Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian
Diabetes Militus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat
didalam tubuh. Penyakit ini ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang tinggi dan
ditemukannya glukosa didalam urin.

B. Manfaat Aktifitas Fisik Bagi Pasien Dm


1. DM Tipe 1
Peran latihan jasmani yang teratur pada penurunan kadar glukosa darah DM tipe
1 masih kontroversional. Perbedaan DM tipe 1 dengan DM tipe 2 adalah DM tipe 1
mempunyai kadar insulin yang rendah akibat kurang atau tidak adanya produksi insulin
oleh pancreas. Pada DM tipe 1 mudah mengalami hipoglikemia selama dan segera
sesudah melakukan latihan jasmani. Meskipun latihan jasmani pada DM tipe 1 tidak
begitu mempengaruhi pengaturan kadar kadargula darah namun beberapa keuntungan lain
yang dapat ditimbulkan nya seperti dapat mengurangi resiko penyakit jantung,
gangguan pembuluh darah dan saraf.

Namun perlu diwaspadai pada DM tipe 1 yang disertai dengan kadar insulin yang sangat
rendah, latihan jasmani akan menyebabkan control glukosa darah makin jelek.

2. DM Tipe 2
Latihan jasmani pada DM tipe 2 berperan utama dalam pengaturan kadar
glukosa darah. Pada tipe ini produksiinsulinumumnya tidak terganggu terutama pada
awal menyandang penyakit ini. Masalah utama adalah kurang nya respon reseptor insulin
terhadapinsulin, sehingga insulin tidak dapat masuk kedalam sel-sel tubuh kecuali ke
otak. Otot yang terkontraksi atau aktif tidak memerlukan insulinuntuk memasukkan
glukosa kedalam sel karena pada otot yang aktif sensitivitas reseptor insulin meningkat.
Oleh karena itu latihan jasmani pada DM tipe 2 akan menyebabkan berkurangnya
kebutuhan insulin eksogen. Namun menurut Zinmann keuntungan ini tidak bertahan lama
oleh karena itu dibutuhkan latihan jasmani kontinu dan teratur. Selain bermanfaat dalam
mengontrol kadar glukosa darah, latihan jasmani pada DM tipe 2 diharapkan dapat
menurunkan BB dan ini merupakan salah satu sasara yang ingin dicapai, bahkan
sebagian ahli menganggap bahwa manfaat latihan jasmani bagi DM tipe 2 akan lebih jelas
bila disertai dengan penurunan BB atau berkurangnya lemak tubuh.
C. Prinsip Latihan Jasmani Bagi Penyandang Dm
Hendaknya ltihan jasmani yang dilakukan oleh penyandang diabetes tetap
mengikuti prinsip-prinsip umum latihan jasmani, bahakan sangat dianjurkan untuk
mengikuti prinsip-prinsip ini dengan ketat dan seksama. Hal ini disebabkan oleh efek
samping latihan jasmani pada penyandang diabetes cukup membahayakan. Oleh karena
itu pengawasan seorang dokter maupun educator sangat diperlukan untuk mengawasi
latihan jasmani yang dilakukan oleh penyandang diabetes terutama pada DM tipe 1, yaitu
mengikuti : F,I,D,J yang dapat dirinci sebagai berikut : (F) Frekuensi : 3-5 kali perminggu
secara teratur ; (I) Intensitas Ringan dan sedang : 60% - 70% Maximum Heart Rate ; (D)
Durasi : 30-60 menit stiap melakukan latihan jasmani ; (J)Jenis latihan jasmani yang
dianjurkan adalah aerobic yang bertujuan untuk meningkatkan stamina sepert jalan,
jogging, berenang, senam kelompok/aerobic dan bersepeda. Jenis latihan jasmani harus
ditentukan secara hati-hati agar tidak membahayakan bagi penyandang diabetes. Patut
diperhatikan pula agar latihan jasmani yang dipilih adalah latihan jasmani yang disenangi
atau memungkinka untuk dilakukan oleh penyandang diabetes.

Untuk menentukan intensitas latihan, terlebih dahulu ditentukan nadi maksimum


(MHR) yaitu : 220 – umurlalu ditentukan denyut nadi sasaran (THR = target heart rate ).
Sebagai contoh : pada penyandang DM yang baru mulai melakukan latihan jasmani
(pemula) yang berusia 40 tahun diberikan intesitas latihan sebesar 60% berarti :

THR = 60 % x (220 – 40) = 108

THR adalah denyut nadi yang harus dicapai pada saat seseorang melakukan olah
raga dan durasi pencapaian ini diharapkan berlangsung selama minimal 15 – 20 menit
agar memberikan hasil yang diinginkan. Berat ringan nya intensitas latihan ditentuka oleh
antara lain tingkat kebugaran, umur dan kondisi penyandang diabetes. Sebaiknya
intensitas latihan dikoreksi setiap selangwaktu tertentu sesuaiperkembangan kebugaran
dan kondisi penyandang diabetes.

Pada waktu penyandang diabetes melakukan latihan jasmani perlu mengikuti tahap
kegatan yang telah bku dilakukan oleh para ahali olah raga yaitu :
1. Pemanasan atau Warm Up, tahap untuk mempersiapkan tubuh yang akan melakukan
aktifitas dengan melakukan aktifitas jasmani yang ringan sesuai dengan jenis latihan
jasmani yang akan dlakukan, misalnya pada senam aerobic dilakukan gerakan-
gerakan mengikuti irama yang masih lambat. Pemanasan dapat diawali dengan jalan
ditempat atau bergerak dengan menggerakkan otot-otot tubuh yang besar, lalu
dilanjutkan dengan gerakan peregangan yang static/dinamik, dapatpula melakukan
gerakan kali stenik. Pemanasan berguna untuk mencegah terjadinya cedera ketika
latihan jasmani berlagsung sebab otot-otot telah dihangatkan terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk kegiatan latihan jasmani yang lebih intensive.
2. Latihan inti (conditioning) pada tahap ini yang menjadi sasaran utama adalah denyut
nadi latihan mencapai THR agar latihan yang dilakukan memberi hasil yang
diinginkan. THR digunakan sebagai acuan berat ringannya latihan jasmani yang
dilakukan bila terlalu ringan (<THR) latihan jasmani yang dilakukan tidak akan
mencapai sasaran dan bila berat (>THR) akan member akibat yang tidak di inginkan.
3. Pendinginan ( Cool-Down ), hal ini perlu dilakukan setiap selesai melakukan
latihan jasmani untuk mencegah terjadinya penumpukan darah pada otot-otot
yang aktif akan menyebabkan penyandang diabetes merasa pusing setelah
melakukan latihan jasmani. Cara peninginan sangat bervariasi, dapat jalan
pelan, lari-lari santai atau bersepeda perlahan-lahan yang penting penyandang
diabetes tetap bergerak dengan intensitas rendah.
4. Peregangan (Stretching), untuk melemaskan dan melenturkan otor-otot yang
masih teregang , elastic dan hangat. Aktifitas ini lebih penting / diutamakan bagi
para penyandang diabetes yang usia lanjut. Banyak ahli menempatkan peregangan
sebagai bagian dari pendinginan.

D. Hal yang Perlu diperhatikan oleh Penyandang DM ketika Melakukan Latihan Jasmani
Pada penyandang diabetes yang mendapat terapi insulin, keadaan hipoglikemia disertai
kadar insulin yang berlebihan merupakan keadaan yang perlu mendapatkan perhatian ketika
melakukan latihan jasmani terutama pada waktu tahap pemulihan. Kemungkinan hipoglikemia
lebih besar bila insulin disuntikkan pada lengan atau kaki sebelum melakukan latihan jasmani
sebagai akibat meningkatnya hantaran insulin melalui darah karena efek pemompaan otot pada
waktu berkontraksi. Oleh karena itu dianjurkan agar penyuntikan insulin sebelum
melakukan latihan jasmani.
Latihan jasmani dengan yang lama pada penyandang diabetes yang mengalami defisiensi
insulin disertai kadar gula darah yang tidak terkendali akan menyebabkan peningkatan
pengelpasan bahan yang berbahaya yaitu benda-benda keton. Berbagai hal ini membutuhkan
pengawasan yang ketat bila penyandang diabetes melakukan latihan jasmani. Oleh karena itu
sangat dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani secara berkelompok.

E. Beberapa Hal Negatif yang dapat Terjadi pada Penyandang Diabetes yang Melakukan
Latihan Jasmani
1. Memperburuk kadar gula darah penyandang diabettes
Hindari : latihan jasmani berat, latihan beban dan olahraga kontak
Usahakan : asupan cairan cukup
2. Exercise-induced hipoglycemia (pada DM tipe 1)
Perhatikan :
a. Selalu monitor glukosa darah
b. Kurangi dosis insulin sebelum melakukan latihan jasmani
c. Tingkatkan asupan makanan saat melakukan latihan jasmani (konsultasi pada ahli
gizi)
d. Bila timbul gejala yang tidak diinginkan, penyandang diabetes harus cepat tanggap,
misalnya bila terjadi hipoglikemia (lemas atau pusing ) segera hentikan latihan
jasmani dan lapor pada pelatih atau pengawas kegiatan.
3. Bila ada gangguan pada kaki
Perhatikan :
a. Kenakan sepatu yang sesuai (tanyakan ditoko tempat membeli)
b. Usahakan agar kaki selalu bersih dan kering
4. Komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah
Perhatikan :
a. Harus mengikuti pemeriksaan medis dan EKG kerja sebelum melakukan latihan
jasmani
b. Program latihan jasmani sebaiknya individu namun dilakukan secara berkelompok
5. Cedera otot dan tulang
Perhatikan :
a. Pilihlah latihan jasmani yang sesuai/tepat
b. Intensitas latihan sebaiknya ditingkatkan secara bertahap
c. Pemanasan dan pendinginan harus selalu dilakukan
d. Latihan jasmani berat berlebihan harus dihindari

F. Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes


Sebelum mengikuti suatu kegiatan latihan jasmani sebaiknya penyandang diabetes
berkonsultasi dengan dokter atau tenaga edukator. Biasanya akan dilakukan pemeriksaan
kesehatan dan kebugaran terlebih dahulu, setelah itu akan disusun program latihan yang
sesuai.
Bagi penyandang diabetes yang penyakitnya ringan atau terkendali dengan baik tanpa
komplikasi tentu tidak begitu berbahaya untuk melakukan latihan jasmani namun bagi
penyandang diabetes yang berat atau dengan komplikasi, pengawasan yang ketat sangat
diperlukan untuk menghindari hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Evaluasi berkala sangat
diperlukan untuk melihat kemajuan latihan dan mengetahui manfaat dari latihan jasmani yang
telah dilakukan. Hasil yang baik dan memuaskan akan menambah motivasi dari diabetes untuk
tetap melakukan latihan jasmani.

Adapun petunjuk olahraga menurut Mardi Santoso (2008: XVI-XXII) adalah sebagai berikut:

1. Program latihan
Program latihan yang dianjurkan bagi penderita DM untuk meningkatkan kesegaran
jasmani adalah CRIPE, karena program ini dianggap memenuhi kebutuhan.

CRIPE adalah kepanjangan dari:

a. Continuous, artinya latihan jasmani terus menerus tidak berhenti dapat menurunkan
intensitas, kemudian aktif lagi dan seterusnya intensitas dikurangi lagi. Aktif lagi dan
seterusnya, melakukan aktivitas latihan terus-menerus selama 50-60 menit.
b. Rhytmical, artinya latihan harus dilakukan berirama, melakukan latihan otot
kontraksi dan relaksasi. Jadi gerakan berirama tersebut diatur dan terus menerus.
c. Interval, artinya latihan dilaksanakan terselang-seling, kadang-kadang cepat, kadang-
kadang lambat tetapi kontinyu selama periode latihan.
d. Progresif, artinya latihan harus dilakukan peningkatan secara bertahap dan beban
latihan juga ditingkatkan secara perlahan-lahan.
e. Endurance, artinya latihan untuk meningkatkan kesegaran dan ketahanan sistem
kardiovaskuler dan kebutuhan tubuh penderita DM.

2. Porsi Latihan
Porsi latihan harus ditentukan supaya maksud dan tujuan latihan oleh merugikan
kesehatan, sedangkan latihan yang terlalu sedikit tidak begitu bermanfaat. Penentuan porsi latihan
harus memperhatikan intensitas latihan, lama latihan, dan frekuensi latihan

a. Intensitas latihan

Untuk mencapai kesegaran kardiovaskuler yang optimal, maka idealnya latihan berada pada
VO2 max, berkisar antara 50 - 85 % ternyata tidak memperburuk komplikasi DM dan tidak
menaikkan tekanan darah sampai 180 mmHg. Intensitas latihan dapat dinilai dengan:

a) Target nadi/area latihan.

Penderita dapat menghitung denyut nadi maksimal yang harus dicapai selama latihan.
Meskipun perhitungan ini agak kasar tapi dapat digunakan rumus denyut nadi maksimal = 220 –
umur penderita. Denyut nadi yang harus dicapai antara 60 - 79 % adalah target nadi/zone latihan
yang diperbolehkan. Bila lebih dari 79 %, maka dapat membahayakan kesehatan penderita,
apabila nadi tidak mencapai target atau kurang dari 60 % kurang bermanfaat. Area latihan adalah
interval nadi yang ditargetkan dicapai selama latihan/segera setelah latihan maksimum, yaitu
antara 60 sampai 79 % dari denyut nadi maksimal. Sebagai contoh penderita DM tidak tergantung
insulin umur 40 tahun, interval nadi yang diperbolehkan adalah 60 % kali (220 – 40) dan 79 %
kali (220 - 40) dan hasilnya interval nadi antara 108 sampai dengan 142 permenit. Jadi area
latihan antara 108 – 142 denyut nadi permenit.

b) Kadar gula darah

Sesudah latihan jasmani kadar gula darah 140 – 180 mg% pada usia lanjut dianggap cukup baik,
sedang usia muda sampai 140 mg%.

c) Tekanan darah sebelum dan sesudah latihan

Sebelum latihan tekanan tidak melebihi 140 mmHg dan setelah latihan maksimal tidak lebih dari
180 mmHg.

b. Lama latihan

Untuk mencapai efek metabolik, maka latihan inti berkisar antara 30-40 menit dengan
pemanasan dan pendinginan masing-masing 5 - 10 menit. Bila kurang, maka efek metabolik
sangat rendah, sebaliknya bila berlebihan menimbulkan efek buruk terhadap sistem
muskuloskeletal dan kardiovaskuler serta sistem respirasi.

c. Frekuensi

Frekuensi olahraga berkaitan erat dengan intensitas dan lamanya berolahraga, Menurut hasil
penelitian, ternyata yang paling baik adalah 5 kali seminggu. Tiga kali seminngu sudah cukup
baik, dengan catatan lama latihan harus diperpanjang 5 sampai 10 menit lagi. Jangan sampai 7 kali
seminggu, karena tidak ada hari untuk istirahat, lagipula kurang baik untuk metabolisme tubuh
(Arcole Margatan, 1995: 103).

3. Latihan Kaki

Untuk mencegah atau menghambat dan memperbaiki neuropati perifer pada umumnya
dan pada orang tua yang sudah menderita osteoartrosis dan neuropati, maka latihan kaki harus
lebih intensif. Tujuan latihan kaki adalah untuk memperbaiki sirkulasi darah tungkai
bawah pergelangan kaki, telapak kaki dan jari-jari. Latihan kaki sebaiknya dilakukan sebelum
latihan jasmani sebenarnya (jalan, jogging dan sebagainya) atau diluar hari-hari latihan dan dapat
dilakukan dimana saja.

Stretching untuk Latihan Jasmani Tertentu


sebelum melakukan latihan jasmani perlu pemanasan dan stretching, di bawah ini adalah
beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan ketika melakukan olahraga bagi penderita diabetes
:
a. Jalan
b. Senam aerobic
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Homenta, Heriyannis. 2012. Diabetes Melitus Tipe 1. Karya Tulis Biokimia Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai