Anda di halaman 1dari 41

ISPAInfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut

yangmenyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14


hari,ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus,rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003).Klasifikasi
penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan untukgolongan umur 2
bulan-5 tahun (Muttaqin,2008):a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan1) Pneumonia BeratBila
disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau napascepat. Batas
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menitatau lebih.2) Bukan
Pneumonia (batuk pilek biasa)Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napascepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:a) Kurang
bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari ½volume yang biasa
diminum) b) Kejangc) Kesadaran menurund) Stridor

e) Wheezingf) Demam / dingin. b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun1) Pneumonia BeratBila


disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu
anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalamkeadaan tenang, tidak menangis
atau meronta).2) Pneumonia SedangBila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:a)
Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali
per menit atau lebih.3) Bukan PneumoniaBila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat.Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5tahun yaitu :a)
Tidak bisa minum b) Kejangc) Kesadaran menurund) Stridore) Gizi buruk2. Antibiotik
Cotrimoxazolea. Penggolongan

Cotrimoksazol merupakan kombinasi dari sulfametoksazol dan trimetoprim


dalam perbandinga 5:1 bersifat bakterisid dengan spectrum kerja lebih luas sibandingkansulfo
namide, antara lain juga jarang menimbulkan resistensi (Tjay,2010). b. IndikasiDapat
digunakan untuk penderita infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, infeksisaluran cerna,
infeksi genitalia (Gunawan,2007).c. Interaksi ObatDapat berinteraksi dengan anti koagulan
oral, antidiabetik, sulfonylurea, dan fenitoin.Dalam hal tersebut dapat memperkuat efek obat
lain dengan cara hambatanmetabolisme atau pergeseran ikatan dengan albumin. Pada
pemberian bersama, dosisobat-obat tersebut perlu disesuaikan (Gunawan,2007).d. Penentuan
KadarMenurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) bahwa campuran Sulfametoksazol
danTrimetoprim ditentukan kadarnya menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggidengan
fase gerak campuran air : asetonitril : trietylamin (1400 : 400 : 2) v/v,menggunakan detektor
254 nm dengan kolom ODS (3,9 mm x 30 cm), laju alir 2ml/menit dalam sediaan tablet

http://www.academia.edu/6469782/MAKALAH_ISPA

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7650
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA

1. Pengertian ISPA Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA
mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran
atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008). ISPA adalah penyakit yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003). Jadi
disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap
bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung
tidak lebih dari 14 hari.

2. Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adnovirus, 7 8 Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain
(Suhandayani, 2007).

3. Klasifikasi ISPA Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):

a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan 1) Pneumonia Berat Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di
dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2
bulan yaitu 6x per menit atau lebih. 2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan
tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan
umur kurang 2 bulan, yaitu: a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang
dari ½ volume yang biasa diminum) b) Kejang c) Kesadaran menurun d) Stridor e) Wheezing f)
Demam / dingin. 9

b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun

1) Pneumonia Berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke
dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak
menangis atau meronta).

2) Pneumonia Sedang Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:

a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per
menit atau lebih.

3) Bukan Pneumonia Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :

a) Tidak bisa minum b) Kejang c) Kesadaran menurun d) Stridor e) Gizi buruk Klasifikasi ISPA menurut
Depkes RI (2002) adalah :

a. ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan
sesak. 10
b. ISPA sedang ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C dan bila
bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

c. ISPA berat Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan
menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan
dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7
hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan
suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad
renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara
langsung.

Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah,
biakan cairan pleura.

4. Penyebab penyakit ISPA ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas.
Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya
digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat,
karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari
menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya
telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit
untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash,
Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI,
2002).

5. Faktor resiko Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :

a. Faktor Demografi Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu : 11

1) Jenis kelamin Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah yang banyak
terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering
berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.

2) Usia Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA. Hal ini
disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil menggendong anaknya.

3) Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan,
karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di
masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang
kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti bagaimana cara
serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.
b. Faktor Biologis Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):

1) Status gizi Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau terhindar dari
penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan
memperbanyak 12 minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga dapat mencegah
virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh.

2) Faktor rumah Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):

a) Bahan bangunan

a) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah tdak berdebu pada musim
kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak
berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang
berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit
gangguan pernapasan.

b) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk
daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di
pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang
pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan
alamiah. 13

c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan
bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan
yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan.
Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan
suhu panas didalam rumah.

d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng) Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa
lubanglubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya
barus menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan
untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.

b) Ventilasi Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang 14
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2
(oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara
didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban
ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab
penyakit)

c) Cahaya Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak.
Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping
kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya
bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam
akhirnya dapat merusakan mata.

c. Faktor Polusi Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Lamsidi, 2003) : 15

1) Cerobong asap Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik industri yang
dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas
terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap)
yang dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut
debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media
Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut
dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga
bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk
memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar
kayu atau sejenisnya seperti arang.

2) Kebiasaan merokok Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia
seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein,
acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperyline dan
lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA. 16 d. Faktor timbulnya
penyakit Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom dikutip dari Effendy (2004)
menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat
sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga
dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi
polusi asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena penyakit ISPA
di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga
disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan seharihari yang baik maka penyakit ISPA akan
berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu
dengan yang lainnya.

6. Tanda dan gejala ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif
vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare (Muttaqin, 2008).
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia
(tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret,
stridor (suara 17 nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada),
hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan
dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003). Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI
(2002) adalah : a. Gejala dari ISPA Ringan Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: 1) Batuk 2) Serak, yaitu anak bersuara parau
pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau menangis). 3) Pilek, yaitu
mengeluarkan lender atau ingus dari hidung. 4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau
jika dahi anak diraba. b. Gejala dari ISPA Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang
jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: 1)
Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih
dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan
ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat
digunakan arloji. 18 2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer). 3) Tenggorokan berwarna
merah. 4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak. 5) Telinga sakit atau
mengeluarkan nanah dari lubang telinga. 6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur). 7)
Pernafasan berbunyi menciut-ciut. c. Gejala dari ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA
berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut: 1) Bibir atau kulit membiru. 2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup
lebar) pada waktu bernafas. 3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun. 4) Pernafasan berbunyi
seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah. 5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba. 7) Tenggorokan berwarna merah. 7.
Penatalaksanaan Kasus ISPA Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus
yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan 19 program (turunnya kematian
karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA). Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk
kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.
Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA . Penatalaksanaan ISPA
meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002) : a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama
pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini
diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa
membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan
dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan
auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi. 20 b. Klasifikasi
ISPA Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut : 1) Pneumonia
berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). 2)
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. 3) Bukan pneumonia: ditandai secara
klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.. c. Pengobatan 1) Pneumonia
berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya. 2) Pneumonia
: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau
ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain. 3) Bukan pneumonia: tanpa
pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderita 21 dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10
hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus
untuk pemeriksaan selanjutnya. d. Perawatan di rumah Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang
ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA. 1) Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2
bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk
waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es). 2) Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari. 22 3) Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada
bayi yang menyusu tetap diteruskan. 4) Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih,
air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. 5) Lain-lain a) Tidak dianjurkan
mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan
demam. b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah. c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu
yang berventilasi cukup dan tidak berasap. d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak
memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. e) Untuk penderita
yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut
diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari anak 23 dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan
ulang. 8. Pencegahan ISPA Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain: a. Menjaga
kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah
kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan
teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat
mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita. b. Imunisasi Pemberian
immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan
untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh virus / bakteri. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan Membuat
ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok
yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik 24 dapat memelihara kondisi sirkulasi
udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia. d. Mencegah anak berhubungan dengan
penderita ISPA Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk
ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk
aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa
dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara),
yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit). B. Ventilasi 1. Pengertian Ventilasi adalah tempat
sebagai proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan
tertutup secara alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat
dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik
dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan (Lamsidi,
2003). 2. Fungsi Ventilasi Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut (Suhandayani, 2007) :
25 a. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi
pernapasan. b. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat
pencemar lain dengan cara pengenceran udara. c. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan
seimbang. d. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan. e. Mengeluarkan
kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan
eksternal. f. Mendisfungsikan suhu udara secara merata. 3. Jenis Ventilasi Rumah Berdasarkan
kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu (Notoatmodjo, 2007): a. Ventilasi
alam. Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu: daya difusi dari gas-gas, gerakan angin
dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur. Ventilasi alam ini mengandalkan
pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara dan kelembabannya. Selain melalui jendela,
pintu dan lubang angin, maka ventilasi pun dapat diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifat
porous dinding ruangan, atap dan lantai. 26 b. Ventilasi buatan Pada suatu waktu, diperlukan juga
ventilasi buatan dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantarana
adalah kipas angin, exhauster dan AC (air conditioner). 4. Syarat Ventilasi Persyaratan ventilasi yang
baik adalah sebagai berikut (Mukono, 2000) : a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5 % dari luas
lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal 5 %
dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. b. Ventilasi sering di buka
untuk keluar masuk udara c. Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau
pabrik, knalpot kendaraan, debu dan lain-lain. d. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan
menempatkan lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai
terhalang oleh barang-barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain. 5. Penilaian
Ventilasi Rumah Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas
ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan Role meter. Menurut indikator pengawasan
rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah 27 dan luas
ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah (Notoatmodjo,
2007) Rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan membawa
pengaruh bagi penghuninya. Luas ventilasi rumah yang < 10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat
kesehatan) akan mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasi
karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan
menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh
dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen termasuk kuman (Notoatmodjo, 2007). Selain itu,
luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan terhalangngya proses
pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah, akibatnya kuman yang ada
di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan. Rumah yang
memenuhi syarat ventilasi baik akan mempertahankan kelembaban yang sesuai dengan
temperature kelembaban udara. Berdasarkan hasil penelitian Ratnawati (2002) diperoleh sebanyak
17,2% responden tidak ISPA dan sebanyak 82,8% menderita ISPA pada ventilasi kurang. Hal ini
menunjukkan bahwa pada ventilasi rumah yang kurang 28 baik, jumlah kejadian ISPA pada balita
lebih banyak jika ventilasi rumah yang baik. 6. Akibat Yang Ditimbulkan Karena Ventilasi Yang Kurang
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 (oksigen) di dalam rumah yang berarti kadar
CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak
cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadi
proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat
kesehatan akan mengakibatkan terhalangngya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari
yang masuk ke dalam rumah, akibatnya kuman yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut
terhisap bersama udara pernafasan. 29 C. Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber :
Damage (2009) D. Kerangka Konsep Bagan 2.2 Kerangka Konsep Ventilasi ruang tidur Kejadian ISPA
Ventilasi ruang tidur tidak memenuhi syarat kesehatan Faktor rumah : 1. Bahan bangunan 2.
Ventilasi 3. Cahaya Faktor resiko timbulnya ISPA : a. Faktor Demografi : 1. Jenis kelamin 2. Umur 3.
Pendidikan b. Faktor biologi 1. Status gizi 2. Faktor rumah c. Faktor polusi 1. Cerobong asap / pabrik /
rumah tangga 2. Kebiasaan merokok Kejadian ISPA Kuman dalam rumah meningkat 30 E. Hipotesis
Penelitian Ha : Ada hubungan antara ventilasi ruang tidur dengan kejadian ISPA pada balita di desa
Klepu kecamatan Keling kabupaten Jepara. H0 : Tidak ada hubungan antara ventilasi ruang tidur
dengan kejadian ISPA pada balita di desa Klepu kecamatan Keling kabupaten Jepara

Definisi Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnyahitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).Anemia adalah
berkurangnya hingga di bawah nilai normal seldarah merah, kualitas hemoglobin dan volume
packed red bloodscells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256). Dengandemikian
anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit ataugangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis
yangmendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan
informasi laboratorium.Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakitkurang
darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan seldarah merah (eritrosit)
lebih rendah dibandingkan normal.Jikakadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit
kurang dari 41% pada pria , maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita , wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari12 g/dl dan eritrosit kurang dari
37% , maka wanita itu dikatakananemia.Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.

Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.

Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.

Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.Karena hemoglobin terdapat dalam sel
darah merah , setiapganguan pembentukan sel darah merah , baik ukuran
maupun jumlahnya , dapat menyebabkan terjadinya anemia.ganguan
tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum
tulang)maupun ganguan karena kekurangan komponen penting

Maternitas Page 4
seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12. (SoebrotoIkhsan,Cara Mudah Mengatasi
Problem Anemia,Cetakan 1,Yogyakarta 2009)
2.2

Penyebab Anemia
Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Giziyang buruk atau gangguan
penyerapan nutrisi oleh usus. Jugaadapat menyebabkan seseorang mengal;ami kekurangan
darah.Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan
zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia.Pendarahan saluran pencernaan,
kebocoran pada saringan darah diginjal, menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor
darahyang tidak diimbangi dengan gizi yang baik dapat mjemiliki
resikoanemia.Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangandarah. Pada saat terjadi
pendarahan yang hebat, mungkin gejalaanemia belum tampak transfusi darah merupakan
tindakan penanganan terutama jika terjadi pendarahan akut. Pendarahanteresebut biasanya
tidak kita sadari. Pengeluaran darah
biasanya berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yanglama.Berikut ini tiga
kemungkinan dasar penyebab anemia :1.

Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.


Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merahdihancurkan lebih cepat dari
normal (umur sel darah merahnormalnya 120 hari).Sumsum tulang penghasil sel darahmerah
tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan seldarah merah.2.

Kehilangan darah.
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia
karena perdarahan berlebihan,pembedahan atau permasalahan

Maternitas Page 5
dengan pembekuan darah.Kehilangan darah yang banyakkarena menstruasi pada remaja atau
perempuan juga dapatmenyebabkan anemia.Semua faktor ini akan meningkatkankebutuhan
tubuh akan zat besi ,karena zat besi dibutuhkanuntuk membuat sel darah merah baru.3.

Produksi sel darah merah yang tidak optimal.


Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk seldarh merah dalam jumpah
cukup.ini diakibatkan infeksivirus,paparan terhadap kimia beracun atau obat-
obatan(antibiotic, antikejang atau obat kanker).
2.3

Gejala Anemia
Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia diantaranya:

Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.

Wajah tampak pucat.

Mata berkunang-kunang.

Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.

Sering sakit.
Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau berkurangnya warna
merah muda pada bibir dan bawah kuku.Perubahan ini dapat terjadi perlahan-lahansehingga
sulit disadari.

Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari seldarah merah ,makaterdapat gejala
lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian putih mata ,pembesaranlimpa dan warna urin
seperti teh.
http://www.academia.edu/7191273/makalah_anemia

TINJAUAN TEORITIS

KELUARGA BERENCANA

A. Keluarga Berencana (KB)

Pengertian keluarga berencana secara umum ialah suatu


usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu
maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak
akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut Pengertian
sempitnya keluarga berencana dalam kehidupan sehari-hari berkisar pada pencegahan
terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani pada laki-laki dan sel telur
dari wanita sekitar persetubuhan (Risyadi, 2001).
Menurut WHO, KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk:

1. Mendapatkan objektif-objektif tertentu

2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan


3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4. Mengatur interval saat kehamilan

5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

B. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, yaitu mencegah atau melawan. Sedangkan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

Cara kerja kontrasepsi pada umumnya dapat dibagi menjadi:

1. Metode Sederhana:

a. Tanpa alat / obat

1) Senggama terputus

2) Pantang berkala

b. Dengan alat / obat

1) kondom

2) diafragma atau cap

3) cream, jelly dan cairan berbusa

4) tablet berbusa (vaginal tablet)

2. Metode Efektif

a. Pil KB

b. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )/IUD

c. Suntikan KB

d. Susuk KB

3. Metode Mantap dengan cara operasi

a. Pada Wanita : Tubektomi

b. Pada Pria : Vasektomi


C. Cara Kerja Kontrasepsi

1. Metode Sederhana

a. Tanpa Alat / obat

1) Senggama terputus (Azal atau coitus interuptus)

Senggama dijalankan sebagaimana biasa tetapi pada puncak senggama alat kelamin pria
(zakar) dikeluarkan dari vagina, sehingga mani keluar dari luar vagina. Cara ini tidak
berbahaya baik fisik maupun mental. Namun sebenarnya cara ini tidak dapat diandalkan
sepenuhnya karena:

a) Memerlukan penguasaan diri yang kuat

b) Kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung spermatozoa tertumpah dari zakar dan
masuk kedalam vagina sehingga dapat terjadi kehamilan, meskipun sudah dilakukan
pencabutan sebelum mani menyemprot.

2) Pantang Berkala

Pantang berkala ádalah tidak melakukan senggama pada masa subur seorang wanita, yaitu
sekitar waktu kejadiannya ovulasi. Cara menentukan masa ovulasi adalah:

a) Untuk dapat menentukan masa ovulasi perlu diketahui siklus haid yang akan datang

b) Untuk mengetahui haid yang akan datang perlu diketahui siklus haid

c) Untuk mengetahui lamanya siklus haid perlu dicatat sekurang-kurangnya 8-12 siklus haid
selama 8 bulan

b. Dengan Alat/Obat

Maksud penggunaan alat adalah untuk menahan atau menghalangi masuknya sperma ke
dalam rahim sedangkan penggunaan obat dimaksudkan untuk melumpuhkan sperma.

1) Kondom

Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna dipakai untuk menutupi
zakar yang berdiri sebelum dimasukkan ke dalam vagina sehingga mani tertampung di
dalamnya dan tidak masuk ke dalam vagina, dengan demikian mencegah terjadinya
pembuahan. Adapaun indikasi pemakaian kondom adalah:

a) 6 Minggu sesudah vasektomi, kondom perlu dipakai sampai selama 6 minggu sesudah
vasektomi (sampai mani tidak mengandung spermatozoa lagi yang dapat diketahui lebih jelas
dengan pemeriksaan laboratorium)

b) Sementara menunggu pemasangan AKDR

c) Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang diminum


d) Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam

e) Apabila diduga ada penyakit kelamin sementara menunggu diagnosa yang pasti

f) Bersamaan dengan pemakaian spermicide

g) Dalam keadaan darurat bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau dipakai.

2) Diafragma / Cap

Diafragma dibuat dari karet yang berbentuk mangkok, dipakai untuk menutup serviks
gunanya untuk mencegah masuknya mani kedalam serviks. Diafragma dimasukkan kedalam
vagina setinggi mungkin sampai menutupi mulut rahim, kemudian dikeluarkan lagi delapan
jam setelah persetubuhan.

3) Cream, Jelly dan tablet atau cairan berbusa

Cream, jelly dan tablet atau cairan berbusa yang disebut spermicida adalah suatu bahan kimia
yang menghentikan gerak/ melumpuhkan spermatozoa didalam vagina sehingga tidak dapat
membuahi telur. Untuk penggunaan spermicida yang berbentuk tablet berbusa dimasukkan
kedalam vagina.

2. Metode efektif

a. Pil Keluarga Berencana

1) Pengertian Pil KB

Pil KB ialah pil yang berisikan hormon estrogen dan atau hormon progesteron yang

dimakan wanita secara teratur untuk mencegah kehamilan (Syahlan, 1996).

Menurut Herti (2007) pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah

diperkenalkan sejak tahu 1960, pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan

menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara

teratur.

2) Jenis-Jenis Pil Keluarga Berencana

Menurut (Herti, 2007) ada 3 jenis pil KB, yaitu :

a) Pil gabungan atau kombinasi


Tiap pil mengandung dua hormone sintetis, yaitu hormone estrogen dan progestin. Pil

gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan

hampir 100% efektif bila diminum secara teratur.

b) Pil berturutan

Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama 14-15 hari pertama dari

siklus menstruasi, diikuti oleh 5-6 hari pil gabungan antara estrogen dan progestin pada sisa

siklusnya. Kelalaian minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan dapat

mengakibatkan terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi kehamilan.

c) Pil khusus

Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat pencegah

kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher

rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma.

3) Cara Pemakaian Pil KB

Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus haid. Dapat juga

dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya hari minggu agar mudah diingat. Pada

pasca persalinan pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari, sedang pada pasca

keguguran 1-2 minggu sesudah kejadian (Wiknjosastro, 2002:919).

Pil KB yang berisi 20,21 dan 22 tablet mulai dimakan terus menerus, dan kemudian

istirahat selama 1 minggu. Pada pil kombinasi yang terdiri atas 28 tablet (21 tablet pil

kombinasi dan 7 tablet placebo), pil diminum terus menerus. Tablet yang diminum pertama

kali sewaktu haid ialah tablet plasebo. Pada 2 minggu pertama pemakaian pil bungkus

pertama sebaiknya jangan bersenggama, atau memakai cara kontrasepsi lain.(Wiknjosastro,

2002:919).

Pemberian pil dihentikan sementara bila terdapat:

a) Denyut nadi melebihi 120/menit


b) Radang pembuluh darah balik (phlebitis)

c) Tekanan darah lebih dari 140/110 mmHg disertai sakit kepala yang hebat, nafas sesak atau

berdebar-debar

d) Pertambahan berat badan yang progresif

Efek Samping Pil KB

Gejala-gejala sampingan penggunaan pil KB disebabkan oleh karena adanya gangguan

keseimbangan hormon estrogen dalam tubuh. Gejala-gejala tersebut baik yang bersifat

subjektif maupun objektif biasanya hanya sementara, ringan, tidak terdapat pada semua

pemakai pil dan hilang dengan sendirinya setelah dua sampai tiga bulan (Syahlan, 1996:109).

Tabel 2.1

Efek Samping Pil KB

Estrogen Progestin

Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan

Darah haid lebih


Nausea Irritabilitas Nafsu makan banyak disertai

meningkat bekuan
Edema Semburan panas pendarahan surut
Berat badan terlambat
Keputihan Prolapsus uteri
bertambah
Kloasma Spotting
Cepat lelah
Disposisi lemak Darah haid
Depresi
berlebihan berkurang
Libido berkurang
Eksotrofie serviks Tidak adanya
Akne
perdarahan surut
Teleangiektasia Libido berkurang Alopesia

Nyeri kepala jenis Cholestatic

vaskuler jaundice

Hipertensi Lama haid

berkurang
Supersi laktasi

Buah dada tegang Nyeri kepala

dengan retensi
Efek anabolic
cairan
Moniliasis

Payudara

membesar

Payudara tegang

tanpa retensi

cairan

Sumber: Wiknjosastro (2002:920)

Menurut Wiknjosastro (2002:919) efek samping dari penggunaan pil KB dibagi dalam

2 golongan, yaitu :

a) Efek sampingan ringan

Efek sampingan ringan dari penggunaan pil KB adalah: adanya pertambahan berat badan,

perdarahan di luar daur haid, mual-mual, depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea

pascapil, retensi cairan, dan keluhan-keluhan gastrointestinal. Umumnya efek sampingan ini

akan berkurang dan hilang dengan sendirinya, ada pula yang hilang jika pasien berpindah ke
pil yang lain dengan kadar estrogen dan progestron yang lebih sesuai
b) Efek sampingan berat

Efek sampingan yang berat dari penggunaan pil KB adalah tromboemboli yang mungkin

terjadi karena peningkatan aktivitas faktor-faktor pembekuan, atau mungkin juga karena

pengaruh vaskuler secara langsung. Angka kejadian tromboemboli pada para wanita pemakai

pil adalah sekitar 4-9 kali lebih tinggi dari pada para wanita bukan pemakai pil golongan

umur yang sama. Angka kematian ialah 3 per 100.000 wanita pemakai pil, sehingga kalau

dibandingkan dengan angka kematian maternal (oleh karena kehamilan) angka itu sebenarnya

jauh lebih rendah. Kemungkinan mendapat tromboemboli-suatu komplikasi jarang-dikurangi

oleh pemakaian pil yang mengandung estrogen dosis rendah, misalnya 50 mikro gram atau

kurang dari itu. Walaupun demikian masih ada kemungkinan hubungan antara tromboemboli

progesteron.

4) Penanggulangan Efek Samping Pil KB

a) Spotting

Berikan penjelasan bahwa hal tersebut hanya sementara, tetapi jika terus menerus berikan pil

KB 1-2 tablet per hari selama beberapa hari sampai spotting hilang atau diganti dengan Pil

KB yang kadar estrogennya lebih tinggi.

b) Rasa mual

Berikan vitamin B 6, ganti dengan pil yang mengandung estrogen lebih rendah atau ganti

dengan cara KB yang lain.

c) Cloasma

Hentikan penggunaan pil, atau ganti dengan cara penggunaan cara KB lain

d) Acne

Ganti dengan pil yang mengandung estrogen tinggi atau pil dihentikan sementara dengan
menggunakan cara KB lain.
e) Candidialis vaginal

Berikan antymycotic, ganti dengan pil yang mengandung estrogen tinggi atau pil dihentikan

sementara dengan menggunakan cara KB lainnya

f) Nyeri kepala

Ganti dengan pil yang mengandung estrogen lebih rendah atau hentikan penggunaan pil,

ganti dengan cara KB yang lain

g) Penambahan berat badan

Bila penambahan berat badan secara progresif dan banyak maka pemakaian pil sebaiknya

dihentikan atau diganti dengan cara KB yang lain.

h) Varises/tromboplebitis

Hentikan penggunaan pil dan harus mendapat perawatan khusus

i) Hypertensi

Apabila lebih dari 160/105 mmHg, maka penggunaan pil perlu dihentikan dan harus

mendapat perawatan khusus.


b. IUD/AKDR

1) Pengertian

IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawiroharjo, 1999). Bahan-bahan IUD yang biasa

digunakan terdiri dari plastik, benang sutera, dan metal (Digitized by Usu, 2003).

2) Cara Kerja IUD

Menurut Saifuddin (2003) cara kerja IUD adalah sebagai berikut :

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubafalopi


b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat

sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma

untuk fertilisasi

d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

3) Keuntungan-keuntungan AKDR

Menurut Saifuddin (2003), keuntungan-keuntungan AKDR adalah sebagai berikut :

a) Sebagai kontrasepsi mempunyai efektifitas yang tinggi, dimana menurut BKKBN (1989)

hanya terdapat 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan.

b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T 380 A dan tidak perlu diganti)

d) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat

e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (Cu T – 380 A)

h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus apabila tidak terjadi infeksi

j) Dapat digunakan sampai menopause

k) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

l) Membantu mencegah kehamilan ektopik

4) Kerugian-kerugian AKDR
Menurut Saifuddin (2003), kerugian yang dapat ditimbulkan oleh IUD adalah :

a) Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS

b) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti

pasangan

c) Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, dimana

PRP dapat memicu intertilitas

d) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan IUD. Seringkali

perempuan takut selama pemasangan

e) Sedikit nyeri dan perdarahan (sprotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya

menghilang dalam 1-2 hari

f) Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus

melepas IUD

g) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera

sesudah melahirkan)

h) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD untuk mencegah kehamilan

normal

i) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan
ini perempuan memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau

melakukan ini.

5) Indikasi pemasangan AKDR

a) Telah mendapat persetujuan suami

b) Pernah melahirkan dan telah mempunyai anak serta ukuran rahimnya tidak kurang dari 5 cm

c) Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi.


d) Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun

e) Dianjurkan sebagai pengganti Pil KB, bagi peserta yang umumnya di atas 35 tahun

6) Kontraindikasi pemasangan AKDR

a) Adanya kehamilan

b) Infeksi panggul (pelvis) yang terus menerus, akut, dan kronis

c) Lecet ( erosi) atau peradangan pada leher rahim

d) Diketahui datau dicurigai kanker rahim

e) Perdarahan yang tidak normal dari alat kelamin

f) Perdarahan haid yang hebat

g) Alergi logam

h) Rahim kecil, endometriosis

7) Saat yang baik pemasangan AKDR

Pada dasarnya AKDR dapat dipasang setiap saat biasanya dilakukan pada waktu haid, yaitu

pada akhir haid atau pada hari sebelum berakhirnya haid, karena:

a) Serviks lembut dan sedikit terbuka

b) Perdarahan dan sakit perut mungkin tidak menimbulkan keluhan pada wanita tersebut

Pemasangan AKDR dapat juga dilakukan sewaktu-waktu, pada saat:

a) Segera setelah induksi haid atau abortus spontan, asalkan tidak ada tanda-tanda infeksi

misalnya: tidak panas, rahim tidak lembut, tidak ada keputihan seperti nanah/banyak sekali

b) Setelah melahirkan yaitu: segera setelah melahirkan 2-4 hari setelah melahirkan 40 hari
setelah melahirkan.
c. Suntikan KB
Suntikan KB mengandung hormon progresteron, tidak mengandung estrogen.

1) Cara kerja

Kontasepsi senantiasa mencegah kehamilan dengan cara:

a) Menghalangi terjadinya ovulasi

b) Menipiskan endometrium sehingga tidak terjadi nidasi

c) Memekatkan lendir serviks sehingga menghambat perjalanan spermatozoa melalui kanalis


servikalis

2) Keuntungan

a) Sangat efektif, kegagalannya kurang dari 1%

b) Kemungkinan salah dan lupa memakainya tidak ada

c) Dapat diberikan pada ibu yang menyusukan karena tidak mengurangi produksi ASI

d) Diberikan setiap 12 minggu sekali

3) Jenis

Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada 2 macam, yaitu DMPA (Depo Medroxis
Progresteron Asetat) yang lazim disebut Depo Provera dan net oen (noretisteron) yang lazim
disebut Noristerat. Depo provera sebagai kontrasepsi suntikan diberikan dosis 150 mg/3 cc
sedangkan noristerat dengan dosis 200 mg/cc

4) Waktu pemberian

a) Pasca persalinan sampai 40 hari

b) Pasca keguguran sampai 7 hari

c) Interval dengan anak hidup minimal satu, sebelum hari kelima haid

5) Cara penyuntikan

a) Intramuskular

b) Tempat penyuntikan

(1) Pada otot bokong (glutea) yang dalam, bekas suntikan ditutup dengan plester untuk
mencegah keluarnya obat.

(2) Pada otot pangkal lengan (deltoid)

6) Indikasi

a) Ibu telah mempunyai anak lebih dari satu


b) Tidak dalam keadaan hamil

c) Riwayat siklus haid teratur

d) Tidak terdapat kontraindikasi

7) Kontraindikasi

a) Hamil

b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya

c) Tumor/ keganasan

d) Terdapat penyakit jantung, paru-paru, kelainan faal hati, tekanan darah tinggi, obesitas,
diabetes

8) Efek samping dan penanggulangannya

a) Devo provera

(1) Efek samping dapat berupa :

(a) Gangguan haid: amenorhea, menoragia, metroragia, dan spotting

(b) Gangguan bukan haid: pusing sakit kepala, mual, muntah, rambut rontok, jerawat, kenaikan
berat badan, kenaikan tekanan darah, penurunan libido, alergi dan hyperpigmentasi.

(2) Penanggulangannya

Penanggulangan haid belum ada yang tepat, tapi untuk sementara dianjurkan antara lain
adalah perbaikan gizi, pemberian pil KB 1-3 /hari selama 5-7 hari, penerangan yang lebih
intensif, pemberian obat symtomatis.

b) Noristerat

(1) Perdarahan yang mengganggu, penanggulangannya dengan pil kombinasi 1 tablet /hari
selama 10 hari

(2) Tidak sedang haid (amenorhea), penanggulangannya tidak diberikan pengobatan bila tidak
menimbulkan kegelisahan-kegelisahan. Amenorhea di tanggulangi dengan pil kombinasi 2-3
tablet perhari selama 7 hari. Bila amenorhea yang terus menerus setelah 3 kali suntikan,
dengan atau tanpa pengobatan, maka suntikan dihentikan

d. Alat Kontrasepsi Susuk (Implant)

1) Pengertian Alat Kontrasepsi Implant


Alat kontrasepsi susuk KB atau implant adalah alat kontrasepsi bagi wanita yang dipasang

(disusukan) dibawah kulit lengan bagian atas yang terdiri atas 1 atau 2 atau 6 kapsul

berukuran kira-kira 3 cm berisi zat levonorgestrvel. (Hartono, 2003)

2) Cara Kerja Susuk KB

Dengan disusupkannya kapsul tersebut silastik Implant dibawah kulit, maka setiap hari

dilepaskan secara tetap sejumlah Levonogestrel kedalam darah melalui proses difusi dari

kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik tersebut, besar kecilnya levonogestrel yang

tergantung dari besar kecilnya levonogestrel permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari

dinding kapsul tersebut.

Menurut Sadikin (2003), dengan dilepaskannya hormon levonogestrel secara konstan

dan kontiyu maka cara kerja implant dalam mencegah kehamilan pada dasarnya terdiri dari 3

mekanisme dasar yaitu:

a) Menghambat terjadinya ovulasi

b) Terhambatnya perjalanan sel telur menuju rahim

c) Menebalkan leher rahim/lendir serviks

3) Yang Tidak Diperbolehkan Menggunakan susuk KB

Menurut Sadikin (2003) akseptor yang tidak diperbolehkan menggunakan Implant / susuk

KB adalah:

a) Akseptor diperkirakan hamil atau tidak hamil

b) Menderita Tumor

c) Wanita berpenyakit jantung, darah tinggi dan kencing manis, sakit kuning, infeksi panggul,

varices berat, wasir

4) Keuntungan susuk KB
Menurut Sadikin (2003) keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi implant adalah sebagai

berikut:

a) Tidak menekan produksi ASI

b) Praktis dan efektif

c) Tidak ada faktor lupa

d) Masa pakai jangka panjang (5 tahun)

e) Membantu mencegah anemia

f) Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan

g) Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon estrogen.

5) Pemasangan susuk KB

Waktu pemasangan implant yang tepat adalah pada saat ibu sedang haid, yaitu sejak hari

pertama haid sampai selambat-lambatnya hari ketujuh, Postpartum 3-4 minggu. Pemeriksaan

Ginekologi sebelum pemasangan Implant perlu dilakukan sama seperti pada pemakaian

kontrasepsi hormonal lainnya, jika tidak terdapat kontra indikasi hormon progestin maka

pemasangan implant dapat dilakukan.

6) Pencabutan susuk KB

Akseptor sebaiknya berbaring horisontal selama pencabutan Implant, untuk mempermudah

pencabutan, tempat tidur/meja ditutup dengan kain yang bersih.

7) Efek Samping, Penaggulangan, dan Pengobatan

a) Gangguan Haid

(1) Gejala dapat berupa Amenorhea dan Methrorhagia

(2) Penanggulangan dan pengobatan


(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan kepada calon implant bahwa

pemakaian Implant dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut akibat dan hormonal implant.

Biasanya gejala-gejalanya perdarahan tidak berlangsung lama. Bila amenorhea, berikan

penjelasan dengan baik.

(b) Pengobatannya dengan cara bila pasien ingin haid, dapat dilaksanakan dengan memberikan

pil KB hari I sampai 2 masing-masing 3 tablet. Selanjutnya dari hari 4, l x 1 selama 4-5 hari.

Bila perdarahan dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya Ethynil Estradiol 2 x I sehari

sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti dapat dilaksanakan “tapering off” (1

x 1 tablet) selama beberapa hari. Dosis dapat ditingkatkan bila perlu.

b) Depresi

(1) Gejala dan keluhan dapat berupa rasa sakit, tidak semangat dalam bekerja/ kehidupan.

(2) Penanggulangan dan pengobatan

(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan kepada calon akseptor guna

menghindari perasaan bersalah dan calon akseptor.

(b) Pengobatannya dengan cara terapi psikologis bagi yang menderita depresi, pemberian

vitamin-vitamin seperti B6 50 mg.

c) Keputihan

(1) Gejala dan keluhannya berupa cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang senggama

dan mengganggu. Hal ini jarang terjadi pada peserta implant dan bila terjadi ada penyebab

lain. Tidak berbahaya kecuali berbau, panas atau terasa gatal.

(2) Penanggulangan dan pengobatan

(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan kepada peserta Implant jarang

terjadi keputuhan, bila hal ini terjadi juga harus dicari penyebabnya.
(b) Pengobatannya tidak diperlukan pada kasus dimana cairan berlebihan, dapat diberikan

preparat anti kolinergik seperti ektrat belladona 10 mg, 2 x 1 tablet.

d) Jerawat

(1) Gejala dan keluhannya berupa jerawat di wajah/badan dapat disertai infeksi atau tidak.

(2) Pengobatan

Pengobatannya dengan memberikan Vitamin A dan vitamin E dosis tinggi. Bila disertai

infeksi dapat diberikan preparat Tetrasiklin 250 mg 2x1 kapsul selama 1 atau 2 minggu.

e) Perubahan Libido

(1) Gejala dan keluhannya menurunnya atau meningkatnya libido akseptor. Hal ini bersifat

subyektif dan sulit dinilai.

(2) Penanggulangan dan pengobatan

Menjelaskan kepada pasien kemungkinan hal ini dan sifatnya yang subyektif pengobatan

medis tidak dianjurkan.

f) Perubahan Berat

(1) Gejala dan keluhannya berat badan bertambah beberapa Kg dalam beberapa bulan setelah

pemakaian Implant.

(2) Penanggulangannya

Menjelaskan kepada akseptor Implant bahwa kenaikan berat badan adalah salah satu efek

samping dan pemakaian Implant, akan tetapi tidak selalu kenaikan berat tersebut diakibatkan

dan pemakaian implant.

g) Hematoma

(1) Gejala dan keluhannya berupa warna biru dan rasa nyeri pada daerah pemasangan atau
pencabutan akibat perdarahan bawah kulit
(2) Penanggulangan dan pengobatan

(a) Penanggulangannya dengan cara membenikan penjelasan kepada peserta akseptor mengenai

kemungkinan hal tersebut.

(b) Pengobatannya dengan cara kompres dingin pada daerah yang membiru selama dua

hari. Setelah itu rubah menjadi kompres panas hingga wama biru/kuning hilang.

h) Nyeri

(1) Gejala dan keluhannya berupa rasa nyeri pada daerah pemasangan akibat iritasi saraf

setempat, hal ini mungkin terjadi dari pemasangan Implant.

(2) Penanggulangan dan pengobatan

(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan kepada akseptor tentang fisiologis

dan cara pemasangan Implant secara jelas.

(b) Pengobatannya pemberian preparat analgetik anti prostaglandin misalnya Acetosal 500 mg

3x1 tablet atau parasetamol 500 mg 3x1 tablet.


3. Metode Mantap

a. Tubektomi (MOW)

Tubektomi adalah kontrasepsi permanen wanita yang tidak menginginkan anak lagi

yang bekerja menghambat sel telur wanita sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma. Cara
kontrasepsi ini dipersiapkan melalui tindakan operasi kecil dengan mengikat dan memotong

sel tuba (telur) pada istri. Keuntugannya adalah: Pemakaian atau perlindungan terhadap

terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup, tidak mengganggu

hubungan suami istri, tidak mengganggu produksi ASI. Kerugiannya berupa: faktor resiko

dan efek samping bedah.

Vasektomi (MOP)
Cara kontrasepsi ini dipersiapkan melalui operasi tindakan ringan dengan cara mengikat

dan memotong sel sperma (vas diferent) sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak

mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan.

Keuntungan dari vasektomi adalah:

1) Tidak ada mortalitas (kematian)

2) Morbiditas (mengakibatkan sakit) kecil sekali

3) Dilakukan anastesi local, hanya kurang lebih 15 menit

4) Kemungkinan kegagalan tidak ada, karena diperiksa kepastian laboratorium

5) Tidak mengganggu hubungan seksual dan cairan mani yang dikeluarkan waktu coitus tidak

berubah

6) Biaya murah

7) Dapat dilakukan dimana saja asal tempatnya bersih dan tenang, tidak selalu harus di kamar

mandi.

Efek samping vasektomi adalah: kulit membiru atau lecet, pembengkakan dan rasa

sakit, keadaan ini merupakan hal yang ringan dan akan hilang sendiri tanpa pengobatan

sederhana, gejala tersebut timbul sebagai akibat persiapan, teknik dan perawatan yang kurang

sempurna disamping factor penderita sendiri.

Penangulangannya adalah dengan pemberian antibiotika dan analgetik, kemudian

konsultasikan dengan ahli jiwa jika penderita mengalami gangguan psikologis.

Kegagalan pada vasektomi dapat terjadi konsepsi antara lain:

1) Kesalahan memotong

2) Cara mengikat tidak sempurna, cepat atau terlalu keras

3) Duplikasi vas diferent (kelainan bawaan)


4) Bersenggama sebelum sperma betul-betul negatif

5) Adanya penyambungan kembali dari ujung-ujung vas diferent yang dipotong.

C. Data Fokus
1. Wawancara

a. Jumlah anak yang direncanakan

b. Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan lain-lain ?

c. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?

d. Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan, nyeri saat berhubungan,
infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya

e. Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya /kultur, kebiasaan merokok

f. Harapan pada jenis kelamin anak tertentu

g. Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan siklus haid seperti


amenore, spotting, metroragia,

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak dari anemia, kelemahan,
berat badan/tinggi badan,

b. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari hormonal, Nadi cepat, Napas
terkadang sesak, suhu terkadang tinggi karena respon tubuh terhadap pemasangan AKDR.

c. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek hormonal).

d. Kardiovaskuler : Palpitasi.

e. Dada : pernapasan kadang sesak.

f. Payudara : hyperpigmentasi

g. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)

h. Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam, varises, ukuran uterus yang
mengalami kelainan

i. Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi post pemasangan implant
pada tangan atas.
3. Pemeriksaan Penunjang

Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka diperiksa:

a. Hb, biasanya < 10gr/dl

b. Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)

c. Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)

4. Pemeriksaan Psikososial

a. Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan

b. Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi

c. Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi

d. Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat penghasilan,
pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk kontrol lainnya.

D. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS= Klien mengatakan Kurang Informasi Ketidakmampuan


bingung untuk memilih memilih alat
alat kontrasepsi kontrasepsi

DO= Klien bertanya pada


petugas kesehatan
Tentang pengetahuan
terkait dengan KB

Klien bingung dengan


alat kontrasepsi
Ketidakmampuan
memilih alat kontrasepsi

2 DS= Klien mengatakan Proses adaftasi hormonal Perubahan pola


haid tidak teratur haid

DO= Klien menggunakan


alat kontrasepsi pil

Ketidakseimbangan
hormon progresteron dan
estrogen

Haid tidak
teratur/spotting

Perubahan pola haid

3 DS= Klien mengatakan Penggunaan alat cemas


khawatir untuk kontrasepsi
menggunakan alat
kontrasepsi

Adanya efek samping


dari kontrasepsi

Haid tidak
teratur/spotting

Perubahan pola haid

cemas

4 DS= Klien mengatakan Akseptor KB Pil Gangguan


sejak menggunakan konsep diri:
kontrasepsi pil banyak
bintik-bintik hitam dan Body image
jerawat dimuka

DO= Klien akseptor KB Berisi hormon


pil progresteron dan estrogen

Keseimbangan
progresteron dan estrogen
terganggu

Timbul gajala-gejala
sampingan

Pigmentasi dan jerawat


pada muka, badan
menjadi gemuk

Gangguan body image

5. Ds = klien mengeluh sakit Tindakan operasi Resiko infeksi


di daerah insisi (MOW/MOP) dan
implant
Do = kulit lebam,
pembengkakan di daerah
insisi, kemerahan di
daerah insisi,

Pemajanan luka diluar


Bila klien kurang
perhatikan hygiene

Media yng baik untuk


mikroorganisme tumbuh

Resiko infeksi

F. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaftasi hormonal ditandai dengan klien

mengatakan haid tidak teratur

2. Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi yang efektif b.d kurangnya informasi akan

pengetahuan tentang KB ditandai dengan klien banyak bertanya.

3. Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu ditandai dengan klien

mengatakan khawatir untuk menggunakan alat kontrasepsi.

4. Gangguan konsep diri b.d timbul gejala-gejala sampingan (pigmentasi dan jerawat pada

muka) ditandai dengan klien mengatakan sejak menggunakan alat kontrasepsi pil banyak

bintik-bintik hitam dan jerawat pada muka.

5. Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai dengan klien mengeluh

sakit di daerah insisi, kulit lebam, pembengkakan di daerah insisi, kemerahan di daerah insisi,
G. Intervensi Keperawatan
NO Tujuan Intervensi Rasional

1 Tujuan Jangka1. Kaji lamanya dan1.Untuk mengetahui


Panjang: Dalam banyaknya spotting siklus haid dan
jangka waktu 2 bulan mengetahui lamanya
pola haid normal haid dan jumlah
perdarahan pada saat
haid
Tujuan jangka
pendek: dalam waktu
1 bulan haid kembali 2. Pada hari-hari pertama
normal dengan pemakaian alat
kriteria: kontrasepsi AKDR
dan hormonal
Sifat darah haid
2. Jelaskan pada ibu efek biasanya terjadi efek
kembali pada siklus
samping alat samping dari
awal/biasa
kontrasepsi AKDR dan kontrasepsi tersebut
Tidak ada spotting hormonal pada hari-
haid yang berulang hari pertama
pemakaian alat
3.Data penunjang dapat
- kontrasepsi. mengetahui kadar
keseimbangan hormon

4.Untuk mendapatkan
penanganan lebih
lanjut

3. Observasi untuk
pemeriksaan lab, Hb,
Leukosit, trombosit,
Ht.

4. Konsul ke dokter bila


keluhan menjadi
berat

2 Tujuan Jangka Kaji tingkat Untuk mengetahui


Panjang: Klien pengetahuan klien tingkat pengetahuan
memilih alat tentang alat klien agar dapat
kontrasepsi yang kontrasepsi yang menentukan intervensi
efektif untuk sesuai dengan selanjutnya:
kesehatannya. kondisinya

Memberikan
Tujuan jangka gambaran tentang
pendek: setelah diberi alat-alat kontrasepsi
penjelasan klien dapat Jelaskan pada klien
memilih alattentang efektivitas,
kontrasepsi yang efisiensi dari masing-
efektif dengan masing alat
kriteria: kontrasepsi,
keuntungan,
Klien dapat memilih kerugian,indikasi dan
salah satu alat KB kontraindikasi
yang sesuai dengan
kondisinya untuk KB yang diinginkan
menunda kehamilan Berikan pendidikan akan sesuai dengan
(pil, suntik, pantang kesehatan kepada klien kondisi suami istri
berkala) untuk beserta suaminya
menjarangkan untuk menentukan
kehamilan (AKDR, pilihan kontrasepsi
suntik), yang mereka inginkan
mengakhiri/menjaga
kesehatan (MOW,
WOP)

3 Tujuan Jangka Kaji tingkatan cemas Untuk mengetahui


Panjang: Kecemasan tingkat kecemasan
dapat klien
dikurangi/dikontrol

Sebagai pengetahuan
Jelaskan pada klien klien, supaya klien
dapat memilih salah
Tujuan jangka tentang efek samping satu alat kontrasepsi
pendek: setelah diberi
penjelasan kecemasan dari alat kontrasepsi yang sesuai dengan
berkurang dengan kondisinya
kriteria:

Klien tampak tenang


dan dapat memahami Dapat menurunkan
efek samping kecemasan klien
penggunaan alat dalam memilih alat
kontrasepsi. kontrasepsi

Klien kooperatif dan


Berikan kesempatan
mau bekerjasama Supaya klien dapat
pada ibu untuk
dalam pemasangan beradaftasi terhadap
bertanya tentang
alat kontrasepsi pemasangan alat
kerugian alat
kontrasepsi kontrasepsi pada
minggu awal
pemasangan

Berikan support
psikososial kepada
klien terhadap
pemasangan alat
kontrasepsi

4 Tujuan Jangka Jelaskan efek samping Menambah wawasan


Panjang: klien tidak dari KB pil /pengetahuan bagi
merasa malu dengan klien
keadaanya

Untuk mempercepat
Tujuan jangka pendek: informasi lebih untuk
klien merasa percaya Anjurkan klien untuk menntukan intervensi
diri dengan konsultasi dengan selanjutnya
keadaanya dengan spesialis kulit
kriteria:

Tidak malu untuk


bergaul

5. Tupan: -Beritahu klien bahwa-Balutan yang basah


selama 48 jam merupakan media
Infeksi dapat dicegah pertama daerah insisi yang baik untuk
harus dibiarkan kering pertumbuhan media
yang baik untuk
Tupen: pertumbuhan
Dalam 2 x 24 jam mikroorganisme
tidak ada tanda infeksi
dengan kriteria:
- Lebam dan perih
- Luka kering bukan indikasi infeksi
Tidak ada tanda jika hilang dalam
infeksi beberapa hari

- Jelaskan efek dari


pemsangan implant,
MOW/MOP secara
langsung seperti
lebam dan rasa perih -Untuk mencegah
terjadinya trauma
berlebih selain dari
- Hindari benturan, tempat insisi
gesekan dan
penekanan di daerah
insisi -Dapat mencegah
ekspulsi batang
implant, cara
memungkinkan
menyebabkan infeksi
-Balutan jangan dibuka
dalam 48 jam, plester
dipertahankan hingga
luka sembuh (biasanya
5 hari) - Memungkinkan
klien mendapat
pertolongan lebih dini
-Anjurkan klien kembali untuk mencegah
ke klinik jika ada kondisi lebih buruk
tanda infeksi seperti
demam, peradangan
selama beberapa hari

-
Antibiotik untuk
-Kolaborasi pemberian mencegah infeksi
terafi antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2000. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.Pusat Pendidikan

Tenaga Kesehatan, Jakarta

_________, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, Jakarta.

Herti, 2007. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Yang Tepat
Bagi Wanita. http://www.depkes.co.id/

Notodohardjo, 2003, reproduksi Kontrasepsi dan Keluarga Berencana, Jakarta

Robert Prihardjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta

Saifudin,A. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai