Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PREKLINIK

KEPERAWATAN DASAR 2 : INTERNE

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN DIAGNOSA STROKE ISKEMIK


DI RUANG MARWA RSI IBNU SINA

PADANG

OLEH KELOMPOK 2

Diana Deyva 1311311076 Izzah Farizah 1311312028

Sarifhatul Aini 1311311080 Atika Putri 1311312030

Uci Sri wahyuni 1311311082 Intan Zaharit 1311312032

Orsyalicha Cecy P 1311311084 Rifka Amalina 1311312034

Rani Cyntia Dewi 1311311088 Putri Annisa 1311312036

Ega Silvia Roza 1311311090 Desti Rahmayani 1311312040

Mery Sepriani 1311311092 Fika Fitrianisa 1311312044

Mutia Mahyuddin 1311311094 Melya Permata 1311311045

M.Ridwan 1311312002 Vanechia Septi 1311311047

Jamilatur Rasyidah Efendi 1311312018 Suryani Renanda P 1311312022

Rahmi Aulia 1311312020

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang segala puji syukur

kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah seminar kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan

pada Ny.A dengan Diagnose Strok Iskemik di Ruang Marwa RSI Ibnu Sina Padang”

Dalam penulisan makalah ini kami tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan,namun

berkat bimbingan,bantuan dan penjelasan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat

diselesaikan. Oleh karena itu,kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kami

mengharapkan kritik,saran dan tanggapan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini

bermanfaat, khususnya bagi kami dan semua pihak yang membacanya.

Padang, Maret 2017

Kelompok 2
DAFTAR ISI

BAB 1.............................................................................................................................................6
PENDAHULUAN..............................................................................................................................6
A. Latar Belakang........................................................................................................................6
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................7
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................................7
BAB II.........................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................8
2.1 KONSEP STROKE...................................................................................................................8
A. DEFINISI.............................................................................................................................8
B. ETIOLOGI............................................................................................................................8
C. KLASIFIKASI ISKEMIK SEREBRAL.........................................................................................9
D. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................................10
E. PATOFISIOLOGI.................................................................................................................11
F. FAKTOR RESIKO................................................................................................................14
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK........................................................................14
H. PENATALAKSANAAN TERAPI.............................................................................................15
I. KOMPLIKASI.....................................................................................................................18
2.2 PENGKAJIAN KEPERAWATAN............................................................................................18
II. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan.........................................................................22
BAB III..................................................................................................................................30
LAPORAN KASUS..................................................................................................................30
3.1 Pengkajian......................................................................................................................30
3.2 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................................32
3.3 Pemeriksaan Penunjang/ Laboratorium.......................................................................34
CATATAN PERKEMBANGAN PERAWATAN KLIEN...................................................................41
BAB V...........................................................................................................................49
PENUTUP.....................................................................................................................49
5.1 KESIMPULAN..........................................................................................................49
5.2 SARAN....................................................................................................................49

5
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena adanya hambatan atau sumbatan
pada pembuluh darah otak tertentu sehingga daerah otak yang diperdarahi oleh pembuluh
darah tersebut tidak mendapat pasokan energi dan oksigen, sehingga pada akhirnya jaringan
sel-sel otak di daerah tersebut mati dan tidak berfungsi lagi. Di Indonesia, data nasional
epidemiologi stroke belum ada. Tetapi dari data sporadik di rumah sakit terlihat adanya tren
kenaikan angka morbiditas stroke, yang seiring dengan semakin panjangnya life expentancy
dan gaya hidup yang berubah, data nasional dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 menunjukkan stroke sebagai penyebab kematian tertinggi (15,4%) dan diperkirakan
insidensinya akan semakin meningkat.

Stroke memiliki konsekuensi yang besar terhadap kehidupan seseorang secara pribadi,
sosial, vokasional dan fisikal. Mereka yang mengalami kerusakan minimal setelah stroke
dapat kembali ke pekerjaannya semula, namun banyak yang tidak dapat kembali bekerja
walaupun untuk paruh waktu. Stroke membuat seseorang mengalami ketergantungan dengan
orang lain, setidaknya untuk sementara, dan sebagai konsekuensi hubungan keluarga atau
sosial lainnya akan sangat terpengaruh langsung. Setelah stroke biasanya terjadi kesulitan
motorik, gangguan fungsi kognitif dan emosi, tergantung daerah otak yang mendapatkan
serangan.

Dalam menangani masalah klien dengan stroke diperlukan keikutsertaan perawat dalam
mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Adapun peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan meliputi pendidik tenaga masyarakat, koordinator dalam pelayanan pasien,
kolaborator dalam membina kerjasama dengan profesi lain, konsultan atau penasehat pada
tenaga kerja dan klien, serta pembaharu sistem, metodologi dan sikap.

Penyembuhan untuk penyakit stroke bisa dilakukan dengan dua acara, yaitu lewat
pemberian obat-obatan dari okter dan juga melakukan fisioterapi. Jalan memberikan obat-
obatan medis dari dokter biasanya dilakukan secara terus menerus dengan menjaga kadar
kolesterol didalam darah. Sedangkan untuk fisioterapi bisa dilakukan untuk menjalankan dan

6
mengembalikan lagi kerja otot dalam tubuh supaya kondisinya bisa baik seperti semula.
Fisioterapi ini diharuskan membawa jadwal rutin dan juga disiplin dalam
melakukannya,.karena jika tidak dilakukan dengan rutin dapat menyebabkan kelumpuhan.

Berdasarkan kasus diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang perawatan klien
dengan stroke sebagai bahan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.
A dengan Diagnosa Medis Stroke Iskemik di Ruang Marwa RSI Ibnu Sina Padang”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah :


Bagaimana Asuhan Keperawatan yang diberikan pada klien dengan diagnose medis Stroke
iskemik?

Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Medis Stroke Iskemik
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukukan pengkajian pada klien stroke iskemik.
b. Mampu menganalisa data, menentukan diagnosa keperawatan serta memprioritaskan
masalah.
c. Mampu menyususun reana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan masalah dan
kebutuhan klien stroke iskemik.
d. Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan masalah
dan kebutuhan klien dengan kasus stroke iskemik.
e. Mampu melaksanakan evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap
klien dengan stroke iskemik.
f. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor kesenjangan yang terdapat pada teori dan kasus.

A. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSI Ibnu Sina


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pentingnya pengetahuan tentang
perawatan stroke kepada pasien sehingga dapat tercapai mutu pelayanan keperawatan
yang optimal dan memuaskan
2. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi kepustakaan bagi
Institusi Pendidikan serta dapat digunakan untuk menambah wawasan dan masukan bagi

7
mahasiswa keperawatan mengenai Asuhan keperawatanpPada klien yang menderita
stroke Iskemik.
3. Bagi Profesi
a. Perawat dapat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam merawat klien yang
menderita stroke.
b. Menjadi dasar bagi perawat dalam memberikan informasi atau pengetahuan bagi
keluarga pasien tentang bagaimana merawat pasien yang baik dan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP STROKE

DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer and Bare, 2002). Menurut Doenges
(2000) stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik
secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh
darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak.
Menurut Batticaca (2008) stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Menurut Corwin
(2009) ada dua klasifikasi umum cedera vascular serebral (stroke) yaitu iskemik dan
hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama
kebagian otak. Stroke Hemoragik terjadi akibat perdarahan dalam otak.
Jadi stroke iskemik/non hemoragik adalah suatu keadaan kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh penyumbatan aliran darah arteri yang lama kebagian otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.

ETIOLOGI
Penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat terjadi akibat
thrombus (bekuan darah di arteri serebril) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak
dari tempat lain ditubuh) (Corwin ,2009).
1. Stroke trombotik

8
Terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena aterosklerosis berat. Sering
kali, individu mengalami satu atau lebih serangan iskemik sementara (transient
ischemic attack, TIA) sebelum stroke trombotik yang sebenarnya terjadi. TIA biasanya
berlangsung kurang dari 24 jam. Apabila TIA sering terjadi maka
menunjukkankemungkinan terjadinya stroke trombotik yang sebenarnya yang biasanya
berkembang dalam periode 24 jam (Corwin, 2009).
2. Stroke embolik
Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk
di luar otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah
infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis
komunis atau aorta (Corwin, 2009).
Beberapa faktor resiko terjadinya stroke iskemik adalah usia dan jenis kelamin,
genetic, ras, mendengkur dan sleep apnea, inaktivitas fisik, hipertensi, meroko, diabetes
mellitus, penyakit jantung, aterosklerosis, dislipidemia, alkohol dan narkoba,
kontrasepsi oral, serta obesitas (Dewanto. et al, 2009).

KLASIFIKASI ISKEMIK SEREBRAL


Perjalanan klinis pasien dengan stroke infark akan sebanding dengan tingkat penurunan
aliran darah ke jaringan otak. Perjalanan klinis ini akan dapat mengklasifikasikan iskemik
serebral menjadi 4, yaitu:
1. Transient ischemic Attack (TIA)
Adalah suatu gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang
dari 24 jam dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. TIA sebenarnya tidak termasuk ke
dalam kategori stroke karena durasinya yang kurang dari 24 jam.

2. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)


Seperti juga pada TIA gejala neurologis dari RIND juga akan menghilang, hanya saja waktu
berlangsung lebih lama, yaitu lebih dari 24 jam, bahkan sampai 21 hari. Jika pada TIA dokter
jarang melihat sendiri peristiwanya, sehingga pada TIA diagnosis ditegakkan hanya berdasar
keterangan pasien saja, maka pada RIND ini ada kemungkinan dokter dapat mengamati atau
menyaksikan sendiri. Biasanya RIND membaik dalam waktu 24 - 48 jam. Sedangkan
PRIND (ProlongedReversible Ischemic Neurological Deficit) akan membaik dalambeberapa
hari, maksimal 3 - 4 hari.

3. Stroke In Evolusion (Progressing stroke)

9
Pada bentuk ini gejala/ tanda neurologis fokal terus memburuk setelah 48 jam. Kelainan atau
defisit neurologik yang timbul berlangsung secara bertahap dari yang bersifat ringan menjadi
lebih berat. Diagnosis progressing stroke ditegakkan mungkin karena dokter dapat
mengamatisendiri secara langsung atau berdasarkan atas keterangan pasien bila peristiwa
sudah berlalu.

4. Complete Stroke Non-Haemmorhagic


Completed Stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang adasifatnya sudah menetap,
tidak berkembang lagi. Kelainan neurologi yang muncul bermacam-macam, tergantung pada
daerah otak mana yang mengalami infark (Gofir, 2009).

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis stroke iskemik menurut Tobing (2001) adalah:
 Gangguan pada pembuluh darah karotis
a. Pada cabang menuju otak bagian tengah (arteri serebri media):
 Gangguan rasa di daerah muka/wajah sesisi atau disertai gangguan rasa
dilengan dan tungkai sesisi
 Gangguan berbicara baik berupa sulit untuk mengeluarkan kata-kata atau
sulit mengerti pembicaraan orang lain atau afasia.
 Gangguan gerak/kelumpuhan (hemiparesis/hemiplegic)
 Mata selalu melirik kearah satu sisi (deviation conjugae)
 Kesadaran menurun
 Tidak mengenal orang (prosopagnosia
 Mulut perot
 Merasa anggota sesisi tidak ada
 Tidak sadar kalau dirinya mengalami kelainan

b. Pada cabang menuju otak bagian depan (arteri serebri anterior):


 Kelumpuhan salah satu tungkai dan gangguan-gangguan saraf perasa
 Ngompol
 Tidak sadar
 Gangguan mengungkapkan maksud
 Menirukan omongan orang lain (ekholali)

c. Pada cabang menuju otak bagian belakang (arteri serebri posterior):


 Kebutaan seluruh lapang pandang satu sisi atau separuh pada kedua mata,
bila bilateral disebut cortical blindness
 Rasa nyeri spontan atau hilangnya rasa nyeri dan rasa getar pada seluruh sisi
tubuh
 Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika
merabaatau mendengar suaranya
 Kehilangan kemampuan mengenal warna

10
 Gangguan pada pembuluh darah vertebrobasilaris
a. Sumbatan/gangguan pada arteri serebri posterior
 Hemianopsia homonym kontralateral dari sisi lesi
 Hemiparesis kontralateral
 Hilangnya rasa sakit, suhu, sensorik proprioseptif (rasa getar).

b. Sumbatan/gangguan pada arteri vertebralis


 Bila sumbatan pada sisi yang dominan dapat terjadi sindrom Wallenberg.
jika
 pada sisi tidak dominan tidak menimbulkan gejala.
c. Sumbatan/gangguan pada arteri serebri inferior
 Sindrom Wallenberg berupa atasia serebral pada lengan dan tungkai di sisi
yang sama, gangguan N.II (oftalmikus) dan reflex kornea hilang pada sisi
yang sama.
 Sindrom Horner sesisi dengan lesi
 Disfagia, apabila infark mengenai nucleus ambigius ipsilateral
 Nistagmus, jika terjadi infark pada nucleus Vestibularis
 Hemipestesia alternans

PATOFISIOLOGI
Pada stroke iskemik berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan
hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi-reaksi berantai yang berakhir
dengan kematian sel-sel otak dan unsur-unsur pendukungnya. Secara umum daerah
regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti (core) dengan tingkat iskemia terberat
dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak
ada reperfusi. Di luar daerah core iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel-sel
otak dan jaringan pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang fungsi-
fungsinya dan menyebabkan juga defisit neurologik. Tingkat iskeminya makin ke perifer
makin ringan. Daerah penumbra iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah
hyperemic akibat adanya aliran darah kolateral (luxury perfusion area). Daerah
penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat
di reperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung pada faktor
waktu dan jika tak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat berangsur-angsur mengalami
kematian.
Dipandang dari segi biologi molekuler, ada dua mekanisme kematian sel otak.
Pertama proses nekrosis, suatu kematian berupa ledakan sel akut akibat penghancuran
sitoskeleton sel, yang berakibat timbulnya reaksi inflamasi dan proses fagositosis debris
nekrotik. Proses kematian kedua adalah proses apoptosis atau silent death, sitoskeleton

11
sel neuron mengalami penciutan atau shrinkage tanpa adanya reaksi inflamasi seluler.
Nekrosisseluler dipicu oleh exitotoxic injury dan free radical injury akibat bocornya
neurotransmitter glutamate dan aspartat yang sangat toksik terhadapstruktur sitoskeleton
otak. Demikian pula lepasnya radikal bebas membakar membran lipid sel dengan segala
akibatnya. Kematian Apoptotic mungkin lebih berkaitan dengan reaksi rantai kaskade
iskemik yang berlangsung lebih lambat melalui proses kelumpuhan pompa ion Natrium
dan Kalium, yang diikuti proses depolarisasi membran sel yang berakibat hilangnya
kontrol terhadap metabolisme Kalsium dan Natrium intraseluler. Ini memicu
mitokondria untuk melepaskan enzim caspase-apoptosis (Misbach dkk., 2007).

12
13
FAKTOR RESIKO
Stroke disebabkan oleh banyak faktor, yang sebagian besar sesungguhnya bisa
dikendalikan. Virgil Brown, MD, dari Emory University,Atlanta, menyatakan bahwa stroke
merupakan akibat dari life style (gayahidup) manusia modern yang tidak sehat. Hal ini tampak
pada perilaku mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan rendah serat, kurang dalam
aktivitas fisik serta berolahraga, akibat stress/ kelelahan, konsumsi alkohol berlebihan,
kebiasaan merokok. Berbagai faktor risiko itu selanjutnya akan berakibat pada pengerasan
pembuluh arteri (arteriosklerosis), sebagai pemicu stroke (Diwanto, 2009).
Menurut The WHO Task Force on Stroke and other CerebrovascularDisorders
(1988), faktor risiko stroke iskemik adalah: (1) hipertensi, (2) diabetes mellitus, (3) penyakit
jantung, (4) serangan iskemik sepintas (TIA), (5) obesitas, (6) hiper-agregasi trombosit, (7)
alkoholism, (8) merokok, (9) peningkatan kadar lemak darah (kolesterol, trigliserida LDL),
(10) hiperurisemia, (11) infeksi, (12) faktor genetik atau keluarga, dan (13) lain-lain (migren,
suhu dingin, kontrasepsi tinggi estrogen, status sosio-ekonomi, hematokrit, peningkatan kadar
fibrinogen, proteinuria dan intake garam berlebih).
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk usia, jenis kelamin, dan
hereditas. Walaupun faktor ini tidak dapat diubah, namun tetap berperan sebagai
pengidentifikasi yang penting pada pasien yang berisiko terjadinya stroke, di mana pencarian
yang agresif untuk kemungkinan faktor risiko yang lain sangat penting (Gofir, 2009).

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK


Semua pasien yang diduga stroke harus menjalani pemeriksaan MRI atau CT scan
tanpa kontras untuk membedakan antara stroke iskemikdan hemoragik serta mengidentifikasi
adanya efek tumor atau massa (kecurigaan stroke luas). Stroke iskemik adalah diagnosis yang
paling mungkin bila CT scan tidak menunjukkan perdarahan, tumor, atau infeksi fokal, dan
bila temuan klinis tidak menunjukkan migren,hipoglikemia, ensefalitis, atau perdarahan
subarakhnoid (Goldszmidt et al.,2009).
Pencitraan otak atau CT scan dan MRI adalah instrumen diagnosa yang sangat
penting karena dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana stroke yang diderita oleh
seseorang. Hasil CT scan perlu diketahui terlebih dahulu sebelum dilakukan terapi dengan
obat antikoagulan atau antiagregasi platelet. CT scan dibedakan menjadi dua yaitu, CT scan
non kontras yang digunakan untuk membedakan antara stroke hemoragik dengan stroke
iskemik yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan penyebab lain yang
memberikan gambaran klinis menyerupai gejala infark atau perdarahan di otak, misalnya

14
adanya tumor. Sedangkan yang kedua adalah CT scan kontras yang digunakan untuk
mendeteksi malformasi vaskular dan aneurisme (Lumbantobing., 2001)

PENATALAKSANAAN TERAPI
Perawatan stroke terdiri dari perawatan medis dan nonmedis. Perawatan medis pada awal
serangan bertujuan menghindari kematian dan mencegah kecacatan. Setelah itu, perawatan medis
ditujukan untuk mengatasi keadaan darurat medis pada stroke akut, mencegah stroke berulang,
terapi rehabilitatif untuk stroke kronis, dan mengatasi gejala sisa akibat stroke. Terapi stroke
secara medis antara lain dengan pemberian obat-obatan, fisioterapi, dan latihan fisik untuk
mengembalikan kemampuan gerak sehari-hari (Wiwit S., 2010).

 Penatalaksanaan Keperawatan

a. Perubahan Gaya Hidup Terapeutik


Modifikasi diet, pengendalian berat badan, dan peningkatanaktivitas fisik
merupakan perubahan gaya hidup terapeutik yang penting untuk semua pasien yang berisiko
aterotrombosis. Pada pasien yang membutuhkan terapi obat untuk hipertensi atau
dislipidemia, obat tersebut harus diberikan, bukannya digantikan oleh modifikasi diet dan
perubahan gaya hidup lainnya (Goldszmidt et al., 2011).
Diet tinggi buah-buahan sitrus dan sayuran hijau berbunga terbukti memberikan
perlindungan terhadap stroke iskemik pada studi Framingham (JAMA 1995;273:1113) dan
studi Nurses Health (JAMA 1999;282:1233), setiap peningkatan konsumsi per kali per hari
mengurangi risiko stroke iskemik sebesar 6%. Diet rendah lemak trans dan jenuh serta tinggi
lemak omega-3 juga direkomendasikan. Konsumsi alkohol ringan-sedang (1 kali per minggu
hingga 1 kali per hari) dapat mengurangi risiko stroke iskemik pada laki-laki hingga 20%
dalam 12 tahun (N Engl J Med 1999;341:1557), namun konsumsi alkohol berat (> 5 kali/
hari) meningkatkan risiko stroke.

b. Aktivitas fisik

Inaktivasi fisik meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke setara dengan
merokok, dan lebih dari 70% orang dewasa hanya melakukan sedikit latihan fisik atau bahkan
tidak sama sekali, semua pasien harus diberitahu untuk melakukan aktivitas aerobik sekitar
30-45 menit setiap hari (Goldszmidt et al., 2011). Latihan fisik rutin seperti olahraga dapat
meningkatkan metabolisme karbohidrat, sensitivitas insulin dan fungsi kardiovaskular
(jantung). Latihan juga merupakan komponen yang berguna dalam memaksimalkan program
penurunan berat badan, meskipun pengaturan pola makan lebih efektif dalam menurunkan

15
berat badan dan pengendalian metabolisme (Sweetman, 2009).

 Penatalaksanaan Medis

Outcome/ goal penatalaksanaan terapi stroke akut, antara lain: (1)mengurangi progesivitas
kerusakan neurologi dan mengurangi angka kematian, (2) mencegah komplikasi sekunder
yaitu disfungsi neurologi dan imobilitas permanen, (3) mencegah stroke ulangan. Terapi yang
diberikan tergantung pada jenis stroke yang dialami (iskemik atau hemoragik) dan
berdasarkan pada rentang waktu terapi (terapi pada fase akut dan terapi pencegahan sekunder
atau rehabilitasi).

Strategi pengobatan stroke iskemik ada dua, yang pertama reperfusi yaitu
memperbaiki aliran darah ke otak yang bertujuan untuk memperbaiki iskemik dengan obat-
obat antitrombotik (antikoagulan, antiplatelet, trombolitik). Kedua dengan neuroproteksi yaitu
pencegahan kerusakan otak agar tidak berkembang lebih berat akibat adanya area iskemik
(Fagan and Hess, 2008).

Berdasarkan guidelines American Stroke Association (ASA), untuk pengurangan


stroke iskemik secara umum ada dua terapi farmakologi yang direkomendasikan dengan grade
A yaitu t-PA dengan onset 3 jam dan aspirin dengan onset 48 jam (Fagan and Hess, 2008).

a. Aktivator Plasminogen (Tissue Plasminogen Activator/ tPA)

Obat ini dapat melarutkan gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah, melalui
enzim plasmin yang mencerna fibrin (komponen pembekuan darah). Akan tetapi, obat ini
mempunyai risiko, yaitu perdarahan. Hal ini disebabkan kandungan terlarut tidak hanya fibrin
yang menyumbat pembuluh darah, tetapi juga fibrin cadangan yang ada dalam pembuluh darah.
Selain itu, tPA hanya bermanfaat jika diberikan sebelum 3 jam dimulainya gejala stroke. Pasien
juga harus menjalani pemeriksaan lain, seperti CT scan, MRI, jumlah trombosit, dan tidak sedang
minum obat pembekuan darah (Wiwit S., 2010).

b. Antiplatelet
The American Heart Association/ American Stroke Association(AHA/ASA)
merekomendasikan pemberian terapi antitrombotik digunakan sebagai terapi pencegahan stroke
iskemik sekunder. Aspirin, klopidogrel maupun extended-release dipiridamol-aspirin (ERDP-
ASA) merupakan terapi antiplatelet yang direkomendasikan (Fagan and Hess, 2008).
Berbagai obat antiplatelet, seperti asetosal, sulfinpirazol, dipiridamol, tiklopidin, dan

16
klopidogrel telah dicoba untuk mencegah stroke iskemik. Agen ini umumnya bekerja baik dengan
mencegah pembentukan tromboksan A2 atau meningkatkan konsetrasi prostasiklin. Proses ini
dapat membangun kembali keseimbangan yang tepat antara dua zat, sehingga mencegah adesi dan
agregasi trombosit. Belum ada data penelitian yang merekomendasikan obat golongan antiplatelet
selain dari aspirin. Aspirin merupakan antiplatelet yang lebih murah, sehingga akan berpengaruh
pada tingkat kepatuhan jangka panjang.
Bagi pasien yang tidak tahan terhadap aspirin karena alergi atau efek samping pada
saluran cerna yaitu mengiritasi lambung, dapat direkomendasikan dengan penggunaan
klopidogrel. Klopidogrel sedikit lebih efektif dibandingkan asetosal dengan penurunan resiko
serangan berulang 7,3% lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian asetosal. Kombinasi
asetosal dan klopidogrel tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan resiko perdarahan dan tidak
menunjukkan hasil yang signifikan dengan pemberian tunggal klopidogrel (Tatro, 2008).

c. Pemberian Neuroprotektan
Pada stroke iskemik akut, dalam batas–batas waktu tertentu sebagian besar jaringan
neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang
disebut sebagai strategi neuroprotektif. Cara kerja metode ini adalah menurunkan aktivitas
metabolisme dan tentu saja kebutuhan oksigen sel–sel neuron. Dengan demikian neuron
terlindungi dari kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia berkepanjangan atau eksitotoksisitas
yang dapat terjadi akibat jenjang glutamat yang biasanya timbul setelah cedera sel neuron.
Suatu obat neuroprotektif yang menjanjikan, serebrolisin (CERE) memiliki efek pada
metabolisme kalsium neuron dan juga memperlihatkan efek neurotrofik (Sylvia A.P. &
Lorraine M.W., 2006). Beberapa diantaranya adalah golongan penghambat kanal kalsium
(nimodipin, flunarisin), antagonis reseptor glutamat (aptiganel, gavestinel, selfotel), agonis
GABA (klokmethiazol), penghambat peroksidasi lipid (tirilazad), antibody anti-ICAM-1
(enlimobab), dan aktivator metabolik (sitikolin). Pemberian obat golongan neuroprotektan
sangat diharapkan dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian (McEvoy, 2008).

d. Pemberian Antikoagulan
Warfarin merupakan pengobatan yang paling efektif untuk pencegahanstroke pada pasien
dengan fibrilasi atrial. Pada pasien dengan fibrilasi atrial dan satu resiko tertinggi yang diketahui.
Pada percobaan yang dilakukan Eropa 28 Atrial Fibrilasi Trial (EAFT), dengan sampel sebanyak
669 pasien yangmengalami fibrilasi atrial nonvalvular dan sebelumnya pernah mengalami stroke
atau TIA. Pasien pada kelompok plasebo, mengalami stroke, infark miokardium atau kematian
vaskular sebesar 17% per tahun, 8% per tahun pada kelompok warfarin dan 15% per tahun pada
kelompok asetosal. Ini menunjukan pengurangan sebesar 53% risiko pada penggunaan
antikoagulan (Fagan & Hess, 2008).

17
Secara umum pemberian heparin, LMWH atau Heparinoid setelah stroke iskemik tidak
direkomendasikan karena pemberian antikoagulan (heparin, LMWH, atau heparinoid) secara
parenteral meningkatkan komplikasi perdarahan yang serius. Penggunaan warfarin
direkomendasikan baik untuk pencegahan primer maupun sekunder pada pasien dengan atrial
fibrilasi. Penggunaan warfarin harus hati-hati karena dapat meningkatkan risiko perdarahan.
Pemberian antikoagulan rutin terhadap pasien stroke iskemik akut dengan tujuan untuk
memperbaiki outcome neurologic atau sebagai pencegahan dini terjadinya stroke ulang tidak
direkomendasi (PERDOSSI, 2007).

 Rehabilitasi Pasca Stroke


Tujuan utama rehabilitasi adalah untuk mencegah komplikasi, meminimalkan
gangguan, dan memaksimalkan fungsi organ. Prioritas rehabilitasi stroke dini adalah
pencegahan stroke sekunder, managemen dan pencegahan penyakit penyerta dan komplikasi.
Pada dasarnya rehabilitasi pada pasien stroke iskemik maupun stroke hemoragik memilki
prinsip yang sama. Rehabilitasi tersebut meliputi terapi berbicara, terapi fisik, dan terapi
occupasional (Aminoff, 2009).

A. KOMPLIKASI
Pasien yang mengalami gejala berat, misalnya imobilisasi dengan hemiplegia berat, rentan
terhadap komplikasi yang dapat menyebabkan kematian awal yaitu (Ginsberg, 2007):
 Pneumonia, septicemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi saluran kemih)
 Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT) dan emboli paru
 Infark miokard, aritmia jantung, dan gagal jantung
 ketidakseimbangan cairan

2.2 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Askep Pada Klien Dengan Stroke

I. PENGKAJIAN

18
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien memiliki riwayat hipertensi, hipotensi postural, konsumsi makanan kolesterol tinggi,
penyakit kardiovaskuler, obesitas, diabetes, penggunaan kontrasepsi oral, merokok,
penyalahgunaan obat terutama kokain, dan penggunaan alkohol.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang :


Pasien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi, mudah
lelah, susah istirahat, perasaan tidak berdaya, anoreksia, mual muntah, pusing, sakit kepala,
kebas, kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda, gangguan pengecapan dan
penciuman.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Riwayat hipertensi, obesitas, dan stroke pada keluarga. Budaya keluarga mengkonsumsi
makanan tinggi kolesterol.

2. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas dan istirahat :
Kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik seperti hemiplegi/paralisis, hemiparesis.
Penurunan kemampuan memenuhi ADL (tidak mampu menyuapkan makanan, tidak mampu
memandikan bagian tubuh, tidak mampu melepas pakaian). Gangguan tonus otot (flaksid,
spastis), gangguan tingkat kesadaran.

b. Sirkulasi :
Hipertensi arterial, frekuensi nadi bervariasi, disritmia, perubahan EKG, desiran abnormal pada
karotis, femoralis, dan arteri iliaka/aorta.

c. Integritas ego :
Emosi labil, sulit mengekspresikan diri.

d. Eliminasi :
Perubahan pola berkemih, inkontinensia urin/alvi, distensi adomen, bising usus negatif (ileus
paralitik).

e. Makanan/cairan :
Kesulitan menelan (gangguan reflek palatum dan faringeal).

f. Neurosensori :
Tingkat kesadaran biasanya koma, gangguan tingkah laku (letargi, apatis, tindakan
menyerang).

19
Gangguan fungsi kognitif (penurunan memori dan pemecahan masalah, lapang perhatian
terbatas, kesulitan untuk memahami sesuatu, lupa, kurang motivasi).

Efek psikologis berupa labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja
sama.

Disfungsi kemampuan bahasa dan komunikasi seperti afasia motorik (kesulitan


mengungkapkan kata), afasia reseptif (kesulitan untuk memahami kata-kata secara bermakna),
disartria (kesulitan bicara akibat paralisis otot-otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara).

Gangguan motorik seperti apraksia (kehilangan kemampuan menggunakan motorik ketika


pasien ingin menggerakkannya), ataksia (berjalan tidak mantap), paralisis, genggaman tidak
sama, reflek tendon melemah.

Gangguan persepsi antara lain gangguan persepsi visual seperti homonimus hemianopsia
(kehilangan setengah lapang pandang), mengabaikan salah satu bagian tubuh (amorfosintesis),
kesulitan menilai jarak, kesulitan melihat pada malam hari, diplopia.

Kehilangan sensori dengan kehilangan propiosepsi (kemampuan merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.

Anisokor pupil, kekakuan nukal, kejang.

g. Nyeri/kenyamanan:
Tingkah laku tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot wajah.

h. Pernapasan :
Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan nafas, nafas sulit dan/atau tak teratur, ronki.

i. Keamanan:
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan), kesulitan melihat objek dari
sisi kiri (pada stroke kanan), tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenal dengan baik, gangguan respon terhadap panas/dingin, kesulitan menelan,
kurang kesadaran diri.

j. Interaksi sosial :
Masalah bicara, ketidakmampuan berkomunikasi.

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Angiografi Serebral : Membantu menemukan penyebab stroke dengan spesifik, seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.

20
b. CT scan : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark
c. Pungsi Lumbal : Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis,
emboli serebral, dan TIA.Tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total
meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI : Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, mal formasi arteri vena.
e. EEG : Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
f. X-Ray Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas.
g. USG Doppler : Mengidentifikasi masalah areteriovena

21
II. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
N Masalah
Data Penunjang Diagnosa Keperawatan
o Keperawatan

1 DO :

1. Tingkat kesadaran koma Perubahan perfusi Perubahan perfusi jaringan


2. Penurunan memori, jaringan serebral serebral b.d interupsi aliran
bahasa, intelektual, emosi darah: gangguan oklusif,
3. Perubahan respon hemoragi, vasospasme serebral,
motorik/sensori (tidak edema serebral.
mampu mengenali objek,
warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenal dengan baik,
gangguan respon terhadap
panas/dingin)

DS :

Klien mengatakan bahwa


mengalami

1. Kelemahan, kehilangan
sensasi
2. Pusing, sakit kepala
3. Kebas
4. Kehilangan daya lihat
sebagian, penglihatan ganda,
gangguan pengecapan dan
penciuman.
2 DO :

1. Kerusakan Kerusakan mobilitas Kerusakan mobilitas fisik b.d


koordinasi/ataksia (berjalan fisik kelemahan, parastesia
tidak mantap) (flaksid/paralisis hipotonok,
2. Paralisis paralisis spastik).
3. Genggaman tidak sama
4. Reflek tendon melemah

DS :

Klien mengatakan bahwa


mengalami

1. Kesulitan untuk
beraktivitas karena
kelemahan
2. Mudah lelah

3 DO :

1. Afasia (gangguan atau Kerusakan Kerusakan komunikasi verbal


kerusakan fungsi bahasa baik komunikasi verbal dan/atau tertulis b.d kelemahan

22
sensorik maupun motorik, dan/atau tertulis umum, kerusakan
tidak mampu neuromuskuler, kehilangan
mengungkapkan kata tonus/kontrol otot fasial/oral
dan/atau tidak mampu
memahami kata-kata secara
bermakna)
2. Disartria (mampu
memahami, membaca, dan
menulis bahasa tapi tidak
mampu mengucapkan kata
karena kelemahan dan
paralisis otot sekitar oral)
3. Kata-kata tidak
dimengerti
4 DO :

1. Penurunan kemampuan Kurang Perawatan Kurang Perawatan Diri b.d


memenuhi ADL (tidak Diri kerusakan neuromuskular,
mampu menyuapkan penurunan kekuatan dan
makanan, tidak mampu ketahanan, kehilangan
memandikan bagian tubuh, kontrol/koordinasi otot,
tidak mampu melepas kersakan perseptual/kognitif,
pakaian) depresi, nyeri/ketidaknyamanan
2. Gangguan tonus otot

DS :

Klien mengatakan

1. Sulit untuk beraktivitas


karena kelemahan
2. Mudah lelah

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral.


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan.
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Resiko tinggi integritas kulit

Rencana asuhan keperawatan NANDA, NOC NIC

No Diagnosa NOC NIC

1 Gangguan perfusi Kemampuan kognitif Peningkatan perfusi


jaringan serebral. jaringan
Indikator :
Tindakan :
 Berkomunikasi jelas atau

23
tidak sesuai denngan usia dan  Atasi hipertensi
kemampuan dengan memperluas
 Perhatian, konsenterasi volume atau
 Memori jangka panjang dan inotropik atau agen
saat ini vasokonstriksi sesuai
 Pengolahan informasi indikasi untuk
 Membuat keputusan yang mempertahankan
tepat parameter
hemodinamik dan
mempertahankan
Status neurologikal atau
mengoptimalkan
Indikator : tekanan perfusi
serebral.
 status mental  Monitor tanda-tanda
 kesadaran perdarahan.
 kontrol motor pusat  Monitor status
(perubahan respon motorik) neurologi.
 sulit menelan  Hitung dan monitor
Perfusi jaringan : serebral tekanan perfusi
serebral.
 Monitor TIK dan
Kriteria hasil : respon neurologi
untuk aktivitas
 Tekanan systole dan diastole perawatan.
 dalam rentang yang  Monitor tekanan
diharapkan arteri rata-rata.
 Tidak ada  Monitor tekanan
ortostatikhipertensi kardiovaskuler
 Komunikasi jelas  Monitor hasil
 Menunjukkan konsentrasi laboratorium untuk
dan orientasi perubahan
 Pupil seimbang dan reaktif oksigenasi atau
 Bebas dari aktivitas kejang keseimbangan asam
basa.

 Monitor intake dan


output.
 Monitoring tekanan
intracranial (ICP)
 Monitoring
neurologis
 Terapi oksigen
 Monitoring tanda-
tanda vital

Manajemen nutrisi

Tindakan :
Status nutrisi
 Mengontrol penyerapan

24
Indikator : makanan/cairan dan
menghilang intake
 Asupan zat gizi kalori harian, jika
 Asupan makanan dan cairan diperlukan
 Energi  Memantau ketepatan
 Indeks masa tubuh urutan makanan
 Berat badan  Menetukan kebutuhan
makanan saluran
nasogastric
2. Nutrisi kurang dari  Menghentikan
kebutuhan. penggunaan saluran
makanan, jika intake
oral dapat dimaklumi

Bantuan penambahan
berat badan

Tindakan :

 Menimbang berat
badan pada jarak waktu
tertentu jika diperlukan.
 Memantau mual dan
muntah
 Mengontrol
konsumsi kalori harian
 Anjurkan
meningkatkan intake
kalori
 Menunjukan
bagaimana cara
meningkatkan intake
kalori

Terapi latihan : ambulansi

Tindakan :

 Mengenakan
pakaian pasien
dengan pakaian
nonrestriktif
 Membantu pasien
menggunakan
Ambulasi: berjalan footwear sebagai
fasilitas berjalan dan
Indikator : pencegahan
kecelakaan
 Berjalan dengan lambat  Mengatur tinggi
 Berjalan dengan kecepatan rendah tempat tidur,
sedang jika diperlukan
 Berjalan dengan kecepatan  Mengganti posisi
tinggi tidur dengan mudah
 Berjalan dengan jarak jauh(5 dilakukan

25
blok atau lebih dari )  Konsultasi dengan
 Berjalan denga jaraj yang terapi fisik tentang
3. Gangguan mobilitas sedang(lebih dari 1 blok atau rencana ambulansi,
fisik kurang dari 5 ) jika diperlukan
 Mengintruksikan
DO : Kesadaran saat ini
penggunaan alat
(GCS ) E3V3M4 Ambulasi : kursi roda bantu, jika
diperlukan
Indikator :
 Mengintruksikan
DS :  Memindahkan dari dan ke pasien bagaiman
kursi roda posisi yang benar
Hemiparesis kanan dalam proses
 Mendorong kursi roda
dengan aman berpindah
 Mendorong kursi roda  Gunakan gaitbelt
dengan jarak dekat untuk membentu
berpindah dan
 Mendorong kursi roda
ambulansi, jika
dengan jarak yang sedang
diperlukan
 Mendorong kursi roda
 Menyediakan cueing
dengan jarak jauh
ard di kepala sebagai
fasilitas untuk
Tingkat Mobilitas
berpindah
 Keseimbangan tampilan  Menyediakan alat
 Keseimbangan tampilan bantu (mis. Cane,
tubuh walker atau kursi
 Perpindahan otot roda) untuk
ambulansi, jika
 Perubahan tampilan
pasien tidak siap
 Ambulasi : berjalan
 Ambulasi : kursi roda
Terapi latihan : mobilitas
sendi
Kriteria hasil :
Tindakan :
 Klien meningkat dalam
aktivitas fisik  Menentukan batasan
 Mengerti tujuan dari dari perpindahan sendi
peningkatan mobilitas dan dampak dari
 Memverbalisasikan fungsinya
perasaan dalam  Kolaborasi dengan
 meningkatkan dokter terapi dalam
kekuatan dan perkembangan dan
kemampuan berpindah memutuskan sebuah
 Memperagakan program latihan
penggunaan alat Bantu  Menetukan tingkat
untuk mobilisasi motifasi pasien untuk
(walker) perawatan dan
pemulihan
perpindahan sendi
 Menjelaskan kepada
pasien/keluarga tujuan
dan rencana dari
latihan sendi
 Mengontrol lokasi dan

26
ketidaknyamanan dan
nyeri selama
beraktifitas/berpindah
 Memulai
pengontrolan ukuran
nyeri sebelum
memulai latihan sendi
 Mengenakan pakaian
pasien dengan pakaian
nonresriktif
 Melindungi pasien
dari trauma selama
latihan

Manajemen tekanan

Tindakan :

 Anjurkan pasien
untuk menggunakan
pakaian yang longgar
 Hindari kerutan pada
tempat tidur
 Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih
dan kering
 Mobilisasi pasien
(ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
 Monitor kulit akan
Integritas Jaringan : Membran
adanya kemerahan
Kulit dan Mukosa
 Oleskan lotion atau
Indikator : minyak/baby oil
pada
 Suhu Jaringan derah yang tertekan
 Sensasi  Monitor aktivitas
 Elastisitas dan mobilisasi
 Hidrasi pasien
 Pigmentasi  Memandikan pasien
 Respirasi dengan sabun dan air
 Warna hangat
 Tekstur  Kaji lingkungan dan
peralatan yang
 Ketebalan
menyebabkan tekanan
 Jaringan yang tak luka
 Observasi luka :
 Jaringan Perfusi
lokasi, dimensi,
 Pertumbuhan rambut di kulit
 kedalaman luka,
 Kelengkapan kulit karakteristik,warna
 cairan, granulasi,
Penyembuhan Luka : Tujuan
jaringan nekrotik,

27
Sekunder tandatanda
 infeksi lokal,
Indikator : formasi traktus
 Ajarkan pada
4. Resiko tinggi  Edema
keluarga tentang
integritas kulit  Pelepuhan kulit luka dan
 Pengelupasan perawatan luka
 Bau Luka  Kolaburasi ahli gizi
 Ukuran Luka pemberian diae
TKTP,
vitamin
Kriteria hasil:
 Cegah kontaminasi
feses dan urin
 Lakukan tehnik
 Integritas kulit yang perawatan luka
baik bisa dipertahankan dengan
 Melaporkan adanya steril
gangguan sensasi atau  Berikan posisi yang
nyeri pada daerah kulit mengurangi tekanan
yang mengalami  pada luka
gangguan
 Menunjukkan
pemahaman dalam Perawatan luka
proses perbaikan kulit
Tindakan :
dan mencegah
terjadinya cedera  Bersihkan balutan
berulang yang melekat dan
 Mampu melindungi kulit debris
 dan mempertahankan  Cukur rambut sekitar
kelembaban kulit dan area yang rusak
perawatan alami  Catat karakteristik
 Status nutrisi adekuat luka
 Sensasi dan warna kulit  Catat karakteristik
normal drainase
 Bersihkan dengan
sabun antibakterial
 Bersihkan area yang
rusak pada air
mengalir
 Rendam pada larutan
saline
 Berikan perawatan
pada tempat IV
 Berikan perawatan
Hickman
 Berikan perawatan
pada venus sentral
 Berikan perawatan
pada tempat insisi
 Berikan perawatan
ulkus pada kulit
 Masase area sekitar
luka untuk

28
menstimulasi sirkulasi
 Gunakan TENS
(Transcutaneous
Electrical Nerve
Stimulation) untuk
perbaikan perawatan
luka
 Pertahankan
kepatenan pipa
drainase
 Gunakan salep kulit
dengan tepat
 Balut dengan tepat
 Gunakan balutan yang
oklusif
 Kuatkan balutan
 Pertahankan teknik
balutan steril selama
perawatan luka
 Inspeksi luka setiap
penggantian balutan
 Bandingkan dan catat
dengan teratur setiap
penggantian balutan
 Posisikan untuk
menghindari tegangan
pada luka, dengan
tepat.
 Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
prosedur perawatan
luka

29
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. A
No.RM : 64 73 53
Usia : 55 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 13 Maret 2017
Tanggal pengkajian : 14 Maret 2017
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan Masuk
Klien mengeluh kelemahan pada anggota gerak kiri sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 14 Maret 2017, hari rawatan ke 2 klien mengeluh
kelemahan pada anggota gerak kiri. Klien mengeluh sakit kepala, klien tampak
pelo pada bibir sebelah kanan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien sudah 2x masuk rumah sakit pertama tahun 2012 dirawat di rumah sakit siti
rahmah padang yang kedua tahun 2014 dirawat di M jamil padang. Pada tahun
2014 klien memiliki riwayat DM
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga Klien menyangkal keluarganya memiliki riwayat hipertensi, DM dan stroke.
3. Pengkajian fungsional Gordon
Sebelum sakit
a. Aktivitas/oloahraga
Sebelumnya klien juga pernah masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama merasa
kesulitan melakukan aktivitas karena kelemahan pada ekstremitas kiri. Klien
merasa mudah lelah. Toileting klien dibantu oleh keluarga
Kekuatan otot : 555 333
555 444

b. Istirahat tidur

30
Sebelum masuk rumah sakit klien tidur 8 jam/malam. Klien mulai tidur jam 21.00-
05.00
c. Eliminasi
Sebelum masih rumah sakit kebiasaan defekasi klien >5x sehari, klien kesulitan untuk
toileting sehingga dibantu oleh keluarga
d. Nutrisi/metabolisme
e. Klien makan 3x sehari, nasi, sayur, ikan 1 piring/ makan kesulitan tidak ada
minum: 1,5-2 liter/hari
f. Kognitif-persepsi
Klien tidak memngalami gangguan penglihatan dan pendengaran. Bahasa sehari-hari
Indonesia dan minang. Klien mampu berkomunikasi dengan baik
g. Peran Hubungan
Pekerjaan klien sebagai Ibu rumah tangga dan klien serumah dengan suami keduanya,
saat klien sakit suami klien yang menunggui klien dirumah sakit.
h. Seksualitas Reproduksi
Klien mempunyai 5 orang anak, klien mengataka tidak masalah hubungan dengan
pasangan
i. Koping Toleransi stress
Klien mengalami kehilangan di masa lalu, suami klien dan ayah klien meninggal.
Keadaan emosi sehari-hari klien tampak santai
j. Keyakinan – Nilai
Klien beragama Islam dan klien melaksanakan sholat 5 waktu
k. Persepsi dan penanganan kesehatan
Klien rutin mengkonsumsi obat yang diberikan dokter

Setelah sakit
a. Aktivitas/oloahraga
Klien merasa kesulitan melakukan aktivitas karena kelemahan pada ekstremitas kiri.
Klien merasa mudah lelah. Toileting klien dibantu oleh keluarga
Kekuatan otot : 555 333
555 333
b. Istirahat tidur
Klien tidur 8 jam/malam. Klien mulai tidur jam 21.00-05.00
c. Eliminasi
Kebiasaan defekasi klien 4-6x sehari, klien kesulitan untuk toileting sehingga dibantu
oleh keluarga
d. Nutrisi/metabolisme
Nafsu makan klien normal. Klien menghabiskan porsi makan yang diberikan
e. Kognitif-persepsi
Status mental klien sadar, bicara tak jelas. Bahasa sehari-hari Indonesia dan minang.
Kemampuan untuk memahami ada. Kemampuan untuk berkomunikasi ada.
f. Peran Hubungan
Pekerjaan klien sebagai Ibu rumah tangga dan klien serumah dengan suami keduanya
g. Seksualitas Reproduksi
Klien mempunyai 5 orang anak, klien mengataka tidak masalah hubungan dengan
pasangan

31
h. Koping Toleransi stress
Klien mengalami kehilangan di masa lalu, suami klien dan ayah klien meninggal.
Keadaan emosi sehari-hari klien tampak santai
i. Keyakinan – Nilai
Klien beragama Islam dan klien melaksanakan sholat 5 waktu
j. Persepsi dan penanganan kesehatan
Klien hanya mengkonsumsi obat yang diberikan dokter

3.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan TTV TD : 170/100 mmHg

S : 36.5o C

N : 96x/ menit

RR : 20x/ menit

KU Composmentis

Kepala dan Rambut I : Bentuk kepala simetris, Rambut bersih,beruban, tidak ada lesi

P : Nyeri tekan (-)

Mata I : Mata simetris, konjungtiva anemis (+), pupil isokhor 2/2 mm, refleks
pupil (+), sklera ikterik (+)

Hidung I : Simetris kiri kanan, polip (-), epistaksis (-)

P : Nyeri tekan (-)

Telinga I : Bentuk simetris kiri kanan, keadaan telinga bersih, serumen (+),alat bantu
dengar (-)

P : Nyeri tekan (-)

Leher ,mulut,lidah I : Keadaan leher bersih, lesi (-), kaku kuduk (+),radang mukosa (-), karies
(-),karang gigi (+), lidah kotor (-),radang tonsil (-)

P : Pembesaran KGB dan tiroid (-)

32
Thoraks

Paru-paru I : Simetris kiri kanan, penggunaan otot bantu nafas (-),ekspansi simetris
(+) ,edema (-)

P : Nyeri tekan (-), massa (-), taktil fremitus (+)

Per : Sonor

A : Wheezing (-), Ronchi (-), irama vesikuler

I : Apex jantung tidak terlihat


Jantung
P : Apex jantung teraba, pulsasi (+)

Per : Pekak/redup

A : Bunyi jantung (+)

Abdomen I : Ascites (-)

P : Pembengkakan (-), nyeri tekan (-), massa (-)

Per : Kembung (-)

A: BIsing Usus (+)

Ekstremitas I : Udem (-), kelemahan anggota tubuh bagian kiri

P:

3.3 Pemeriksaan Penunjang/ Laboratorium

Hematologi ( dicek tanggal 12 Maret 2017)


 Hb : 12,7 g/dl (12-14)
 Leukosit : 2600/mm3 Nilai Normal (5000-10.000)
 Trombosit : 231.000/mm3 Nilai Normal (150.000-400.00)
 Hematokrit : 39% Nilai Normal (38-43)

33
Kimia Klinis ( dicek tanggal 13 Maret 2017 )

 GD Puasa : 136 mg/dl Nilai Normal (60-100)


 GD 2 jam PP : 168 mg/dl Nilai Normal (70-140)
 Total kolesterol : 244 mg/dl Nilai Normal (<220)
 HDL Kolesterol : 45 mg/dl Nilai Normal (<65)
 LDL Kolesterol : 105,8 mg/dl Nilai Normal (<150)
 Trigliserida : 466 mg/dl Nilai Normal (<150)
 Ureum darah : 30 mg/dl Nilai Normal (10,0-50,0)
 Kreatinin darah : 0,9 mg/dl Nilai Normal (0,6-1,1)
 Natrium : 130 mmol/l Nilai Normal (139-145)
 Kalium : 2,9 mmol/l Nilai Normal (4,4-4,8)
 Klorida Serum : 95 mmol/l Nilai Normal (76-102)

Pemeriksaan Radiologi

 CT Scan kepala (diperiksa tanggal 13 Maret 2017 ):


 Tampak lesi hipodens pada korona radiata kanan
 Sulkus kortikalis dan sisterna baik
 Fisura sylvii kanan dan kiri baik
 Sistem ventrikel lateral, III dan IV baik
 Tak tampak hidline shitting
 Batang otak dan serebelum baik
 #Kesan : Infark pada korona radiata kanan

 Thoraks (diperiksa tanggal 12 Maret 2017 )


 Corak : membesar ke kiri (CTR > 60%)
 Corakan bronkovaskuler ke dua paru-paru baik
 Sinus dan diafragma baik
 #Kesan : Kardiomegali

5. Pemeriksaan Penunjang/ Laboratorium

Hematologi
 Hb : 12,7 g/dl (12-14)
 Leukosit : 2600/mm3 (5000-10.000)
 Trombosit : 231.000/mm3 (150.000-400.00)
 Hematokrit : 39% (38-43)

Kimia Klinis

 GD Puasa : 136 mg/dl (60-100)


 GD 2T PP : 168 mg/dl (70-140)
 Total kolesterol : 244 mg/dl (<220)
 HDL Kolesterol : 45 mg/dl (<65)
 LDL Kolesterol : 105,8 mg/dl (<150)
 Trigliserida : 466 mg/dl (<150)
 Ureum darah : 30 mg/dl (10,0-50,0)
 Kreatinin darah : 0,9 mg/dl (0,6-1,1)

34
 Natrium : 130 mmol/l (139-145)
 Kalium : 2,9 mmol/l (4,4-4,8)
 Klorida Serum : 95 mmol/l (76-102)

Radiologi

 CT Scan kepala:
 Tampak lesi hipodens pada korona radiata kanan
 Siklus kortikalis dan sisterna baik
 Fisura sylvii kanan dan kiri baik
 Sistem ventrikel lateral, III dan IV baik
 Tak tampak hidline shitting
 Serebelum baik
 Thoraks :
 Cor : membesarke kiri (CTR > 60%)
 Corakan bronkovaskuler ke dua paru-paru baik
 Sinus dan diafragma baik

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 Ds : klien mengatakan sakit kepala Nyeri kuduk, kepala Perubahan perfusi


terasa sakit jaringan serebral
Do : klien tampak mengernyitkan kepala, berhubungan dengan
nyeri skala 3 vasospasme otak

TD 170/100 mmHg

2 Ds : -klien mengatakan kaki kiri dan Intoleransi aktivitas


tangan kiri lemah berhubungan dengan
Kelelahan, kelemahan umum
-klien mengatakan cepat merasa lelah kelemahan, Adanya
dispnea saat
- Klien mengatakan tidak mampu beraktivitas
untuk ke toilet secara mandiri

Do : -klien tampak lemah, kekuatan otot


anggota gerak atas kiri dan anggota gerak
bawah kiri masing-masing 3

-TTV TD : 170/100 mmHg

Nadi : 92 x/mnt
Respon abnormal
RR : 24 x/mnt tekanan darah dan
denyut jantung

35
- Hasil EKG menunjukkan iskemia terhadap aktifitas

3 Ds: -klien mengatakan sulit bergerak Gangguan mobilitas fisik


karena kelemahan berhubungan dengan
Rentang gerak yang gangguan neurovaskuler
Do : - kelemahan terbatas
-parestesia

-paralisis
Kelemahan, parestesia
-kerusakakan koordinasi
Paralisis, kerusakan
- keterbatasan rentang gerak (tangan koordinasi
terpasang infus)

-Penurunan kekuatan otot

NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Penurunan perfusi jaringan a. Perfusi Jaringan : serebral a. Perawatan Sirkulasi


serebral b.d interupsi aliran
darah, gangguan oklusi,  Lakukan penilaian dari
Setelah dilakukan intervensi sirkulasi keseluruhan
hematologi, vasospasme
selama 3x24 jam klien (ex : periksa detak
serebral, edema serebral
mengalami perbaikan pada: keseluruhan, edema,
kapiler refil, warna,
 Abnormal dalam berfikir.
 Gangguan reflek dan suhu dari
neurologi ekstremitas)
 Kaji derajat
b. Status neurologikal :
ketidaknyamanan dan
kesadaran
nyeri
 Angkat badan 100 - 150
Setelah dilakukan intervensi atau lebih diatas
selama 3x24 jam klien jantung untuk
mengalami perbaikan pada: meningkatkan venous
return, jika
 Kesadaran
 Pusat kontrol motorik memungkinkan
 Sensorik kranial dan  Pelihara/atur hidrasi
fungsi motorik yang adekuat untuk
 Pola nafas diharapkan
 Tekanan darah mencegah peningkatan

36
 Denyut nadi kekentalan darah
 Monitor status cairan,
pemasukan intake dan
output

2 Intoleransi Aktivitas b.d a. Activity Tolerance a. Terapi Aktivitas


kelemahan umum
 Bantu klien untuk
Setelah dilakukan intervensi mengidentifikasi
selama 3x24 jam klien aktivitas yang mampu
mengalami perbaikan pada: dilakukan
 Bantu untuk memilih
 Berpartisipasi dalam aktivitas konsisten
aktivitas fisik tanpa yang sesuai dengan
disertai peningkatan TD, kemampuan fisik,
Nadi dan RR psikologi dan sosial
 TTV : Normal  Bantu klien untuk
 Mampu berpindah dengan mengidentifikasi dan
atau tanpa bantuan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Bantu klien untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi
medik dalam
merencanakan
program terapi yang
tepat
3 Gangguan Mobilitas Fisik b.d 1. Mobilitas 1. Terapi Latihan :

37
penurunan kekuatan otot Mobilitas tulang sendi

Setelah dilakukan intervensi


selama 3x24 jam klien  Menentukan
mengalami perbaikan pada: keterbatasan dari gerak
sendi dan dampak dari
 Keseimbangan
 Koordinasi fungsi tersebut
 Cara Berjalan  Monitor lokasi dan
 Gerakan Otot sifat dari
 Gerakan Sendi
ketidaknyamanan atau
 Tampilan Posisi Tubuh
 Kemampuan Untuk nyeri selama
Berpindah Posisi perpindahan/ aktivitas
 Berjalan  Ajukan pengukuran
 Leluasa Bergerak control nyeri sebelum
memulai latihan tulang
sendi
 Lindungi pasien dari
trauma selama latihan
 Anjurkan latihan ROM
secara teratur, sesuai
jadwal
 Anjurkan latihan
PROM dan AROM
sesuai indikasi
 Ajarkan keluarga
bagaimana secara
sistematis melakukan
ROM, PROM, dan
AROM
 Tentukan peningkatan
dan pencapaian tujuan

38
CATATAN PERKEMBANGAN PERAWATAN KLIEN

Nama klien : Ny. A

Ruang : Marwa 10

39
No. Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Selasa, 14 Perubahan perfusi Pukul 06.00 WIB Pukul 06.00
Maret 2017 jaringan serebral 1. Mengukur tekanan darah klien S:
b.d vasopasme otak Hasil TD : 170/100 mmHg Klien mengatakan bahwa kepalanya masih
2. Mempalpasi denyut nadi berdenyut-denyut sakit, namun tidak seperti
Hasil nadi : 92x/menit kemarin rasanya
3. Mengaukultasi bnyi jantung dan O:
paru  TD : 170/100 mmHg
Hasil : bunyi jantung irama teratur, N : 92x/m
bising (-), bunyi tambahan (-)  Klien tampak mengereyutkan dahinya
Bunyi paru  vesikuler karena menahan sakit kepala dengan skla
4. Mengamati warna kulit, suhu, nyeri 2.
kapilary refil dan edema serta A:
nyeri kepala Masalah belum teratasi
Hasil :
Kulit tidak pucat, suhu : 36,5 P:
CRT <3detik Intervensi dilanjutkan
Edema (-) 14. Memonitir tekanan darah
Nyeri kepala skala 3 15. Mempalpasi denyut nadi
Pukul 23 :00 16. Moitor suhu,crt
5. Memberikan obat sesuai order 17. Kolaborasi pemberian obat
dokter
Hasil : klien mendapatkan injeksi citiclin
2x1gr dan ceftriaxone 2x1 dr

Intoleransi Pukul 21.30 WIB


Aktivitas b.d 6. Mengkaji ulang tanda dan gejala S:
kelemahan umum yang tidak toleran terhadap 18. Klien mengatakan kaki – tangan sebelah
aktivitas kiri masih lemah
7. Meningkatkan level aktivitas O:
secara bertahap 19. Klien tampak lemah
Hasil : klien sudah bisa berjalan ke 20. Aktvitas klien dibantu oleh keluarga
toilet dengan dibantu anaknya 21. Klien mampu melakukan aktivitas miring
Pukul 22:00 WIB kanan kiri dibantu oleh keluarga
8. Menciptakan lingkungan tenang A:
dan aman selama aktifitas Masalah belum teratasi
Hasil : ligkungan tenang, jumlah P:
pengunjung klien yang menunggu Intervensi dilanjutkan
1 orang
9. Memasang samping tempat tidur
Pukul 06.30
10. Memonitor intake 40nutrisi sebagai
sumber energi
Hasil : klien menghabiskan porsi
makan yang diberikan\
11. Edukasi klien tentang
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Menurut M.Clevo Rendi dan Margareth TH (2012), pengkajian merupakan pemikirann
dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
pasien agar dapat mengidentifikasikan, mengenali masalh-masalh, kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan baik mentak, sosial, dan lingkungan . Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Adapun pengkajian pada Ny. A ini, pengumpulan data
diperoleh melalui metode wawancara dengan pasien dan keluarga, observasi dan pemeriksaan
secara langsung dan juga dari data medical record pasien. Pengkajian yang dilakukan oleh
penulis telah sesuai dengan teori yang ada.
Berdasarkan diagnosa dokter dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya Ny. A
mengalami stroke iskemik. Menurut Crowin (2009), Stroke iskemik adalah Stroke yang terjadi
akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama kebagian otak. Hal ini didukung dengan hasil
pemeriksaan CT Scan kepala Ny A, dimana tampak adanya lesi hipodens pada koronaradiata
kanan. Menurut Tobing (2001), tanda dan gejala dari stroke iskemik adalah adanya sakit kepala
dan terjadinya gangguan gerak/kelumpuhan (hemiparesis). Hal ini sesuai dengan hasil
pengkajian dimana klien mengalami sakit kepala dan mengalami kesulitan dalam beraktivitas
dikarenakan kelemahan pada anggota gerak ekstremitas kiri. Berdasarkan faktor risiko terjadinya
stroke, dimana Ny. A sebelumnya juga telah pernah dirawat dua kali di rumah sakit karena
stroke, selain itu klien juga memiliki riwayat hipertensi. Saat pengkajian diperoleh hasil
pemeriksaan tekanan darah klien adalah 170/100 mmHg. Hal ini sangat sesuai dengan teori
tentang faktor risiko terjadinyo stroke, yaitu menurut M.Clevo Rendi dan Margareth TH (2012),
faktor resiko terjadinya stroke iskemik pada seseorang dicetus oleh adanya riwayat hipertensi.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Gordon (dalam Nurjanah, 2004), diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh
perawat profesional yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukan masalah kesehatan
yang dirasakan klien. Pada prinsipnya pasien dengan stroke, diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul adalah perubahan perfusi jaringan serebral b.d vasospasme otak, intoleransi
aktivitas b.d kelemahan, gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, risiko disfungsi
neurovaskuler perifer b.d imobilisasi.
Pada kasus Ny. A penulis, berdasarkan hasil engkajian dan data yangg diperoleh, diagnosa
keperawatan pada Ny. A yaitu perubahan perfusi jaringan serebral b.d vasospasme otak,
intoleransi aktivitas b.d kelemahan, dan gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.
C. Intervensi

41
Pada Ny. A dilakukan perencanaan tindakan keperawatan yaitu berupa perawatan sirkulasi dan
terapi aktivitas. Dimana aktivitas yang direncanakan berupa penilaian terhadap status sirkulasi
pasein, mengkaji derajat ketidaknyamannan pasien dan nyeri, pengaturan posisi senyaman
mungkin yaitu semifowler, memonitor status hidrasi dan intake-output pasien, mengajarkan dan
memfasilitasi latihan ROM, membantu klien untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan fisik pasien serta memilih aktivitas konsisten yang perlu dilakukan oleh pasien . Hal
ini disesuaikan dengan intervensi yang didapat dari NIC.
D. Implementasi
Implementasi terhadap rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. A yaitu pada hari Selasa,
14 Maret 2017 dengan mengukur tekanan darah, denyut nadi, dan CRT klien, dimana diperoleh
hasil yaitu tekanan darah 170/100 mmHg, Nadi 92 kali per menit dan CRT kurang dari 3 detik.
Selain itu juga dilakukan pemantauan terhadap status hidrasi klien, warna kulit dan suhu tubuh
klien diperoleh suhu tubuh normal yaitu 36,5 o C, kulit pucat, dan terdapat ketidaknyamanan
atau neyeri kepala yang dirasakan klien dengan skala tiga. Selain itu juga kolaborasi dengan
dokter tentang pemberian obat klien pada pukul 23.00 WIB, yaitu injeksi citiclin 2x1gr dan
ceftriaxone 2x1 gr. Untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas klien yaitu dengan malakukan
pengkajian ulang tanda intoleransi aktivitas klien, menganjurkan keluarga untuk membantu klien
untuk aktivitas ringan seperti ke toilet. Pada pukul 21.30 WIB klien telah bisa berjalan ketoilet
dengan dibantu oleh anaknya. Terkait nafsu makan klien pada pukul 6.30 WIB tanggal 15 maret
2017 klein telah menghabiskan makanan yang disediakan, hal ini menunjukan bahwa klien tidak
memiliki masalah dengan nafsu makannya saat ini. Hal serupa juga dilakukan pada hari rabu dan
kamis tanggal 15-16 Maret 2017, dimana setelah dievaluasi terlihat perbaikan kondisi klien, pada
tanggal 15 Maret tekanan darah klien menjadi 160/100 mmHg, nyeri berkurang dengan skala 2.
Karena klien juga mederita diabetes melitus pad ayanggal 15 maret pukul 18.15 WIB
memberikan injeksi insulin apidra solostar 10 unit. Pada Tanggal 16 Maret 2017 klien pulang
dimana tekanan darah pada tanggal 16 diperoleh 160/100 dan nadi klien 92x/menit.

E. Evaluasi
Asuhan keperawatan dengan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya telah diberikan kepada
Ny. A dengan diagnosa medis stroke iskemik. Asuhan keperawatan berupa penangan masalah
perubahan perfusi serebral dan intoleransi aktivitas klien telah dilaksanakan sesuai perencanaan.
Klien telah menunjukan kondisi perbaikan, baik dari segi tekanan darah yang berangsur baik,
nafsu makan, tingkat ketidaknyamanan atau nyeri klien yang telah berkurang, dimana skala nyeri
kepala terakhir yaitu 2 dan kelemahan otot ekstremitas kiri yang dialami klien mulai membaik,
walaupun dalam aktivitas masih dibantu oleh anak klien. Tanggal 16 Maret 2017 klien rencana
pulang setelah acc dokter penanggung jawabnya.

42
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

43
Stroke iskemik/non hemoragik adalah suatu keadaan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh penyumbatan aliran darah arteri yang lama kebagian otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian.
Pada saat pengkajian tanggal 14 Maret 2017, hari rawatan ke 2 klien mengeluh kelemahan
pada anggota gerak kiri. Klien mengeluh sakit kepala. Untuk penyakit dahulu klien memiliki
riwayat DM sejak tahun 2014.
Setelah di lakukan asuhan keperawatan kepada Ny. A, di dapatkan hasil :

1. Tekanan darah klien mengalami penurunan, namun masih belum dalam rentang normal (TD :
160/100 mmhg)
2. Nyeri kepala yang di rasakan klien telah berkurang dengan skala nyeri 2, klien tampak lebih
rileks, klien mengatakan sakit kepalanya sudah jauh berkurang
3. Klien mengatakan tangan sudah mulai ringan namun kaki kiri terasa berat dan masih lemah
dengan hasil pemeriksaan 5555 3333

5555 3333
Pada hari kamis, 16 Maret 2017 klien telah di rencanakan pulang dengan masalah teratasi
sebagian. Klien di berikan edukasi tentang cara melatih anggota gerak agar dapat berfungsi
dengan baik serta mengidentifikasi kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat di lakukan dan tidak,
sesuai dengan kemampuan klien,

5.2 SARAN

Dalam penelitian ini, pastinya masih terdapat kekurangan dalam penelitian kelompok kami,
seperti kurang intensnya dalam mengkaji pasien sehingga data yang di dapat pun sangat minim,
sebaiknya libatkan keluarga bila klien memiliki keterbatasan dalam komunikasi. Dalam
pemberian intervensi pun kami baru mampu mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum
dari klien, di harapkan untuk penelitian selanjutnya bila di dapat kasus yang sama klien dapat di
berikan asuhan keperawatan yg lebih holistik seperti membantu klien mengidentifikasi aktivitas
yang dapat di lakukan, atur posisi yang adekuat, atur hidrasi untuk mencegah pengentalan darah,
dan monitor intake dan output cairan serta nutrisi sesuai dengan kebutuhan klien.

44

Anda mungkin juga menyukai