Anda di halaman 1dari 34

RUANG LINGKUP AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK & REGULASI

KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

TUGAS

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pembina

Daniel Nababan, S.E., M.Acc.

Oleh

Kelompok 1

Antonius Arjuna 0115101134


Dimas Aryuda 0115101024
Firman Maulana Sidiq 0115101311
Delya Rahmatunnisa 0115101074
Yani Fitriani 0115101001
Lisa Rizki Amanda 0115101098
Amelia Sutari Meilinda 0115101008
Kelas G

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Pengantar
Akuntansi Publik & “. Kami selaku penulis berharap semoga kelak makalah ini dapat
berguna dan juga bermanfaat serta menambah wawasan tentang pengetahuan kita semua
mengenai karya ilmiah dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa Universitas Widyatama.
Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk
itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Bandung, 11 Febuari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ..................................................................................................................................... 2
1.4. Manfaat .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 2 PEMBAHASAN RUANG LINGKUP AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK ............................... 3
2.1. Definisi Akuntansi Sektor Publik ........................................................................................... 3
2.1.1. Tujuan Akuntansi Sektor Publik ..................................................................................... 3
2.1.2. Peranan Akuntansi Sektor Publik.................................................................................... 4
2.1.3. Fenomena Terkait Akuntansi Sektor Publik ................................................................... 4
2.2. Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik............................................................................... 5
2.3. Lingkup Organisasi Sektor Publik .......................................................................................... 6
2.3.1. Pengertian dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik .................................................. 7
2.3.2. Sejarah dan Perkembangan Organisasi Sektor Publik dari Sudut Akuntansi ................. 9
2.3.3. Skala dan Cakupan Organisasi Sektor Publik ............................................................... 11
2.4. Profesi Akuntan Sektor Publik .............................................................................................. 11
2.5. Fitur Ideologi Dalam Manajemen Organisasi Sektor Publik ................................................ 12
2.5.1. Konsep sektor ekonomi ................................................................................................. 12
2.5.2. Konsep Reinventing Goverment ................................................................................... 12
2.6. Perubahan Pemikiran Orde Baru Ke Orde Reformasi .......................................................... 14
BAB 3 PEMBAHASAN REGULASI .................................................................................................. 15
3.1. Definisi Regulasi Publik ....................................................................................................... 15
3.2. Teknik Penyusunan Regulasi Publik..................................................................................... 15
3.3. Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik ................................................................... 17
3.4. Penyusunan Regulasi Publik ................................................................................................. 18
3.5. Review Regulasi Akuntansi Sektor Publik ........................................................................... 19
3.6. Dasar Hukum Keungan Negara ............................................................................................ 20
3.6.1. Dasar Hukum Keuangan Negara ................................................................................... 20
3.6.2. Dasar Hukum Keuangan Daerah ................................................................................... 24
3.6.3. Dasar Hukum Keuangan Organisasi Publik Lainnya .................................................... 25

ii
3.7. Permasalahan Regulasi Keuangan Publik di Indonesia ........................................................ 26
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 30

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Akuntansi keuangan sektor publik sangat erat kaitannya dengan fungsi
akuntansi sebagai penyedia informasi keuangan untuk pihak eksternal organisasi.
Disektor public, kebutuhan akan infprmasi akuntansi semakin tinggi seiring dengan
semakin meningkatnya akuntabilitas publik dan transparansi oleh lembaga –lembaga
publik. Laporan keuangan sektor publik menjadi instrument utama untuk menciptakan
akuntabilitas publik. Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang
relevan dan handal, maka diperlukan standar akuntansi keuangan sector publikdan
system akuntansi sector publik. Pengembangan standar akuntansi keuangan sector
publik merupakan suatu yang sangat krusial, karena kualitas standar akuntansi secara
langsung akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Dengan demikian pada
bahan ajar ini perlu dikembangkan system akuntansi yang mampu menghasilkan
sebuah laporan keuangan yang dapat dupertanggung jawabkan.

Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam
kamus bahasa indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti
kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu
dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi
publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan
organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah,partai
politik, yayasan dan lain sebagainya.

Perancang publik wajib mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya


disusun regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya permasalahan
atau tujuan yang dicapai. Sebuah regulasi disusun karena adanya berbagai isu terkait
yang membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah mencar jawaban atas pertanyaan mengapa isu tersebut harus diatur
atau mengapa regulasi publik perlu disusun.

Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas suatu
permasalahan telah dapat dirumuskan. Penyusunan dan penetapan regulasi publik juga
dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi
publik menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Pengantar Akuntansi Sektor Publik
2. Regulasi Keuangan Publik
1.3. Tujuan
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai Pengantar Akuntansi
Sektor Publik & Regulasi Keuangan Publik

2
BAB 2

PEMBAHASAN

RUANG LINGKUP AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

2.1. Definisi Akuntansi Sektor Publik


Terdapat tuntutan yang lebih besar dari masyarakat untuk transparansi dan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik seperti lembaga-lembaga
pemerintah, pemilik perusahaan milik negara/daerah, dan berbagai organisasi publik lainnya.
Hal ini membuat akuntansi sektor publik mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam
waktu yang relatif singkat.
Istilah sektor publik sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal tersebut
merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu memiliki
cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor
publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha
untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
hak publik.
Akuntansi Sektor Publik sendiri memiliki definisi yaitu “mekanisme teknik dan
analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga
tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD,
LSM, dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik serta swasta”
(Bastian, 1999)

2.1.1. Tujuan Akuntansi Sektor Publik


American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan
bahwa tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk:

1. Memeberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien,


dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan
kepada organisasi. Tujuan ini terkiat dengan pengendalian manajemen
(management control)
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi

3
pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkiat dengan akuntabilitas
(accountability).

Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan
informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik
merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen, maupun alat
informasi bagi publik. Bagi pemerintah, informasi akuntansi bermanfaat sebagai
penyedia informasi untuk pengambilan keputusan, terutama untuk membantu manajer
dalam melakukan alokasi sumber daya, digunakan untuk pemilihan program yang
efektif dan ekonomi juga untuk penilaian investasi yang akan membantu proses
penganggaran, dan juga ebagai dasar penilaian kinerja.

2.1.2. Peranan Akuntansi Sektor Publik


Indonesia yang memberlakukan kebijakan desentralisasi, hal ini membuat
pemerintah pusat dan daerah kini sama-sama mempunyai kesempatan untuk
memperbaiki pelayanan publik yang sebelumnya terabaikan. Jika dana fiskal dikelola
dengan hati-hati maka ketertinggalan daerah dapat dikurangi. Peranan akuntansi
sektor publik di Indonesia adalah memberikan kesempatan dalam meningkatkan
pelayanan jangka panjang. Alokasi dana publik yang tepat menjadi isu utamadari
strategi belanja publik di organisasi sektor publik.

2.1.3. Fenomena Terkait Akuntansi Sektor Publik


Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan organisasi sektor publik dapat
dilihat disekitar kita. Institusi pemerintahan baik Pusat maupun Daerah, partai politik,
tempat-tempat peribadatan, sekolah, yayasan, dan LSM adalah organisasi sektor
publik. Semua organisasi tersebut menyediakan pelayanan bagi masyarakat, seperti
pendidikan, listrik, peribadatan, dan jasa-jasa lain dalam kerangka pemenuhan
kesejahteraan masyarakat.
Jadi, sektor publik adalah sektor-sektor yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat, di mana organisasi pelaksananya merupakan organisasi yang tujuan
utamanya tidak mencari keuntungan keuangan. Organisasi tersebut biasanya dimiliki
secara kolektif oleh publik dan kepemilikian atas sumber daya tidak dicerminkan
dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan. Mekanisme pengambilan keputusan
publik atas kebijakan dan operasi organisasi dilakukan atas dasar konsensus (Deddi
Nordiawan, 2006).

4
2.2. Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik
Elemen akuntansi sector public adalah bagian-bagian yang dibutuhkan dalam
pengelolaan manajemen keuangan public. Bagian-bagian ini dapat digambarkan dalam
serangkaian siklus akuntansi sector public berikut ini:

Perencana
an Publik

Pertanggu
Pengangga
ngjawaban
ran Publik
Publik

Audit Realisasi
Sektor Anggaran
Publik Publik

Pelaporan Pengadaan
Keuangan Barang & Jasa
Sektor Publik Publik

Pada peraga siklus akuntansi sector public diatas, terlihat bahwa akuntansi sector
public terdiri dari elemen-elemen berikut:

a. Perencanaan Publik
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan yang tepat di masa depan
melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia (UU RI
No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal1).
Inti dari perencanaan adalah bagaimana mengantisipasi masa depan menurut
tujuan yang ditetapkan dengan melakukan persiapan yang didasarkan pada data dan
informasi yang tersedia saat ini.
b. Penganggaran Publik
Berdasarkan penjelasan UU No.17 Tahun 2003, anggaran adalah alat
akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Anggaran menjabarkan rencana
yang mendetail atas pendapatan dan pengeluaran organisasi agar pembelanjaan yang
dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada public.
Kesuksesan pelaksanaan anggaran ditentukan oleh tiga factor:

5
1. Kebijakan keuangan secara menyeluruh ditentukan oleh Lembaga
setingkat departemen atau Lembaga pelaksana tertinggi.
2. Kesuksesan anggaran sangat ditentukan oleh dukungan politis berbagai
Lembaga.
3. Akurasi perencanaan, terutama penganggaran, dipengaruhi oleh Teknik
review atas prakiraan anggaran.
c. Realisasi Anggaran Publik
Realisasi anggaran public merupakan pelaksanaan anggaran public yang telah
direncanakan dan ditetapkan dalam program serta kegiatan yang nyata Realisasi
anggaran public juga menunjukan pada pengendalian sistematis dari proses-proses
yang mengubah input menjadi output. Realisasi anggaran terangkai dari suatu siklus
yang terdiri dari kegiatan persiapan, proses pelaksanaan, dan penyelesaian.
d. Pengadaan Barang dan Jasa Publik
Pengadaan barang dan jasa public adalah proses, cara, dan tindakan dalam
menyediakan barang serta jasa kepada masyarakat atau public. Barang dan jasa yang
disediakan merupakan bentuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
e. Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan.
f. Audit Sektor Publik
Auditing merupakan suatu investigasi independen terhadap beberapa aktivitas
khusus. Mekanisme pemeriksaan adalah sebuah mekanisme yang dapat
menggerakkan makna akuntabilitas didalam pengelolaan sector pemerintahan, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), organisasi public nonpemerintah seperti partai politik,
LSM, yayasan, dan organisasi ditempat peribadatan.
g. Pertanggungjawaban Publik
Pertanggungjawaban atau akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas tindakan
dan keputusan dari para pemimpin atau pengelola organisasi sector public kepada
pihak yang memiliki kepentingan serta masyarakat yang memberikan amanah
kepadanya, berdasarkan system pemerintahan yang berlaku.

2.3. Lingkup Organisasi Sektor Publik


Lingkup Organisasi Sektor Publik:

6
a. Bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan variatif
b. Sektor publik menyerap banyak tenaga kerja
c. Faktor Lingkungan yang mempengaruhi:
 Faktor Ekonomi
a) Pertumbuhan ekonomi
b) Tingkat inflasi
c) Tenaga kerja
d) Nilai tukar mata uang
 Faktor Politik
a) Hubungan negara dan masyarakat
b) Tipe rezim yang berkuasa
c) Ideologi negara
d) Jaringan Internasional
e) Kelembagaan
 Faktor Kultural
a) Keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya
b) Sistem nilai di masyarakat
c) Historis
d) Karakteristik masyarakat
 Faktor Demografi
a) Pertumbuhan penduduk
b) Struktur usia penduduk
c) Migrasi
d) Tingkat kesehatan

2.3.1. Pengertian dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik


Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik sering didefinisikan sebagai
“Suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan dan hak publik”. Dalam arti luas, frase sektor publik
diartikan sebagai metode manajemen negara. Sedangkan dalam arti sempit, sector
publik di interpretasikan sebagai pungutan oleh negara.

Jenis-Jenis Sektor Publik


Di Indonesia jenis organisasi sector public yang dikenal antara lain:

7
a. Organisasi Pemerintahan Pusat
b. Organisasi Pemerintahan Daerah
c. Organisasi Partai Politik
d. Organisasi LSM
e. Organisasi Yayasan
f. Organisasi Pendidikan
g. Organisasi Kesehatan
h. Organisasi Tempat Peribadatan

Perbedaan Karakteristik Organisasi Sektor Publik & Sektor Swasta

Sektor Publik Sektor Swasta


Tujuan Organisasi Nonprofit Motive Profit Motive
Pajak, Retribusi, utang, obligasi, Modal sendiri, utang bank,
Sumber Pendanaan
Laba Badan Usaha, dlsb obligasi, saham, dlsb
Peraturan perundang - UU PT, peraturan Bapepam
UU, KMK, Peraturan Mendagri, PP
undangan dan BEI
Dimiliki secara kolektif oleh
Kepemilikan Pemegang saham
masyarakat
Ke Pemegang Saham dan
Pertanggungjawaban Ke Masyarakat dan Parlemen
kreditur
Fleksibel: datar, piramid,
Struktur Organisasi Birokratis, formal, berjenjang
fungsional
Anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
Basis Akuntansi Cash Accounting Accrual Accounting
Sulit diidentifikasi secara jelas,
apakah pencapaian kepuasan
Lebih jelas dalam
masyarakat, keberhasilan dalam
Tolak Ukur pengukurannya yaitu mencari
memanfaatkan dana sesuai dgn
laba
anggaran atau efisiensi dan
efektifitas kegiatan

Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta

a. Kedua sector, baik sector public maupun sector swasta merupakan bagian
integral dari system ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan
sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan
sumber daya sehingga baik sector public maupun sector swasta dituntut

8
untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien,
dan efektif.
c. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada
dasarnya sama dikedua sector. Kedua sector membutuhkan informasi
yang handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
d. Pada beberapa hal, kedua sector menghasilkan produk yang sama,
misalnya baik pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak dibidang
transportasi massa, Pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
e. Kedua sector terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum
lain yang diisyaratkan.

2.3.2. Sejarah dan Perkembangan Organisasi Sektor Publik dari Sudut


Akuntansi
Istilah “sektor publik” dipakai pertama kali pada tahun 1952. Pada waktu itu,
sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro yang
terkait dengan pembangunan dan lembaga pelaksanaan pembangunan. Pada tahun
1970-an, muncul kritikan dan serangan yang mempertanyakan peran sektor publik
dan di tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di negara-negara industri
maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan.

Kekuatan sosial masyarakat, yang umumnya berbentuk pemerintahan-


organisasi sektor publik ini, diklasifikasikan dalam:

9
1. Semangat kapitalisasi (capitalistic spirit)
2. Peristiwa politik dan ekonomi (economic and politic events)
3. Inovasi teknologi (technology inovation)
4. Sejarah Akuntansi Sektor Publik

Periode Peradaban Aktivitas


3000 SM- Babilonia Praktek pencatatan telah dilakukan dalam berbagai kegiatan
1000 SM untuk menghasilkan pendapatan dan produksi
Mesir Praktek sistem pencatatan telah ada sejak zaman mesir kuno.
Kuno Organisasi kementrian didirikan dengan tujuan
mengadministrasi laporan untuk perdana menteri. Para menteri
melakukan praktek laporan bulanan yang terkait dengan hasil
pemungutan pajak
1000 SM- Yunani Di masa Yunani, pemerintahan yang berkuasa membagi secara
Abad ke-1 adil berbagai sumber pendapatan yang diterima
Abad ke 1 - Roma Di masa Roma, praktek akuntansi untuk mendukung
Abad ke 5 mekanisme pajak dilakukan oleh semua pejabat, baik itu
digubernuran maupun kekaisaran
Pertengahan Eropa Pada pertengahan akhir abad ke-14, praktek pencatatan
abad ke-14 transaksi keuangan di Genoa adalah berupa bukti transaksi
keuangan antara pemerintah yang berkuasa dan rakyat.
Selanjutnya, proses pencatatan yang berkembang dalam proses
perdagangan antarnegara. Pada saat yang sama, dibelahan dunia
lain gereja memasuki era peranan gereja dalam pemerintahan.
Awal abad Eropa Pada awal abad ke-15, kekuatan perekonomian bergeser dari
ke-15 italia ke Inggris, dimana proses pelaporan dikembangkan lebih
rinci, terutama informasi tentang tenaga kerja, metode produksi,
jenis dan kualitas barang yang diproduksi, harga jual, dan
metode pemasaran.
Akhir abad Eropa Pada akhir abad ke-18, terjadi perubahan mendasar dalam
ke-18 aturan bisnis. Inisiatif individu menjadi lebih dihargai dan
diberi peluang seluas-luasnya. Akibatnya, revolusi industri
muncul di Inggris. Kejadian ini menunjukan bahwa
pengembangan akuntansi keuangan dan biaya di perusahaan
lebih dipicu oleh perkembangan praktek akuntansi sektor
publik.
Abad ke 19- Eropa Praktek akuntansi sektor publik dapat dikatakan berkembang
Abad ke 20 lebih lambat. Interpretasi yang salah mulai muncul dengan
menyamakan akuntansi sektor publik sebagai proses pencatatan
penarikan pajak yang dipungut pihak pemerintah

10
2.3.3. Skala dan Cakupan Organisasi Sektor Publik
Kontroversi Akuntansi Sektor Publik vs Akuntansi Pemerintahan
Karakter akuntansi adalah sebagai penyedia jasa yang relevan bagi berbagai
jenis individu dan organisasi. Karakter organisasi sektor publik menunjukan variasi
sosial, ekonomi, politik, dan karakteristik menurut undang-undangan. Masing-masing
memiliki perbedaan dalam hal kekuatan dan tanggung jawab serta memperlihatkan
contoh perbedaan pertanggungjawaban.
 Aktivasi organisasi sektor publik sangat beraneka ragam.
 Kondisi organisasi sektor publik sangat mandiri atau lepas dari
mekanisme murni pasar
 Fokus kesuksesan penyelenggaraan aktivitas publik adalah kompetensi
manajemen.
 Dalam proses pertanggungjawaban, berbagai variasi formal dan informal
jaringan kerja berdampak secara langsung terhadap alur aktivitas
organisasi sektor publik.

2.4. Profesi Akuntan Sektor Publik


Sektor publik digambarkan sebagai institusi pemerintah atau, dengan kalimat yang
lebih jelas, pemerintah yang berkuasa, pemerintah negara, dan industri nasional (perusahaan
milik pemerintahan, badan hukum publik, perusahaan publik). Profesi akuntan dengan
disiplin ilmu akuntansinya dianggap oleh Anglo-Amerika sangat mempengaruhi
pertumbuhan bisnis di seluruh dunia.
Uang merupakan alat tukar penengah dan sumber kekayaan, sehingga akuntan dibayar
untuk mengembangkan kekayaan orang lain. Kelompok sosial dimana uang (dalam
pemahaman ini) berperan penting, akan menentukan nilai disiplin ilmu akuntansi, tetapi
kelompok sosial dimana uang tidak memainkan peranan ini (seperti Uni Soviet sebelum
runtuh), akuntansi tidak akan dianggap penting. Dengan demikian, kritik-kritik terhadap
peran disiplin ilmu akuntansi akan lebih mudah dijawab.
Proses pengembangan bidang akuntansi sektor publik sangat dipengaruhi oleh
kapasitas dan tujuan kebijakan ekonomi, sehingga aspek budaya, sosial dan politik ekonomi
menjadi dominan. Selain itu, orientasi pengelolaan organisasi sektor publik juga akan
mengubah arah pengembangan organisasi akuntansi.

11
2.5. Fitur Ideologi Dalam Manajemen Organisasi Sektor Publik
Perlakuan terhadap organisasi sektor publik semakin berkembang sesuai dengan
konsep yang diterapkan. Pada awalnya organisasi sektor ekonomi diperlakukan sebagai
sektor ekonomi yang mengarahkan pada fokus terhadap penataan arus program yang
dijalankan serta sistem dan sumber penganggaran dana. Namun kini semakin berkembang
pula konsep sektor publik sebagai reinventing government yang memperlakukan sektor
publik sebagai sebuah organisasi. Keduanya memiliki pandangan dan titik fokus yang
berbeda. Masing-masing akan dijabarkan dalam kaitannya dengan fungsi dan tujuan sektor
publik itu sendiri.

2.5.1. Konsep sektor ekonomi


Organisasi sektor publik dapat dibedakan tergantung pada bagaiamana
organisasi itu mendapat pendanaan tergantung alur operasional yang dibiayai dan
kebutuhannya yang berkaitan dengan aktivitas organisasi. Sebagai contoh
Departemen Kesehatan yang bertugas menjaga kesehatan masyarakat yang dibiayai
oleh APBN. Namun tidak menutup kemungkinan keikutsertaan pihak swasta untuk
turut berperan dalam penyediaan kebutuhan penyediaan layanan dalam bentuk
kontrak, dimana keuntungan atas kegiatan terrsebut dianggap sebagai penerimaan
individual, maka akan timbul kegagalan pasar yang dapat terjadi apabila mekanisme
pasar tidak dapat berfungsi secara efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber
ekonomi yang ada dalam masyarakat. Campur tangan pemerintah berperan penting
untuk menciptakan perekonomian yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan sistem anggaran, setiap
organisasi sektor publik memiliki berbagai macam sumber pendanaan. Salah satunya
adalah pemenuhan pendanaan eksternal yang tergantung pada proses penentuan
standart pelayanan. Hal ini akan meningkatkan perhatian dan kepercayaan masyarakat
pada perusahaan penyedia layanan. Pendanaan masuk itu berasal dari dana bantuan
pemerintah, dan dana masyarakat pengguna jasa layanan maupun IPO.

2.5.2. Konsep Reinventing Goverment


Konsep yang kedua adalah perlakuan terhadap organisasi sektor ekonomi
sebagai reinventing government. Artinya perlakuan terhadap organisasi sektor publik
khususnya pemerintah yang dijalankan dengan lebih lebih akuntabel, penerapan
administrasi yang lebih baik, dan tidak mengambil keputusan secara absolut.
Penerapan langsungnya adalah dengan melibatkan pihak lain seperti nonpemerintah,

12
kewargaan, dan keagamaan. Karena itu pemerintah harus merangkul masyarakat
untuk menciptakan inovasi. Selain itu masyarakat dan pemerintah juga harus untuk
mengembangkan bisnis dan ketenagakerjaan untuk menstimulasi ekonomi dan
menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak.
Konsep ini sesuai dengan konsep reinventing government oleh osborne dan Gaebler:
1. Pemerintah katalis: pihak swasta memiliki peran aktif dalam penyediaan
layanan, sedangkan pemerintah berperan dalam memberi arahan dan
menyediakan layanan yg belum dipenuhi oleh pihak nonpemerintah.
2. Pemerintah adalah milik masyarakat: pemerintah melakukan
pemberdayaan terhadap masyarakat sehingga masyarakat dapat
melakukan selfhelp community dalam bentuk memberikan wewenang
penuh untuk menyelesaikan tanggungjawab masing-masing pihak.
3. Pemerintah yang kompetitif: pemerintah secara aktif menyuntikkan
semangat persaingan karena dengan adanya persaingan akan secara tidak
langsung meningkatkan kualitas produk dan pelayanan tanpa perlu
meningkatkan pengeluaran biaya. Contoh: melakukan relokasi aset
industri.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi: dalam pencapaian misi,
pemerintah membuat berbagai macam aturan. Misalnya pemerintah
daerah propinsi DKI Jakarta menerbitkan Perda Nomor 8 tahun 2007
tentang ketertiban umum untuk mewujudkan misinya menciptakan tata
kota Jakarta yang lebih tertib, aman dan sejahtera.
5. Pemerintah yang berorientasi pada hasil: untuk mendukung usaha non
pemerintah, pemerintah ciptakan suatu standart yang baik untuk menilai
kinerja usaha. Kinerja baik yang memenuhi standart akan meningkatkan
alokasi pemerintah untuk pendanaannya.
6. Pemerintah yang berorientasi pelanggan: dengan berorientasi pada
pelanggan, pemerintah memiliki sistem pertanggungjawaban ganda yakni
pertanggungjawaban kepada legislatif dan masyarakat.
7. Pemerintah wirausaha: Pemerintah sebagai pusat pendapatan dengan
menyediakan layanan publik. Contohnya dengan adanya bagian laba
BUMN, pajak, program swadaya masyarakat dan menjadi pihak penyedia
informasi yang dapat digunakan sebagai sumber penelitian seperti BPS
dan Bapeda.
13
8. Pemerintah antisipatif: pemerintah menjalankan berbagai program
antisipatif dengan adanya perencanaan strategis. Hal ini dilakukan untuk
melakukan antisipasi perkiraan masa depan.
9. Pemerintahan Desentralisasi: Pemerintah melibatkan berbagai pihak
yakni masyarakat, asosiasi, pelanggan, LSM, untuk baerpaertisipasi aktif
dalam proses pembuatan keputusan, hal ini dikarenakan keputusan yang
dihasilkan nantinya akan dijalankan oleh semua pihak, sehingga
keterlibatan ini akan mengurangi tingkat ketidakpuasan dan
meningkatkan rasa tanggung jawab untuk menjalankan keputusan yang
telah disepakati bersama.
10. Pemerintahan yang berorientasi pada mekanisme pasar: Terkait dengan
pemerintah wirausaha, pemrintah tidak hanya sekedar memberikan
perintah. Hal ini dikarenakan mekanisme pasar difungsikan untuk
mengalokasikan sumber daya dengan sebaik-baiknya. Selain itu,
pemerintah juga menerapkan sistem insentif yang mendorong para pihak
untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan masyarakat.
Keseluruhan konsep lebih menekankan pada adanya proses pemecahan
masalah bersama dan mempertemukan kebutuhan masyarakat. Hal ini
diterapkan dengan mewirausahakan OSP (sebagai instrumen).

2.6. Perubahan Pemikiran Orde Baru Ke Orde Reformasi


Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat mengalami perubahan yang pesat dan
besar. Keinginan tersebut ditandai dengan meningkatnya permintaan akan akuntabilitas dan
transparansi kinerja terhadap pengelolaan sektor publik. Masyarakat reformasi lebih
menekankan adanya pembangunan nilai yang diungkap dalam good governance.
Ungkapan pemerintahan yang bersih dapat diinterprestasikan sebagai perwujudan
indikator kejujuran pemerintah. Kemudian, di masa reformasi, masyarakat lebih menekankan
kejujuran yaitu sebagai pemerintah yang bersih. Ini disebabkan oleh tidak adanya
transparansi.
Fungsi akuntansi saat ini diharapkan menjadi tujuan bagi perkembangan tuntutan
masyarakat terhadap bidang akuntansi demi memajukan sektor publik. Pada awal reformasi,
bidang akuntansi mengalami “kehinaan” yaitu ketika terbuktinya skandal-skalndal dan
berbagai sektor publik ketika melakukan due dilligance oleh akuntan asing. Hal ini
menunjukkan betapa rendahnya kredibilitas akuntan indonesia, termasuk akuntan sektor

14
publik, di mata dunia internasional. Praktek kejujuran akuntansi harus ditingkatkan.
Penegakan etika profesi akuntan pemeriksa saat ini menjadi suatu hal yang mendesak.
Profesionalisme profesi, yang terkait dengan keahlian dan kejujuran pribadi telah dituntut
agar dapat dibawa sebagai kredibilitas profesi di mata prosedur hukum masyarakat.
Akuntan sebagai suatu profesi diminta untuk terlibat secara aktif terkait dengan
pelaksanaan transparansi ekonomi. Akuntansi sektor publik diharapkan lebih ditekankan pada
sistem dan pelaksanaan akuntansi. Sistem akuntansi sektor publik yang selama ini
dikembangkan lebih melayani karakteristik persaingan pasar. Ini merupakan kesalahan besar,
dikarenakan karakter dan evaluasi kinerja publik sangat berbeda dengan yang ada di swasta.
Pengukuran prestasi atau kinerja sektor publik merupakan titik utama pengembangan
akuntansi sektor publik. Penekanan pada efektivitas managemen dan efisiensi keuangan akan
menjadi dua fokus pengembangan managemen sektor publik ini.

BAB 3 PEMBAHASAN REGULASI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DI


INDONESIA

3.1. Definisi Regulasi Publik


Regulasi berasal dari bahasa inggris, yaitu regulation atau peraturan. Dalam kamus
bahasa Indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang
dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan
ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang
harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada
organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan dan lain sebagainya.

3.2. Teknik Penyusunan Regulasi Publik


Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal. Yang pertama, regulasi
publik yang dimulai dengan adanya berbagai isu yang terkait dengan regulasi
tersebut. Kedua, tindakan yang diambil terkait dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi
atau aturan yang dapat diinterprestasikan sebagai wujud dukungan penuh organisasi
publik. Ketiga, peraturan adalah hasil dari berbagai aspek dan kejadian.

15
Gambar 1 menunjukkan teknik penyusunan regulasi publik yang berupa rangkaian
alur tahapan, sehingga regulasi publik tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan
serta diterapkan.
 Pendahuluan
Perancang regulasi publik wajib mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya
disusun regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya
permasalahan atau tujuan yang dicapai.
 Mengapa Diatur?
Sebuah regulasi disusun karena adanya berbagai isu terkait yang membutuhkan
tindakan khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
mencari jawaban atas pertanyaan mengapa isu tersebut harus diatur atau mengapa
regulasi publik perlu disusun.
 Permasalahan dan Misi
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas suatu
permasalahan telah dapat dirumuskan. Penyusunan dan penetapan regulasi publik
juga dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah
organisasi publik menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
 Dengan Apa Diatur?
Setiap permasalahan harus dirumuskan dengan jenjang regulasi yang akan
mengaturnya, sehingga permasalahan tersebut segera dapat disikapi dan ditemukan
solusi yang tepat sasaran.
 Bagaimana Mengaturnya?

16
Substansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab pertanyaan bagaimana
solusi atas permsalahan yang ada akan dilaksanakan. Dengan demikian, regulasi
publik yang disusun benar-benar merupakan wujud kebijakan organisasi publik
dalam menghadapi berbagai permasalahan publik yang ada.
 Diskusi/ Musyawarah
Diskusi merupakan salah satu tahapan dalam menyusun atau penetapan regulasi.
Materi yang dibahas akan benar-benar menggambarkan permasalahan yang ada
dan aspirasi masyarakat. Forum diskusi penyusunan regulasi biasanya telah
ditetapkan sebagai bagian dari proses penyusunan regulasi organisasi publik.
 Catatan
Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan
sebelumnya. Hasil catatan ini akan menjadi wujud tindak lanjut dari keputusan
organisasi publik menyangkut bagaimana regulasi publik akan dihasilkan dan
dilaksanakan terkait isu atau permasalahan yang dihadapi.
3.3. Regulasi dalam Siklus Akuntansi Sektor Publik
Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan, baik yang
berasal dari luar (lingkungan) maupun dari dalam organisasi. Oleh karena itu, setiap
organisasi publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan organisasi dalam
menghadapi isu dan permasalahan yang ada.
Dalam organisasi akuntansi sektor publik, tahapan organisasi selalu terjadi di semua
organisasi publik. Semua proses tersebut terangkai mulai dari perencanaan, penganggaran,
realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit, serta
pertanggungjawaban publik. Dalam menghadapinya, organisasi publik pun menggunakan
regulasi publik sebagai alat untuk memperlancar jalannya siklus akuntansi sektor publik agar
tujuan organisasi dapat tercapai.

Tabel Hasil Regulasi dari Siklus Akuntansi Sektor Publik


Regulasi Tahapan dalam
Siklus Akuntansi Sektor Contoh Hasil Regulasi Publik
Publik
Regulasi Perencanaan Publik Peraturan Pemerintah No. 7/2005 mengenai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Regulasi Anggaran Publik Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan

17
Belanja Negara Tahun Anggaran 2007
Regulasi tentang Pelaksaan- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93
Realisasi Anggaran Publik Tahun 2006 tentang Rincian Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2007
-
Otorisasi Kepala Daerah Dokumen Pelaksaan
Anggaran (DPA)
Regulasi Pengadaan Barang SK Gubernur tentang Pemenang dalam Pengadaan
dan Jasa Publik Barang dan Jasa
Regulasi Laporan Peraturan Daerah tentang Penerimaan Laporan
Pertanggungjawaban Publik Pertanggungjawaban Gubernur/Bupati/Walikota.

3.4. Penyusunan Regulasi Publik


Regulasi Publik adalah instrumen aturan yang sah ditetapkan oleh organisasi publik
ketika menyelenggarakan perencanaan, penganggaran , realisasi anggaran, pengadaan barang
dan jasa, pelaporan keuangan, audit, serta peratanggungjawaban publik.

Perumusan Masalah
Meliputi hal-hal berikut:
 Apa masalah publik yang ada
 Siapa masyarakat yang perilakunya bermasalah
 Siapa aparat pelaksana yang perilakunya bermasalah
 Analisis keuntungan dan kerugian atas penerapan regulasi publik
 Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah publik
Perumusan Draft Regulasi Publik
Draft ini merupakan dasar yang disiapkan untuk mengatasi masalah publik yang akan
diselesaikan. Rancangan regulasi harus jelas dalam penataan wewenang untuk pihak-pihak
yang terkait dalam rancangan tersebut.
Pada organisasi pelaksana yang diperhatikan, seperti:
1. siapa yang melaksanakan;
2. wewenangnya bagaimana;
3. sanksi jika menyalahgunakan wewenang;
4. persayaratan yang dapat mengikat pelaksana dengan regulasi tersebut.
Pada masyarakat, seperti:
1) siapa yang berperilaku bermasalah

18
2) jenis pengaturan apa yang cocok untuk mengendalikan perilaku tersebut
3) jenis sanksi yang memaksakan kepatuhan
Prosedur Pembahasan
Pembahasan draft regulasi ini dilakukan melalui 3 tingkatan, yaitu:
1. dengan Tim teknis pelaksanan organisasi publik (ekskutif
2. dengan Lembaga legislatif ( dewan penasihat )
3. dengan Masyarakat
Dengan ekskutf biasanya mereprestasikan kepentingan eksekutif, setelahnya
dilakukan pengumpulan pendapat dari masyarakat setelah pendapat baru ke tingkat legislatif
untuk di bahas.
Pengesahan dan Pengundangan
Pengesahan dilakukan dalam bentuk penandatanganan naskah oleh pihak organisasi
publik. Secara teoritis setelah penandatanganan ini semua pihak yang terkait sudah tidak bisa
merubah regulasi ini secara sepihak dan sudah mulai di terapkan.
Tapi dari segi sosiologi hukum dan psikologi hukum menyarankan agar ada tahapan
sosialisasi regulasi publik terlebih dahulu kepada masyarakat.
Perancang regulasi akuntansi sektor publik adalah orang yang secara substansial
menguasai permasalahan publik di daerah tersebut dan menguasai sistem hukum yang
berlaku agar tidak terjadi gesekan dengan ketentuan hukum yang lebih tinggi.

3.5. Review Regulasi Akuntansi Sektor Publik


Untuk menjaga agar pembuat undang-undang tidak semena-mena, konstitusi harus
dijadikan dasar untuk menguji undang-undang tersebut.
Amandemen ke-3 UUD 1945 telah menetapkan kewenangan untuk mereview undang-
undang dimiliki oleh MKm sedangkan untuk mereview peraturan perundang-undangan
dibawah UU diserahkan kepada MA. Karena pemisahan tugas yang disebutkan diatas
terkadang terjadi perbedaan pendapat antara MK dan MA ketika sedang mereview Undang-
Undang.
Proses mereview undang-undang disebut “Judical Review”, kewenangan lembaga
peradilan untuk menguji kesahihan dan daya jual produk-produk hukum yang dihasilkan oleh
ekskutif, legislatif, serta yudikatif dihadapan konsititusi yang berlaku. Untuk melakukan
proses “Judical Review” setelah mengidentifikasi permasalahannya yaitu membuat surat
permohonan judical review yang dapat diajukan kepada MK/MA.

19
Sesuai dengan PERMA No.1 tahun 1999, bila dalam 90 hari setelah putusan diberikan
kepada tergugat atau kepada Badan/Pejabat TUN, dan mereka tidak melaksanakan
kewajibannya, maka peraturan perundang-undangan yang dimaksud batal demi hukum.
Jika terjadi begitu dapat diartikan bahwa peraturan perundang-undangan tersebut
bertentangan dengan UUD atau memang batal demi hukum.
Ada 2 alternatif perbaikan:
1. Peraturan atau kelengkapan yang tidak konstitusional, dihilangkan pengaruhnya
sejak putusan dibuat. Dalam alternatif ini dapat dibuka kembali persidangan
mengingat tuduhannya didasarkan pada peraturan yang dianggap inkonstitusional
2. Memberikan wewenang kepada MA/ MK untuk memutus dampak masing-
masing putusan, apakah berdampak terhadap pertauran yang timbul setelah
pencabutan atau berdampak retroaktif.
Jika berdampak retroaktif, pengaduan individu terhadap suatu peraturan yang
bersangkutan harus bersifat umum, karena landasan hukum nya telah dinyatakan batal demi
hukum atau dalam proses pembatalan.

3.6. Dasar Hukum Keungan Negara


Akan membahas 3 dasar hukum yaitu dasar hukum, keungan negara dan dasar hukum
keuangan daerah, dan juga dalam hukum keuangan organisasi publik lainnya.
3.6.1. Dasar Hukum Keuangan Negara
Keuangan negara dapat di interpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan
kewajiban warga yang bisa dinilai dengan uang. Wujud pelaksanaan tersebut dapat
diidentifikasi sebagai bentuk kekayaan, hak, dan kewajiban negara yang tercantum
dalam APBN/D seta laporan pelaksanaanya.
Dalam UUD 1945 Amandemen III, hal Keuangan Negara, secara khusus
diatur, yaitu tentang APBN pada BAB VIII pasal 23 yang disimpulkan sebagai
berikut :
1. APBN sebagai wujud dari pengelolaan keauangan negara ditetapkan
setiap tahun dengan UU dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
2. Rancangan UU APBN diajukan oleh presiden untuk dibahas bersama
DPR dengan mempertimabangkan DPD.
3. Apabila DPR tidak menyetuju rancangan APBD yang diajukan oleh
Presiden, Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu.

20
Penyusunan APBN selain harus sesuai dengan konstitusional sebagaimana
dimaksud pada pasal 23 ayat (1) UUD 1945, tetapi juga sebagai dasar rencana kerja
yang akan dilaksanakan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dituangkan dengan
undang-undang yang harus dijalankan oleh Presiden/ Wakil Presiden serta para
Menteri dan pimpinan Lembaga Tinggi negara lainnya. Setelah pengesahan UU
APBN, APBN dilaksanakan dan di pertanggungjawabkan dalam bentuk L/K
Pemerintah pusat.
UU no. 17 tahun 2003 (tentang keuangan negara)
Beberapa hal yang di atur dalam UU ini adalah :
a. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan atas
pengelolaan keuangan negara. Kekuasaan tersebut
 Dikuasakan kepada MenKeu, sebagai pengelola fiskal dan wakil
pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara.
 Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran.
 Dikuasakan kepada gubernur/bupati/walikota mengelola keuangan
daerah dan mewakili pemerintah dalam kepemilikan kekayaan daerah.
 Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter.
b. Penyusunan dan Penetapan APBN
Harus didasarkan pada kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara
dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.jika diperkirakan
defisit, sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit ditetapkan dalam
UU APBN. Jika surplus pemerintah pusat dapat mengajukan rencana
penggunaan surplus anggaran kepada DPR.
c. Penyusunan dan Penetapan APBD
Diawali dengan penyampaian Kebijakan Umum APBN (KUA) sebagai
landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya juni tahun
berjalan. Pembda dan DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran yang
akan dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
d. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral,
Pemerintah daerah, Serta Pemerintah/ Lembaga Asing.

21
 Pemerintah Pusat dan Bank Sentral berkoordinasi dalam penetapan dan
pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter.
 Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada PemDa
berdasarkan undang-undang perimbangan keunangan pusat dan daerah.
e. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Perusahaan Negara,
Daerah, Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
 Pemerintah dapat menerima / memberikan pinjaman/hibah dari
perusahaan negara/daerah. Pemberian dan penerimaan harus ditetapkan
terlebih dahulu dalam APBN/APBD.
 MenKeu melakukan pembinaan dan Pengawasan kepada perusahaan
negara.
 Gubernur/Bupati/ Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan
kepada perusahaan daerah.
 Pemerintah pusat dapat melakukan penjualan dan privatisasi
perusahaan negara/ daerah setelah mendapat persetujuan DPR / DPRD.
f. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD
Presiden dan para Kepala Daerah mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD
kepada DPR/DPRD berupa:
 Laporan Realisasi Anggaran
 Neraca
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas L/K
Dan dilampirkan dengan LK perusahaan negara dan badan lainnya.
UU no. 1 tahun 2004 (tentang Perbendaharaan Negara)
Yang dimaksud dengan perbendaharaan negara dalam undang-undang ini
adalah pengelolaaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi
serta kekayaan yang dipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Dalam UU
no 1 tahun 2004 mengatur mengenai:
1. Ruang Lingkup dan asas umum perbendaharaan negara
2. Kewenangan pejabat perbendaharaan
3. Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah
4. Pengelolaan uang negara/daerah

22
5. Pengelolaan piutang investasi dan barang milik negara/ daerah
6. Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN / APBD
7. Pengendalian internal pemerintah
8. Penyelesaian kerugian negara/daerah
9. Pengelolaan keuangan badan layanan umum
Selain menjadi landasan hukum dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan
keuangan negara pada tingkat pemerintah pusat, berfungsi juga untuk memperkokoh
landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka NKRI.
UU no. 15 tahun 2004 (Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Jika pemeriksaan dilaksanakan
oleh Akuntan Publik, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada
BPK dan dipublikasikan seperti yang dimaksud dalam pasal 2 UU no. 17 tahun 2003
tentang keuangan negara.
Pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan
pemeriksaaan dengan tujuan tertentu yang dijalankan beradasarkan standar
pemeriksaan yang disusun oleh BPK setelah berkonsultasi dengan pemerintah.
Pelaksanaan Pemeriksaan:
1. Penentuan objek pemeriksaan
2. Perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan
3. Penentuan waktu dan metode pemeriksaan
4. Penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan.
Semua hal diatas dilakukan secara bebas dan mandiri oleh BPK. Dalam
merencanakan tugas pemeriksaan BPK harus memperhatikan permintaan, saran, dan
pendapat lembaga perwakilan dan karena itu BPK atau lembaga perwakilan dapat
mengadakan konsultasi.
Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat mempertimbangkan
informasi dari pemerintah, bank sentral, dan masyarakat. Dalam menyelenggarakan
pemeriksaan, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan internal
pemerintah.
UU no. 25 tahun 2004 (tentang Sistem Perencanaan Pemabangunan Nasional)
Sistem Perencanaan Pembungunan Nasional bertujuan untuk :
 Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan.
23
 Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antardaerah, ruang, waktu, fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah.
 Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
 Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya yang efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Proses perencanaan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam UU ini
mencakup 5 pendekatan dari seluruh rangkaian perencanaan, yaitu :
1. Politik : berasal dari CaPres/Kepala daerah yang menyambaikan agenda-
agenda pembangunan selama kampanye.
2. Teknokratik : metode dan kerangka pikir ilmiah lembaga yang bertugas.
3. Partisipatif : melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap
pembangunan agar mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
4. Atas-Bawah (top-down) : melalui musyawarah.
5. Bawah-Atas (bottom-up) : melalui musyawarah.
3.6.2. Dasar Hukum Keuangan Daerah
Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional, didasarkan
pada prinsip otonomi daerah dalam pengelolaan sumber daya. Prinsip otonomi daerah
memberikan kewenangan yang luas dan tanggug jawab yang nyata kepada pemerintah
daerah secara proposional. Prinsip otonomi daerah ada 3 yaitu:
1. Prinsip Otonomi Nyata
Merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah diberikan kewenangan
dalam menangani urusan pemerintahan yang berdasarkan tugas, wewenang,
dan kewajiban yang secara nyata sudah ada dan dapat berpotensi untuk
tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan ciri khas daerah.
2. Prinsip Otonomi Bertanggung jawab
Merupakan prinsip otonomi yang dalam sistem penyelenggaraannya
harus sesuai dengan tujuan dan maksud dari pemberian otonomi, yang
bertujuan untuk memberdayakan daerahnya masing-masing dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Prinsip Otonomi Seluas-luasnya

24
Merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah diberikan kewenangan
dalam mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang meliputi
kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan terhadap
bidang politik luar negeri, moneter, keamanan, agama, peradilan, keamanan,
serta fiskal nasional.

Dalam rangka penyelenggaraan daerah otonomi, Pasal 18 A Undang – undang


Dasar 1945 menyatakan;
1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan
kota, diatur dengan undang – undang dengan memperhatikan kekhususan
dan keragaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang –
undang.

Dalam rangka penyelenggaraan Daerah Otonom, menurut penjelasan Pasal 64


Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk:
1) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang
bersangkutan,
2) Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab,
3) Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab Pemerintah Daerah
umumnya dan Kepala Daerah khususnya, karena APBD itu
menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah,
4) Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah daerah dengan cara yang
lebih mudah dan berhasil guna,
5) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada Kepala Daerah untuk
melaksanakan penyelenggaraan Keuangan Daerah di dalam batas-batas
tertentu.
3.6.3. Dasar Hukum Keuangan Organisasi Publik Lainnya
Di Indonesia, beberapa upaya untuk membuat standar yang relevan dengan
praktek – praktek akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan baik oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) maupun pemerintah sendiri.

25
1. Organisasi Nirlaba
Untuk organisasi nirlaba, IAI menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 45 (PSAK No. 45) tentang organisasi nirlaba. Menurut
PSAK Nomor 45 Laporan keuangan untuk organisasi nirlaba terdiri dari
laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Dalam melakukan penyusunan laporan keuangan,
organisasi harus memperhatikan sifat pembatasan dana, menurut PSAK
Nomor 45 mendefinisikan sebagai berikut:
a. Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya
yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut
dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk
menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi
lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.
b. Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya
oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut
dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan
terpenuhinya keadaan tertentu.
c. Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi
untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat
bersifat permanen atau temporer.
d. Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya
tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.
2. Organisasi Publik
Untuk organisasi publik, dasar hukum yang mengaturnya terdapat pada
Undang – undang No. 16 Tahun 2001 tentang yayasan yang mengatur masalah
organisasi publik berbentuk yayasan. Organisasi publik diperuntukan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
3. Partai Politik
Untuk partai politik, dasar hukum yang mengaturnya terdapat pada
Undang – undang No. 2 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun
2005 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.

3.7. Permasalahan Regulasi Keuangan Publik di Indonesia


Permasalahan regulasi keuangan publik di indonesia dapat disebutkan sebagai berikut:

26
1. Regulasi yang Berfokus pada Manajemen
Organisassi publik didirikan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Perwujudan ini dicapai melalui pelayanan publik. Segala proses
dilakukan oleh organisasi publik, baik keuangan maupun non keuangan, diatur dengan
regulasi publik. Dalam hal ini salah satu permasalahan yang ada dalam regulasi
keuangan publik adalah regulasi yang berfokus pada manajemen organisasi publik.
Regulasi yang hanya berfokus pada pengaturan wilayah manajemen sering kali
mengaburkan proses pencapaian kesejahteraan masyarakat. Jadi, regulasi publik harus
fokus pada tujuan pencapaian organisasi publik yaitu kesejahteraan publik.
2. Regulasi belum bersifar teknik
Banyak regulasi publik di indonesia yang tersusun dengan sangat baik untuk
tujuan kesejahteraan publik. Namun, banyak diantaranya tidak dapat diaplikasikan
dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena regulasi tersebut tidak menjelaskan atau
tidak disertai dengan regulasi lain yang membahas secara lebih teknis bagaimana
megimplementasikan regulasi tersebut. Selain itu, di Indonesia juga ada beberapa
regulasi setingkat UU yang tidak di ikuti peraturan pelaksaan dibawahnya. Sehingga
pemerintah di tingkat daerah tidak dapat melaksanakan UU tersebut. Bahkan hal ini
dapat menimbukan pertentangan antara UU yang bersangkutan dan peraturan
pelaksanaan ditingkat daerah.
3. Perbedaan Interpretasi antara Undang – undang dan regulasi di bawahnya
Regulasi ditetapkan untuk dilaksanakan dalam masyarakat. Regulasi yang baik
harus bersifat aplikatif, karena regulasi yang tidak jelas dan tidak aplikatif akan
menimbulkan multiinterpretasi dalam pelaksanaannya. Salah satu permasalahan
regulasi di Indonesia adalah perbedaan interpretasi antara undang-undang dan regulasi
dibawahnya. Dalam banyak kajian, beberapa ayat atau pasal dari undang-undang atau
regulasi terkait sering menimbulkan berbagai interpretasi yang berbeda dalam
melaksanakannya. Ditingkat daerah, substansi dari isi UU terkait tidak dapat
diturunkan dalam peraturan daerah. Kondisi ini membuat tujuan peraturan pemerintah
tidak dapat tercapai sesuai konsep awalnya.
4. Pelaksanaan regulasi yang bersifat transisi berdampak pemborosan anggaran
Saat ini, banyak regulasi yang bersifat transisi telah dilaksanakan secara bertahap
dan membutuhkan kapasitas tertentu untuk melaksanakannya. Hal ini akan
mempengaruhi anggaran yang senantiasa meningkat dan cenderung boros.

27
Pemborosan anggaran akan menurunkan kapasitas organisasi dalam menjalankan roda
organisasi sehingga pencapaian tujuan organisasi semakin menurun.
5. Pelaksanaan regulasi tanpa sanksi
Sanksi adalah hukuman jika organisasi publik tidak melaksanakan regulasi
tersebut. Dengan tidak adanya sanksi, organisasi akan seenaknya melaksanakan atau
tidak melaksanakan regulasi tersebut. Sanksi terhadap organisasi yang tidak
melaksanakan regulasi hendaknya dicantumkan dalam setiap regulasi publik.

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berorientasi pada kepentingan publik.
Karena orientasinya pada kepentingan publik maka organisasi ini biasanya tidak
berorientasi pada laba sebagai tujuan akhirnya. Namun sebagai sebuah organisasi,
proses manajemen tetap berjalan dalam organisasi sektor publik.

Organisasi sektor publik memiliki beberapa karakteristik, yaitu bertujuan untuk


mensejahterakan rakyat, memberikan pelayanan publik, sumber pembiayaan berasal
dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba, pinjaman pemerintah,
serta pendapatan lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang
berlaku, bertanggung jawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan
masyarakat, kultur organisasi bersifat birokratis, formal dan berjenjang, penyusunan
anggaran dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program dan akhirnya
disahkan oleh wakil dari masyarakat di DPR, DPD. Dan DPRD, stakeholder dapat
dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para kreditor, para
investor, lembaga – lembaga internasional termasuk lembaga donor internasional
seperti Bank Dunia, IMF ( International Monetary Fund ), ADB ( Asian Development
Bank ), PBB ( Perserikatan Bangsa – Bangsa ), UNDP ( United Nation Depelopment
Program, USAID, dan Pemerintah luar negeri.

Ruang lingkup organisasi sektor publik yaitu bergerak dalam lingkungan yang sangat
kompleks dan variatif, sektor publik menyerap banyak tenaga kerja, dipengaruhi oleh
faktor Lingkungan, yaitu : faktor ekonomi, politik, kultural dan demografi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra.2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga


Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Satu. Yogyakarta: Andi
Undang – undang Dasar Negara Replublik Indonesia Tahun 1945
Undang – undang No. 5 Tahun 1974 (Fungsi APBD)
Undang – undang No. 17 Tahun 2003 (Keuangan Negara)
Undang – undang No. 1 Tahun 2004 (Perbendaharaan Negara)
Undang – undang No. 15 Tahun 2004 (Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara)
Undang – undang No. 25 Tahun 2004 ( Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional)

30

Anda mungkin juga menyukai