Halaman 3
S. Ramdaniati dkk .
48
Tabel 1. Distribusi frekuensi usia responden pada kelompok terapi dan terapi terapi (n = 48).
Karakteristik Umur
Berarti
SD
Min-Max
Terapi Seni Rupa
4.21
0,99
3.0 sampai 6.0
Terapi Bermain Kelompok
4.40
1.08
3.0 sampai 6.0
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik responden pada kelompok terapi seni (n = 23).
Karakteristik
F
%
Jenis kelamin
Pria
Wanita
14
9
60,9
39.1
Pengalaman perawatan
Pernah
Belum pernah
10
13
43.5
56.5
Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik responden pada kelompok terapi bermain (n = 25).
Karakteristik
F
%
Jenis kelamin
Pria
Wanita
14
11
56
44
Pengalaman perawatan
Pernah
Belum pernah
7
18
28
72
Tabel 4. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pengobatan pada
kelompok terapi seni (n = 23).
Tingkat kecemasan
Tidak.
Intervensi
Bukan kegelisahan
Kecemasan ringan
kecemasan sedang
Kecemasan yang parah
F
%
F
%
f
%
f
%
Total
1.
Sebelum
0
0.0
5
21.7
8
34.8
10
43.5
23
2.
Setelah
12
52,2
8
34.8
3
13.0
0
0.0
23
Tak satu pun dari responden yang mengalami kecemasan parah.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa kelompok terapi bermain memperoleh data yang
saat ini ada sebelum
Pengobatan lebih dari separuh responden (52%) memiliki kecemasan sedang dan tidak ada
satu responden yang tidak ex-
kegelisahan. Pada saat setelah perawatan, sebagian besar tidak mengalami kecemasan dan
tidak ada yang mengalami salah
sedang dan parah.
Tabel 6 menunjukkan bahwa, berdasarkan analisis dengan menggunakan uji wilxocon
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p <0,05)
antara kecemasan sebelum dan sesudah aksi di masing-masing kelompok bermain terapi dan
kelompok terapi seni .
Hasil analisis di Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai uji statistik p> 0,05, yang berarti sebesar
5% alpha
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan pada terapi bermain dan
kelompok terapi seni dengan menggunakan
Man Whitney U Test.
4. Diskusi
Kecemasan adalah suatu kondisi yang sering ditemui pada anak-anak yang menjalani rawat
inap. Hampir pada setiap tahap de-
Perkembangan usia anak, kegelisahan dan ketakutan akibat rawat inap masih menjadi
masalah utama dalam layanan keperawatan
anak perusahaan seperti yang diungkapkan oleh Ambarwati [13] bahwa rawat inap dapat
menyebabkan stres dan kecemasan pada semua tingkat usia. Untuk
anak prasekolah rawat inap adalah pengalaman yang menakutkan [14] dan Ramdaniati [15]
juga menjelaskan bahwa 53%
Anak usia pra sekolah yang mengalami rawat inap mengalami rasa takut.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pengasuh untuk mengatasi permasalahan yang timbul
akibat hospitaliza-
Halaman 4
S. Ramdaniati dkk .
49
Tabel 5. Tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pengobatan pada kelompok terapi bermain
(n = 25).
Tingkat kecemasan
Tidak.
Intervensi
Tidak khawatir
Kecemasan ringan
kecemasan sedang
Kecemasan yang parah
F
%
F
%
f
%
f
%
Total
1.
Sebelum
0
0.0
8
32.0
13
52.0
4
16.0
25
2.
Setelah
16
64.0
9
36.0
0
0.0
0
0.0
25
Tabel 6. Distibution tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pengobatan pada kelompok
bermain terapi dan terapi seni.
Variabel
Peringkat rata-rata
Nilai p
n
Terapi Bermain Kelompok
Pra Intervensi
Intervensi Pos
12.5
0.00
25
Terapi Seni Rupa
Pra Intervensi
Intervensi Pos
12.0
0.00
23
Tabel 7. Perbedaan tingkat kecemasan pada terapi bermain dan kelompok terapi seni.
Variabel
Peringkat rata-rata
p nilai
n
Terapi Bermain
Terapi seni
22.60
26.57
0,26
48
tion. Salah satu tindakan menyusui untuk mengurangi dampak rawat inap adalah bermain.
Bagi anak-anak, bermain adalah rutinitas
pekerjaan. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan
atau tekanan dari luar atau kewajiban
[16] . Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain media yang baik
belajar karena anak bisa berbicara (berkomunikasi), belajar beradaptasi dengan lingkungan,
dan melakukan apa yang bisa jadi
selesai [17] . Bermain bisa dilakukan oleh anak sehat atau sakit. Meski anak itu sakit, tapi
tetap ada kebutuhan
untuk bermain [18] .
Permainan terdiri dari berbagai jenis dan jenis, tergantung pada sisi penilaian mana. Dalam
penelitian ini, peneliti
mencoba membandingkan efek antara kedua game tersebut yaitu terapi bermain dan terapi
seni dalam mengurangi kecemasan pada pra-
anak sekolah. Terapi bermain dilakukan dengan menggunakan teka-teki sebagai media dan
terapi kesenian untuk anak diminta untuk menggambar
apa yang dia suka dalam buku bergambar yang disediakan Pemilihan jenis permainan
berdasarkan pilihan anak itu sendiri.
Anak-anak memilih jenis permainan yang disukainya. Game yang disukai oleh anak
membuat anak merasa nyaman dengan
Permainan, sementara jika anak tidak menyukai permainannya maka anak tidak akan
menikmati permainannya.
Berdasarkan hasil yang tercantum di Tabel 5 di bagian sebelumnya, hasil analisis univariat
dalam bermain
Terapi menunjukkan bahwa 52% anak pra-sekolah mengalami kecemasan moderat pada saat
sebelum pertandingan,
diikuti dengan kecemasan ringan dan tidak ada kecemasan sebanyak 32% dan sebanyak 16%.
Kondisi ini berubah setelah
Intervensi dalam bentuk teka-teki selama 30 menit selama 3 hari. Sebagian besar anak-anak
(64%) belum berpengalaman
Kecemasan dan sisanya (36%) hanya mengalami kecemasan ringan. Kemudian dilakukan
analisis bivariat untuk membandingkan
Perubahan itu terjadi. Hasil analisis di Tabel 6 di bagian sebelumnya menunjukkan bahwa
terapi bermain dengan
penggunaan teka-teki memiliki nilai signifikan <0,05 pada alfa 0,05. Ini berarti bahwa terapi
bermain dengan menggunakan
Teka-teki bisa mengurangi tingkat kecemasan anak usia pra sekolah secara signifikan.
Hasilnya konsisten dengan penelitian
dilakukan oleh Kaluas, Ismanto dan Kundre [19] yang menyatakan bahwa bermain puzzle
dan mendongeng bisa dikurangi
Kecemasan anak prasekolah yang mengalami rawat inap di rumah sakit. Studi lain juga sama
Hasilnya adalah penelitian de Breving, Ismanto dan Onibala [20] yang menggunakan game
sekaligus es batu sebagai satu tindakan
Perawatan atraumatik pada anak usia 1 - 14 tahun yang mengalami kecemasan. Hasil
penelitian oleh Hela dan Tjahyono
[21] di RS. William Booth Surabaya juga mendukung kesimpulan bahwa penelitian ini
melalui terapi bermain
mempengaruhi tingkat kecemasan anak dengan nilai signifikansi 0.00.
Selain melihat terapi bermain menggunakan puzzzle, studi ini juga melihat efek terapi seni
terhadap kecemasan anak pra-sekolah. Menggambar adalah bentuk terapi seni yang dilakukan
sebagai salah satu intervensi dalam
Halaman 5
S. Ramdaniati dkk .
50
Penelitian ini untuk mengurangi tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah yang
mengalami rawat inap.
Hasil analisis univariat terhadap hasil kelompok ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum
intervensi, hampir
setengah dari responden mengalami kecemasan yang parah, diikuti oleh kecemasan sedang
dan ringan dan tidak ada yang tidak
mengalami kecemasan Kondisi ini berubah ketika pengukuran setelah intervensi
menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun
mengalami tingkat kecemasan yang parah. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa secara
deskriptif, art therapy dapat mengurangi
tingkat kecemasan anak. Selanjutnya setelah analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon
untuk membandingkan kon-
Sebelum dan sesudah tindakan terapi seni menunjukkan bahwa 0.00 nilai signifikansi yang
memberi kesan bahwa
Terapi seni dapat mengurangi tingkat kecemasan secara signifikan pada anak usia pra
sekolah.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Wowiling, Ismanto dan Babakal [22] dan Pravitasari dan
Warsito
[23] yang menggunakan teknik mewarnai sebagai bentuk terapi kesenian yang dilakukan
pada anak usia pra sekolah
untuk mengurangi kecemasan. Dalam penelitian ini diperoleh nilai p 0,00 yang berarti bahwa
pengaruh terapi seni terhadap
tingkat kecemasan anak pra sekolah. Teknik pewarnaan menggambar pada penelitian yang
dilakukan oleh Kapti, Ahsan dan
Istiqomah [24] juga merupakan efek positif pada perilaku maladaptif anak-anak yang
mengalami rawat inap.
Kegunaan menggunakan terapi seni untuk mengurangi kecemasan anak dalam penelitian ini
tidak selalu sesuai dengan hasilnya
dari penelitian sebelumnya. Penelitian Purwandari [25] menjelaskan bahwa terapi seni tidak
berpengaruh terhadap penurunan
Tingkat kecemasan pada anak sekolah namun efektif dalam menurunkan denyut nadi adalah
salah satu fisiologis re-
mensponsori kegelisahan Perbedaan ini dimungkinkan karena perbedaan usia responden,
dimana
Penelitian responden Purwandari adalah anak usia sekolah dalam rentang 6 - 12 tahun,
sedangkan responden dalam hal ini
Studi adalah anak-anak pra-sekolah yang masih memiliki tingkat kecemasan tinggi.
Hasil penelitian tersebut di atas dapat dianalisis bahwa gambar sebagai bentuk terapi kesenian
dilakukan
mampu menjadi distraktor, ruang ekspresif bagi anak sekaligus media komunikasi yang
mampu
uraikan kondisi kecemasan anak saat dirawat di rumah sakit. Selain menggambar atau
mewarnai bisa mengurangi sepuluh-
Ini juga memberi efek relaksasi pada tubuh dan bisa memberi rangsangan emosional pada
sistem limbik yang oc-
Mengikuti kontrol hipotalamus terhadap perilaku maladaptif, termasuk respons kecemasan.
Meski jelas tidak
ditolak kemungkinan adanya pengaruh kehadiran orang tua atau faktor lain yang
berkontribusi simulta-
mengurangi kecemasan pada anak-anak.
Tabel 8. Keuntungan dan kerugian terapi seni dan terapi bermain.
Keuntungan
Kekurangan
Terapi seni
• Dilakukan mampu menjadi distraktor
• Ruang ekspresif untuk anak-anak dan juga media
komunikasi yang mampu menggambarkan kondisi
Kecemasan anak-anak saat dirawat di rumah sakit
• Dapat mengurangi ketegangan
• Juga memberi efek relaksasi pada tubuh
• Dapat memberikan rangsangan emosional pada sistem limbik itu
terjadi pada kontrol hipotalamus maladaptif
tingkah laku
• Terapeutik sendiri karena klien memberi simbolis
bentuk dan bentuk perasaan
• Dapat melayani untuk mengekspresikan ketakutan yang anak-anak temukan juga
menakutkan untuk bicara abou
• Terapi aktif-klien mendapatkan kembali rasa kontrol
penyembuhan
• Bahan biaya uang dan harus dikelola.
• Memerlukan pengaturan yang sesuai, terutama untuk cairan
media.
• Beberapa populasi (misalnya, orang dewasa yang lebih tua) mungkin tidak melihat
relevansi karya seni dengan masalah mereka
• Memerlukan lebih banyak perencanaan untuk digabungkan
mode konseling pemberian informasi atau sangat direktif
• Tidak dapat meningkatkan kemampuan untuk mengeksplorasi dan berlatih
keterampilan sosial anak-anak
• Tidak dapat membantu anak untuk berteman dan belajar
dunia mereka yang terus berkembang
Terapi Bermain
• Ini menyediakan ruang yang aman untuk ekspresi emosional
• membantu memberdayakan anak dan belajar bagaimana mengungkapkannya
pikiran dan perasaan mereka dengan cara yang konstruktif
• Ini mendorong pengambilan keputusan dan penerimaan
tanggung jawab
• Ini memfasilitasi pengembangan pemecahan masalah,
keterampilan mengatasi dan ketahanan
• memperluas kesadaran dan harga diri dan meningkat
hubungan kepercayaan antara pasien dan kesehatan
pekerja perawatan
• Ini mendorong kepercayaan diri dan konsentrasi
• Ini memupuk imajinasi dan kreativitas
• Mendukung penyembuhan dan pertumbuhan emosional
• Terapi bermain bisa dilihat sebagai pengalih perhatian yang sebenarnya
masalah.
• Terapi jenis ini memiliki efek jangka pendek yang positif, namun
Mungkin lebih sulit bagi korban pelecehan di kemudian hari. Itu
korban dapat menekan penyalahgunaan menggunakan terapi bermain tapi
akhirnya kenangan akan kembali saat mereka tumbuh
lebih tua (tidak selalu, tapi lebih sering daripada tidak)
Halaman 6
S. Ramdaniati dkk .
51
Pada kedua kelompok dapat dilihat bahwa pada saat sebelum pengobatan kebanyakan ringan
sampai kecemasan berat namun pada saat sesudahnya
Tindakan kebanyakan tidak mengalami kecemasan dan hanya sedikit yang mengalami
kecemasan itu, faktanya tidak ada yang se
gelisah. Ini menunjukkan bahwa kedua terapi bersama dapat mengurangi kecemasan pada
anak-anak yang mengalami hospita-
lisasi. Namun bila dilihat dari hasil analisis bivariat di Indonesia Tabel 7 dapat dijelaskan
bahwa nilai
signifikansi (nilai p) yang diperoleh adalah 0,26 atau lebih besar dari 0,05. Ini berarti tidak
ada perbedaan berarti
Tingkat kecemasan antara penggunaan terapi seni dan terapi bermain dalam mengurangi
kecemasan pada anak-anak pra-sekolah. Nev-
Namun, pada dasarnya game kedua bisa diberikan kepada anak usia pra sekolah yang
mengalami kegelisahan. Pilihan
Jenis terapi yang harus diberikan tidak berdasarkan pendapat perawat tapi harus berdasarkan
pada anak
favorit, sehingga mereka akan menikmati permainannya.
Bermain untuk anak adalah kebutuhan. Pentingnya bermain, bermain teknik sekaligus upaya
untuk mengalihkan atten-
Harus dipahami oleh setiap perawat. Bermain bisa menjadi upaya persiapan psikologis bagi
anak-anak di wajah
dari suatu penyakit yang terjadi dan membantu proses coping menghadapi tindakan yang
akan dilakukan. Hak
Bermain dapat mengurangi kesalahpahaman dan ketakutan anak, membantu memberdayakan
anak, memperluas kesadaran dan
harga diri dan meningkatkan hubungan kepercayaan antara pasien dan petugas layanan
kesehatan [26] . Berdasarkan
penjelasan diatas dan beberapa referensi [27] , terapi seni dan terapi bermain memiliki
beberapa keunggulan dan disadvan-
tages akan muncul di Tabel 8 .
5. Kesimpulan & Saran
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1) Ada perbedaan yang signifikan
dalam kecemasan antara
sebelum dan sesudah tindakan di kelompok terapi seni; 2) Ada perbedaan yang signifikan
dalam kecemasan antara sebelumnya
dan setelah aksi di kelompok terapi bermain dan 3) Tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam kecemasan pada pra sekolah
usia anak-anak di kelompok terapi seni dan kelompok terapi bermain.
Berdasarkan kesimpulan di atas, perawat yang bekerja di unit anak dapat menggunakan
gambar (art therapy) dan puz-
zes (terapi bermain) untuk mengurangi kecemasan pada anak pra-sekolah yang mengalami
rawat inap. Jenis dari
Terapi sebaiknya diserahkan kepada anak-anak untuk memilih memiliki kesempatan luas
untuk mengungkapkannya