Anda di halaman 1dari 11

Elektrolit dan Non Elektrolit

A. LARUTAN ELEKTROLIT
1. Pengertian Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam larutan elektrolit
molekul-molekulnya terurai (terdisosiasi) menjadi partikel-partikel bermuatan listrik positif dan
negatif yang disebut ion (ion positif-ion negatif). Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation
dan ion negatif yang dihasilkan dinamakan anion. Jumlah dari muatan ion positif dan ion negatif
akan sama sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang kemudian
menghantarkan arus listrik. Perubahan kimia larutan ini ditandai dengan perubahan warna,
timbulnya gelembung gas dan adanya endapan, serta bila diuji dengan alat uji elektrolit larutan
ini dapat menyalakan sebuah lampu. Semakin banyak ion yang terbentuk, maka semakin kuat
sifat elektrolit larutan tersebut.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON - ELEKTROLIT


2. Jenis Jenis Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit dapat dikelompokkan menjadi larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit
lemah.
2a. Larutan Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat, yaitu larutan yang semua molekulnya terurai mejadi ion-ion (terionisasi
sempurna). Oleh karena banyaknya ion-ion penghantar listrik yang terbentuk, maka daya
hantarnya juga kuat. Umumnya larutan elektrolit kuat adalah larutan garam.
Ciri-ciri dan contoh dari elektrolit kuat yaitu sebagai berikut :
a. Terionisasi sempurna
b. Mempunyai daya hantar listrik yang baik
c. Derajat ionisasi (α) α = 1

d. Jika diuji dengan alat uji elektrolit larutan ini akan menghasilkan nyala lampu yang
terang dan muncul gelembung gas yang banyak.
e. Biasanya berupa asam kuat, basa kuat dan garam yang kation dan anionnya dari asam dan
basa kuat
Contohnya :
 Garam (NaCl, KCl, CuSO4 dan KNO3),
 Asam Kuat (HCl, HI, HBr, H2SO4 dan HNO3), dan
 Basa Kuat (NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2 dan KOH)
Reaksi penguraian elektrolit kuat ditulis dengan tanda anak panah tunggal ke kanan. Contoh
reaksi elektrolit kuat :
NaCl (aq) → Na+ (aq) + Cl– (aq)
H2SO4 (aq) → 2 H+ (aq) + SO4 2- (aq)
NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH– (aq)

2b. Larutan Elektrolit Lemah


Larutan elektrolit lemah, yaitu larutan yang tidak semua molekulnya terionisasi (ionisasi tidak
sempurna), sehingga hanya sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan listrik.
Ciri-ciri dan contoh dari elektrolit lemah yaitu sebagai berikut :
a. Terionisasi sebagian
b. Mempunyai daya hantar listrik yang kurang baik atau lemah
Derajat ionisasi (α) 0 < α < 1

c. Jika diuji dengan alat uji elektrolit, larutan ini akan menghasilkan nyala lampu redup dan
muncul gelembung gas sedikit
d. Biasanya berupa asam lemah dan basa lemah
Contohnya :
 Asam Lemah (HCN, H3PO4, CH3COOH dan H2CO3), dan
 Basa Lemah (NH4OH, Al(OH)3 dan Fe(OH)3)

3. Manfaat Larutan Elektrolit


Dalam kehidupan sehari-hari larutan ini dapat dimanfaatkan dalam beberapa hal seperti :
Akumulator (aki) berfungsi menyimpan energi (listrik) dalam bentuk energi kimia. Seperti
baterai dan kapasitor. Larutan elektrolit yang tergantung pada aki berupa asam sulfat (H2SO4).
Cairan tubuh, cairan tubuh manusia mengandung larutan elektrolit dimana berfungsi sebagai
penghantar daya listrik untuk kerja impuls saraf.
Garam dapur, bumbu yang sangat penting untuk memasak. Secara kimia garam tersusun dari
unsur natrium dan klorin yang bergabung membentuk senyawa natrium klorida (NaCl) yang
merupakan elektrolit kuat.

B. LARUTAN NON ELEKTROLIT


1. Pengertian Larutan Non - Elektrolit
Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Larutan-
larutan non-elektrolit terdiri atas zat-zat yang terlarut dalam air namun tidak terurai menjadi ion
(tidak terionisasi). Dalam larutan, zat not-elektrolit tetap seperti molekul yang tidak bermuatan
listrik. Itulah mengapa larutan ini tidak dapat menghantarkan arus listrik.
2. Ciri-Ciri Larutan Non-elektrolit
a. Tidak dapat Terionisasi
b. Tidak dapat menghantarkan listrik
c. Tetapan/derajat ionisasi (α) α = 0
d. Jika diuji dengan alat uji elektrolit, larutan ini tidak menghasilkan reaksi apapun.
Ditandai dengan lampu tidak menyala dan tidak munculnya gelembung gas.
Biasanya berupa senyawa yang berasal dari kelompok asam karboksilat dan senyawa
yang tersusun dari unsur C, H atau C, H, O kecuali senyawa CH3COOH dan HCOOH
Contohnya :
 Urea = CO (NH2)2
 Glukosa = C6H12O6
 Sukrosa = C12H22O11
 Etanol = C2H2OH
 Contoh reaksi larutan non-elektrolit
 C6H12O6 (s) C6H12O6 (aq)

3. Manfaat Larutan Non-elektrolit


Dalam kehidupan sehari-hari larutan ini dapat dimanfaatkan dalam beberapa hal seperti :
Glukosa, sumber energi yang bersifat manis dan bisa larut dalam makanan dan minuman.
Biasanya terdapat pada gula, nasi, gandum, jagung dan sebagainya.
Urea, senyawa ini biasanya digunakan sebagai pupuk di bidang pertanian.
Alkohol, termasuk dalam larutan non-elektrolit yang digunakan sebagai disinfektan dan obat
luka.

Asam Basa

Terdapat tiga teori tentang cara membedakan senyawa asam dan senyawa basa. Teori tersebut
adalah teori Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.

Teori Arrhenius dikemukakan oleh ilmuwan Swedia, Svante Arrhenius pada tahun 1807. Teori
ini menyatakan bahwa:

 Asam: suatu zat yang bila dilarutkan dalam air dapat memberikan atau memperbesar
konsentrasi ion H+.
 Basa: suatu zat yang bila dilarutkan dalam air dapat memperbesar konsentrasi OH-.
Teori Bronsted-Lowry dikemukakan oleh Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry pada
tahun 1923. Teori ini menyatakan bahwa:

 Asam: senyawa yang dapat memberikan proton kepada senyawa lain (donor proton)
 Basa: senyawa yang dapat menerima proton dari senyawa lain (akseptor proton)

Teori Lewis dikemukakan oleh G.N. Lewis pada tahun 1923. Beliau adalah seorang ahli kimia
Amerika Serikat. Teori ini menyatakan bahwa:

 Asam: ion/molekul yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan elektron (belum
oktet)
 Basa: ion/molekul yang dapat bertindak sebagai pemberi pasangan elektron (mempunyai
PEB)

Ciri-ciri asam kuat:

 Golongan VIIA
 Terionisasi sempurna (α=1)
 Merupakan elektrolit kuat
 Contoh: HCl, HI, HBr, H2SO4,HNO3

Ciri-ciri asam lemah:

 Tidak terionisasi sempurna (α<1)


 Merupakan elektrolit lemah
 Contoh: CH3COOH, H2CO3, H2S, H3PO4, HCN, dll

Ciri-ciri basa kuat:

 Golongan IA dan IIA (kecuali Be)


 Contoh: LiOH, NaOH, KOH, RbOH, Mg(OH)2, Ca(OH)2, Sr(OH)2, Ba(OH)2

Ciri-ciri basa lemah:

 Contoh: Al(OH)3, Be(OH)2, NH4OH, Cu(OH)2, Fe(OH)3

Indikator asam dan basa:

 Kertas lakmus
 Indikator universal
 pH meter
 Larutan indikator
Termokimia

Pengertian Termokimia

Termokimia adalah cabang dari kimia fisika yang mempelajari tentang kalor dan energi
berkaitan dengan reaksi kimia dan/atau perubahan fisik. Sebuah reaksi kimia dapat
melepaskan atau menerima kalor. Begitu juga dengan perubahan fase, misalkan dalam
proses mencair dan mendidih. Termokimia fokus pada perubahan energi, secara khusus
pada perpindahan energi antara sistem dengan lingkungan. Jika dikombinasikan dengan
entropi, termokimia juga digunakan untuk memprediksi apakah reaksi kimia akan
berlangsung spontan atau tak spontan.

Termokimia berawal dari hasil kerja Antoine Laurent Lavoisier pada abad ke 18, dilanjutkan
dengan adanya hukum Hess. Termokimia masuk dalam kategori hukum pertama
termodinamika.

Sejarah Termokimia

Termokimia mengalami dua macam generalisasi. Pernyataan tentang termokimia bervariasi


sesuai dengan pengusulnya, yaitu:

 Hukum Lavoisier dan Laplace

Perubahan energi selama reaksi bisa sama dengan atau berkebalikan dengan
perubahan energi pada proses kebalikan.

 Hukum Hess

Perubahan energi selama reaksi adalah sama, walaupun perubahan itu berjalan
tahap demi tahap.
Lavoisier, Laplace, dan Hess juga meneliti tentang kalor jenis dan kalor laten. Selanjutnya
Joseph Black yang memberi peranan besar dalam penelitian kalor laten.

Gustav Kirchoff menunjukkan bahwa variasi kalor reaksi diungkapkan dalam kapasitas
kalor antara produk dan reaktan dengan rumus:
dΔH / dT = ΔCp
Bentuk integral persamaan ini mengindikasikan adanya koreksi panas pada satu
temperatur dari perhitungan dengan temperatur lain.

Persamaan Kalor

Jika dilihat dari jenis reaksi, terdapat beberapa macam jenis kalor, yaitu:

Kalor pembentukan

Kalor pembentukan adalah kalor yang dilepas atau diterima pada saat satu mol senyawa
terbentuk dari unsur-unsurnya. Sebagai contoh adalah pada saat pembentukan amonia dari
unsur-unsurnya, maka akan dilepaskan energi sebesar 46 kJ.
½ N2 (g) + 1½ H2 (g) → NH3 (g) ΔHo = -46 kJ mol-1

Kalor penguraian

Kalor penguraian adalah kalor yang dilepas atau diterima pada saat satu mol senyawa
terurai menjadi unsur-unsur pembentuknya. Contohnya adalah peruraian asam fluorida
menjadi unsur-unsurnya membutuhkan kalor sebesar 271 kJ.
HF(g) → ½ H2 (g) + ½ F2 (g) ΔH = +271 kJ mol-1

Kalor pembakaran

Kalor pembakaran adalah kalor yang dilepaskan pada saat satu mol senyawa dibakar
menggunakan oksigen.
CH4 (g) + 2 O2 (g) CO2 (g) + H2O (g) ΔH = +-802 kJ mol-1
Simbol negatif (-) pada ΔH menyatakan sistem melepaskan kalor, sedangkan simbol positif
(+) menyatakan sistem menerima kalor.

Kalorimetri

Pengukuran perubahan kalor dilakukan menggunakan kalorimetri, yang biasanya berupa


chamber tertutup yang dapat mengukur perubahan energi.

Temperatur chamber diamati menggunakan termometer atau thermocouple. Temperatur


yang didapatkan diplot melawan waktu membentuk grafik. Kalorimeter modern dapat
membaca informasi yang dibutuhkan dengan cepat. Sebagai contoh adalah DSC
(Differential Scanning Calorimeter).

A. HIDROKARBON
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana yang terdiri dari
atom karbon (C) dan hidrogen (H). Sampai saat ini, terdapat lebih kurang 2 juta senyawa
hidrokarbon. Sifat senyawa-senyawa hidrokarbon ditentukan oleh struktur dan jenis ikatan
kovalen antar atom. Oleh karena itu, untuk memudahkan mempelajari senyawa hidrokarbon
yang begitu banyak, para ahli melakukan pergolongan hidrokarbon.
1. Penggolongan Hidrokarbon
Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya.
Berdasarkan bentuk rantai karbon, hidrokarbon digolongkan menjadi tiga, yakni:
Hidrokarbon Alifatik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantai terbuka jenuh (ikatan tunggal).
Hidrokarbon Alisiklik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar/tertutup (cincin).
Hidrokarbon Aromatik, yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar (cincin)yang
mempunyai ikatan antar atom C tunggal dan rangkap secara selang-seling/bergantian.
Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya:
Hidrokarbon jenuh, yaitu senyawa hidrokarbon yang ikatan antar atom karbonnya merupakan
ikatan tunggal.
Hidrokarbon tak jenuh, yaitu senyawa hidrokarbon yang memiliki 1 ikatan rangkap dua (alkena),
atau lebih dari 1 ikatan rangkap dua (alkadiena), atau ikatan rangkap tiga (alkuna).
2. Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan
semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. Alkana yang paling sederhana adalah
metana , dangan rumus molekulnya CH4.
Rumus umum Alkana
Dari table diatas dilihat pada perbandingan jumlah atom C dan H dalam alkana adalah n :
(2n+2).
Jadi, rumus umum alkana adalah CnH2n+2 ; n = jumlah atom C
Sifat fisika Alkana
Untuk alkana yang tidak bercabang, pada suhu kamar ( 25⁰C) alkana dengan jumlah atom C1-
C4 berwujud gas C5-C18 Ke atas berwujud padat
Makin tinggi massa molekul, makin tinggi titik didihnya dan titik leburnya
Alkana dengan massa molekul sama, makin panjang karbon rantai makin tinggi titik didihnya
Alkana tidak larut dalam pelarut polar (air), tetapi dapat larut dalam pelarut nonpolar.
Deret Homolog
Suatu kelompok senyawa karbon dengan rumus umum yang sama dan sifat yang berkemiripan
disebut satu homolog (deret sepancaran). Alkana merupakan suatu homolog karena setiap
anggota alkana yang satu dengan anggota berikutnya bertambah sebanyak CH2.
Tata nama Alkana
Senyawa karbon, khususnya hidrokarbon, jumlah dan jenisnya sangat banyak sehingga
penamaanya dilakukan secara sistematis. Penamaan senyawa karbon didasarkan pada aturan
yang dibuat IUPAC.
Sumber dan kegunaan
Alkana adalah komponen utama dati gas alam dan monyak bumi.
Kegunaan alkana sebagai:
- Bahan bakar dan pelumas
- Pelarut
- Sumber hidrogen
- Bahan baku untuk senyawa organic lain
- Bahan baku industri
3. Alkena
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap (-C=C-). Alkena yang
paling sederhana adalah etena, dengan rumus molekul C2H4.
Rumus umum Alkena
Dari contoh alkena pada table diatas dapat ditarik rumus umum alkena yaitu CnH2n . Ini artinya
jumlah atom H dalam alkena adalah dua kali atom C, atau perbandingan atom C dengan jumlah
atom H adalah 1 : 2. Dari table diatas juga terlihat bahwa setiap suku alkena dengan suku
berikutnya memiliki selisih CH2, sehingga alkena juga merupakan deret homolog.
Jadi, rumus umum alkana adalah CnH2n. n ; jumlah atom C
Deret Homolog
Dari table diatas juga terlihat bahwa setiap suku alkena dengan suku berikutnya memiliki selisih
CH2, sehingga alkena juga merupakan deret homolog.
Tata nama Alkena
Nama alkena diturunkan dari nama alkana, yaitu sesuai dengan jumlah atom C yang dimiliki,
dengan mengganti akhiran ”ana” dengan kata “ena”.
Sumber dan kegunaan
Alkena dibuat dari alkana melalui proses pemasanan atau dengan bantuan katalisator (cracking).
Alkana suku rendah digunakan sebagai bahan baku industri plastik, karet sintetik, dan alcohol.
4. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh dengan satu ikatan karbon-karbon rangkap
tiga (. Senyawa yang mempunyai 2 ikatan rangkap tiga disebut alkadiuna, yang mempuntai 1
ikatan rangkap dua dan 1 ikatan rangkap tiga disebut alkenuna. Alkuna yang paling sederhana
adalah etena dengan rumus molekul C2H2.
Rumus umum Alkuna
Rumus umum alkuna yaitu : CNH2N-2 ; n = jumlah atom C.
Tata nama Alkuna
Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi
una . Tata nama alkuna bercabang seperti penamaan alkena.
Sumber dan kegunaan
Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah etuna (asetilena), C2H2 . Gas
asetilena dugunakan untuk mengelas besi dan baja.
Sifat-sifat Alkena dan Alkuna
Semakin panjang rantai karbonya, semakin tinggi titik didih dan titik lelehnya.
Akena dan alkuna merupakan hidrokarbon tak jenuh, sehingga mudah mengalami reaksi adisi
(penambahan).
Alkena dan alkuna dapat mengalami reaksi polimerisasi, yaitu penggabungan monomer-
monomer (molekul kecil) menjadi polimer (makromolekul). Polimerisasi alkena terjadi
berdasarkan reaksi adisi.

KESETIMBANGAN KIMIA

Pengertian Kesetimbangan
Pada reaksi yang berlangsung bolak balik, ada saat dimana laju terbentuknya produk sama
dengan laju terurainya kembali produk menjadi reaktan. Pada keadaan ini, biasanya tidak terlihat
lagi ada perubahan. Keadaan reaksi dengan laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi
baliknya (ke kiri) dinamakan keadaan setimbang. Reaksi yang berada dalam keadaan setimbang
disebut Sistem Kesetimbangan. Perhatikan reaksi berikut.

Laju reaksi kekanan

CuSO4. 5H2O CuSO4+ 5H2O Laju reaksi ke kanan = laju reaksi ke kiri

Laju reaksi kekiri

Reaktan produk

Ciri-Ciri Kesetimbangan kimia


1. Hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap
2. Reaksinya berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang berlawanan
3. Laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri)
4. Semua komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada
5. Tidak terjadi perubahan yang sifatnya dapat diukur maupun diamati.

Kesetimbangan Kimia Bersifat Dinamis


Reaksi yang berlangsung setimbang bersifat dinamis, artinya reaksinya berlangsung terus-
menerus dalam dua arah yang berlawanan dan dengan laju reaksi yang sama. Contoh
kesetimbangan dinamis dalam kehidupan sehari-hari dapat digambarkan pada proses penguapan
air. Bila air dipanaskan dalam wadah tertutup rapat, airnya lama kelamaan akan habis berubah
menjadi uap air. Tetapi belum sempat habis, uap air yangnaik ke atas mengalami kejenuhan
sehingga akan jatuh kembali menjadi embun. Apabila dibiarkan terus-menerus, kecepatan
menguapnya air akan sama dengan kecepatan mengembunnya uap air menjadi air. Pada saat itu,
tercapai keadaan setimbang dimana tidak nampak lagi adanya perubahan ketinggian air dalam
wadah tertutup tersebut.
Karena kesetimbangan bersifat dinamis, maka suatu reaksi yang berada dalam keadaan
setimbang dapat mengalami gangguan oleh faktor-faktor tertentu yang mengakibatkan terjadi
pergeseran kesetimbangan.

Pergeseran Kesetimbangan
Suatu sistem dalam keadaan setimbang cendrung mempertahankan kesetimbangannya, sehingga
bila ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut akan berubah sedemikian rupa agar segera
diperoleh keadaan kesetimbangan lagi.
Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan bahwa jika reaksi
kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima aksi dari luar), reaksi tersebut
akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk mengatasi
perubahan yang diterima (melakukan reaksi sebagai respon terhadap perubahan yang diterima).
Hal ini disebut Prinsip Le Chatelier.

Ada tiga faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, antara lain :
1. Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan
Perhatikan reaksi pembentukan gas amonia berikut :

N2(g)+ 3H2(g) 2NH3(g) H = -92 kJ

2. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Kesetimbangan


Secara kualitatif pengaruh suhu dalam kesetimbangan kimia terkait langsung dengan
jenis reaksi eksoterm atau reaksi endoterm. Reaksi eksothermis adalah reaksi bersifat
spontan, tidak memerlukan energi melainkan justru menghasilkan energi(H reaksi
negatif), sedangkan Reaksi endothermis adalah reaksi yang membutuhkan energi/ kalor
untuk bisa bereaksi(H positif). Sistem kesetimbangan yang bersifat eksothermis ke arah
kanan dan endothermis ke arah kiri.

Jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke kiri yaitu reaksi yang
bersifatendothermis. Sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka reaksi akan bergeser
ke kanan yaitu reaksiyang bersifat eksothermis. Menaikan suhu, sama artinya kita
meningkatkan kalor atau menambah energi ke dalam sistem, kondisi ini memaksa kalor
yang diterima sistem akan dipergunakan, oleh sebab itu reaksi semakin bergerak menuju
arah reaksi endoterm. Begitu juga sebaliknya.

3. Pengaruh Perubahan Tekanan atau Volume Terhadap Kesetimbangan


Pada proses Haber Reaksi terjadi dalam ruangan tertutup dan semua spesi adalah gas.
Sehingga Perubahan tekanan dan volume hanya berpengaruh pada sistem kesetimbangan
antara fasa gas dengan gas. Sedang sistem kesetimbangan yang melibatkan fasa cair atau
padat, perubahan tekanan dan volum dianggap tidak ada.

Menurut hukum gas ideal, bahwa tekanan berbanding lurus dengan jumlah mol gas dan
berbanding terbalik dengan volum. Jika tekanan diperbesar maka jumlah mol juga
bertambah, dan volume akan mengecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi
yang jumlah molnya lebih kecil. Begitu juga sebaliknya jika tekanan diperkecil maka
jumlah mol juga akan kecil, dan volume akan besar maka kesetimbangan akan bergeser
ke arah reaksi yang jumlah molnya lebih besar.

Perhatikan reaksi berikut :

N2(g)+ 3H2(g) 2NH3(g) H = -92 kJ

Jika tekanan diperbesar (volume mengecil) maka kesetimbangan akan bergeser ke


arahkanan, sebab jumlah molnya lebih kecil yaitu 2 mol.
Jika tekanan dikurangi (volume bertambah) , maka kesetimbangan akan bergeser ke
kiri,karena jumlah molnya lebih besar yaitu 4 mol
Dengan demikian, dengan meningkatkan tekanan akan (mengurangi volume ruangan)
pada campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang
mengandung jumlah molekul gas yang paling sedikit. Sebaliknya, menurunkan tekanan
(memperbesar volume ruangan) pada campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya
bergeser ke sisi yang mengandung jumlah molekul gas yang paling banyak. Sementara
untuk reaksi yang tidak mengalami perubahan jumlah molekul gas (mol reaktan = mol
produk), faktor tekanan dan volume tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia.

Anda mungkin juga menyukai