NO ICD-10 : S 82
Tingkat Kemampuan : 3B
BATASAN
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas os cruris.
KRITERIA DIAGNOSIS
Riwayat trauma
Tanda pasti patah tulang tibia/ fibula
Foto Ro.fraktur pada tibia da fraktur pada fibula
DIAGNOSIS BANDING : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
foto polos cruris AP/ Lat
PENATALAKSANAAN
Reposisi tertutup.: Long leg cast.
Reposisi terbuka : Pemasangan implant/ plate screw
KOMPLIKASI
Malunion/ delayed union
PROGNOSIS : Bonam
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
RUPTUR TENDON ACHILES
No. ICD-10 : S 86.0
Tingkat Kemampuan : 3B
BATASAN
Ruptur tendon Achilles merupakan suatu kondisi dimana tendon Achilles mengalami cedera atau
robekan.
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Trauma oleh karena mendadak melakukan gerakan
2. Kontraksi achiles diikuti audible snap
3. Nyeri seperti ditembak, ditendang atau dipotong pada bagian belakang kaki
4. Fungsiolaesia pada kaki yang terkena
5. Tes Thompson positif dalam posisi telungkup dan kaki menggantung
DIAGNOSIS BANDING : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Foto Polos ankle
2. USG
3. MRI
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Awal :
1. Kompres Es
2. Imobiliasasi dalam posisi plantar fleksi
3. Pemberian analgetik
Repair tendon
Pembedahan
Perbaikan perkutan
Perbaikan tertutup : imobilisasi dalam posisi plantar fleksi dengan menggunakan gips
KOMPLIKASI
Infeksi, sambungan putus, kontraktur ankle
PROGNOSIS : Bonam
KEPUSTAKAAN
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
FRAKTUR PATELA
NO. ICD-10 : S 82.0
Tingkat Kemampuan : 3B
DIAGNOSIS KLINIS
Nyeri,bengkak, crepitasi, defect antar fragmen, haemarthrosis
Gangguan extensor mekanisme lutut
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi :
- Foto genu AP/ Lat
- Bila perlu sunrise/ tangensial (untuk fraktur vertikal& fragmen osteochondral)
DIAGNOSIS BANDING : -
PENATALAKSANAAN
Reposisi tertutup : Pasang Kocher gips untuk permukaan yang intact dan fragmen tidak bergeser
Reposisi terbuka:
ORIF : gangguan permukaan artikuler
TBW
Partial/ total patelectomy
KOMPLIKASI
non union
malunion,
infeksi,
haemathrosis
BATASAN
Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/ osteoporosis.
Batang Femur dapat mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada
bagian depan yang berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas.
GEJALA KLINIS
Anamnesis
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan
terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma
di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut
Pemeriksaan Fisik
Look (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk.
Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur.
Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit, krepitasi (+)
KRITERIA DIAGNOSIS
Trauma mayor pada paha
Tanda pasti patah tulang (+)
DIAGNOSIS BANDING
Dislokasi hip
- Dislokasi patella
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto polos Femur AP/ Lat
Pemeriksaan darah lengkap
PENATALAKSANAAN
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat dimobilisasi
dengan salah satu cara dibawah ini:
a. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah untuk
menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki
deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk
menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah jarang digunakan.
Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi
spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior
untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur
harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban yang
lebih besar.
b. fiksasi interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan piringan
atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna merupakan
pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai
komplikasi
c. Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistem
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang
mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang
ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara
keras daerah yang mengalami patah tulang. Pemasangan gips bertujuan untuk
menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat
menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang
patah tersebut.
Komplikasi
Komplikasi Awal
Syok,
emboli lemak,
trauma vaskulaer,
trombo emboli,
Infeksi.
Komplikasi lambat
Refraktur,
metal fatique,
delayed union,
malunion
Joint stiffnes,
infeksi,
atrofi otot,
lesi nervus.
PROGNOSIS : Bonam
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
DISLOKASI PANGGUL
NO ICD-10 : S 73.0
Tingkat Kemampuan : 3B
KRITERIA DIAGNOSIS
A. Dislokasi posterior
Merupakan jenis tersering
Tungkai memendek, endorotasi dan adduksi
10 % komplikasi n.ischidikus, > 15 % avaskuler nekrosis kaput femoris.
Klasifikasi :
- Tipe I : tanpa atau hanya fraktur minimal
- Tipe II : fraktur tepi posterior acetabulum yang besar
- Tipe III : fraktur comminutive tepi posterior dengan atau tanpa fragmen besar
- Tipe IV :fraktur tepi acetabulum dan besar
- Tipe V : Fraktur caput femur atau tanpa fragmen lain
B. Dislokasi anterior
10 % insiden dislokasi panggul
4 % mengalami avaskuler nekrosis
Identasi fraktur caput femur : identasi 4 mm atau lebih
Dengan prognosis buruk
Tipe :
Superior (pubis atau iliac) : panggul abduksi, fleksi eksternal rotasi.
Inferior (obturator) : panggul abduksi, ekstensi Eksternal rotasi
DIAGNOSIS BANDING : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto polos panggul AP/ Lat
PENATALAKSANAAN
Reposisi tertutup dengan anastesi umum :
o Allis
o Bigelow
o Stimson
Reduksi terbuka jika reduksi tertutup tidak mungkin atau dislokasi setelah 3 minggu,
kapsul sendi atau m.pyriformis menghalang reposisi
Arthrotomy jika terdapat fragmen yang lepas di dalam sendi
KOMPLIKASI
Fraktur intra artikuler
Cidera N. ischiadicus
PROGNOSIS : Bonam
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
FRAKTUR KLAVIKULA
No. ICD-10 : S 42.0
Tingkat Kemampuan : 3B
BATASAN
Terputusnya kontinyuitas tulang klavikula akibat trauma
GEJALA KLINIS
Penderita : nyeri, pembengkakan dan krepitasi pada daerah klavikula.
Adakah gejala dan tanda trauma penyerta (trauma vaskuler, saraf,thorak)
Foto Ro adanya fraktur di klavikula
DIAGNOSA BANDING
Dislokasi acromio-klavikular
PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-foto klavikula AP
PENATALAKSANAAN
Konservatif : pasang ransel verband
Operatif : Plate & Screw atau ada lesi vaskuler/ saraf
PROGNOSIS : Bonam
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
FRAKTUR HUMERUS
No. ICD 10 : S 42.3
Tingkat Kemampuan : 3B
BATASAN
Terputusnya kontinuitas os humerus akibat trauma
Kriteria diagnosis :
Ada riwayat trauma
Tanda pasti fraktur humerus (nyeri, bengkak deformitas, angulasi /pemendekan, krepitasi,
gangguan fungsi)
Foto Rontgen adanya fraktur humerus
Diagnosa banding : -
Pemeriksaan Penunjang : X Foto humerus AP/ lateral, Axillary view
PENATALAKSANAAN :
Non Bedah :
Reposisi dengan pembiusan
pasang Gips U – slab / Hanging cast
Bedah: Pemasangan implant plate screw
Prognosis : Bonam
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
DISLOKASI BAHU
BATASAN
Pindahnya atau lepasnya permukaan sentuh tulang yang menyusun sendi disebabkan gaya yang
membuat sendi melampaui batas normal anatomisnya
GEJALA KLINIS
Anamnesis
Ada riwayat trauma
Nyeri, deformitas, asimetri
Gangguan gerakan bahu
Pemeriksaan Fisik
Look : terlihat penonjolan akromion, bahu menjadi rata, penonjolan kepala humerus,
lengan abduksi dan eksterna rotasi, fleksi siku, dan lengan bawah dibantu lengan
normal.
Feel : kepala humerus, periksa adanya gangguan fungsi sensorik dan motorik dari
muskulotaneus dan saraf radial
Move : ketidakmampuan menggerakkan bahu secara adduksi dan rotasi interna.
Diagnosa banding :
- Dislokasi akromioklavikula
- Fraktur klavikula
Komplikasi :
Cedera N Axilaris / plexus brachialis
Gangguan sirkulasi
Kaku sendi pada dislokasi sendi bahu lama
Dislokasi sendi berulang
Prognosis
Kepustakaan :
BATASAN
GEJALA KLINIS
Anamnesis
1. Pembengkakakan, hematom
2. Deformitas angulasi (berbentuk s)
3. Pucker sign (defek pada kulit dimana fragmen distal menarik kulit ke arah
dalam)
4. Gangguan pada ruang lingkup sendi
5. Pemeriksaan motoris, sensoris dan keterlibatan pembuluh darah ataupun
nervus pada daerah sekitar fraktur
Kriteria diagnosis
Penatalaksanaan
1. Imobilisasi sederhana dengan posterior splint (untuk sementara) dengan siku fleksi 60-
90 0 dan dilakukan support dengan collar and cuff
2. Reposisi tertutup dengan pembiusan dan dilakukan pemasangan perkutaneus
pinning (cross pinning atau lateral pin fiksasi intramedullary pin fiksasi) serta splint
dan dilakukan pemasangan collar and cuff (bila diperlukan bisa dibantu dengan c-arm)
3. Reposisi terbuka dengan pembiusan umum dan dilakukan k-wire insertion
4. Traksi dan insersi wing nut
5. Bila terdapat neurovascular involvement dapat dilakukan explorasi
6. Pemberian anti nyeri per oral dengan paracetamol 10 mg/ kg bb/hari atau dengan
ibuprofen 5 mg/ kg bb/ hari
Komplikasi :
Kaku sendi siku (Fisioterapi)
Kompresi pembuluh darah
Prognosis : Dubia
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
FRAKTUR OLEKRANON
Nomor ICD : S 52.0
Tingkat Kemampuan : 3B
Kriteria diagnosis :
Riwayat Trauma
Tanda pasti patah tulang pada siku
Teraba gep pada olecranon
X Foto Olekranon patah
Penatalaksanaan
Operasi dengan pemasangan tension band wire
Komplikasi :
Kaku sendi siku
Lesi N.Ulnaris
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
DISLOKASI SIKU
No. ICD-10 : S3.1
Tingkat Kemampuan : 3B
Kriteria diagnosis :
Riwayat trauma, sakit sendi siku
Deformitas / asimetri
Limitasi gerakan sendi
Diagnosis banding : -
Pemeriksaan penunjang : X Foto siku AP/ lateral
Penatalaksanaan :
a. Non bedah :
a. Reposisi dengan pembiusan
b. Imobilisasi dengan posisi fleksi pada siku
b. Bedah : Operasi bila reposisi gagal
Komplikasi
Lesi N.Ulnaris, N.Medianus
Lesi vaskuler
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
FRAKTUR GALEAZI
DIAGNOSIS KLINIS :
Adanya tanda-tanda fraktur seperti edema, deformitas, “false movement”, krepitasi dan nyeri.
Radiologi : anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas pada tulang radius
disertai dislokasi sendi radioulnar distal .
DIAGNOSIS BANDING : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi : Ro. lengan bawah AP/lat.
PENATALAKSANAAN :
1. Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum kemudian imobilisasi
dengan gips (long arm cast) pada posisi supinasi selama 4-6 minggu.
2. Bila reposisi tertutup gagal dilakukan fiksasi interna, post operasi diperiksa
stabilitas sendi radioulnar, bila tidak stabil diimobilisasi dengan gips pada
posisi supinasi selama 3 minggu.
3. Pada fraktur terbuka dilakukan “debridement” kemudian reposisi imobilisasi,
sedangkan pada derajat III dilakukan fiksasi eksterna.
Komplikasi :
Non union,
malunion,
gangguan gerak.
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
FRAKTUR MONTEGIA
Nomor ICD-10 : S 52.0
Tingkat Kemampuan : 3B
KRITERIA DIAGNOSIS
adanya tanda-tanda fraktur seperti edema, nyeri terutama pada tempat fraktur dan sendi
radioulnar proksimal, deformitas,“false movement” dan krepitasi.
Radiologi : anteroposterior dan lateral , akan didapatkan adanya diskontinuitas pada tulang
ulna dan dislokasi caput radii
KLASIFIKASI :
Bado 1, dislokasi kaput radius ke anterior
Bado 2, dislokasi kaput radius ke posterior
Bado 3, dislokasi kaput radius ke lateral
Bado 4, dislokasi ka[ut radius disertai Fraktur radius dan ulna.
DIAGNOSIS BANDING : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Radiologi : foto Ro lengan bawah AP / lat
PENATALAKSANAAN
1. Dilakukan reposisi tertutup kemudian imobilisasi dengan posisi lengan supinasi.
Imobilisasi selama 4-6 minggu.
2. Bila reposisi tertutup gagal dilakukan fiksasi internal
3. Pada fraktur terbuka dilakukan “debridement” kemudian reposisi imobilisasi, sedangkan
pada derajat III dilakukan fiksasi eksterna.
Komplikasi :
Non union,
malunion,
gangguan gerak,
infeksi.
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
FRAKTUR COLLES
Nomor ICD : S 52.5
Tingkat Kemampuan : 3A
DIAGNOSIS KLINIS
Tanda-tanda pasti patah tulang
Trauma lengan karena menahan dengan “out strecht hand”
DIAGNOSIS BANDING : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG : Radiologi ; foto polos radius-distal AP / lat
PENATALAKSANAAN
1. Emergensi : - pada anak dan orang tua local anesthesia (hematoma blok) immobilisasi
dengan gips sirkuler
2. Definitif : - Faktor yang menpengaruhi optimalisasi :
• stabilisasi fraktur
• besarnya displacement
• kwalitas tulang
• usia dan aktifitas penderita
• ketersediaan peralatan
Macam :
o reduksi tertutup dan splint
o reduksi tetutup dan pinning perkutan
o fiksasi externa
o reduksi terbuka dan fiksasi interna
o fiksasi externa dan interna
a. Non bedah :
• Reposisi dengan pembiusan
• Fiksasi dalam posisi pronasi, semi fleksi dan ulnar
• Deviasi pada pergelangan tangan.
• Gips sampai di bawah siku
b. Bedah : Bila non bedah gagal
Komplikasi :
• Kompartment syndrome
• Suddec atropi
Prognosis : Bonam
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.
FRAKTUR RADIUS-ULNA
No. ICD-10 : S 52.4
Tingkat Kemampuan : 3B
DIAGNOSIS KLINIS :
• didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti edema, deformitas, “false movement”,
krepitasi dan nyeri.
• Radiologis : anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas tulang.
DIAGNOSIS BANDING : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG : Radiologi : foto Ro. antebrachii AP/lat
PENATALAKSANAAN
1. Dilakukan reposisi tertutup dengan anesthesia umum, kemudian immobilisasi dengan gips
(long arm cast). Posisi antebrachii tergantung letak fraktur, pada fraktur antebrachii 1/3
proksimal diletakkan dalam posisi supinasi, 1/3 tengah dalam posisi netral, dan 1/3 distal
dalam posisi pronasi. Gips dipertahankan 4 – 6 minggu
2. Bila reposisi tertutup tidak berhasil (angulasi lebih dari 10º pada semua arah) maka
dilakukan internal fiksasi.
3. Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement” kemudian dilakukan
tindakan seperti diatas. Sedangkan pada fraktur terbuka derajat III dilakukan eksternal
fiksasi.
Macam pengobatan :
a. Non Bedah :
a. Reposisi dengan pembiusan
b. Gips sampai diatas siku
b. Bedah : Bila non bedah gagal plate and screw
Komplikasi :
Kompartment syndrome
Prognosis : Bonam
Referensi :
1. Apley, A.G. & Solomon, L. 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractutres. 7th.
Edition. Butterworth-Heinemann.
2. Salter, R.B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskletal System. Williams
& Wilkins Baltimore/London. 2nd Ed. 1983.