Laporan Pendahuluan Stroke
Laporan Pendahuluan Stroke
A. DEFINISI
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan
tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin, 2009).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
B. KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
(Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi
sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini
berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar
parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang
berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase,
gangguan hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya
baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis
terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen . Sesuai
dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
C. ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah
trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan arteri
besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007).
Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus).
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat melambatkan
aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
b. Myokard infark
c. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah
terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada
endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
D. PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai
darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien
mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh
darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi
destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel
otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan
yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi
otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60
cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar.
Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan
kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah
berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)
Pathway
E. MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
F. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi
dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas
dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan
sebagai berikut:
Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi,
kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki
hipotensi dan hipertensi.
Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus
dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada
tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi
thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau
emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis
di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan
oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
Pengumpulan data
A. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi,
mudah lelah, dan susah tidur.
B. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi
arterial.
C. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
D. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung
kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
F. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan dengan
berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang
pada sisi yang sama di muka.
G. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
H. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.
I. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan orientasi
Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu
mengambil keputusan.
J. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan
neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
7. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
8. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
K. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Interven
1. Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
jaringan serebral b.d aliran selama 3 x 24 jam, diharapkan suplai Intrakranial Pressure (IC
darah ke otak terhambat. aliran darah keotak lancar dengan kriteria tekanan intrakranial)
hasil: Berikan informasi kepada k
NOC : Set alarm
Circulation status Monitor tekanan perfusi se
Tissue Prefusion : cerebral Catat respon pasien terhada
Kriteria Hasil : Monitor tekanan intrakrani
1. mendemonstrasikan status sirkulasi yang neurology terhadap aktivit
ditandai dengan : Monitor jumlah drainage ca
Tekanan systole dandiastole dalam rentang Monitor intake dan output c
yang diharapkan Restrain pasien jika perlu
Tidak ada ortostatikhipertensi Monitor suhu dan angka W
Tidk ada tanda tanda peningkatan tekanan Kolaborasi pemberian antib
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) Posisikan pasien pada posis
2. mendemonstrasikan kemampuan kognitif Minimalkan stimuli dari lin
yang ditandai dengan: Terapi oksigen
berkomunikasi dengan jelas dan sesuai 1. Bersihkan jalan nafas dari
dengan kemampuan 2. Pertahankan jalan nafas te
menunjukkan perhatian, konsentrasi dan 3. Berikan oksigen sesuai int
orientasi 4. Monitor aliran oksigen, ka
memproses informasi humidifier
membuat keputusan dengan benar 5. Beri penjelasan kepada kli
3. menunjukkan fungsi sensori motori pemberian oksigen
cranial yang utuh : tingkat kesadaran 6. Observasi tanda-tanda hip
mambaik, tidak ada gerakan gerakan 7. Monitor respon klien terha
involunter 8. Anjurkan klien untuk tetap
aktifitas dan tidur
2 Kerusakan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Libatkan keluarga untuk m
b.d penurunan sirkulasi ke otak selama 3 x 24 jam, diharapkan klien memahamkan informasi d
mampu untuk berkomunikasi lagi dengan2. Dengarkan setiap ucapan k
kriteria hasil: perhatian
- dapat menjawab pertanyaan yang 3. Gunakan kata-kata sederh
diajukan perawat komunikasi dengan klien
- dapat mengerti dan memahami pesan- 4. Dorong klien untuk mengu
pesan melalui gambar 5. Berikan arahan / perintah
- dapat mengekspresikan perasaannya interaksi dengan klien
secara verbal maupun nonverbal 6. Programkan speech-langu
7. Lakukan speech-language
dengan klien
3 Defisit perawatan diri; Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
mandi,berpakaian, makan, selama 3x 24 jam, diharapkan kebutuhan Self Care assistance : ADL
toileting b.d kerusakan mandiri klien terpenuhi, dengan kriteria Monitor kemempuan klien
neurovaskuler hasil: mandiri.
NOC : Monitor kebutuhan klien u
Self care : Activity of Daily Living (ADLs) kebersihan diri, berpakai
Kriteria Hasil : makan.
Klien terbebas dari bau badan Sediakan bantuan sampai
Menyatakan kenyamanan terhadap untuk melakukan self-care
kemampuan untuk melakukan ADLs Dorong klien untuk melak
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan yang normal sesuai kemam
- Dorong untuk melakukan
bantuan ketika klien tidak
Ajarkan klien/ keluarga untu
untuk memberikan bantua
mampu untuk melakukann
Berikan aktivitas rutin sehar
Pertimbangkan usia klien ji
aktivitas sehari-hari.
4 Kerusakan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
kerusakan neurovaskuler selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat Exercise therapy : ambu
melakukan pergerakan fisik dengan Monitoring vital sign sebelm
kriteria hasil : respon pasien saat latihan
Joint Movement : Active Konsultasikan dengan ter
Mobility Level ambulasi sesuai dengan ke
Self care : ADLs Bantu klien untuk menggun
Transfer performance dan cegah terhadap cedera
Kriteria Hasil : Ajarkan pasien atau tena
Klien meningkat dalam aktivitas fisik teknik ambulasi
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Kaji kemampuan pasien dala
Memverbalisasikan perasaan dalam Latih pasien dalam pemenuh
meningkatkan kekuatan dan kemampuan mandiri sesuai kemampua
berpindah Dampingi dan Bantu pasien
Memperagakan penggunaan alat Bantu penuhi kebutuhan ADLs p
untuk mobilisasi (walker) Berikan alat Bantu jika klien
1 Ajarkan pasien bagaimana
berikan bantuan jika diper
5 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan perawatan NIC :
berhubungan dengan penurunan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola nafas
kesadaran pasien efektif dengan kriteria hasil :
- Menujukkan jalan nafas paten ( tidak
Airway Man
merasa tercekik, irama nafas normal,
frekuensi nafas normal,tidak ada suara Buka jalan nafas, guanak
nafas tambahan thrust bila perlu
- NOC : Posisikan pasien untuk m
Respiratory status : Ventilation Identifikasi pasien perlu
Respiratory status : Airway patency nafas buatan
Vital sign Status Pasang mayo bila perlu
Kriteria Hasil : Lakukan fisioterapi dada
Mendemonstrasikan batuk efektif dan Keluarkan sekret dengan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis Auskultasi suara nafas, ca
dan dyspneu (mampu mengeluarkan Lakukan suction pada ma
sputum, mampu bernafas dengan mudah, Berikan bronkodilator bil
tidak ada pursed lips) Berikan pelembab udara K
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
Atur intake untuk
tidak merasa tercekik, irama nafas,
keseimbangan.
frekuensi pernafasan dalam rentang
Monitor respirasi dan stat
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam rentang normal
Oxygen Therapy
(tekanan darah, nadi, pernafasan
Bersihkan mulut, hidung da
Pertahankan jalan nafas yan
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Onservasi adanya tanda tan
Monitor adanya kece
oksigenasi
6 Resiko kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan perawatan NIC : Pressure Managem
kulit b.d immobilisasi fisik selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien Anjurkan pasien untuk m
mampu mengetahui dan mengontrol longgar
resiko dengan kriteria hasil : Hindari kerutan padaa tempa
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Jaga kebersihan kulit agar te
Membranes Mobilisasi pasien (ubah po
Kriteria Hasil : sekali
Integritas kulit yang baik bisa Monitor kulit akan adanya k
dipertahankan (sensasi, Oleskan lotion atau minyak
elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi) tertekan
Tidak ada luka/lesi pada kulit Monitor aktivitas dan mobil
Perfusi jaringan baik Monitor status nutrisi pasien
Menunjukkan pemahaman dalam proses - Memandikan pasien deng
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
sedera berulang
Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
7 Resiko Aspirasi berhubungan Setelah dilakukan tindakan perawatan NIC:
dengan penurunan tingkat selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak Aspiration precaution
kesadaran Monitor tingkat kesad
terjadi aspirasi pada pasien dengan kriteria
hasil : kemampuan menelan
NOC : Monitor status paru
Respiratory Status : Ventilation Pelihara jalan nafas
Aspiration control Lakukan suction jika diperl
Swallowing Status Cek nasogastrik sebelum m
Kriteria Hasil : Hindari makan kalau residu
Klien dapat bernafas dengan mudah, tidak Potong makanan kecil keci
irama, frekuensi pernafasan normal Haluskan obat sebelumpem
Pasien mampu menelan, mengunyah tanpa Naikkan kepala 30-45 dera
terjadi aspirasi, dan mampumelakukan
oral hygiene
Jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak
merasa tercekik dan tidak ada suara nafas
abnormal
8 Resiko Injury berhubungan Setelah dilakukan tindakan perawatan NIC : Environment M
dengan penurunan tingkat selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak lingkungan)
kesadaran terjadi trauma pada pasien dengan kriteria Sediakan lingkungan yang a
hasil: Identifikasi kebutuhan keam
NOC : Risk Kontrol kondisi fisik dan fungsi k
Kriteria Hasil : penyakit terdahulu pasien
Klien terbebas dari cedera Menghindarkan lingkungan
Klien mampu menjelaskan cara/metode memindahkan perabotan)
untukmencegah injury/cedera Memasang side rail tempat t
Klien mampu menjelaskan factor resiko Menyediakan tempat tidur y
dari lingkungan/perilaku personal Menempatkan saklar lam
Mampumemodifikasi gaya hidup dijangkau pasien.
untukmencegah injury Membatasi pengunjung
Menggunakan fasilitas kesehatan yang Memberikan penerangan yan
ada Menganjurkan keluarga untu
- Mampu mengenali perubahan status Mengontrol lingkungan dari
kesehatan Memindahkan baran
membahayakan
Berikan penjelasan pada
pengunjung adanya perub
penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan Penyakit Saraf.
Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo
LINGKUNGAN BERBAGI.COM
SEMOGA DENGAN SEDIKIT INFORMASI YANG SAYA SAMPAIKAN INI BISA
MEMBANTU ANDA
I.PENDAHULUAN.
CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan istilah Stroke.Istilah ini lebih
populer di banding CVA.Kelainan ini terjadi pada organ otak.Lebih tepatnya adalah Gangguan Pembuluh
Darah Otak.Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak.Stroke menyebabkan angka kematian yang
tinggi.
Kejadian sebagian besar dialami oleh kaum lai-laki daripada wanita (selisih 19 % lebih tinggi)dan usia
umumnya di atas 55 tahun.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas pembuluh darah
otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah mudah pecah.
Perokok.
Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan
stroke).
DM.
KLASIFIKASI :
3. Stroke Hemoragik.
Sumber : 2000, Harsono ED, Kapita Selekta Neurologi, Gajah Mada UP, hal : 84.
III.PATOFISIOLOGI.
Faktor penyebab :
6.Kecemasan ancaman
kematian.
7.Kurang pengetahuan
Infark otak
12.Resiko kerusakanintegritas
kulit.
13.Kerusakan
komunikasiverbal.
( DEFICIT NEUROLOGIS )
Kelumpuhan / hemiplegi
Kelemahan / paralyse
(Sumber : Susan C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B SOUNDERS COMPANY,
1998, hal.350 dan 363).
Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi.Unilateral tanda dari perdarahan cerebral.
Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas irreguler, peningkatan suhu tubuh.
3.Penurunan penglihatan.
5.Pelo / disartria.
V.PENATALAKSANAAN MEDIK.
A.PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1.LABORATORIUM.
Kimia klinik.
Masa protombin.
Urinalisis.
2.DIAGNOSTIK.
SCAN KEPALA
Angiografi serebral.
EEG.
Pungsi lumbal.
MRI.
X ray tengkorak
B.PENGOBATAN.
1.Konservatif.
Antihipertensi.
Deuritika.
Vasodilator perifer.
Antikoagulan.
Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien akan mudah terkena infeksi,
hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung.
2.Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi hematom karena
hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan kehidupan klien.
Terapi wicara.
Terapi fisik.
Aspirasi.
Paralitic illeus.
Atrial fibrilasi.
Diabetus insipidus.
Peningkatan TIK.
Hidrochepalus.
PENCEGAHAN :
Menghentikanmerokok.
Cegah obesitas.
Mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke.
VI.ASUHAN KEPERAWATAN.
A.PENGKAJIAN
BIODATA
Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin :
laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
KELUHAN UTAMA.
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta disertai
kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk.Oleh karena itu klien biasanya langsung di
bawa ke Rumah Sakit.
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia karena hal ini
berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-tiba terjadi keluhan
neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma.
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke.
PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI.
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu klien membutuhkan
bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan sebagaian sampai total.Meliputi :
mandi
makan/minum
bab / bak
berpakaian
berhias
aktifitas mobilisasi
BI ( Bright / pernafasan).
Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk.
B2 ( Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan Darah disertai dengan
pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya pupil unilateral, Observasi tingkat kesadaran .
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
B5 ( Bowel : Pencernaan )
Tanda-tanda inkontinensia alfi.
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena tirah baring lama.Kekuatan
otot.
SOSIAL INTERAKSI.
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan dengan menangis, klien
dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan kesembuhannya.
1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan otak
.
5. Kecemasan (ancaman kematian) berhubungan dengan kurang informasi prognosis dan terapi.Kurang
pengetahuan prognosis dan terapi berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi.
10. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas, parise dan paralise.
11. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan bicara verbal atau tidak mampu
komunikasi.
12. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori.
13. Resiko terjadinya : kekeringan kornea, Pneumonia ortostatik sekunder kehilangan kesadaran.
C.INTERVENSI KEPERAWATAN.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1.RESIKO PENINGKATAN TIK BERHUBUNGAN DENGAN PENAMBAHAN ISI OTAK SEKUNDER TERHADAP
HIPOKSIA, EDEMA OTAK.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami peningkatan tekanan intra kranial .
Kriteria hasil :
Nadi melebar.
Muntah projectile.
Intervensi.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK Deteksi dini peningkatan TIK
untuk melakukan tindakan
tekanan darah lebih lanjut.
nadi
GCS
Respirasi
Muntah projectile
Pupil unilateral
2. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali ada Meninggikan kepala dapat
kontra indikasi.Hindari mengubah posisi dengan cepat. membantu drainage vena
untuk mengurangi kongesti
vena.
3. Hindari hal-hal berikut : Masase karotid
memperlambat frekuensi
Masase karotid jantung dan mengurangi
sirkulasi sistemik yang diikuti
peningkatan sirkulasi secara
tiba-tiba.
4. Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak feces jika di Mencegah konstipasi dan
perlukan. mengedan yang menimbulkan
manuver valsalva.
Tujuan :
Kriteria hasil
Intervensi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat
sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
Tujuan :
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kondisi patologis klien 1. Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang
mengalami gangguan, sebagai penetapan
rencana tindakan
Tujuan
Kriteria hasil
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI RASIONAL
Tujuan
Kriteria hasil
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, 1. Untuk menetapkan jenis makanan yang akan
menelan dan reflek batuk diberikan pada klien
2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, 2. Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena
selama dan sesudah makan gaya gravitasi
3. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka 3. Membantu dalam melatih kembali sensori dan
mulut secara manual dengan menekan ringan meningkatkan kontrol muskuler
diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
5. Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan 5. Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme
yang tenang makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di
sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya.
Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).
PUSTAKA.
4. Susan C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B SOUNDERS COMPANY, 1998
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif R/ Pengetahuan yang diharapkan akan
dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. membantu mengembangkan kepatuhan klien
pernapasan. terhadap rencana teraupetik.
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan
pengontrolan batuk. dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
mungkin.
5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara R/ Meningkatkan volume udara dalam paru
perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
melalui mulut.
6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk. R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi
keefektifan upaya batuk klien.
7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan
viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang
adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 mengarah pada atelektasis.
sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa
setelah batuk. kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
NIM : 010030170
No Reg : : 10214370
I.IDENTITAS PASIEN.
Nama :Tn.I
Umur : 75 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Sidoarjo
Penurunan kesadaran.
Tidak didapatkan riwayat DM, Hipertensi, merokok selama 60 tahun habis 1-2 pak perhari.
Mulai tanggal 29/10 2002 kesadaran menurun sejak tadi malam di Rumah Sakit Delta Surya mendadak
memberat.Lalu di rujuk ke RSUD Dr.Sutomo.Penderita mengalami kelemahan anggota gerak sebelah
kanan tanggal 28/10 2002 jam.06 pagi ketika menyapu halaman dan terjadinya mendadak, sebelumnya
klien merasa lemah.Bibir terasa tebal.
AKTIVITAS SKOR
0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian / berdandan
Eliminasi
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Belanja
Memasak
Merapikan rumah
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2.Tanda-tanda vital :
S : 37 ‘C
N : 88 x /m
TD : 125/52
R : 26
HR : teratur
Sp O2 : 95 %
3.Body Sistem.
Bentuk dada normal.Pergerakan dada simetris.Sekresi sputum tampak di bibir dan hidung.Refleks batuk
lemah.Pola nafas kusmaull ( dalam dan dangkal ), bunyi nafas ronkhi, gambaran foto torak paru tampak
daerah fluid level.Memakai alat bantu nafas / ventilator.
Reflek patologis.
Tungkai
1. Babinski + +
+
2. Chaddock + +
3. Oppenheim + +
+
4. Rossolimo + +
+
5. Gardon +
-
6. Schaefer + +
7. Mendel-Bechterene +
+
8. Starnsky
+
9. Gonda
Hubungan dengan klien : selama pengkajian dan perawatan klien dalam kondisi kesadaran menurun.
Dukungan keluarga : baik di tandai dengan keluarga sering menjenguk kien di ruangan ICU pada jam
besuk.
Dukungan kelompok, teman, masyarakat : baik di tandai dengan pengunjung yang datang adalah teman
dan tetangganya.
Sarana / peralatan / orang yang di perlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini :
Keyakinan / kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit saat ini :
Keyakinan / kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan :
Laki Perempuan
1-2/0-1/3-
5/54-62/25-
HITUNG JENIS -/-/-/-/89/11/- 33/3-7
0-15
LED 85 150.000- 0-20 mm/jam
BE 0.8 MMOL/L
Sr O2 94 %
Na 138.7 135-148
K 2.63 3.5-4.5
Cl 102.0 98-107
GDA 192
6/11 HB 14 13.5-18 11.5-16 g/dl
1-2/0-1/3-
5/54-62/25-
HITUNG JENIS -/-/-/89/11/- 33/3-7
0-15
LED 45 150.000- 0-20 mm/jam
TROMBOSIT 450.000
/ l
TERAPI.
2. Fi O2 40 % PEEP
3. Head up
4. Fisioterapi dada
5. Nebulizer
6. Suqtion
12. Injeksi :
Nicholin 3 X 1 ampul
Maxipim 3 X 1 gram
cravit 1 x 500 mg IV
fluimycil 3 X 15 cc
sucralfat 3 X 15 cc
dopamin drip 3
S :-
Konsentrasi O2 : 40 %
PH 7.445
PCO 230.6
PO2 63.5
HCO 323.0
Terpasang ETT.
Ischemia jaringan
Kesadaran menurun.
Peningkatan metabolisme dan
Terpasang NG tube. katabolisme
Reflek menelan menurun.
BB : 60 Kg Ketidakmampuan asupan
Albumin : belum diperiksa. nutrisi per oral
HB : 14 g/%
Kesadaran menurun
Terpasang ETT
Kontraktur sendi
ketergantungan
1. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penurunan reflek batuk sekunder terhadap
penurunan kesadaran.
2. Gangguan nutrisi ( kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengan ketidakmampuan makan per
oral dan penurunan reflek menelan sekunder terhadap penurunankesadaran.
3. Resiko terjadinya Pneumonia Ortostatik berhubungan dengan penurunan reflek batuk dan tirah baring
lama.
4. Resiko kontraktur berhubungan dengan penurunan mobilisasi aktif sekunder penurunan kesadaran.
5. Resiko terjadinya infeksi mulut berhubungan dengan penurunan reflek batuk dan ketidakmampuan
membersihkan mulut sekunder terhadap penurunan kesadaran.
6. Gangguan pemenuhan kebutuhan diri ( mandi, eliminasi alvi, berpakaian, berdandan) berhubungan
dengan penurunan kesadaran.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.
Nama
Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan
Tgl. & Perawat
dan Hasil yang
No. Rasional / Maha-
diharapkan.
siswa
Inefektif bersihan jalan 1. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
nafas berhubungan
4/10 dengan penurunan reflek R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk
batuk sekunder terhadap klien.
I
penurunan kesadaran.
2. Lakukan suqtion secara periodik setiap 3 jam sekali.
Tujuan : Kebersihan jalan
3. Lakukan pemakaian nebulizer setiap 3 jam sekali.
napas efektif.
4. Lakukan fisioterapi dada setiap 3 jam sekali. R/mengurangi
Kriteria hasil :
obstruksi karena sputum
Bunyi nafas terdengar
5. Berikan oksigenasi dengan O2 100 % sebelum dilakukan
bersih.
penghisapan, minimal 4-5 X pernafasan.
Ronchi tidak terdengar.
6. Perhatikan tehnik aseptik, gunakan sarung tangan steril, kateter
Tracheal tube bebas penghisapan lendir.
sumbatan.
7. Masukkan kateter ke dalam selang endotracheal tube dalam
keadaan tidak menghisap(ditekuk) lama penghisapan tidak lebih 10
menit.
13. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah suqtion.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
DX no :
Catatan Perkembangan dan
Hari/Tgl Tindakan keperawatan
Evaluasi.
pukul
4/10
Suqtion O:
T : 150/90 mmHg
Mengukur TTV :
S : 37 C
N : 100 x/mnt
P : 20 x/mnt
T : 150/80 mmHg
Memberikan injeksi :
Nicholin 1 ampul
Maxipim 1 gram
cravit 500 mg IV
fluimycil 15 cc
sucralfat 15 cc
Mengukur TTV
S : 37 C
N : 100 x/mnt
P : 20 x/mnt
T : 150/80 mmHg
S : 37 C
N : 100 x/mnt
P : 21 x/mnt
T : 150/90 mmHg
S : 37 C
N : 100 x/mnt
P : 21 x/mnt
T : 150/90 mmHg
S : 37 C
N : 100 x/mnt
P : 20 x/mnt
T : 150/80 mmHg
S : 37 C
N : 100 x/mnt
P : 20 x/mnt
T : 150/80 mmHg
S : 37 C
N : 102 x/mnt
P : 24 x/mnt
T : 150/70 mmHg
5/10 S:-
O:
P : dipertahankan
Fisioterapi dada