Anda di halaman 1dari 7

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

ANALISIS SAYATAN MINERAGRAFI DALAM PENENTUAN MINERALISASI


EMAS DI DAERAH OSU WOTUILA, KECAMATAN ULUIWOI, KABUPATEN
KOLAKA TIMUR, PROPINSI SULAWESI TENGGARA

Jabal Noor1
Laode Jonas Tugo2
1
Jurusan Teknik Geologi FITK - UHO, Kendari, Indonesia
2
Magister Teknik Pertambangan, FTM – UPN “Veteran” Yogyakarta, Indonesia
Email : geosjabal@gmail.com; jonastugolaode@yahoo.co.id

SARI
Penelitian ini terletak di daerah Osu Wotuila, Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur,
Propinsi Sulawesi Tenggara. Di mana secara geologi regional daerah terletak pada sabuk metamorfik
pompangeo (Tmp). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mineralisasi yang ada di daerah
Osu Wotuila khususnya mineralisasi Emas (Au) dengan menggunakan analisis mineragrafi.
Mineralisasi yang berkembang pada daerah penelitian yaitu Emas (Au), serta mineral – mineral
sulfida yaitu Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), dan Sfalerit (ZnS) sebagai mineral ikutan yang
dijumpai pada Host Rock batuan metamorf yaitu sekis dalam bentuk vein kuarsa, ini merupakan
endapan emas mesotermal. Vein kuarsa pada daerah penelitian berkembang pada dua fase dimana
vein fase pertama memiliki tekstur sigmoidal dengan mengikuti arah foliasi batuan, sedangkan vein
fase kedua memiliki tekstur masif yang memotong foliasi batuan.

Kata Kunci : mineralisasi, host rock, vein hidrotermal, emas mesotermal, foliasi.

I. PENDAHULUAN
Berdasarkan data lapangan sebelumnya yang
Groves., dkk (2003) endapan emas orogenik dikemukakan oleh Idrus dkk., (2011)
berasosiasi dengan prisma agresi pada endapan emas placer tersebut berhubungan
seluruh evolusi orogenik. Engstrong (2013) dengan urat/uratan kuarsa dalam batuan
endapan emas orogenik menempati metamorf khususnya sekis mika dan
kompleks metamorfik seluruh dunia dan metasedimen di daerah tersebut. Urat/uratan
seiring waktu mewakili 25% sumber kuarsa sekarang ditemukan di Pegunungan
produksi emas dunia. Wumbubangka, pada sayap utara rangkaian
Pegunungan Rumbia. Urat/uratan kuarsa
Salah satu kemungkinan potensi bahan yang tergerus dan tersegmentasi tersebut
galian di daerah penelitian adalah emas. Hal memiliki ketebalan dari 2 cm sampai 2 m
ini didasarkan pada kesamaan kondisi dengan kadar emas antara 2 sampai 61 g/t.
geologi regional daerah penelitian menurut Idrus dkk., (2011) membagi mineralisasi
Peta Geologi Regional Lembar Lasusua oleh emas dua generasi urat, yaitu generasi
Rusmana dkk (1993) dengan kondisi geologi pertama yang parallel foliasi dengan
regional daerah Bombana, yakni sama-sama orientasi N 3000 E/60 dan generasi kedua
berada pada kompleks metamorfik memotong urat/uratan generasi pertama dan
Pompangeo (Mtpm). Daerah Bombana foliasi batuan. Urat/uratan generasi pertama
merupakan salah satu daerah di Sulawesi umumnya tergerus/terdeformasi,
Tenggara, tempat ditemukannya emas placer terbreksiasi, dan kadang – kadang sigmoidal,
dan paleoplacer (Yusnandar, Harian sedangkan urat/uratan generasi kedua relatif
Kompas diterbitkan online pada 18 massif. Tipe urat/uratan yang sama
September 2008). Daerah tersebut juga kemungkinan juga hadir di Pegunungan
terdapat potensi mineralisasi emas primer Mendoke di sebelah utara daratan
(Fadlin, 2010 dan Idrus, 2011). Langkowala.

462
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

II. DAERAH PENELITIAN menggunakan sayatan poles dibawah


mikroskop polarisasi mengetahui
Daerah penelitian terletak di daerah Osu keberadaan mineralisasi emas di daerah
Wotuwila Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten penelitian serta analisis data orientasi vein
Kolaka Timur, Propinsi Sulawesi Tenggara. untuk mengetahui arah mineralisasi emas
Berdasarkan geomorfologi regional Di pada daerah penelitian.
daerah penelitian terletak pada Lengan
Tenggara, menurut Rusmana dkk., (1993) 4. Tahap Pengolahan Data
dalam Geologi Lembar Lasusua – Kendari
Adapun tahapan pengolahan data pada
morfologi daerah dapat dibedakan menjadi
penelitian ini terdiri dari:
empat satuan yaitu pegunungan, perbukitan,
karst dan dataran rendah. 5. Pengolahan data mineralisasi
Dalam Surono dkk., (2013) stratigrafi Pengolahan data mineralisasi dilakukan
regional pada daerah penelitian dijelaskan dengan cara menentukan tipe mineralisasi
dalam kompleks malihan Mekongga. emas berdasarkan ciri kenampakannya
Penyebaran kompleks malihan ini dipetakan (mineral gangue, mineral bijih, tekstur vein)
dalam peta Geologi Lembar Lasusua – di lapangan.
Kendari (Rusmana dkk., 1993) dan lembar
Kolaka, Sulawesi (Simandjuntak dkk., IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1993). Dalam Surono dkk., (2013)
Mineralisasi Emas (Au)
dinyatakan bahwa kompleks malihan
tersebut berumur Karbon yang terdiri dari Secara umum proses pembentukan ore atau
sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mineralisasi bijih pada endapan jenis
mika grafit, batusabak, dan gneis. hidrotermal dipengaruhi oleh beberapa
faktor pengontrol, meliputi: larutan
III. METODE PENELITIAN hidrotermal yang berfungsi sebagai larutan
Secara umum, tahapan dan metoda pembawa mineral, zona lemah yang
penelitian dapat dijelaskan secara sistematik berfungsi sebagai saluran untuk larutan
pada diagram alir di bawah ini : hidrotermal, tersedianya ruang untuk
pengendapan larutan hidrotermal, terjadinya
1. Tahapan Persiapan reaksi kimia dari batuan induk/host rock
dengan larutan hidrotermal yang
Tahap ini merupakan tahapan pendahuluan
memungkinkan terjadinya pengendapan
atau merupakan tahap awal dari suatu
mineral bijih (ore), dan adanya konsentrasi
kegiatan penelitian sebelum melakukan
larutan yang cukup tinggi untuk
pengambilan data-data lapangan. Tahap ini
mengendapkan mineral bijih (ore) (Bateman
terbagi atas : studi pustaka, pembuatan
1981).
proposal, pengurusan administrasi, dan
persiapan perlengkapan. Berdasarkan pengamatan lapangan,
mineralisasi yang berkembang pada daerah
2. Tahap penelitian dan pengambilan
osu wotuila dijumpai dalam bentuk urat/vein
data lapangan
kuarsa hidrotermal pada singkapan batuan
Tahap penelitian lapangan dengan metamorf (Host Rock) Sekis dimana
pengamatan singkapan batuan/vein terhadap berdasarkan pengamatan secara megaskopik
gejala mineralisasi emas. batuan memiliki warna segar putih keabu –
abuan, warna lapuk kuning kecoklatan,
Pengambilan conto/sampel batuan/vein memiliki tekstur lepidoblastik, dengan
dengan menggunakan metode sampling struktur berfoliasi (Schistose) dan tersusun
yang sesuai/tepat dengan kondisi daerah oleh mineral – mineral muskovit, biotit,
penelitian. kuarsa, dan plagioklas. Singkapan batuan ini
3. Tahap analisa laboratorium dijumpai di sepanjang anak sungai non-
permanen Sungai Aalaa Sanggona dan
Analisis laboratorium yang digunakan Sungai Aalaa Tawanga pada daerah
adalah analisis mineragrafi dengan analisis penelitian (gambar 2).
463
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Hal ini berdasarkan kondisi geologi regional umumnya berupa tekstur sigmoidal, di mana
pada daerah penelitian yang merupakan sigmoidal merupakan tekstur vein yang
bagian dari kompleks malihan mekongga di terkena deformasi simple shear sehingga
mana penyebaran kompleks malihan ini di bentuknya bengkok menyerupai huruf ‘S’ di
petakan dalam peta Geologi Lembar kedua ujungnya. Selain sigmoidal vein
Lasusua – Kendari (Rusmana dkk, 1993) tekstur lainnya yang teramati yaitu tekstur
dan lembar Kolaka, Sulawesi (Simandjuntak masif yang di mana pada daerah penelitan
dkk., 1993). Dalam Surono dkk., (2013) di tekstur vein masif dan sigmoidal di jumpai
nyatakan bahwa kompleks malihan tersebut di setiap stasiun pengamatan dengan
berumur Karbon yang terdiri dari sekis memperlihatkan struktur breksiasi dan
mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mika segmentasi pada percontoan vein/urat kuarsa
grafit, batusabak, dan gneis. pada daerah osu wotuila (gambar 4).
Mineralisasi yang berkembang pada daerah Berdasarkan karakteristik mineralisasi pada
osu wotuila yaitu terdiri dari logam mulia daerah penelitian di mana mineralisasi yang
(precious metal) Emas Primer yang berupa terjadi terdapat pada Host Rock batuan
Native Gold dan mineral logam terdiri dari metamorf yaitu Sekis, hal ini berdasarkan
Pirit, Kalkopirit, dan Sfalerit. Hal ini dapat hasil pengamatan mineragrafi di mana
diketahui berdasarkan hasil pengamatan mineralisasi pada daerah penelitian berupa
terhadap conto sampel sayatan poles yang mineral bijih emas (Au) serta mineral –
berupa vein kuarsa di setiap stasiun mineral sulfida pirit (FeS2), kalkopirit
pengamatan daearah penelitian. (CuFeS2), dan sfalerit (ZnS). Tipe
mineralisasi emas di daerah Osu Wotuila,
Berdasarkan pengamatan mikroskopis yaitu menunjukkan banyak kesamaan dengan tipe
pengamatan mineragrafi (sayatan poles) dari endapan mesothermal. Di mana emas
5 titik stasiun pengambilan conto sampel mesotermal disebut juga sebagai lode gold
mineralisasi. Mineralisasi Emas (Au) merupakan salah satu tipe endapan
dijumpai disetiap conto sayatan poles hidrotermal yang terbentuk pada lingkungan
dimana mineral Emas (Au) berasosiasi batuan metamorf.
dengan mineral – mineral sulfida seperti
Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), dan Mineral-mineral bijih yang biasa muncul
Sfalerit (ZnS) (gambar 3). Dimana pada pada model endapan ini antara lain
pengamatan secara mikroskopis kelompok mineral sulfida, mineral arsenida,
(mineragrafi) mineral Emas (Au) pada mineral sulfantimonida dan mineral
daerah penelitian dijumpai dalam bentuk sulfarsenida (Lindgren, 1933 dalam evans
free grain atau butiran bebas berwarna 1993). Sedang mineral yang umum
kuning terang atau kuning keemasan dengan didapatkan pada model endapan ini meliputi
bentuk anhedral, bersifat isotropik dan pirit, kalkopirit, arsenopirit, galena, sfalerit,
memiliki internal reflection yang lebih tetrahedrit-tenantit dan emas murni.
terang di bandingkan dengan mineral – Endapan ini dikelompokkan endapan
mineral yang lain sehingga mineral emas mesothermal karena endapan ini berasosiasi
memiliki kenampakan yang berbeda dan dengan fasies sekis hijau dan umumnya pada
lebih mudah dikenali. kondisi 250-400oC, pada tekanan 1-3 kbar
(Sukandarrumidi, 2009).
Tipe Mineralisasi Emas
Sehingga berdasarkan karakteristik
Mineralisasi di daerah penelitian sangat erat mineralisasi daerah penelitian yaitu Osu
hubungannya dengan vein/urat kuarsa yang Wotuila (Tabel 1) termasuk dalam tipe
berkembang pada daerah penelitian guna endapan mesotermal.
utuk mengetahui tipe endapan. Di mana
tekstur dan struktur vein yang berkembang V. KESIMPULAN
di daerah osu wotuila sangat jelas terlihat
pada singkapan batuan dan conto setangan. 1. Mineralisasi yang terdapat pada daerah
peneitian yaitu mineral emas (Au) serta
Tekstur dan struktur vein/urat kuarsa yang mineral – mineral logam pengikutnya
berkembang pada daerah penelitian
464
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

yaitu pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), host rock batuan metamorf sekis mika
dan sfalerit (ZnS). dan sekis klorit.

2. Tipe mineralisasi emas di daerah VI. UCAPAN TERIMAKASIH


penelitian merupakan endapan tipe
hidrotermal yaitu endapan emas Kepada semua teman – teman yang telah
mesotermal dengan mineral – mineral membantu dalam pengambilan data
yang terdapat pada endapan ini yaitu lapangan, serta kepada orag tua yang selalu
emas, pirit, kalkopirit, dan sfalerit pada memberikan dorongan serta motifasinya.

DAFTAR PUSTAKA
Bateman, A.M. dan Jansen, M.L., 1981, Economic Mineral Deposit 3rd Edition, John Wiley and Sons
Inc., New York
Corbett, G.J. dan Leach, T.M., 1998, Southwest Pacific Rim Gold-Copper Systems: Structure,
Alteration, and Mineralization: SEG Special Publication No. 6.
Evans, Anthony M. 1993, Ore geology and industrial minerals/Anthony M-Evans,-3rd ed. P, cm –
(Geoscience texts).
F. Pirajno 1992. Hydrothermal Mineral Deposits. Principles and Fundamental Concepts for the
Exploration Geologist. xviii + 709 pp. Berlin, Heidelberg, New York, London, Paris, Tokyo,
Hong Kong: Springer-Verlag.
Fadlin, 2010, Karakteristik Endapan Emas Orogenik Sebagai Sumber Emas Placer Di Daerah
Wumbubangka, Bombana, Sulawesi Tenggara, Jurusan Teknik Geologi FT-UGM, 3-4hal, 6
November 2014.
Gebre-Mariam, M., Hagemann, S.G., and Groves, D.I., 1995, A classification scheme for epigenetic
Archean lode-gold deposits: Mineralium Deposita, v.30, p. 408–410.
Guilbert, J.M. dan Park, C.F. Jr., 1986, The Geology of Ore Deposits. W.H. Freeman and Company,
New York.
Groves, D.I., Goldfarb, R.J., Gebre-Mariam, M., Hagemann, S.G., and Robert, F., 1998, Orogenic
gold deposits: A proposed classification in the context of their crustal distribution and
relationship to other gold deposit types: Ore Geology Reviews, v. 13, p. 7–27.
Groves, D. I., Goldfarb, R. J., and Robert, F., 2003, Gold deposit in metamorphic belts: Overview or
current understanding, outstanding problems, future research, and exploration significance.
Economic Geology 98: 1-29.
Hagemann, S.G., and Cassidy, K.F., 2000, Archean orogenic lode gold deposits
: Reviews in Economic Geology, v. 13, p. 9–68.
Idrus, A., Nur, I., I W. Warmada, dan Fadlin, 2011, Metamorphic Rock-Hosted Orogenic Gold
Deposit Type As A Source of Langkowala Placer Gold, Bombana, Southeast Sulawesi, Jurnal
Geologi Indonesia Vol. 6. No.1 Maret 2011:43-49. 48hal, 16 November 2014.
Partington G. A. and Williams, P.J., 2000. Proterozoic lode gold and (iron)-copper-gold deposits: A
comparison of Australian and global examples. In Reviews In Economic Geology, eds.
Hagemann, S.G. and Brown, E.B., SEG Reviews, Vol. 13, pp 69-101.
Ridley, J.R., and Diamond, L.W., 2000, Fluid chemistry of orogenic lode-gold deposits and
implications for genetic models: Reviews in Economic Geology, v. 13, p. 141–162.
465
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Ridley, J.R., Groves, D.I., and Knight, J.T., 2000, Gold deposits in amphibolite and granulite facies
terranes of the Archean Yilgarn craton, Western Australia: Evidence and implications for
synmetamorphic mineralization:Reviews in Economic Geology, v. 11, p. 265–290.
Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, Simandjuntak, T.O., 1993, Geologi Lembar Lausua-
Kendari, Sulawesi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Simandjuntak, T.O., Surono, Sukido, 1993, Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Sukandarrumidi, 2009, Geologi Mineral Logam, Yogyakarta: UGM Press.
Surono, 2013, Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, Bandung.
Yusnandar, 2008, Bombana Diserbu Penambang Liar, Harian Kompas diterbitkan online pada 18
September 2008.

GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian

466
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Foto Singkapan Batuan Sekis dengan arah foliasi N 345° E pada stasiun 5 di daerah
penelitian dengan arah foto N 190° E.

Gambar 3. Foto Mineral Emas (Au) dalam sayatan poles vein pada kode sampel ST. 3. T.A-JN
sebagai free grain serta mineral – mineral pengikutnya yaitu Pirit (Py), Kalkopirit (Cp),
dan Sfalerit (Sph) dengan perbesaran 10x.

467
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 4. A. Foto vein/urat kuarsa pada stasiun 3 memperlihatkan struktur segmetasi pada
singkapan batuan. B. Tekstrur sigmoidal veint pada stasiun 1 yang memperlihatkan
bentuk yang menyerupai huruf ‘S’. C. Conto setangan urat kuarsa pada daerah penelitian
yang memperlihatkan teksur masif. D. Conto setangan urat kuarsa yang memperlihatkan
struktur breksiasi.

TABEL
Tabel 1. Karakteristik Mineralisasi Emas Daearah Osu Wotuila
Keterangan Osu Wotuila
Host Rock Sekis Mika, dan Sekis Klorit
Kontrol Mineralisasi Litologi dan Struktur Geologi (Kekar)
Mineral Bijih Emas, Pirit, Kalkopirit, Sfalerit
Struktur Vein Breksiasi, Segmentasi
Tekstur Vein Masif, Sigmoidal.

468

Anda mungkin juga menyukai