Anda di halaman 1dari 4

LATAR BELAKANG TOPIK

Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age)

karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang

sangat besar baik secara fisik maupun psikis. Anak usia pra sekolah

merupakan anak usia antara 3 sampai 6 tahun. Secara garis besar aspek

pertumbuhan dan perkembangan anak terbagi menjadi tiga aspek yaitu

fisik, psikologik dan sosial, yang kesemuanya harus mendapatkan

stimulasi yang seimbang (Wong, 2009).

Anak usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka

dalam perkembangan aspek berpikir logis anak, yaitu suatu periode

dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus, diarahkan sehingga tidak

terhambat perkembangannya. Pemberian stimulus merupakan hal yang

sangat membantu anak untuk berkembang. Anak yang terstimulus

dengan baik dan sempurna maka tidak hanya satu perkembangan saja

yang akan berkembang tapi bisa bermacam-macam aspek perkembangan

yang berkembang dengan baik. Masa pra sekolah terus meningkatkan

kewaspadaan orang tua terhadap kemampuan anak untuk mengontrol

dan senang dengan keberhasilan usaha keterampilan baru. Keberhasilan

ini membuat mereka mengulangi usaha untuk mengontrol lingkungan

anak. Ketidakberhasilan usaha pada pengontrolan dapat menimbulkan

perilaku negatif dan temper tantrum (Perry & Potter, 2007).

Temper tantrum merupakan episode dari kemarahan dan frustrasi

yang ekstrim, yang tampak seperti kehilangan kendali seperti dicirikan

oleh perilaku menangis, berteriak dan gerakan tubuh yang kasar atau

agresif seperti membuang barang, berguling di lantai, membenturkan

kepala dan menghentakkan kaki ke lantai. Anak yang lebih kecil (lebih

muda) biasanya sampai muntah, pipis atau bahkan nafas sesak karena
terlalu banyak menangis dan berteriak. Ada pula anak yang sampai

menendang atau memukul orang tua atau orang dewasa lainnya misalnya

pada baby sitter dalam kasus tertentu (Tandry, 2010).

Anak yang berusia 18 -24 bulan sebanyak 87 %, usia 30 -36 bulan

sebanyak 91% dan usia 42–48 bulan sebanyak 59%. Durasi rata-rata

tantrum berdasarkan usia adalah 2 menit untuk anak yang berusia 1

tahun, 4 menit untuk anak yang berusia 2 -3 tahun dan 5 menit pada anak

yang berusia 4 tahun. Dalam seminggu terjadi 8 kali mengalami tantrum

untuk anak yang berusia 1 tahun, 9 kali pada anak yang berusia 2 tahun,

6 kali pada anak yang berusia 3 tahun dan 5 kali pada anak yang berusia

4 tahun (Potegal dan Davidson, 2008).

Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi

berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang

dianggap “sulit”, dengan ciri-ciri memiliki kebiasaan tidur, makan dan

buang air besar tidak teratur, sulit menyesuaikan diri dengan situasi,

makanan dan orang-orang baru, lambat beradaptasi terhadap perubahan,

suasana hati (moodnya) lebih sering negatif, mudah terprovokasi,

gampang merasa marah atau kesal dan sulit dialihkan perhatiannya

(Tasmin, 2012). Kebanyakan tantrum terjadi di tempat dan waktu

tertentu. Biasanya di tempat-tempat publik setelah mendapatkan kata

“tidak” untuk sesuatu yang mereka inginkan. Tantrum biasanya berhenti

saat anak mendapatkan apa yang diinginkan (Tavris, 2009). Beberapa

faktor penyebab yang mempengaruhi anak sehingga anak tak mampu

mengendalikan emosinya dan menjadi temper tantrum diantaranya adalah

faktor fisiologis, faktor psikologis, faktor lingkungan dan faktor orang tua

(Lyness, 2009).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tantrum pada

anak. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu, adanya


kebutuhan yang tidak terpenuhi. Misalnya sedang lapar,

ketidakmampuan anak mengungkapkan atau mengkomunikasikan diri

dan keinginannya sehingga orangtua meresponnya tidak sesuai dengan

keinginan anak. Pola asuh orangtua yang tidak konsisten juga salah satu

penyebab tantrum; termasuk jika orangtua terlalu memanjakan atau

terlalu menelantarkan anak. Saat anak mengalami stres, perasaan tidak

aman (unsecure) dan ketidaknyaman (uncomfortable) juga dapat

memicu terjadinya tantrum (Tasmin, 2012).

Penyebab tantrum erat kaitannya dengan kondisi keluarga, seperti

anak terlalu banyak mendapatkan kritikan dari anggota keluarga, masalah

perkawinan pada orangtua, gangguan atau campur tangan ketika anak

sedang bermain oleh saudara yang lain, masalah emosional dengan salah

satu orangtua, persaingan dengan saudara dan masalah komunikasi serta

kurangnya pengetahuan dan pemahaman orangtua mengenai tantrum

yang meresponnya sebagai sesuatu yang menganggu dan distress (Fetsch

& Jacobson, 2008).

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah temper

tantrum terjadi pada anak, antara lain lebih tanggap terhadap keinginan

anak yaitu orang tua lebih tanggap terhadap keinginan anak, dalam

bahasa yang lebih sederhana, bisa dikatakan lebih perhatian terhadap

anak. Orang tua juga jangan menuruti keinginan anak ketika anak dalam

keadaan marah yaitu jangan memenuhi keinginan mereka ketika meminta

sesuatu dengan cara marah-marah. Orang tua juga harus menenangkan

anak dengan selain yang diinginkan dan dapat memenuhi keinginan anak

hanya ketika kondisi sudah tenang (Kartono, 2011).


FAKTOR YANG MEMPENGARUHIB PENCEGAHAN
TEMPERTANTUM

Anak usia
Faktor Predisposisi prasekolah
1. Tingkat pengetahuan
2. Sikap
3. Keyakinan
4. Kepercayaan temper tantrum
5. Nilai
Perilaku
Faktor Penguat
(Pencegahan temper
1. Dukungan Tenaga Kesehatan
tantrum)
2. Dukungan Keluarga (ibu,
ayah)

Faktor Pemungkin
Sarana Prasarana atau Fasillitas

Anda mungkin juga menyukai