Anda di halaman 1dari 7

PENGELOLAAN NYERI PADA Tn. R DENGAN POST OP.

PROSTATEKTOMI

PADA HARI KE 1 DAN 2 DI RUANG MELATI RSUD AMBARAWA

I Putu Pradana Andi Wiguna1, Joyo Minardo2, Maksum3


123
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo

ABSTRAK

BPH adalah suatu pembesaran kelenjar prostat yang secara umum terjadi pada
laki-laki (berusia >50 tahun) karena proses penuaan. Penyakit Benigna Prostat
Hiperplasia merupakan salah satu kasus keperawatan yang banyak terjadi di dunia,
terutama pada penduduk yang umurnya sudah lebih dari 50 tahun. Hal ini dikarenakan
adanya perubahan testosterone dan esterogen sehingga kelenjar prostat membesar.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk melaporkan study kasus tentang asuhan
keperawatan Nyeri Akut pada Tn. R dengan Post Op Prostatektomi Ruang Melati RSUD
Ambarawa secara optimal.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik wawancara,


pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang untuk mendapatkan data,
menganalisa data, menyusun intervensi dan melakukan implementasi. Data yang di
dapatkan dengan keluhan utama nyeri pada bagian operasinya. Diagnosa yang di dapat
dari data pengkajian adalah nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Implementasi yang dilakukan antara lain: memberikan teknik relaksasi distraksi,
memberi kompres hangat dengan buli-buli hangat, memberikan posisi yang nyaman dan
memberi tindakan kolaborasi injeksi ketorolak. Pengelolaan nyeri dilakukan selama 2
hari pada Tn. R.

Hasil pengelolaan nyeri yang diperoleh setelah melakukan tindakan


keperawatan yaitu klien telah mengungkapkan bahwa nyeri akut yang dirasakan pada
bagian operasi menurun dengan skala nyeri 2 yang menyebabkan masalah menjadi
actual. Kesimpulan dari kasus Post Prostatektomi masalah nyeri pada pasien belum
teratasi.

Saran bagi perawat agar menguasai mengenai konsep-konsep keperawatan


medikal bedah, khususnya dengan pengelolaan nyeri pada pasien dengan penyakit
Benigna Prostat Hiperplasia.

1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


2

Latar Belakang Di dunia, diperkirakan jumlah


penderita BPH adalah sebanyak 30 juta
Kelenjar prostat adalah suatu pada tahun 2009, jumlah ini hanya pada
kelenjar fibro muscular yang melingkar kaum pria karena wanita tidak
Bledder neck dan bagian proksimal mempunyai kalenjar prostat. Maka oleh
uretra. Kelenjar prostat berguna untuk sebab itu, BPH terjadi hanya pada kaum
melindungi spermatozoa terhadap pria (emedicine, 2009). Jika dilihat secara
tekanan yang ada diuretra, serta
epidemiologinya, di dunia bila dijelaskan
menambah cairan alkalis pada cairan menurut usia, maka dapat di lihat kadar
seminalis. Pada beberapa pasien dengan insidensi BPH pada usia 40-an sebesar
usia diatas 50 tahun, kelenjar prostatnya 40%, dalam rentang usia 60 hingga 70
mengalami pembesaran karena terjadi
tahun persentasenya meningkat menjadi
perubahan keseimbangan testosterone 50% dan diatas 70 tahun menjadi 90%
dan estrogen, pada beberapa kasus (A.K. Abbas, 2005).
kelenjar prostat bisa memanjang ke atas
ke dalam kandung kemih dan Di indonesia, penyakit Benigna
menyumbat aliran urin dengan menutupi Prostat Hyperplasia (BPH) menjadi urutan
orifisium uretra. Kondisi ini dikenal kedua setelah penyakit batu saluran pada
sebagai Benigna Prostat Hyperplasia tahun 2003. Jika dilihat secara
(BPH) atau hipertrofi prostat. umumnya, diperkirakan hampir 50% pria
Indonesia yang berusia di atas 50 tahun
BPH (Benigna Prostat ditemukan menderita penyakit BPH ini.
Hyperplasia) adalah kondisi patologis
Oleh karena itu, jika dilihat dari 200 juta
yang paling umum pada pria lansia dan lebih jumlah rakyat indonesia, maka
penyebab kedua yang paling sering untuk dapat diperkirakan 100 juta orangnya
intervensi medis pada pria diatas usia 60 adalah pria dan yang berusia 50 tahun ke
tahun (Brunner & Suddarth, 2001). atas kira-kira sebanyak 5 juta, maka
Pembesaran kelenjar prostat dapat disimpulkan bahwa kira-kira 2.5
mempunyai angka morbiditas yang juta pria rakyat Indonesia menderita
bermakna pada populasi usia lanjut, penyakit BPH ini (Furqan, 2003).
dengan bertambahnya usia akan terjadi Tidak jauh berbeda dengan kasus
`perubahan keseimbangan testosteron Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yang
dan estrogen. Berdasarkan angka terjadi di Jawa Tengah pada tahun 2003.
autopsy perubahan mikroskopik terjadi Kasus tertinggi gangguan prostat
pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan berdasarkan laporan rumah sakit terjadi
mikroskopik berkembang akan terjadi di dua Kabupaten besar, yaitu Kabupaten
perubahan patologik anatomi yang ada Grobogan sebesar 4.794 kasus (66,33%)
pada pria usia 50 tahun, angka dibandingkan dengan jumlah
kejadiannya sekitar 50%. Prevalensi keseluruhan kasus gangguan prostat di
meningkat sejalan dengan peningkatan kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah.
usia pada pria dan insiden pada negara Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah
berkembang meningkat karena adanya kota Surakarta 488 kasus (6,75%),
peningkatan umur harapan hidup dibandingkan dengan jumlah
(Mansjoer, 2000). keseluruhan penyakit tidak menular lain
di kota Surakarta, maka proporsi kasus

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


3

ini adalah sebanyak 3,52%. Rata-rata aktivitas tubuh. Secara umum, klien
kasus gangguan prostat di Jawa Tengah cenderung mengalami masalah dalam
adalah 206,48 (Profil Kesehatan Profinsi pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
Jawa Tengah, 2003). karena menahan rasa nyeri yang timbul
Ketika seseorang terkena BPH setelah efek anestesi mulai berkurang.
terdapat gejala-gejala seperti nyeri saat Oleh karena itu, memandang
BAK, sering BAK tapi hanya menetes, permasalahan-permasalahan di atas,
retensi urine, dan lain-lain. Hal ini jika maka penulis tertarik untuk membuat
dibiarkan secara terus menerus, akan Karya Tulis Ilmiah yaitu Asuhan
terjadi komplikasi-komplikasi yaitu di Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. R
antaranya Hidroureter dan Hidronefrosis. dengan Post Prostatectomi Suprapubik
Jika hal ini sampai terjadi maka terapi Benigna Prostat Hiperplasia sebagai
yang harus dilakukan adalah dengan kasus kelolaan dalam penyusunan Tugas
tindakan operasi (Toha, 2007). Akhir ini.
METODE PENGELOLAAN
Keluhan yang sering muncul
setelah di lakukan tindakan operasi PENGKAJIAN
diantaranya: perubahan rasa nyaman
nyeri, cemas karena adanya perubahan Pengkajian merupakan suatu
fungsi tubuh, aktifitas seksual terganggu, pendekatan yang sistematis untuk
serta dapat muncul masalah infeksi. mendapatkan informasi serta data
Peran perawat dalam hal ini, membantu yang selengkap-lengkapnya mengenai
klien baik secara subyektif maupun
klien dalam memenuhi kebutuhan pre
dan post operasi (Toha, 2007). obyektif (Carpenito: 2013). Sedangkan
Menurut study pendahuluan penentuan skala nyeri pada Tn.R
yang dilakukan penulis di RSUD didasarkan pada skala nyeri Hayward
Ambarawa pada tanggal 18 dan 19 maret yang menggunakan skala longitudinal
2015 dari catatan rekam medik yang terdiri dari angka 0 sampai 10.
didapatkan jumlah pasien dengan BPH Angka 0 menggambarkan tidak
pada periode januari 2014 sampai adanya nyeri, 1-3 menggabarkan nyeri
februari 2015 di Ruang Melati didapatkan ringan, 4-6 menggambarkan nyeri
angka kejadian sebanyak 152 kasus sedang, 7-9 menggambarkan nyeri
dengan diagnosis BPH. berat yang masih bisa terkontrol dan
Dari hasil study yang dilakukan 10 menggambarkan nyeri yang sangat
penulis di atas, klien dengan post berat serta tidak bisa di kontrol. Selain
prostatektomy dapat menyebabkan itu didapatkan data pasien
keluhan perubahan rasa nyaman nyeri, mengatakan Provokative = nyeri
cemas dan resiko infeksi. Sensasi nyeri timbul bila saat kencing dan
yang dirasakan klien diakibatkan karena digerakan, Quality = nyeri seperti di
tindakan operasi pada bagian suprapubik. tusuk-tusuk, Region = disimpisis pubis
Dengan adanya insisi pada jaringan kulit, sampai genetalia, Scale = skala nyeri
5, Time = nyeri hilang timbul Dan data
sehingga mengakibatkan diskontinuitas
jaringan dan merangsang timbulnya obyektif : keadaan umum : lemah
stressor nyeri yang bisa mengakibatkan (Prabowo:2014;35).
klien mengalami gangguan pada seluruh

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


4

TINDAKAN KEPERAWATAN sehingga obat analgetik mempunyai


efek menghilangkan nyeri tanpa
Intervensi yang dapat disertai kehilangan kesadaran atau
diberikan antara lain mengkaji ulang fungsi sensasi (Potter & Perry, 2005).
karakteristik nyeri. Pengkajian ini
dimaksud agar perawat dapat HASIL PENGELOLAAN
mengetahui tingkat dan karakteristik
nyeri. Ajarkan teknik relaksasi Hasil pengelolaan nyeri yang
distraksi nafas dalam untuk diperoleh setelah melakukan tindakan
menurunkan nyeri dan meningkatkan keperawatan yaitu klien telah
relaksasi, dengan membantu pasien mengungkapkan bahwa nyeri akut yang
dalam merespon nyeri sehingga dirasakan pada bagian operasi menurun
dengan skala nyeri 2 yang menyebabkan
mengurangi ketegangan otot dan
meningkatkan kenyamanan serta masalah menjadi actual. Kesimpulan dari
meningkatkan koping pada pasien kasus Post Prostatektomi masalah nyeri
(Prabowo: 2014). Berikan posisi yang pada pasien belum teratasi.
nyaman sehingga mampu mengurangi PEMBAHASAN
rasa ketidaknyamanan yang pasien
rasakan akibat nyeri. Intervensi lain Pada Tn. R ditemukan masalah
yaitu kompres hangat melalui buli-buli keperawatan nyeri sehingga penulis
pada daerah nyeri yang bertujuan melakukan tindakan keperawatan antara
dengan kompres hangat dapat lain Mengobservasi keadaan umum
membantu pasien mendapatkan pasien yang bertujuan untuk mengetahui
kontrol perasaan tidak nyaman secara keadaan secara umum pada pasien,
konstan yang disebabkan oleh karena keadaan umum pasien dapat
parestesia, memperlebar pembuluh menggambarkan kondisi fisik pasien pada
darah pada daerah nyeri sehingga saat sebelum melakukan tindakan,
suplai O² ke daerah nyeri adekuat, sehingga bisa dilakukan tindakan lebih
dan menurunkan kekakuan atau nyeri lanjut.
pada otot. Menurut Potter & Perry
Implementasi yang kedua Teknik
(2006;1533-1534) menyatakan bahwa
relaksasi nafas dalam dapat menurunkan
pemberian buli-buli atau kompres
nyeri, meningkatkan relaksasi. Dengan
hangat merupakan salah satu metode
membantu pasien dalam merespon nyeri
non-farmakologi dalam menurunkan
sehingga mengurangi ketegangan otot
kasus-kasus nyeri, pemberian buli-buli
halus dan meningkatkan kenyamanan
hangat dapat meningkatkan atau
dimana nyeri itu dapat dialihkan dengan
memperlancar sirkulasi darah ke
cara relaksasi dan distraksi (Deonges,
suatu area, memberikan rasa hangat
2000). Menurut Brunner & Suddarth
pada pasien dan dapat menurunkan
(2002) dalam Trullyen, (2013) teknik
nyeri. Memberikan obat sesuai advice
relaksasi nafas dalam dapat
seperti obat analgetik, obat analgetik
mengendalikan nyeri dengan
bekerja dengan meningkatkan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam
ambang nyeri sehingga
sistem saraf otonom. Relaksasi
mempengaruhi persepsi atau
melibatkan otot dan respirasi dan tidak
mengubah persepsi modalitas nyeri
membutuhkan alat lain sehingga mudah

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


5

dilakukan kapan saja atau sewaktu- daerah nyeri sehingga suplai O² ke


waktu. Prinsip yang mendasari daerah nyeri adekuat, dan menurunkan
penurunan oleh teknik relaksasi terletak kekakuan atau nyeri pada otot (Perry &
pada fisiologi sistem saraf otonom yang Potter:2006;1889). Dalam pemberian
merupakan bagian dari sistem saraf tindakan ini penulis melakukan diskusi
perifer yang mempertahankan pada perawat supaya tidak terjadi hal
homeostatis lingkungan internal individu. yang di inginkan seperti pendarahan.
Pada saat terjadi pelepasan mediator
kimia seperti bradikinin, prostaglandin Melanjutkan tindakan kolaborasi
dan substansi p yang akan merangsang memberikan terapi obat analgetik
saraf simpatis sehingga menyebabkan bertujuan menurunkan atau mengontrol
nyeri. Pemberian obat yang di berikan
saraf simpatis mengalami vasokonstriksi
yang akhirnya meningkatkan tonus otot adalah Ketorolac 30 mg/injeksi, obat ini
yang menimbulkan berbagai efek spasme tergolong obat NSAID (Non Steroidal
otot yang akhirnya menekan pembuluh Anti-inflammatory Drugs) atau
darah. Mengurangi aliran darah dan antiinflamasi non–steroid, analgetik iv
meningkatkan kecepatan metabolisme dengan segera mencapai pusat rasa sakit,
menimbulkan penghilangan yang lebih
otot yang menimbulkan pengiriman
impuls nyeri dari medulla spinaliske otak efektif dengan obat dosis kecil. Efek
dan dipersepsikan sebagai nyeri. Respon samping dari ketorolac adalah ulkus,
pasien: klien mengatakan nyeri pendarahan pada saluran cerna dan
berkurang dan merasa lebih nyaman perforasi, hemoragis pasca bedah, gagal
setelah diajarkan teknik relaksasi nafas ginjal akut (Doengoes, 2000). Obat
analgetik bekerja dengan meningkatkan
dalam.
ambang nyeri sehingga mempengaruhi
Implementasi selanjutnya persepsi atau mengubah persepsi
memberikan pasien dengan posisi modalitas nyeri sehingga obat analgetik
nyaman , gravitasi melakukan eksudat mempunyai efek menghilangkan nyeri
inflamasi dalam abdomen bawah atau tanpa disertai kehilangan kesadaran atau
pelvis, menghilangkan tegangan fungsi sensasi (Potter & Perry, 2005).
abdomen (Deonges, 2000). Pemberian Menurut (ISO, 2014; 22) injeksi ketorolak
posisi yang nyaman pada Tn. R yaitu low parental di indikasikan untuk
fowler dengan derajat 15˚ karena perut penatalaksanaan jangka pendek
pasien besar supaya tidak terjadi nyeri (maksimal 2 hari) terhadap nyeri akut
pada lukanya. Respon pasien: klien derajat sedang-berat segera setelah
mengatakan nyaman dengan posisi yang operasi. Dosis awal ketorolak (untuk
diberikan, klien tampak lebih rileks. pasien dewasa): 10 mg diikuti dengan
peningkatan dosis 10-30 mg setiap 4-6
Implementasi yang ke empat
jam bila diperlukan.
melakukan kompres hangat melalui buli-
buli pada daerah nyeri yang bertujuan Implementasi selanjutnya
dengan kompres hangat dapat mengkaji ulang karakteristik nyeri untuk
membantu pasien mendapatkan kontrol mengidentifikasi nyeri dan
perasaan tidak nyaman secara konstan ketidaknyamanan. Pengkajian yang
yang di sebabkan oleh parestesia, lengkap tentang rasa nyeri menggunakan
memperlebar pembuluh darah pada metode PQRST (Provoking incident,

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


6

Quality of pain, Region, Saverity of pain, 1-babi.pdf>. (diakses tanggal 27


Time). Provoking incident yaitu faktor maret 2015).
yang memicu timbulnya nyeri, Quality of
pain yaitu nyeri yang dirasakan atau Brunner & Suddart. (2001). Studi kasus
kualitas nyeri, misalnya: apakah nyeri Asuhan KeperawatanNyeri Akut
bersifat tumpul, seperti terbakar, tajam pada Tn. M dengan Post Operasi
atau menusuk. Region yaitu daerah TURP hari ke nol di ruang mawar II
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
perjalanan nyeri ke daerah lain, Saverity
of pain yaitu intensitas nyeri yang Moewardi Surakarta.
dirasakan, pengkajian nyeri dengan <http://digilib.stikeskusumahusada
menggunakan skala nyeri numerik, .ac.id /files/disk1/4/01-gdl-
mahdafimna-156-1-kti_mahd-
misalnya: 0: tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan,
4-6: nyeri sedang, 7-9: nyeri berat, 10: i.pdf>. (diakses tanggal 27 maret
nyeri sangat berat atau tidak tertahan, 2015).
kemudian perawat membantu klien
untuk memilih secara subyektif tingkat Carpenito-Moyet, Lyda Juall. (2013). Buku
skala nyeri yang dirasakan klien. Time Saku Diagnosa Keperawatan (edisi
13). Terjemahan Fruriolina Ariani.
yaitu berapa lama nyeri berlangsung,
kapan, serta apakah ada waktu-waktu Jakarta: EGC.
tertentu yang menyebabkan nyeri itu
Doengoes, Marilynn. E. (2000). Rencana
bertambah (Muttaqin, 2008).
Asuhan Keperawatan.
KESIMPULAN (terjemahan). Penerbit buku
Kedoteran EGC. Jakarta.
Setelah melakukan tindakan
keperawatan dengan fokus masalah Furqan, (2003). Benigna Prostat Hiperplasia.
keperawatan yang muncul pada Tn. R <http://digilib.stikesmuhgombong.
dengan benigna prostat hiperplasia ac.id /files/disk1/28/jtsti
selama 2 x 24 jam penulis menyimpulkan kesmuhgo-gdl-juniprayit-1363-1-
masalah belum teratasi sebagian adapun babi.pdf>. (diakses tanggal 27
faktor-faktor pendukung yang membantu maret 2015).
proses penanganan masalah yaitu pasien
kooperatif dalam tindakan keperawatan Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal
yang diberikan dan peran serta keluarga Bedah Sistem Perkemihan,
yang sangat antusias untuk mendukung Jogjakarta : Gosyen publishing.
proses penyembuhan.
Haryono, R. (2013). Buku Keperawatan
Medikal Bedah Sistem Perkemihan.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Andi Offset.

Abbas, A. K. (2005). Benigna Prostat


Manjoer, Arief, dkk. (2000). Kapita Selekta
Hiperplasia.
Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta:
<http://digilib.stikesmuhgombong.
FKUI.
ac .id/files/disk1/28/
jtstikesmuhgo-gdl-juniprayit-1363-

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


7

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Purnomo, B. (2011). Buku Dasar-Dasar
KeperawatanKomunitas : Konsep Urologi, Edisi Pertama, Malang: Cv Sagung
dan Aplikasi. Salemba Medika. Seto.
Jakarta.
Rohmah, N. & Walid, S. (2010). Proses
Nanda. (2006). Panduan Diagnosa Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Keperawatan Nanda. Jogjakarta: AR-RRUZ MEDIA.
Philadhelphia: Prima Medika.
Sjamsuhudayat. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah.
NANDA. (2013). Diagnosa Nanda NIC-NOC. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Prima Medika.
Smeltzer, C. Suzanne & Brenda G Bare. (2002).
Nurarif & Kusuma, (2013). Buku Aplikasi Buku Ajar Keperawatan Medikal
Asuhan Keperawatan, Edisi Revisis Bedah Brunner and Sudarth. Edisi
Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction. 8. Volume 3. Jakarta: EGC.

Nursalam, Dr. (2006). Asuhan Keperawatan Smeltzer, C. Suzanne & Brenda G Bare. (2013).
Pada Pasien Dengan Gangguan Buku Ajar Keperawatan Medikal
Sistem Perkemihan. Edisi pertama. Bedah Brunner and Sudarth.
Jakarta: Salemba Medika. Jakarta: EGC.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Suharyanto, T. & Madjid, A. (2009). Asuhan
Medikal Bedah. Penerbit Nuha Medika. Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan.
Potter & Perry (2005). Buku Ajar – Jakarta: TIM.
Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi Syamsudin, M. (2011). Buku Ajar
4. volume 1. Terjemahan Asih Farmakoterapi Kardiovaskular dan
Yasmin, dkk. Jakarta: EGC. Renal. Jakarta Selatan: Salemba
Prabowo. E, Pranata. A. E. (2014). Buku Ajar Medika.
Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Penerbit Nuha Toha. (2007). Latar Belakang Benigna Prostat
Medika. Hiperplasia.
<http://digilib.unimus.ac.id/fil
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi es/disk1/126/jt ptunimus-gdl-
Klinis. Volume I. Edisi 4. nurkolisg0-62641-babi.pdf>.
(diakses tanggal 27 maret 2015).
Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah. (2003).
Latar Belakang Benigna Prostat
Hiperplasia. <http://digili
b.unimus.ac.id/files/disk1/126/jt
ptunimus-gdl-nurkolisg0-6264-1-
babi.pdf>. (diakses tanggal 27
maret 2015).

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo

Anda mungkin juga menyukai