Anda di halaman 1dari 4

Angkor Thom

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gerbang Selatan Angkor Thom

Angkor Thom (bahasa Khmer: អង្គរធំ; secara harfiah: "Kota Besar"), adalah reruntuhan
kompleks ibu kota kerajaan Khmerkuno di Kamboja. Angkor Thom melingkupi bagian tengah
kompleks kota kuno Angkor. Ibu kota ini didirikan oleh raja Jayawarman VII dan mencakup
kawasan seluas 9 km². Di kawasan ini terdapat beberapa monumen dari masa sebelumnya.
Reruntuhan di dalam kompleks kota ini antara lain berbagai candi-candi dan istana-istana, serta
terdapat arca-arca yang besar. Pada pusat kota ini berdiri candi Bayon, candi Lokeswara,
sementara situs-situs arkeologi penting lainnya berhimpun di sekitar lapangan kejayaan,
semacan alun-alun tepat di sebelah utara candi Bayon.
Angkor Thom didirikan sebagai ibu kota kerajaan Jayawarman VII, dan menjadi pusat kegiatan
pembangunan monumental. Satu prasasti yang ditemukan di dalam kota ini mengibaratkan
Jayawarman sebagai mempelai pria, sementara kota ini sebagai pengantinnya.[1]
Angkor Thom bukanlah ibu kota pertama Khmer di kawasan ini. Kota
sebelumnya Yasodharapura, yang dibangun tiga abad lebih awal, berpusat beberapa kilometer
barat laut dari Angkor Thom. Pada perkembangannya Angkor Thom menyerap dan mencakup
bagian kota ini. Beberapa candi dari masa awal di dalam kota ini
adalah Baphuon dan Phimeanakas, yang kemudian masuk ke dalam kompleks istana kerajaan.
Khmer tidak membedakan secara jelas antara Angkor Thom dan Yashodharapura: bahkan pada
prasasti abad ke-14 Masehi kota ini masih disebut dengan nama Yasodharapura.[2] Nama
Angkor Thom — kota besar — mulai digunakan pada abad ke-16 Masehi.

Ukiran wajah pada Prasat Bayon

Candi terakhir yang dibangun di kota ini adalah Mangalartha, yang diresmikan pada 1295.
Bangunan yang ada terus dimodifikasi pada tahun-tahun berikutnya, akan tetapi banyak
bangunan dibangun dari kayu dan telah lama lapuk dan musnah. Pada abad-abad berikutnya
Angkor Thom tetap menjadi ibu kota kerajaan Khmer hingga akhirnya ditinggalkan penghuninya
sebelum tahun 1609. Diperkirakan pada masa kejayaannya kota ini menampung penghuni
sebanyak 80.000–150.000 orang.

Langgam[sunting | sunting sumber]


Bangunan-bangunan dalam kota Angkor Thom dibangun dalam langgam (gaya arsitektur)
Bayon. Langgam ini memiliki ciri bangunan berskala besar, banyak menggunakan batu laterit,
dan pembangunan menara yang berukir wajah-wajah berukuran besar di setiap gerbang masuk
kota. Pada jembatan di depan gerbang kota terdapat ukiran ular naga yang ditarik barisan dewa
dan asura.

Situs[sunting | sunting sumber]

Peta pusat Angkor Thom

Teras Gajah

Kota ini terletak di tepian barat sungai Siem Reap yang bermuara ke danau Tonle Sap, sekitar
seperempat mil dari sungai. Gerbang selatan Angkor Thom terletak 7.2 km di utara Siem Reap,
dan 1.7 km sebelah utara dari pintu masuk Angkor Wat. Tembok kota berukuran tinggi 8 m dan
dikelilingi parit, masing-masing sisinya sepanjang 3 km, menelilingi kawasan kota seluas 9 km².
Tembok kota terbuat dari batu laterit yang ditopang tanah, dengan parapet di atasnya. Terdapat
gerbang di setiap penjuru mata angin yang semuanya menuju candi Bayon yang terletak tepat di
tengah kawasan kota. Candi Bayon sendiri tidak memiliki tembok atau parit sendiri, maka
seluruh kota Angkor Thom ditafsirkan ahli arkeologi sebagai perwujudan gunung dan samudra
yang mengelilingi candi Bayon yang diibaratkan sebagai Gunung Meru yang menjulang di pusat
jagat.[3]:81 Satu gerbang lain—Gerbang Kejayaan—terletak 500 m meter di utara gerbang timur;
Jalan Kejayaan melintas paralel dengan jalan timur menuju alun-alun kejayaan dan istana
kerajaan di sebelah utara candi Bayon.
Wajah-wajah yang terukir pada menara setinggi 23 m pada gerbang kota, meniru gaya candi
Bayon yang menaranya juga menampilkan wajah-wajah berukuran besar. Wajah-wajah ini
hingga kini masih menimbulkan pertanyaan dan banyak penafsiran. Wajah-wajah ini mungkin
menggambarkan wajah sang raja sendiri (Jayavarman VII), bodhisatwa Awalokiteswara, para
dewata penjaga empat penjuru mata angin kerajaan, atau kombinasi dari semuanya. Jalan
masuk membentang membelah parit di depan masing-masing gerbang kota. Pada jalan atau
jembatan ini pada dua tepiannya terdapat barisan dewa pada sisi kiri dan raksasa (asura) pada
sisi kanan yang tengah menarik tubuh ular naga yang besar bagaikan tengah berlomba tarik
tambang. Hal ini menampilkan mitologi Hindu yang populer di Angkor,
yaitu Samudramantana atau "pengadukan samudra susu". Candi gunung Bayon, atau gerbang
kota mungkin dimaksudkan sebagai titik pusaran tempat pengadukan samudra susu
tersebut.[3]:82 Ukiran ular naga melambangkan peralihan dari alam manusia memasuki alam para
dewa (Bayon), sekaligus sebagai figur penjaga.[4] Gerbang pintu masuk kota berukuran lebar 3.5
dan tinggi 7 m, dan aslinya dilengkapi daun pintu yang besar dan terbuat dari kayu.[3]:82 Kini
gerbang selatan adalah gerbang yang paling banyak dikunjungi, sebagai gerbang utama turis
memasuki kota kuno Angkor Thom.
Di masing-masing sudut kota terdapat menara candi Prasat Chrung berbahan batu pasir dan
dipersembahkan untuk Awalokiteshwara. Bentuk denahnya seperti salib pada menara utama
dan menghadap timur.
Di dalam kota terdapat sistem kanal di mana air mengalir dari timur laut menuju barat daya.
Tanah luas di dalam kawasan kota yang dikelilingi tembok pastinya pada zaman dahulu dipenuhi
bangunan-bangunan sekuler kota seperti perumahan dan bangunan lainnya. Namun karena
terbuat dari bahan yang mudah lapuk seperti kayu, maka tak ada yang tersisa dan telah musnah
ditelan zaman. Kini lahan ini dipenuhi hutan.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

Anda mungkin juga menyukai