum tulang tidak o   paresthesia (sensasi seperti
dapat membuat sel darah merah tingling) pada mukosa
dengan cukup. o   pada keadaan kronis dapat
§   Destruksi sel darah merah yang terjadi hyperplastic marrow
dipercepat dapat diakibatkan oleh spaces pada maksila,
satu dari tiga mekanisme dasar: mandibula dan tulang
o   defek molekul fasial. 

(hemoglobinopathy or
enzymopathy) di dalam sel o   Sickle Cell
darah merah, §   Karena adanya mutasi gen
o   abnormalitas struktur dan hemoglobin yang terjadi karena
fungsi membrane penggantian asam amino glutamate
o   faktor lingkungan sehingga valine dikode pada posisi
o   trauma mekais atau keenam di rantai hemoglobin beta.
autoantibody. §   Mengakibatkan distorsi bentuk
§   Didiagnosis dengan cara tes pada eritrosit sehingga berbentuk
laboratorium jika pasien seperti bulan sabit dan mengurangi
menunjukkan gejala anemia. jangka waktu hidup dari 120 hari
§   Tes laboratorium harus disertai menjadi 14 hari.

dengan toxin exposure history dan §   Cara mendiagnosis: tes
sejarah keluarga. kelarutan HbS untuk memeriksa
o   Untuk mengetahui ada atau adanya hemoglobinopati.
tidaknya hemolisis dapat §   Untuk menentukan diagnosis
digunakan penghitungan spesifik dapat dilakukan
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
elektroforesis menggunakan asetat referensi 

selulosa atau agar asam sitrat. 
 o   Relative erythrocytosis
§   Manifestasi oral: §   terjadi pada saat dehidrasi, penggunaan
§   Radiografik diuretic, diare, 
atau terbakar dimana
•   terdapat pola terjadi hemoconcentration (sel darah
trabekula seperti merah pada rentang referensi normal
tangga, sedangkan plasma darah di bawah
•   hipomineralisasi rentang referensi) 

enamel, o   Absolute erythrocytoses
•   kanal yang §   primary erythrocytosis
terkalsifikasi, §   jika terjadi primer familial dan
•   peningkatan kongenital polisitemia karena
overbite dan mutasi reseptor gen erithropietin
overjet. (Epo) dan mieloproliferatif
§   Klinis disorder polisitemia vera
•   terjadi oral mukosa §   secondary erythrocytoses
yang pucat dan §   jika dipengaruhi faktor hormonal
erupsi gigi yang ekstrinsik, hipoksia akibat
terlambat. 
merokok dan penyakit paru kronis
o   Idiopathic erythrocytosis
b)   Erythrocytoses §   peningkatan sel darah merah tanpa ada
•   merupakan peningkatan sel darah merah yang ditandai penyebab 
yang jelas 

dengan adanya peningkatan hematocrit (HCT).
•   Terbagi atas: c)   Polycythemia Vera (PV)
o   Apparent erythrocytosis •   penyakit myeloproliferative kronis
§   peningkatan HCT dalam vena tetapi sel •   terjadi proliferasi predominan se erythroid dan
darah merah turun dalam rentang disfungsi sumsum tulang primer yang mengakibatkan
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
hemorrhage (pendarahan), thrombosis dan •   Pertimbangan perawatan dental:
peningkatan massa sel darah merah. o   kontrol perdarahan setelah bedah dimana
•   Penyebab terjadinya PV masih belum diketahui. perdarahan berhubungan dengan jumlah hitung
•   merupakan penyakit yang jarang ditemui dengan platelet yang tinggi,
minimum insiden 2,6 dari 100.000.
 o   penyakit von Willebrand,
•   Cara mendiagnosis à menggunakan criteria o   dosis tinggi terapi obat antiplatelet.
Polycythemia Vera Study Group yang meliputi
peningkatan massa sel darah merah, kelarutan oksigen d)   Plummer-Vinson syndrome
normal, dan splenomegaly yang dapat dipalpasi. •   Disebut juga Paterson-Kelly syndrome atau
•   Manifestasi klinis sideropenic dysphagia.
o   PV biasanya asimptomatis. •   Memiliki sindrom klasik berupa disfagia, anemia
o   Jika simptomatis : defisiensi zat besi, dan ada lapisan tipis esofagus. 

§   Pruritis •   Sindrom ini dapat terjadi karena kekurangan zat besi,
§   Vertigo malnutrisi, faktor genetic atau proses autoimun.
§   sakit maag •   Gejalanya seperti gejala anemia (lemah, pucat, capek,
§   sakit kepala jantung berdetak lebih kencang).
§   parethesias (kesemutan) •   Manifestasi Oral
§   kecapekan o   Glossitis
§   lemah o   Angular cheilitis
§   gangguan penglihatan o   Koilonychia.
§   tinnitus
§   gusi berdarah.
 e)   Thalassemia
•   Manifestasi oral: •   Merupakan kelainan genetik sintesis hemoglobin
o   erythema mukosa dimana terjadi gangguan pada rantai produksi
o   glositis hemoglobin alfa atau beta.

o   erythematous •   Cara mendiagnosis: dengan menggunakan tes darah.
o   edematous gingival •   Pasien memiliki:
o   perdarahan gingival spontan.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   sel darah merah yang lebih sedikit,
o   Hb yang lebih rendah
o   defek pada rantai hemoglobin alfa atau beta.

•   Manifestasi oral:
o   Radiografis :
§   dapat terlihat akar yang pendek dan
berbentuk tajam,
§   taurodontisme,
§   perluasan ruang sumsum tulang
§   sinus maksilaris kecil
§   kehilangan kanal alveolar inferior v   Kelainan Sel Darah Putih
§   korteks tipis dari mandibula. o   Leukositosis
•   Umumnya deformitas kraniofasial berupa rahang §   Jumlah normal SDP yang bersirkulasi di
kelas II dengan mandibula pendek dan penurunan darah bervariasi antara 4400 - 11000/µL pada
tinggi wajah posterior, peningkatan proporsi wajah dewasa.
§   Hitung diferensial normal terdiri atas neutrofil
anterior.
50-60%, eusinofil 1-3%, basofil <1%, limfosit
•   Maksila cenderung sempit dan dan lebar insisif lebih 20-34%, dan monosit 3-7%.
kecil.
 §   Leukositosis didefinisikan peningkatan
•   Thalasemia tidak berhubungan dengan peningkatan jumlah SDP hingga melebihi 11000/µL
gingivitis atau periodontitis tetapi berhubungan §   Leukositosis FisiologisàPenyebab
leukositosis beragam, mulai dari olahraga,
dengan peningkatan karies.
kehamilan, dan stres emosional dapat
•   Sangat perlu diperhatikan tingkat Hb sebelum menyebabkan peningkatan jumlah SDP
melakukan perawatan. §   Tuberkulosis, sifilis, dan infeksi virus
menghasilkan leukositosis yang
dikarakterisasi dengan bertambahnya jumlah
limfosit.
§   Infeksi protozoa seringkali menghasilkan tipe
leukositosis yang meningkatkan jumlah
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
monosit. o   Antibiotic cover dan transfusi apabila
dibutuhkan jika tindakan bedah
o   Leukopenia memang harus dilakukan 

§   Merupakan defisiensi sel darah putih
(berkurangnya jumlah SDP hingga di 1. Kelainan Leukosit Kuantitatif
§   bawah 4400/µL) dengan beberapa a)   Granulositosis
kemungkinan penyebab seperti leukemia,
•   Terdapat 3 tipe granulosit berdasarkan pewarnaan
aplastic anemia, obat, auto-imun, dan infeksi
HIV. Wright : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
§   Leukopenia dapat muncul pada fase awal •   Sel darah putih lainnya yang tidak bergranul
leukemia dan limfoma sebagai bentuk dari dikategorikan sebagai agranulosit berupa limfosit
pergantian sumsum tulang melalui proliferasi dan monosit.
berlebihan SDP. •   adalah kondisi jumlah granulosit yang melebihi
§   Leukopenia juga muncul saat terjadi
normal, dengan salah satu yang paling umum
agranulositosis (berkurangnya granulosit)
yang merupakan akibat toksik dari obat dan adalah berlebihnya neutrofil dalam darah atau
bahan kimiawi. Leukopenia adalah komplikasi kondisi neutrofilia.
umum dari kemoterapi. •   Penyebabnya :
•   Beberapa obat yang dapat menyebabkan o   infeksi akut akibat kokus, basil, fungi,
leucopenia, antara lain spirochetes, virus, ricketsia, dan parasit.
o   Analgesic à phenylbutazone 
 •   Manifestasi klinis : infeksi maupun noninfeksi
o   Obat antribakterial à chloramphenicol
seperti luka terbakar, infar miokard, demam
atau cotrimoxazol
o   Phenothiazine obat antipsychotic reumatid, dan reaksi hipersensitivitas.
o   Obat antithyroid seperti thiouracil
o   Obat cytotoxic 
 b)   Agranulositosis / Neutropenia / Granulositopenia
§   Dental management pada pasien yang o   Kondisi penurunan kuantitas dari leukosit
mengalami leucopenia antara lain : dinamakan agranulositosis atau disebut juga
o   Meningkatkan oral hygiene 
 neutropenia dan granulositopenia.
o   Kontrol infeksi oral 
 o   Gejala klinis : demam tiba- tiba, kekakuan,
o   Menghindari ekstraksi 
 dan sakit tenggorokan.

TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   Pertimbangan dental : pemberian antibiotik lisosomal, kemotaksis dan aksi bakterisidal,
profilaksis serta pentingnya konsultasi dengan serta fungsi natural killer cell terhadap infeksi.
dokter spesialis. 
 •   Manifestasi oral : destruksi periodontal serius
dengan inflamasi gingiva akut dan ulser.
c)   Cyclic Neutropenia
•   Termasuk dalam kelainan hematologis langka b) Limfositosis
dengan pengulangan demam, ulserasi pada rongga •   Kelainan pada sel-sel limfosit, baik kronik
mulut, dan infeksi yang berhubungan dengan maupun malignant. 

neutropenia.
•   Manifestasi oral : berupa stomatitis dan gingivitis 3. Leukemia
dengan destruksi periodontium yang tidak biasa •   Merupakan proliferasi sel hematopoietic yang
atau patosis oral yang parah tanpa penyebab yang abnormal dengan diferensiasi, regulasi, dan
jelas. 
 apoptosis yang tidak sesuai.
•   Acute myelogenous leukemia (AML)
d)   Chronic Neutropenia atau Kostmann’s syndrome o   Leukimia myeloblastik akut jarang terjadi
pada anak anak dibandingkan dengan
•   merupakan penurunan jumlah neutrofil secara
leukemia limfoblastik akut.
absolut dan berdampak pada daya tahan yang o   Klinik yang utama ditunjukan adalah
rendah terhadap infeksi.
 anemia, limfadenofati, splenomegaly,
•   Manifestasi oral : berupa gingivitis rekuren, infeksi, deman, memar dan perdarahan.
periodontitis parah, kehilangan tulang alveolar
parah, serta ulserasi. 
 •   Acute lymphocytic leukemia (ALL)
o   Insiden leukemia pada anak anak tertingg
2. Kelainan Leukosit Kualitatif pada golongan umur 2-4 tahun namun
a) Chediak-Higashi Syndrome dapat menyerang golongan umur
manapun.
•   Kelainan imunodefisiensi autosomal resesif o   Etiologinya termasuk paparan ionisasi
langka, parsial okuloalbinisme, dengan radiasi dan benzene. Biasanya B-limfosit
defisiensi kepadatan platelet, neutropenia, dan neoplasma. Malignant limfoblastik
defek fungsi neutrofil dan abnormal inklusi berproliferasi dan infiltrasi viscera, kulit,
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
system saraf dan sumsum tulang
(menyebabkan granulositopenia, anemia •   Chronic lymphocytic leukemia (CLL).
dan trombositopenia). o   Tipe leukemia ini merupakan tipe yang
o   Gambaran Klinis : paling umum terjadi, 10% riwayat
§   limfadenopati, splenomegaly, keluarga memiliki riwayat ini. Umumnya
infeksi, demam, memar, terjadi pada pria dan jarang terjadi di Asia.
perdarahan. Keterlibatan system o   Gambaran Klinis :
saraf pusat jarang terjadi. §   Kelainan ini biasanya
§   Secara klinis ALL sulit dibedakan asimptomatik. Dari 60% kasus,
dengan non-limfoblastik tidak sengaja terdeteksi pada
(myeloblastic) leukemia. pemeriksaan test darah dengan
alasan yang tidak berkaitan.
•   Chronic myelogenous leukemia (CML) §   Perjalanan penyakit ini secara diam
o   Adalah neoplasma dari SDP myeloid diam dengan tampak klinis berupa
matang. Etiologi tidak diketahui, namun kelelahan, demam, turun berat
paparan radiasi meningkatkan risiko. badan, anoreksia, limfadenopati,
o   Tanda dan Gejala CML: sekitar 90% perdarahan dan infeksi.
pasien CML didiagnosis saat fase kronis. §   Kelenjar getah bening membesar
Sekitar setengah dari pasien asimtomatik, pada awal tahap dimana ginjal dan
dan didiagnosis dari hitung darah lengkap. hati membesar pada tahap
o   Gejala yang umum adalah lemas, lelah, selanjutnya.
sakit pada abdominal (kuadran atas kiri), §   Efek lainnya berupa anemia dan
rasa penuh pada abdominal, kehilangan trombositopenia.
berat badan, keringat di malam hari akibat •   Nilai hitung granulosit meningkat di leukemia
anemia, pembesaran dan rasa sakit pada kronis tapi tidak menentu pada leukemia akut.

limpa (splenomegali), dan hematopoiesis
•   Manifestasi klinis leukemia akut :
beralterasi. Hiperviskositas darah dapat
mengakibatkan stroke. limfadenopati, sakit laring, perdarahan gingiva,
o   Temuan Laboratoris CML: peningkatan ulserasi oral, pembengkakan gingiva.
hitung SDP. Biasanya di atas 50000/µL •   Masalah oral lebih umum pada pasien dengan
saat diagnosis, dan basofil serta eusonofil leukemia akut daripada kronis

terdeteksi.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Manifestasi klinis leukemia kronis : perdarahan, penurunan berat badan.
cheilitis, infeksi herpes dan kandida, lesi
hemoragik dan mukositis.

4. Lymfoma
a) Hodgkin’s Lymphoma b) Non Hodgkin’s Lymphoma
•   WHO mengklasifikasikan limfoid neoplasma •   NHL merupakan sekelompok malignansi
menjadi dua subtipe : heterogen dari sistem limfoid.
o   Klasik •   Manifestasi oral : pembengkakan gingiva atau
o   Nodular. jaringan mukosa.
•   Pada HL jarang tampak massa ekstranodal di •   Penampakan dapat terjadi pada ekstraksi gigi dan
bagian kepala dan leher. kemudian berkembang tumor dari situs ekstrasi
•   Umumnya terjadi akibat pertumbuhan sel B yang yang tidak sembuh.
tidak terkontrol. Terjadi pada pasien usia antara
15 dan 35 tahun serta pasien di atas 55 tahun.
•   Manifestasi klinis berupa pembesaran nodus
limfa yang tidak terasa sakit, pembesaran tonsil
secara unilateral, ulserasi, night sweats, serta
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 

v   Kelainan Pembekuan Darah


c) Burkitt’s Lymphoma Hemostatis adalah proses pembentukan pembekuan
•   BL merupakan limfoma yang agresif dan sering darah saat jaringan mengalami cedera. Proses hemostasis atau
tampak berupa pembengkakan rahang. pembekuan darah bergantung pada interaksi kompleks dari
•   Tumor rahang dapat berakibat pada mobilitas gigi pembuluh darah, platelet, koagulasi dan deposisi fibrin, dan
dan rasa sakit, pembengkakan intraoral dari protein fibrinolitik. Ketiga reaksi, hemostasis primer,
maksila dan mandibula, serta open bite anterior. sekunder, dan tersier terjadi bersamaan.
•   Terjadi resorpsi tulang alveolar, kehilangan
lamina dura, pembesaran folikel gigi Hemostasis dapat dibagi menjadi 4 fase umum, yaitu :

1.   Fase vaskular Setelah pembuluh darah


d) Multiple Myeloma
mengalami cedera, terjadi refleks vasokonstriksi.
•   Merupakan neoplasma sel plasma di mana
Reaktan seperti serotonin, histamin, prostaglandin,
sumsum tulang mengalami plasmasitosis,
dan produk lainya yang bersifat vasoaktif,
paraprotein abnormal, serta komplikasi penyakit
menghasilkan vasokonstriksi mikrovaskular di
tulang dengan destruksi skeleteal, gagal ginjal,
area cedera.
anemia, dan hiperkalsemia.
2.   Fase platelet

•   Manifestasi oral : massa jaringan lunak yang
merupakan tumor ekstramedula plasmablastik •   Ketika platelet terpapar pada jaringan yang
rahang. mengalami luka (factor von WIllebrand,
sel endothelial, kolagen, membrane dasar,
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
elastin, mikrofibril, dan debri selular yang
lain), platelet aktif untuk melakukan
perubahan secara fisik dan kimiawi.
•   Platelet akan melekat pada pembuluh
darah untuk mengurangi kehilangan darah.
•   Plug platelet kemudian melekat pada
membrane basal yang terekspos.
•   Terdapat 4 proses yang merespon aktivasi
platelet yaitu adesi, agregasi, sekresi dan
aktivitas prokoagulan. 

3.   Fase jalur pembekuan (coagulation cascade)
•   meliputi jalur intrinsik, ekstrinsik, dan
jalur umum (common pathway)

•   Proses meliputi berbagai protein, yang
sebagian disintesi oleh hati (fibrinogen,
protrombin, Faktor V, VII, IX, X, XI, XII,
dan XIII) serta protein yang bergantung
pada vitamin K (Faktor II, VII, IX, dan X).
•   Proses ini terjadi oleh 2 jalur yang terpisah
(intrinsik dan ekstrinsik) yang menjatu
dengan mengaktivasi jalur umum
(common pathway).
•   Saat pembekuan darah dibutuhkan ion
kalsium dan fofolipid pada permukaan
lipid.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
4.   Fase fibrinolitik

•   merupakan proses penghancuran fibrin
setelah fungsi hemostasisnya telah
terpenuhi.
•   Fase terminasi melibatkan 2 enzim
sirkulasi inhibitor, antitrombin dan jalur
inhibitor TF, dan protein C untuk
menginisiasi pembekuan darah.
•   Fibrinolysis merupakan proses
penghancuran fibrin setelah fungsi
hemostasis telah berjalan dengan baik.
Hal ini sangat penting dalam proses
penyembuhan luka , untuk Fase 1-3 merupakan mekanisme dasar yang mencegah
mengembalikan jaringan yang rusak dan dan mengurangi kehilangan darah ketika terjadi cedera
tissue remodeling. Enzim yang pembuluh darah. Secara umum, ketika pembuluh darah
menghancurkan fibrin disebut plasmin mengalami cedera (integritas pembuluh terganggu), platelet
enzim proteolitik teraktivasi, menempel pada lokasi cedera, dan membentuk
platelet plug yang mengurangi serta menghambat kehilangan
darah. Eksposur dari kolagen dan aktivasi platelet juga
menginisiasi jalur pembekuan (coagulation cascade) yang
mengarah pada pembentukan fibrin dan fibrin yang tidak larut
menguatkan platelet plug. Platelet faktor 3 juga mengaktivasi
faktor X untuk mengkonversi protrombin menjadi trombin.
Selanjutnya terjadi fibrinolisis yang merupakan proses
penghancurkan fibrin setelah fungsi hemostatiknya telah
terpenuhi, oleh plasmin enzim proteolitik.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
a) Hemofilia A
•   (defisiensi factor VIII ) adalah penyakit yang paling
sering pada clotting disorder.
•   Perdarahan yang terus menerus, apabila tidak
dilakukan perawatan dapat berlanjut sampai
berminggu-minggu atau sampai pasien meninggal.
•   Pressure packs, suturing, atau aplikasi local dari agen
hemostatic tidak efektif menghentikan perdarahan
tersebut.
•   Yang paling ditakutkan adalah terjadinya
perdarahan intracranial.
•   Dapat juga terjadi perdarahan dalam yang menyebar
ke bawah dari leher dan mengganggu airway.
•   Penderita hemophilia biasanya juga merupakan b) Hemofilia B
carrier dari berbagai macam virus seperti HIV. •   Hemofili B mirip dengan yang A, tapi yang B defisiensi
•   Pembentukan antibody terhadap factor VIII juga factor IX.
merupakan komplikasi lainnya. •   Faktor IX lebih stabil dibandingkan factor VIII.
•   Faktor IX aktif didarah selama lebih dari 2 hari, sehingga
terapi penggantian memiliki waktu lebih lama disbanding
hemofili A.
•   Manajemen sama seperti hemofili A.

Modifikasi Rencana Perawatan

Dengan persiapan yang tepat, perawatan dental yang paling


diindikasikan dapat dilakukan. Pasien dengan defek koagulasi
kongenital harus didukung untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya karena kebanyakan perawatan dental
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
untuk pasien dengan kodisi ini lebih kompleks untuk ditangani terkait dengan protein (terutama albumin) dalam derajat (persentase) yang
dengan kebutuhanpenggantian faktor koagulasi yang hilang. berbeda-beda. Obat-Obat yang lebih besar dari 80% berikatan dengan
Tindakan perawatan dental harus dilakukan di rumah sakit apabila protein dikenal sebagai obat-obat yang berikatan dengan tinggi
pasien mengalami defek koagulasi berat. Penggunaan aspirin dan protein. Salah satu contoh obat yang berikatan tinggi dengan protein
NSAID sebagai pain relief harus dihindari. adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan dengan protein.
Aspirin 49% berikatan dengan protein clan termasuk obat yang
berikatan sedang dengan protein. Bagian obat yang berikatan bersifat
FARMAKOLOGI inaktif, dan bagian obat selebihnya yang tidak berikatan dapat bekerja
Tentang Farmakokinetik bisa dibaca ditentir sk1 ya J bebas. Hanya obat-obat yang bebas atau yang tidak berikatan dengan
protein yang bersifat aktif dan dapat menimbulkan respons
Pengaruh konsentrasi obat terhadap plasma
farmakologik. Dengan menurunnya kadar obat bebas dalam jaringan,
Pengaruh konsentrasi obat terhadap plasma berkaitan dengan proses maka lebih banyak obat yang berada dalam ikatan dibebaskan dari
farmakokinetik. Obat dapat masuk ke tubuh dengan berbagai cara ikatannya dengan protein untuk menjaga keseimbangan dari obat
antaralain melalui oral, parenteral, inhalasi, intravaginal, per rektal, yang dalam bentuk bebas.
topical dan melalui kulit. Setelah pemberian obat dengan berbagai
Jika ada dua obat yang berikatan tinggi dengan protein diberikan
cara tersebut, maka obat mengalami suatu rangkaian proses yang
bersama-sama maka terjadi persaingan untuk mendapatkan tempat
disebut sebagai proses farmakokinetik. Umumnya obat akan
pengikatan dengan protein, sehingga lebih banyak obat bebas yang
mengalami proses absorpsi, distribusi, ikatan pada tempat kerja,
dilepaskan ke dalam sirkulasi. Demikian pula, kadar protein yang
metabolism atau biotransformasi dan kemudian diekskresi keluar dari
rendah menurunkan jumlah tempat pengikatan dengan protein,
tubuh.
sehingga meningkatkan jumlah obat bebas dalam plasma. Dengan
Distribusi demikian dalam hal ini dapat terjadi kelebihan dosis, karena dosis
obat yang diresepkan dibuat berdasarkan persentase di mana obat itu
Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan berikatan dengan protein.
tubuh dan jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran
darah, afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan, dan efek Jadi penting sekali untuk memeriksa persentase pengikatan dengan
pengikatan dengan protein. protein dari semua obat-obat yang diberikan kepada klien untuk
menghindari kemungkinan toksisitas obat. Seorang perawat juga
Ketika obat didistribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan harus memeriksa kadar protein plasma dan albumin plasma klien
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
karena penurunan protein (albumin) plasma akan menurunkan tempat 3.  Akumulasi, akibat transport aktif dapat terjadi akumulasi obat di
pengikatan dengan protein, sehingga memungkinkan lebih banyak jaringan, misalnya thiopental dapat diakumulasi di hati dan
obat bebas dalam sirkulasi. Tergantung dari obat (obat-obat) yang jaringan lemak, plumbum (Pb) dan radium diakumulasi untuk
diberikan, akibat dari hal ini dapat mengancam nyawa obat-obat yang larut lemak. Protein plasma juga merupakan
reservoir obat. Obat yang bersifat asam terikat pada albumin
Faktor distribusi obat sedangkan yang bersifat basa terikat pada glikoprotein. 

Selain oleh aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat-sifat
fisikokimia obat tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi 4.  Barrier, distribusi obat ke otak harus melewati sawar darah otak
distribusi obat antara lain : (blood brain barrier) yang ditentukan oleh kelarutan bentuk
non ion obat dalam lemak. Pada radang selaput otak, obat-
1.  Permeabilitas membrane, untuk mencapai target organ, obat harus obat tertentu dapat masuk ke otak karena terjadi peningkatan
dapat melewati berbagai membrane yang memisahkan target permeabilitas di tempat radang. Sawar uri (placental barrier)
organ dengan tempat pemberian. Obat yang mudah larut menyerupai sawar di saluran cerna yang dapat dilalui oleh
lemak akan mengalami distribusi lebih baik. Obat akan banyak obat, sehingga obat dapat memasuki sirkulasi janin.
melintasi membran sel dan terdistribusi ke dalam sel. Obat Keseimbangan obat dalam sirkulasi janin dengan darah ibu
yang sukar larut lemak distribusinya terutama melalui cairan dapat tercapai paling cepat dalam waktu 40 menit. 

ekstrasel. 

Jalur Utama Ekskresi
2.  Ikatan obat dengan protein plasma, hanya obat bebas yang
menimbulkan efek sedangkan yang terikat protein untuk Setelah mengalami metabolism obat akan diekskresi keluar dari
sementara tidak aktif. Obat dalam plasma terdapat dalam tubuh. Ekskresi obat dapat melalui ginjal yang merupakan organ
bentuk bebas dan juga dalam bentuk terikat dengan protein ekskresi terpenting, melalui empedu yang selanjutnya akan
plasma atau komponen darah lainnya misalnya sel darah dikeluarkan melalui tinja, selain itu ekskresi obat dapat juga melalui
merah. Ikatan protein ini ditentukan oleh afinitas obat keringat, saliva, air mata, air susu ibu, dan rambut, tetapi biasanya
terhadap protein, dan sangat bervariasi mulai dari 0-99%. dalam jumlah kecil.
Hanya obat dalam bentuk bebas yang dapat berdifusi Ginjal, ekskresi pada organ ini meripakan hasil dari:
melewati dinding kapiler. Protein darah yang mengikat
partikel obat adalah albumin dan globulin. 
 1.   Filtrasi glomerulus, yang merupakan jaringan kapiler
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
dan melewatkan semua molekul zat yang lebih kecil dari kardiovaskuler. Bayi sangat responsive terhadap obat
albumin melalui celah antar sel. Kelarutan lemak dan pH karena mekanisme metabolic dan ekskresi yang belum
tidak berpengaruh dalam proses ini. 
 sempurna akibat liver dan ginjal yang belum matang.
2.   Sekresi aktif berlangsung di tubuli proksimal untuk 

asam organic, misalnya penisilin, probenesid, salisilat, b.   Massa tubuh berkaitan dengan jumlah obat yang
dana sam urat. diberikan. Dosis harus disesuaikan dnegan massa
3.   Reasorpsi pasif terjadi di tubuli proksimal dan distal tubuh, sehingga semakin besar ukuran/massa tubuh
untuk obat non ion yang larut dalam lemak. Dengan semakin besar pula dosis yang diberikan. 

mengubah pH urin, bentuk obat yang terionisasi di lumen c.   Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap efek
dapat dikurangi reabsorpsinya, yang selanjutnya obat karena perbedaan fisik pria dan wanita. Pria
ekskresinya akan meningkat. 
 biasanya mempunyai postur tubuh lebih besar
daripada wanita sehingga bila suatu dosis yang sama
Ekskresi obat melalui ginjal menurun bila terdapat gangguan fungsi diberikan, tubuh pria akan lebih lambat dalam
ginjal sehigga dosis obat harus diturunkan atau interval pemberian melakukan metabolism/aksi obat. Tubuh pria lebih
obat diperpanjang. Metabolit obat yang terbentuk di hati diekskresi banyak mengandung air, sedangkan tubuh wanita
ke dalam usus melalui empedu dan selanjutnya dikeluarkan ke lumen mengandung lemak dan obat-obat tertentu dapat lebih
usus dan masuk ke tinja. Dapat juga terjadi metabolit ini diserap cepat bereaksi dalam air atau dalam lemak.
kembali melalui saluran cerna dan akhirnya diekskresi melalui ginjal. d.   Lingkungan berpengaruh terhadap daya kerja obat
terutama lingkungan yang dapat 
merubah obat
Faktor-Faktor yang mempengaruhi daya kerja obat (misalnya cahaya), kepribadian pasien dan lingkungan
pasien. lingkungan fisik dapat pula mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya kerja obat antara lain usia
daya kerja obat misalnya suhu lingkungan tinggi
pasien, massa tubuh, jenis kelamin, lingkungan, waktu pemberian,
menyebabkan pembuluh darah perifer melebar
penyakit, genetic, dan psikologis.
sehingga dapat meningkatkan daya kerja vasodilator.
a.   Usia berpegaruh terhadap daya kerja obat. Orang usia 

lanjut dan bayi sangat responsive terhadap obat. Orang e.   Waktu pemberian obat per oral berpengaruh terhadap
usia lanjut dapat mengalami perubahan terhadap daya kerja obat. Absorpsi obat akan lebih cepat bila
respon oobat karena adanya gangguan liver, hati atau diberikan saat perut dalam keadaan kosong.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
Sedangkan obat yang dapat menyebabkan iritasi Respon obat individual

lambung akan lebih aman bila diberikan pada perut
yang berisi makanan. 
 Obat bereaksi menghasilkan efek terapeutik, efek samping (bila
f.   Penyakit merupakan salah satu pertimbangan dalam menimbulkan reaksi alergi), dan efek toksik (bila dikonsumsi secara
pemberian obat. Kondisi penyakit merupakan dasar berlebihan). Efek samping obat (yang tidak dapat diperkirakan)
dalam menentukan jenis obat dan dosis yang merupakan efek yang tidak diharapkan dari reaksi obat yang
diberikan. Obat dapat bereaksi secara efektif pada bergantung pada reaksi imunologi yang sifatnya individual.
keadaan sakit. Misalnya suhu badan pada orang yang
ANTIBIOTIK
demam daoat diturunkan dengan pemberian
parasetamol. Namun, parasetamol tidak menurunkan
Antibiotik Profilasis
suhu bila diberikan pada orang yang suhunya normal.

 Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang digunakan pasien
g.   Faktor genetic mempengaruhi respon seseorang sebelum terjadi kontaminasi pada jaringan atau cairan yang terinfeksi,
terhadap pemberian obat. Faktor ini secara genetic dan/atau diduga mempunyai peluang besar untuk terkena infeksi, atau
menentukan sistem metabolism tubuh dan ketahanan bila terkena dapat menimbulkan dampak buruk bagi pasien.
seseorang terhadap obat (alergi) 
 Penggunaan profilaksis ditujukan untuk kuman tertentu dengan
h.   Faktor psikologis berkaitan dengan keefektifitasan penggunaan antiobiotik tertentu, misalnya untuk luka dengan
obat. Orang yang mempercayai bahwa obat yang kemungkinan besar terinfeksi spora kuman tetanus, dapat diberikan
mereka gunakan dapat mengatasi gangguan penisilin sebagai profilaksis. Profilaksis sebelum atau sesudah
kesehatannya akan lebih efektif daya kerja obat yang tindakan, tidak boleh diberikan terlalu lama. Bila diberikan terlalu
ia minum dibanding dnegan orang yangtidak percaya. lama sebelum tindakan, kuman mungkin dapat menjadi resisten.
Ditatanan klinis, placebo digunakan untuk Profilaksis antibiotik digunakan 1 jam sebelum operasi dan berakhir
mengingkatkan aspek psikologis pasien. placebo pada akhir operasi karena risiko infeksi pasca operasi sangat
diberikan terutama pada pasien yang menerima meningkat jika profilaksis dilanjutkan lebih dari 1-2 hari setelah
berbagai obat sehingga dikhawatirkan dapat operasi. Pemberian profilaksis jangka lama dapat menimbulkan
mengalami efek samping yang tidak diharapkan. 
 dampak negatif terhadap ekologi flora kuman yang normal.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
Tabel penggunaan profilaksis antibiotic : 60 menit
sebelum
Keadaan/ Obat Pilihan Dosis/ cara pemberian tindakan
Tujuan D.   Dewasa : 1 g,
Terapi IM atau IF
Anak-anak :
Standar Amoksisilin Dewasa : 2 gram Anak-
25mg/kgBB
30
umum: anak : 50mg/kgBB 30-60
menit sebelum
pencegahan menit sebelum tindakan
tindakan

Alergi A.   Klindamisin A.   Dewasa :


terhadap 600mg Anak-
penisilin B.   Sefaleksin anak :
Memilih antibiotik yang tepat

atau 20mg/kgBB 30-
sefadroxil 60 menit 1.   Kriteria antibiotic profilaksis :
sebelum •   Efektif membunuh bakteri oral, seperti streptokokus

tindakan
•   Menggunakan spectrum spesifik (narrow-spectrum
B.   Dewasa : 2
C.   Azitromisin antibiotic)
gram Anak-
atau •   Toksisitas rendah

anak :
klaritomisin •   Bersifat bakterisidal
50mg/kgBB 30-
60 menit Berdasarkan criteria diatas, antibiotic yang menjadi drug
sebelum of choicenya adalah penicillin atau amoxicillin. Bila pasien alergi
D.   Sefazolin tindakan dengan penicillin maka diganti dengan clindamycin atau
C.   Dewasa : 500 azithromycin (namun bersifat bakteriostatik) sehingga perlu
mg Anak-anak : dipertimbangkan bila pasien memiliki pertahanan tubuh yang
15mg/kgBB 30- lemah.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
2.   Antibiotic yang terkandung dalam plasma darah harus dalam Antibiotik yang sering digunakan dalam kedokteran gigi :
jumlah yang besar
Dosis antibiotic harus dipastikan cukup
ketika operasi dilakukan, maka biasanya diperlukan dosis 2x 1.   Penisilin
lipat dari dosis terapi. 
 •   Merupakan drugs of choice pada infeksi odontogenik 

•   Amoxicillin dan penicillin : 2g •   Mekanisme kerja: menghambat sintesis dinding sel kuman,
•   Clindamycin : 600 mg kumat lisis dan 
mati (bakterisidal) 

•   Azithromycin : 500 mg 
 •   Indikasi: kuman Gram positif dan beberapa Gram negatif.
Cocok untuk 
infeksi Streptococcus 

3.   Waktu pemberian antibiotic
Waktu pemberian yang efektif •   Kontraindikasi: pasien alergi penisilin dapat mengalami
untuk profilaksis setidaknya 2 jam sebelum dilakukan tindakan, reaksi anafilaksis 
yang menyebabkan kematian 

karena biasanya obat yang diberikan secara oral akan diasorbsi •   Efek samping: hipersensitivitas seperti kulit kemerahan,
tubuh setidaknya setelah 1 jam. Untuk pemberian intravena maka urtikaria, syok anafilaktik, anemia hemolitik, asma 

diberikan lebih dekat dengan waktu operasi. 
o Ketika operasi •   Reaksi toksik: kejang, gangguan keseimbangan Na-K, iritasi
berjalan lebih lama, maka antibiotic diberikan kembali dengan local
interval setidaknya 1,5x lebih pendek. Maka antibiotic diberikan
setidaknya sekali dalam 3 jam. 
 2.  Klindamisin 

•   Pilihan pertama sebagai alternatif pasien alergi penisilin 

4.   Menggunakan antibiotic dengan eksposure yang singkat
Dalam •   Mekanisme kerja: menghambat sintesis protein
penelitian, pemberian antibiotic paska tindakan menunjukkan (bakteriostatik) 

efektifitas yang rendah. Pada saat diberikan antbiotik profilaksis, •   Indikasi: untuk infeksi campur Gram positif dan Gram negatif
maka kandungan antibiotic dalam plasma darah sewaktu operasi
anaerob. 
Menjadi obat pilihan untuk profilaksis endokardisi
berlangsung cukup untuk mencegah infeksi. Setelah
bagi pasien alergi penisilin 

pembentukan gumpalan darah, maka migrasi bakteri sudah
terbatas. Konsumsi yang dirasa masih efektif hanya satu kali •   Efek samping: ruam kulit, kolitis pseudomembranosa 

setelah operasi selesai (operasi yang singkat/tidak lebih dari 4
jam) 3.   Tetrasiklin 

•   Mekanisme kerja: bakteriostatik 

TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Indikasi: pada infeksi yang berhubungan dengan penyakit Sebagian metabolit terhidroksilasi membentuk methemoglobinemia
periodontal karena 
dapat berkonsentrasi di gingival dan hemolisis eritrosit. Ekskresi melalui ginjal.
crevicular fluid
Indikasi
4.   Metronidazole 
 Sebagai analgetik antipiretik seperti asetosal. Penggunaan sebagai
analgetik lebih sering. Sebagai antipiretik, banyak obat lain yang
•   Indikasi: bakteri anaerobik, baik pada acute necrotizing
lebih baik.
ulcerative gingivitis 

Efek samping
•   Efek samping: mual, muntah, diare, sakit perut
1.  Trombositopenia 

•   Interaksi dengan makanan: bereaksi dengan alkohol
menyebabkan pusing, 
palpitasi, muntah. Hindari alkohol 3 2.  Reaksi alergi berupa eritema dan urtikaria 

hari sebelum dan setelah meminum obat. 

3.  Anemia hemolitik (pada penggunaan kronik) 
Bersifat
NSAID
hepatotoksik karena akumulasi metabolit. Jika terjadi
Asetaminofen / Parasetamol overdosis, beri emetik atau lakukan bilas lambung. Beri N-
acetylcystein secepatnya untuk menetralkan metabolit.
Farmakodinamik
ANTISEPTIK/ DISINFEKTAN
Memiliki efek analgetik antipiretik. Tidak memiliki efek
antiinflamasi dan urikosurik. Ia tidak menimbulkan iritasi lambung, Obat kumur antiseptik
gangguan napas, dan gangguan keseimbangan asam basa.
Indikasi
Farmakokinetik
•   Pencegahan terjadinya karies (sebaiknya dengan obat kumur
Absorpsi cepat pada pemberian oral. Kadar terapi tercapai dalam 30 berfluor) dan gingivitis
menit. Waktu paruh dicapai dalam 1-3 jam. Metabolisme di hati. •   Perbaikan kondisi gigi dan mulut yang buruk dengan
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
mengurangi jumlah bakteri pada 
oral biofilm 
 •   Efek samping: adanya alkohol memberi rasa segar sehingga
•   Setelah dilakukan operasi atau pemasangan implan sering digunakan berlebihan, 
dan menimbulkan efek
•   Sebelum, selama, sesudah kemoterapi/radioterapi negatif 


Chlorhexidine 
 ANASTESI LOKAL


•   Indikasi: terutama untuk penyakit periodontal dan sesudah
Farmakokinetik
operasi 

•   Kekurangan: memberi warna pada gigi dan mukosa, ada rasa a.   Masa kerja : Bergantung pada lama kontak dengan saraf
metal, meningkatkan 
pembentukkan kalkulus dan iritasi dan keberadaan vasokonstriktor. Golongan ester dirusak oleh
mukosa 
 esterase hati dan plasma. Degradasi cepat. Sedangkan golongan
•   Kelebihan: cukup aman, tidak menimbulkan resistensi, dapat amida dirusak oleh hati.
menembus oral biofilm dan 
melawan bakteri Gram positif,
b.   Efek samping :Secara umum dapat berupa kelelahan,
negatif, dan beberapa jamur 

mengantuk, kejang, tremor, tidak sadar, henti napas, henti
•   Dosis: 0,2% larutan klorheksidin, 2x sehari, dikumur 15-20 jantung, aritmia jantung, dan hipertensi.
mL selama 30 detik 
 c.   Kontraindikasi :Syok berat, infeksi kulit seluruh tubuh,
infeksi atau radang pada tempat suntik, hipersensitivitas
Minyak esensial 

•   Kandungan: timol, mentol, eukaliptol, dapat mengurangi Obat anestesi lokal

plak dan gingivitis. 

Golongan amida lebih banyak dipakai karena lebih efektif dibanding
•   Indikasi terbatas, karena memerlukan campuran alkohol
golongan ester.
untuk mengaktifkan minyak 
esensial yang dikandung
•   Kelebihan: bisa menembus oral biofilm lebih cepat daripada Lidokain
CHX, efektif mengurangi perdarahan interproksimal.
Pemakaian jangka panjang menunjukkan hasil yang sama Atas pertimbangan efikasi, keamanan, berdasarakn berbagai uji
baik dengan CHX klinis, disepakait bahwa lidokain 2% dalam kombinasi dengan
•   Dosis: berkumur 2x sehari. epinefrin 1:100.000 digunakan rutin dalam kedokteran gigi.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
Merupakan anestesi lokal spektrum luas. Bisa diberikan secara bersama epinefrin 1:200.000 

infeiltrasi, IV regional, epidural, subarakhnoid, anestesi blok, dan
topikal KORTIKOSTEROID

•   Efek samping: sedasi, lesu, lupa, reaksi hipersensitivitas 
 Bisa juga disebut glukokortikoid atau steroid. Dihasilkan secara alami
•   Bila diberikan dalam dosis besar: dapat menyebabkan oleh kelenjar adrenal. Memiliki efek antiinflamasi yang kuat.
kejang. 

Mekanisme kerja
Kortikosteroid menstimulasi sintesis protein
spesifik di jaringan. Efeknya sangat luas, hampir di semua jaringan.
Mepivakain 

Memiliki profil farmakologi sebanding dengan lidokain. Ia efektif 1.   Efek fisiologik
Kortikosteroid meningkatkan enzim yang
dalam penggunaan topikal dan pada kadar 3% dalam larutan tidak berperan dalam metabolisme glukosa dan asam amino,
memerlukan vasokonstriktor. 
 meningkatkan lipolisis, menurunkan masukakan glukosa ke
sel lemak, dan redeposisi lemak tubuh. Ia juga menimbulkan
Prilokain 
 retensi natrium dan air. 

Kurang poten dan efektivitasnya kurang dibanding lidokain. Seperti
mepivakain, bisa digunakan tanpa epinefrin. 
 2.   Efek antiinflamasi
Kortikosteroid memiliki efek terhadap
semua gejala inflamasi. Ia menghambat respon antigenik
Artikain 
 makrofag dan leukosit, menghambat permeabilitas
Kombinasi artikain 4% dengan epinefrin (1:200.000 atau 1:100.000) pembuluh darah lewat pelepasan histamin, juga
sebanding atau bahkan lebih baik dibanding golongan amida lainnya. menghambat kerja kini. Ia juga menghambat asam

 arakhidonat dan pembentukkan Pg. 


Bupivakain dan etidokain 
 3.   Efek imunologik
Menurunkan limfosit, monosit, eosinofil,


Obat yang sangat lipofilik. Bupivakain mula kerjanya lebih lambat dan basofil. Tapi ia meningkatkan eosinofil dalam darah. 

dibanding golongan amida lain, tapi efekasinya sama. Masa kerja
lebih lama, cocok untuk operasi bedah mulut. Etidokain mula
kerjanya sedikit lebih cepat. Keduanya tersedia dalam sediaan
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
Indikasi dalam kedokteran gigi Efek samping

a.   Oral lichen planus 
 a.   Supresi kelenjar adrenal 



b.   Pemphigus 

c.   Pemphigoid 
 b.   Hiperglikemia dan gangguan metabolik lain 

d.   Eritema multiforma 

c.   Glukosa darah naik 10-20% 

e.   Stomatosis aftosa rekuren 

f.   Pengobatan intrakanal untuk mengurangi inflamasi pulpa 

d.   Osteoporosis 


Batasi penggunaan pada keadaan dimana diagnosis tepat sudah


e.   Buffalo hump dan moon face karena redistribusi lemak dan
ditegakkan, sudah dilakukan perawatan yang adekuat, obat
bertambahnya nafsu makan 

antiinflamasi lain tidak menolong, dan tidak ada kontraindikasi.

Hanya boleh digunakan jika tidak ada tanda infeksi maupun f.   Sering disalahgunakan sebagai obat penambah nafsu makan 

kemungkinan infeksi berkembang, karena dapat menyebabkan
eksaserbasi karena penekanan kondisi sistem imun. Contoh Hemostasis dan obat-obat koagulan
kondisi tersebut seperti pada keadaan darurat (krisis adrenal,
Faktor Pembekuan Topikal
reaksi anafilaktik, dan reaksi alergi), pembengkakan pasca
tindakan berat, trauma hebat, periodontitis apikalis akut (setelah a. Topikal Trombin
Dapat dipakai pada pasien yang kekurangan
pengangkatan pulpa), inflamasi otot parah terkait TMJ dan
faktor koagulasi atau sedang menggunakan oral antikoagulan.
trismus.
Namun, penggunaannya harus berhati-hati.

Kontraindikasi
 b. Fibrin Sealant atau Fibrin Glue
Merupakan gabungan dari human


thrombin dan kalisum klorid dicampur dengan faktor XIII, aprotinin,
Jangan digunakan rutin dan janga panjang pada pasien dengan
dan plasma protein lain. Kekurangannya preparat ini masih relatif
riwayat penyakit kronis seperti TC, infeksi virus, ulkus peptikum,
mahal dan kurang efektif untuk perembesan darah sehubungan
DM, osteoporosis, gangguan psikiatrik, katarak, hipertensi.
dengan prosedur dental.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
c. Astringen dan Styptics
Digunakan untuk retraksi gingiva. juga.
Misalnya asam tanat, alumunium, zink, dan iron serta alkohol adalah •   Ketika gigi yang berdekatan tidak sengaja terluksasi
astringen efektif yang dapat menimbulkan presipitasi (pengendapan) atau avulsi parsial maka gigi harus distabilkan sekita
protein. 40-60 hari.
•   Apabila ada nyeri ketika perkusi setelah periode ini,
maka gigi harus diberi perawatan endodontik. Apabila
KOMPLIKASI SAAT & PASCA EKSTRAKSI gigi mengalami dislokasi, gigi tersebut harus di
Komplikasi perioperative ada komplikasi yang terjadi pada saat posisikan ulang dan distabilisasi selama 3-4 minggu.
dilakukan prosedur operasi, sedangkan komplikasi postoperative
adalah komplikasi yang terjadi setelah perawatan atau pada masa 2.   Injuri jaringan lunak

postoperative.
•   komplikasi umum dan biasanya terjadi karena
Komplikasi Perioperative kesalahan dalam penggunaan instrument pada
prosedur ekstraksi.
1.   Fraktur mahkota atau luksasi gigi yang berdekatan •   Area yang sering terluka adalah pipi, dasar mulut,
•   Fraktur pada mahkota dari gigi yang berdekatan palatum, dan area retromolar.
dengan gigi yang diekstraksi yang mempunyai karies •   Injuri akibat elevator juga dapat terjadi pada pojok
luas atau restorasi yang besar adalah komplikasi yang mulut dan bibir karena tekanan retraksi yang lama dan
umum terjadi pada prosedur ekstraksi. berlebihan pada prosedur ekstraksi dari gigi maksila
•   Luksasi atau dislokasi dari gigi yang berdekatan posterior dan gigi mandibula.
terjadi ketika tekanan yang besar digunakan pada •   Luka bakar juga dapat terjadi pada bibir bawah apabila
tahap luksasi, khususnya apabila gigi yang berdekatan handpiece surgical mengalami overheat dan berkontak
tersebut digunakan sebagai fulcrum. dengan bibir bawah.
•   Komplikasi yang sama dapat muncul apabila tidak •   Abrasi juga dapat terjadi apabila batang dari bur
berhati-hati pada proses ekstraksi molar gigi sulung. berkontak pada area.
•   Pada kasus ini, forcep bisa saja menggenggam •   Injuri jaringan lunak lain yang dapat terjadi adalah
mahkota dari molar permanen yang belum erupsi robeknya flap dan gingiva.
bersama dengan gigi sulungnya serta meluksasinya •   Hal ini dapat terjadi apabila jaringan lunak disekitar
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
gigi tidak sepenuhnya terlepas dari gigi, atau bisa juga dan buruk atau terdapat ankylosis. Fraktur pada prosesu
terjadi akibat sebagian dari prosesus alveolaris ikut alveolaris sering terjadi pada ekstraksi kaninus, khususnya
terambil bersama dengan gigi, sehingga jaringan lunak apabila tulang di area tersebut menjadi lemah akibat injuri
yang menempel pada tulang robek. atau karena ekstraksi dari insisif lateral atau premolar satu
yang dilakukan sebelumnya. Fraktur dari lingual cortical plate
Perawatan yang dapat dilakukan à apabila injuri terlelak sangat signifikan karena saraf lingual dapat terjadi trauma.
pada area kecil di pipi, lidah, atau bibir, maka tidak ada
perawatan khusus yang perlu dilakukan. Pada beberapa kasus, Perawatan yang dilakukan à apabila bagian yang rusak
healing difasilitasi aoabila lesi diberikan petrolatum atau dari prosesus alveolaris kecil maka dapat diambil dengan
vaseline atau dengan obat oles lain. Hal ini dapat mengurangi forcep, jika ada ujung tulang yang tajam maka dianjurkan
ketidaknyamanan pasien. Ketika injuri yang terjadi luas, untuk dihaluskan. Selanjutnya, bagian diirigasi dengan larutan
keras, dan terjadi perdarahan, maka prosedur bedah harus garam dan luka dijahit. Apabila bagian yang rusak masih
ditunda dan dokter gigi harus mengontrol perdarahan dan menempel pada jaringan lunak, maka tulang dapat terjaga
dilanjutkan dengan menjahit luka yang ada. setelah stabilisasi dan penjahitan mucoperiosteum.

4.   Fraktur tuberositas maksila


Fraktur tuberositas maksila ada komplikasi yang serius, yang


dapat menimbulkan masalah retensi dari seluruh gigi di masa
depan. Komplikasi ini dapat terjadi ketika ekstraksi dari gigi
posterior maksila dan biasanya disebabkan :

•   Melemahnya tulang dari tuberositas maksila. Pada kasus ini,


resiku fraktur meningkat apabila ekstraksi molar dilakukan
dengan paksa dan tidak hati-hati.
•   Ankylosis dari molar maksila yang tahan dari gerakan ketika
3.   Fraktur prosesus alveolaris prosedur ekstraksi. Fraktur lanjut dari tulang bukal atau distal
terjadi apabila pergerakan ekstraksi dilakukan dengan kasar disekitas gigi ankylosis dapat terjadi
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Berkurangnya daya tahan dari tulang akibat molar tiga yang
impaksi atau semi-impaksi 


Perawatan yang dapat dilakukan à dilakukan reposisi dan


mucoperiosteum dijahit. Pada kasus ini, ekstraksi yang
dijadwalkan ditunda, apabila mungkin, selama 1.5 sampai 2
bulan ketika fraktur sudah sembuh dan ekstraksi dapat
dilakukan dengan teknik bedah. Apabila terjadi oroantral Perawatan yang dilakukan à ketika ekstraksi, gigi harus
communication maka gigi dicabut lalu tulang dihaluskan dan diambil sebelum prosedur lain dilakukan untuk menghindari
luka dijahit dengan rapat. Antibiotik dan dekongestan infeksi pada fraktur. Selanjurtnya, stabilisasi dengan cara
diberikan sebagai obat intermaxillary fixation atau rigid internal fixation dari segmen
rahang dilakukan selama 4-6 minggu dan diberikan antibiotik.
5.   Fraktur Mandibula

Fraktur mandibula adalah hal yang tidak menyenangkan 6.   Instrumen yang rusak di jaringan

namun jarang tejadi. Komplikasi ini berhubungan dengan Kerusakan instruman di jaringan akibat kekuatan yang
ekstraksi molar 3 mandibula yang impaksi. Komplikasi ini berlebihan pada luksasi biasanya melibatkan ujung dari
dapat terjadi pada penggunaan elevator denagn kekuatan elevator. Jarum anastesi atau bur juga dapat rusak pada
berlebihan ketika jalur ekstraksi yang cukup belum dibuat. pengambilan tulang disekitar gigi impaksi atau akar.
Fraktur juga dapat terjadi akibat impaksi yang dalam, gigi
dengan perlekatan yang kuat, atau gigi ankylosis, walaupun
dengan kekuatan yang kecil. Hal ini dapat mudah terjadi
apabila mandibula atropi atau tulang menjadi lemah,
contohnya apabila impaksi gigi lain juga terjadi, atau jika ada
area edentulous yang lebar dan adanya lesi patologik di area
gigi yang diekstraksi
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 

7.   Dislokasi TMJ
 8.   Subcutaneous atau Submucosal Emphysema


Komplikasi ini dapat terjadi pada prosedur bedah yang lama Komplikasi ini dapat terjadi akibat dari udara masuk pada
pada pasien yang memiliki fossa mandibula yang dangkal jaringan 
konektif yang longgar, ketika semprotan udara
pada tulang temporal, low anterior articluar tubercle, dan digunakan pada prosedur bedah. Secara klinis, area yang
round head dari prosesus kondilar. Dislokasi unilateral dapat terkena membengkat, kadang melebar sampai leher dan
sembuh dengan baik. Namun dislokasi bilateral, mandibula wajah, dengan krepitasi. Tidak ada perawatan yang khusus.
bergeser ke depan sehingga terjadi open bite dan Biasanya mereda dengan spontan setelah 2-4 hari. Apabila hal
pergerakannya terbatas. Untuk menghindari komplikasi ini sangat besar, paracentesis mungkin dapat membantu untuk
tersebut, mandibula harus didukung dengan kuat pada menghilangkan udara. Beberapa orang merekomendasi
ekstraksi dan pasien harus menghindari membuka mulut pemberian antibiotik 

terlalu lebar, khususnya dengan pasien dengan kasis lukasis
TMJ habitual. 9.   Hemorrhage
Disebut juga perdarahan adalah komplikasi umum pada bedah
mulut, dan dapat juga terjadi pada 
ekstraksi gigi. Pada semua
kasus, hemorrhage dapat terjadi akibat trauma pada pembuluh
darah dan juga masalah pembekuan darah. Hemorrhage
profuse bisa terjadi akibat dari injuri. 
Perawatan yang
dilakukan untuk menghentikan hemorrhage adalah kompresi,
ligasi, menjahit, electrokoagulasi dan penggunaan dari agen
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
hemostatis yang bermacam-macam. 
 mudah bergereser ketika luksasi ke arah jaringan
lunak di bukal atau arah dasar mulut atau diantara
tulang dan mukosa dari sinus maksilaris. 

•   Pada kasus perforasi tulang akibat percobaan turus
menerus untuk mengambil ujung akar. 


Perawatan yang dilakukan à removal dari ujung akar, khususnya


dari jaringan lunak bukal. Lalu dilokalisasi areanya. Lokalisasi
dilakukan dengan palpasi yang hati-hari di area diplaced root tip.

11.  Perpindahan gigi impaksi, akar, atau ujung akar ke sinus


maksilaris

Terjadi apabila percobaan luksasi pada molar 3 impaksi.
Ketika gigi impaksi berdekatan dengan sinus maksilaris dan
prosedur bedah tiak dilakukan dengan hati-hati. Untuk
menghindari komplikasi ini, eksposure gigi impaksi harus
cukup dalam lebarnya flap dan jumlah tulang yang hilang,
agar kekuatan yang dilakukan pada luksasi dapat dengan
mudah di kontrol denagn maksimal. Perawatan yang
dilakukan adalah apabila tidak dapat diambil dengan teknik
bedah yang normal setelah komplikasi terjadi maka diberika
antibiotik dan dekongestan untuk dijadwalkan untuk bedah
pengambilan jaringan.

10.  Perpindahan akar ke dalam jaringan lunak



Komplikasi dapat terjadi apabila terjadi situasi berikut:
•   Ketika erosi ujung akar dari gigi maksila posterior.
Pada kasus ini, akar atau ujung akar dapat dengan
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 

Upaya pencegahannya adalah:


12.  Oroantral Communication
Adalah komplikasi umum yang dapat dilhat melalu o   Pemeriksaan radiograf di area sekitar gigi yang akan
pengamatan arah udara atau gelembung di udara pasca di ekstraks 

o   Manipulasi instrumen dengan hati-hati, khususnya
ekstraksi ketika pasien mencoba untuk menghembuskan udara
ketika luksasi ujung akar gigi maksila posterior 

lewat hidung. Biasanya dsebabkan oleh:
o   Debridement lesi periapikal dekat dengan sinus
o   Pergeseran gigi impaksi atau ujung akar ke sinus maksilaris dengan hati-hati 

maksilaris pada proses ekstraksi.
 o   Menghindari luksasi ujung akar apabilsa visualisasi
o   Posisi ujung akar terhadap dasar dari sinus maksilaris areanya terhambat oleh 
perdarahan 

pada proses ekstraksi. 

13.  Injuri Saraf
o   Adanya lesi periapikal yang mengiskis dinding tulang
dari sinus maksila. 

o   Nerve injuri sering terjadi pada kasus:
o   Fraktur luas akibat tuberositas maksila 
 o   Pemberian nerve block di inferior alveolar nerve
o   Perluasan pengambilan jaringan tulang untuk dan mental nerve 

ekstraksi gigi dari gigi impaksi atau akar. 
 o   Insisi yang meluas sampe mental foramen dan
lingual vestibular folr 

o   Insisi pada alveolar ridge pada pasien edentulous
yang mental foramennya 
dilokalisasi lokal
akibat resorpsi tulang. 

TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
o   Retraksi flap dan kompresi dengan retraktor pada
retraksi di bagian mental 
nerve atau lingual dr
molar 3 

o   Ketika tulang dekat saraf dipanaskan secara
berlebihan. 

o   Pada kasus odontektomi 

o   Perforasi lingual kortikal plate. 

o   Ketika bur masuk pada kanal mandibularis 

o   Pada fraktur lingual kortikal plate. 

o   Pergeseran ujung akar dalam kanalis
mandibularis. 

o   Kompresi saraf lingual akibat retraksi berlebih
Komplikasi Postoperative
dari lidah pada proses pembedahan 

o   Ketidak sengajaan menekan saraf ketika menjahit
1.   Trismus
flap, sarafnya terjahit pula.
Trismus biasanya terjadi pada kasus ekstraksi mandibula
molar 3 dan dicirikan dengan kesulitan membuka mulut akibat
otot mastikasi yang kejang. Kejang yang terjadi kemungkinan
diakibatkan oleh injuri otot medial pterygoid akibat jarum
suntik, atau karena trauma pada proses bedah, khususnya pada
proses bedah yang sulit dan lama. Faktor penyebab lain adalah

 inflamasi dari luka pasca ekstraksi, hematoma, dan edema
pasca operasi.
Perawatan yang dibutuhkan tergantung dari penyebabnya.
Kebanyakan kasus tidak memerlukan terapi khusus. Ketika
inflamasi akut atau hematoma menjadi penyebab trismus,
kumur-kumur dengan air hangat direkomendasikan, lalu
diberikan antibiotik. Terapi lain yang dapat dilakukan adalah:
•   Heat therapy, kompres hangat pada ekstra oral selama
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
sekiar 20 menit tiap 
jam sampai keluhan melemah.
•   Pijat halus di bagian TMJ
•   Pemberian analgesic, anti inflamasi, dan medikasi
relaksasi otot.
•   Fisioterapi selama 3-5 menit setiap 3-4 jam, yang
termasuk pergerakan 
membuka dan menutup mulut
serta gerakan lateral, bertujuan untuk meningkatkan
lebar pembukaan mulut. Pemberian sedatif
(bromezapam (Lexotanil): 1.5-3 mg, 2x sehari), untuk
manajemen stress, yang memburuk ketika trismus 3.   Ecchymosis

menetap, yang berujung pada peningkatan kejang di Pada beberapa kasus setelah prosedur bedah, ecchymosis
area trismus. dapat timbul pada kulit pasian, yang berupa kapiler-kapiler
rapuh dan warna jaringan yang berubag. Selain trauma
2.   Hematoma
 general pada area ekstraksi, hal ini juga dapat terjadi akibat
Komplikasi yang sering terjadi akibat perdarahan kapiler yang kerusakan pada retraksi flap. Untuk menghindari komplikasi
berlanjut ketika upaya pengontrol perdarahan tidak dilakukan. ini, retraktor harus digunakan dengan halus dan hati-hati,
Pada kasus ini, darah mengumpul di dalam jaringan, tanpa khususnya di area dekat foramen mental,
adanya jalan keluar dari luka yang tertutup atau flap yang zygomaticdoalveolar cres, dan eminence kaninus.
dijahit dengan kuat. Tidak ada perawatan khusus yang perlu dilakukan, pasien
Perawatan yang dibutuhkan à ketika hematoma terbentuk sebaiknya diinformatikan bahwa hal ini bukan lah hal yang
pada beberapa jam pertama setelah prosedur bedah, serius dan excchymoses akan berangsur-angsur menghilang
manajemen terapi dengan cara memberikan kompres dingin dalam beberapa hari.
ekstraoral pada 24 jam pertama, lalu terapi panas untuk
membantu keluhan berangsur-angsur menghilang. Beberapa
orang merekomendasikan pemberian antibiotik untuk
menghindari supurasi hematoman dan analgesik untuk
menghilangkan nyeri.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
Bergantung dari jumlah injuri jaringan di area, edema
berkisar dari ukuran kecil, sedang, dan kadang besar.
Terkadang, ketika prosedur bedahh dilakukan di
maksila, edema terjadi mencapai kelopak mata bawah,
baik karena jaringan di area ini longgar atau karena
pasien memiliki kelainan bleeding.
•   Tidak ada perawatan yang diperlukan pada edema
berukuran kecil, untuk tindakan preventif, cold pack
dapat di aplikasikan secara local langsung setelah
pembedahan. Cold pack harus diletakkan sekita 10-15
menit setiap jam, dalam 4- 6 jam. Ketika edema parah
dan tidak berangsur membaik, maka harus dirawat
dengan hati-hati karena edema yang menetap dapat
mengakibatkan fibrosis dan perkembangan symfisis.
Pada kasus ini, pemberian medikasi proteolitik atau
fibrinolitik diindikasikan, apabila juga terjadi
inflamasi, maka diberikan antibiotik. Apabila edema
menyebar hingga area pharingomaxillary, maka
pemberian 250-500 mg hydrocortison diindikasikan
4.   Edema
 secara IV.
komplikasi sekunder pada trauma jaringan lunak. Hal ini
terjadi karena ekstravasasi cairan oleh jaringan trauma.
Pembengkakan bisa terjadi sampai 48-72 jam setelah
prosedur bedah dan mulai hilang pada 3-4 hari pasca
operasi.
•   Secara klinis, edema dicirikan dengan kulit halus dan
pucat. Ketika pembengkakan terjadi akibat inflamasi,
kulit menjadi merah akibat hiperemia lokal.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
5.   Granuloma pasca ekstraksi habis. Hal ini biasanya terjadi pada luka pasca ekstraksi dari
Komplikasi ini terjadi 4-5 hari setelah ekstraksi dan gigi mandibula posterior, walaupun gigi maksila posterior
diakibatkan akibat adanya objek asing di alveolus (contoh, juga dapat terlibat, akibat anatomi tulang (dense), dimana
sisa amalgam, pecahan tulang atau gigi, kalkulus, dst). Objek bentuk permukaan tajam dapat dengan mudah terjadi
asing mengiritasi area sehingga penyembuhan pasca ekstraksi khususnya apabila ekstraksi sulit dan dilakukan dengan
berhenti dan terjadi supurasi pada luka. Dilakukan manipulasi alat yang kurang baik. Ujung-ujung permukaan
debridement dari alveolus dan pengambilan penyebab dari tulang melukai jaringan lunak dari soket pasca ekstraksi yang
granuloma. menyebabkan nyeri dan inflamasi pada area ekstraksi. Pada
kasus ini, alveolus dipenuhi oleh gumpalan darah.
Perawatan yang dilakukan à penghalusan ujung-ujung
permukaan tulang. Pemberian analgesik juga dapat dilakukan,
serta kain kasa dengan eugonol pada batas luka dalam 36-48
jam.

6.   Nyeri pada socket pasca ekstraksi



Komplikasi umum yang terjadi langsung setelah anastesi
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
superficial, namun juga luka 
yang dalam yang terlibat pada
proses bedah. Infeksi bisa disebabkan oleh:
•   Penggunaan instrumen yang tidak steril.
•   Adanya substrat septik di area bedah.
•   Defek tulang akibat osteopetrosis dan radioterapi
rahang dan fasial.
•   Penyakit sistemik yang berujung pada peningkatan
resiko infeksi (cth leukemia, agranulocytosis) dan juga
terapi dengan imunosupresan. 
Apabila dokter gigi
7.   Fibrinolytic Alveolitis (dry socket)
 melihat ada resiko infeksi, maka antibiotik profilaksis
Komplikasi ini muncul 2-3 hari setelah ekstraksi, pada diberikan. Jika luka sudah terinfeksi, antibiotik
periode ini, gumpalan darah meluruh dan lepas sehingga diberikan tergantung dari kasus yang terjadi.
mennyebabkan penyembuhan yang tertunda dan nekrosis
permukaan tulang dari socket. Gangguan ini dicirikan dengan 9.   Gangguan pada penyembuhan luka pasca ekstraksi 

socket yang kosong, bau mulut, dan rasa tidak enak di mulut, Ganguan ini bisa diakibatkan dari faktor general atau lokal.
serta nyeri parah yang menjalar ke area lain di kepala. Faktor general adalah kelanan darah (agranulocytosis,
leukemia), DM, osteopetrosis, paget’s disease, osteoporosis.
Faktor etiologi bermacam-macam, dari ketebalan dan Faktor lokal termasuk infeksi luka, inflamasi granuloma
sklerotik tulang disekitar gigi, infeksi ketika atau setelah hiperplastik, dry socket, area terradiasi, neoplasma jinak
ekstraksi, injuri dari alveolus, dan infiltrasi anastesi. maupun ganas, dan luka akibat instrumen.

Perawatan yang dilakukan adalah mengirigasi socket


dengan larutan garam yang hangat, lalu pemberian kain kasa
dengan eugonel yang diganti setiap 24 jam sampai nyeri
berangsur menghilang.

8.   Infeksi luka

Merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada luka
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Tipe infeksi odontogenik à menyebabkan pembengkakan
pada ruang fasial dalam dari leher yang dapat menekan dan
menghambat jalur nafas
2. Kesulitan bernafas
•   Pasien dengan pembengkakan parah pada jaringan lunak
pernafasan atas akibat infeksi
•   Perlu dirujuk karena kemungkinan diperlukan pembedahan
segara untuk menjaga jalur nafas
3. Kesulitan dalam menelan
•   Pasien dengan infeksi ruang fasial dalam yang progresif
•   Indikasi adanya penyempitan orofaring dan berpotensi
obstruksi jalur nafas akut
•   Dibawa ke rumah sakit à intervensi bedah atau intubasi
diperlukan untuk menjaga jalur nafas
•   Perawatan definitive pada infeksi dapat dilakukan setelah
jalur nafas aman
4. Pasien dengan infeksi yang melibatkan ruang fasial ekstraoral
•   Infeksi bukal atau submandibular
•   Membutuhkan pembedahan ekstraoral insisi dan drainase
•   Rawat inap
INDIKASI PASIEN RAWAT INAP 5. Suhu tubuh lebih dari 101 F à kebutuhan metabolic meningkat
1. Infeksi yang berkembang secara cepat dan terjadi peningkatan kehilangan cairan tubuh
•   Infeksi dimulai dari 1 atau 2 hari sebelum pemeriksaan pada 6. Pasien yang mengalami dehidrasi tanda klinis mulut kering,
pasien dan bertambah buruk secara cepat dengan bibir pecah, dan mukosa kering membutuhkan infus cairan
pembengkakan yang meningkat, nyeri, gejala lainnya. 7. Pasien yang lebih baik dirawat di rumah sakit dengan
menggunakan anestesi umum
•   Pasien dengan perawatan gigi pada area infeksi parah
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Pasien yang tidak kooperatif karena keterbelakangan mental c.   Cedera berat pada maksilofasial
•   Pasien anak yang tidak kooperatif
•   Pasien yang menolak dilakukan perawatan secara sadar Perdarahan (Hemoragi)
8. pasien dengan infeksi yang melibatkan poenyakit sistemik
Pasien kembali datang dengan perdarahan yang tidak berhenti dari
socket ekstraksi merupakan masalah yang sering timbul. Perdarahan
KEGAWATDARURATAN MEDIS
ini merupakan kegawatdaruratan kecil, karena darah biasanya
Situasi darurat yang dapat terjadi pada perawatan gigi:
tercampur dengan saliva sehingga menjadi encer dan akan terlihat
1.   Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
kehilangan banyak darah. Perdarahan bisa karena trauma pada
a.   Pingsan
pembuluh darah ataupun masalah koagulasi darah. Pada pasien yang
b.   Gagal sirkulasi akibat terapi kortikosteroid
sehat, bisa karena hemostasis yang buruk akibat kompresi yang
c.   Syok anafilaktik
kurang atau penghilangan jaringan inflamasi dan hiperplastik yang
d.   Myocardial infarction
tidak adekuat.
e.   Serangan jantung
f.   Stroke Selanjutnya, diberikan anestesi local dan mulut dibersihkan untuk
2.   Sakit dada (acute chest pain) mengidentifikasi sumber perdarahan. Setiap tepi-tepi kasar dari soket
a.   Angina harus dirapikan, margin ditekan (squeezed) dan jaringan lunak di
b.   Myocardial infarction daerah margin dijahit. Sebelumnya, kita juga dapat menempatkan
3.   Kesulitan bernafas agen hemostatic (surgicel atau fibrin gauze) pada socket sebelumnya,
a.   Asma selanjutnya penjahitan.
b.   Syok anafilaktik
c.   Gagal ventrikel kiri Selidiki riwayat keluarga apakah memiliki kecendrungan perdarahan
4.   Konvulsi atau penyebab kelainan darah lain. Pasien harus selalu dibawah
a.   Epilepsi pengawasan untuk memastikan perdarahan nya sudah dapat
b.   Penyebab kehilangan kesadaran, seperti pingsan dikontrol. Tetapi, darah yang terus mengalir dibawah jaringan yang
5.   Lain-lain dijahit mengindikasikan adanya penyakit kelainan darah, atau adanya
a.   Hemoragi à dapat diakibatkan oleh kelainan riwayat keluarga yang memiliki penyakit tersebut dan harus dirujuk
darah ke rumah sakit. Perdarahan yang berkepanjangan ini biasa nya
b.   Reaksi dan interaksi obat merupakan tanda pertama dari hemofili.
TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
Manajemen : o   perdarahan menstruasi yang berat 

o   serta perdarahan spontan perlu diperiksa lebih lanjut
a.   Bersihkan mulut dengan swabs dan lokasikan dimana
saat presurgical laboratory coagulation screening. 

sumber perdarahan.
b.   Berikan local anestesi yang mengandung adrenalin Penanganan pasien dengan Koagulopati:

(epinefrin), buang ragged tissue, 
tekan tepi soket dan
jahit. o   Tunda pembedahan hingga hematologis memberikan
c.   Apabila perdarahan berlanjut setelah penjahitan atau pengarahan tentang manajemen pasien.
pasien jelas memiliki anemia, 
pindahkan ke rumah sakit. o   Mendapatkan tes dasar koagulasi yang diindikasikan
d.   Sementara itu, batasi pendarahan sebanyak mungkin (progrombin time, partial thrombosplastin time, Ivy’s
dengan pressure pad diatas socket 
dan support rahang bleeding time, hitung platelet) dan hepatitis.
pasien dengan perban yang kuat. o   Perkirakan waktu agar jadwal pembedahan terhadap
e.   Idealnya, tranexamic acid (500mg dalam 5ml, dengan pasien dilakukan segera setelah pengukuran
suntikan intravena secara perlahan) 
dapat diberikan dan pengoreksi koagulatif (setelah transfusi platelet,
menjadi pilihan yang efektif pada hemofili ringan selagi mengganti faktor, atau pemberian asam
dipindahkan ke rumah sakit. 
 aminokaproik). 

o   Ketika pembedahan, augmentasi pembekuan dengan
PENGARUH KELAINAN DARAH THD TINDAKAN menggunakan topikal peningkat koagulasi, jahit, dan
KEDOKTERAN GIGI penekanan yang baik dengan kapas. 

•   Hereditary Coagulopatihes (koagulopati herediter)
 o   Awasi luka selama 2 jam untuk memastikan bahwa
Pada saat mendapati pasien dengan kelainan darah terbentuk bekuan darah yang baik.
Sebagai seorang dokter gigi yang harus dilakukan adalah o   Instruksi kepada pasien untuk mencegah lepasnya
menanyakan seluruh pasien dahulu mengenai pembekuan bekuan darah dan apa yang dilakukan apabila
darah pada saat setelah luka ataupun bedah, seperti misalnya: perdarahan kembali berlangsung. 

o   Adanya riwayat epitaksis (mimisan) 
 o   Hindari meresepkan obat anti-inflamasi nonsteroid 

o   mudah terluka 
 o   Pada pasien dengan hepatitis perlu dilakukan
o   hematuria 
 pencegahan saat pembedahan. 

TENTIR  SK  2  IKGK  4  |  DESSY  &  NIA  
 
•   Therapeutic Anticoagulation (Antikoagulasi terapi)

Obat-obatan dengan efek anti koagulasi
biasanya dikonsumsi pada pasein dengan implan
trombogenik seperti katup jantung; dengan masalah
trombogenik kardiovaskular seperti atrial fibrillation
atau yang membutuhkan aliran darah ekstrakorporeal
seperti hemodialisis.

RUJUKAN
Elemen perujukan pasien dokter gigi :

1.   Nama dan alamat pasien 



2.   Jadwal perjanjian dengan dokter spesialis 

3.   Alasan perujukan/diagnosis
4.   Informasi umum pasien dan background pasien yang
berpengaruh dalam perujukan
5.   Authorization 

6.   Informasi dental dan medis, termasuk:
a.   Konsultasi medis dan masalah spesifik
b.   Riwayat dental
GOOD LUCK 2013 J
c.   Diagnostic casts
d.   Gambaran klinis dan radiografik
7.   Situasi kegawatdaruratan
8.   Informasi telah diberitahu ke pasien 


Anda mungkin juga menyukai