Leher rahim sendiri berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari
vagina. Semua wanita dari berbagai usia berisiko menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung memengaruhi wanita yang aktif
secara seksual.
Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak memiliki gejala. Gejala kanker serviks yang paling umum adalah pendarahan pada vagina
yang terjadi setelah berhubungan seks, di luar masa menstruasi, atau setelah menopause. Meski terjadi pendarahan, belum berarti Anda
menderita kanker serviks. Untuk memastikan penyebab kondisi Anda, segera tanyakan kepada dokter. Jika dicurigai terdapat kanker
serviks, rujukan menemui dokter spesialis akan diberikan.
Sejak tahun 2000 hingga tahun 2012, semakin muda usia wanita yang terserang kanker serviks, yaitu kisaran usia 21-22 tahun di tahun
2000 dan mencapai usia di bawah 20 tahun pada tahun 2012. Penelitian WHO menyingkapkan kurangnya tindakan skrining penyakit
kanker di Indonesia. Khususnya untuk skrining kanker serviks yaitu sitologi serviks dan ulasan asam asetat, secara umum belum tersedia di
pusat kesehatan primer pada tahun 2014. Ini ikut berpengaruh pada jumlah kematian kanker serviks di Indonesia yang tergolong tinggi
karena sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan dalam diagnosis. Biasanya, kanker sudah menyebar ke organ lain di dalam tubuh
ketika seseorang memeriksakan kondisinya. Inilah penyebab pengobatan yang dilakukan menjadi semakin sulit.
Kondom bisa melindungi Anda dari HPV saat berhubungan seks, tapi tidak selalu sempurna dalam mencegah terjadinya infeksi. Saat
terinfeksi HPV, sistem kekebalan tubuh wanita mencegah virus untuk melukai rahim, tapi pada sebagian wanita, virus HPV bisa bertahan
selama bertahun-tahun. Hal ini mengakibatkan sel-sel yang berada di permukaan leher rahim berubah menjadi sel kanker.
Vaksin untuk mencegah infeksi HPV yang berisiko menyebabkan kanker sudah tersedia. Vaksinasi HPV yang saat ini ada adalah vaksin
bivalen untuk HPV 16 dan 18; vaksin kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9 jenis HPV yaitu 4 jenis
ditambah 31,33, 45, 52, dan 58.
Pentingnya Langkah Screening untuk Mendeteksi Kanker Serviks
Selama bertahun-tahun, sel-sel pada permukaan leher rahim mengalami banyak perubahan. Sel-sel ini bisa perlahan-lahan berubah
menjadi kanker, tapi sebenarnya perubahan sel di leher rahim bisa dideteksi sejak dini. Pengobatan ketika sel-sel masih dalam tahap pra-
kanker bisa dilakukan agar risiko terkena kanker serviks bisa berkurang.
Screening untuk kanker serviks juga dikenal dengan sebutan pap smear atau tes smear. Pap smear berguna untuk mendeteksi jika ada sel-
sel abnormal yang berpotensi berubah menjadi sel kanker. Saat melakukan pap smear, sampel sel diambil dari leher rahim dan diperiksa di
bawah mikroskop.
Screening serviks bukanlah tes untuk mendiagnosis kanker serviks. Tes ini berguna untuk memeriksa kesehatan sel-sel di leher rahim dan
mendeteksi jika ada sel yang abnormal. Dengan deteksi dan pengangkatan sel-sel abnormal, kanker serviks dapat dicegah secara
maksimal. Pada kebanyakan wanita, tes akan menunjukkan hasil yang normal. Tapi sekitar 5 persen tes menunjukkan adanya perubahan
abnormal pada sel leher rahim.
Perubahan ini kebanyakan tidak berujung kepada kanker, dan sel-sel abnormal masih mungkin bisa kembali normal dengan sendirinya.
Tapi, pada beberapa kasus tertentu, sel-sel yang bersifat abnormal perlu diangkat karena berpotensi berubah menjadi kanker.
Hasil tes smear yang abnormal tidak berarti seseorang menderita kanker serviks. Kebanyakan hasil abnormal disebabkan oleh infeksi atau
adanya sel berisiko kanker yang bisa ditangani dengan mudah. Disarankan pada wanita yang telah aktif secara seksual dan berusia 25-49
tahun diperiksa setiap tiga tahun sekali. Sedangkan wanita berusia 50-64 tahun dapat diperiksa setiap lima tahun sekali. Hubungi dokter
untuk mencari tahu lebih banyak tentang pemeriksaan ini.
Stadium 4 – 20 persen
Tidak ada satu cara khusus untuk melakukan pencegahan terhadap kanker serviks. Tapi masih ada beberapa cara untuk mengurangi risiko
terkena kanker ini.
Apa itu Pap Smear: Gambaran Umum, Keuntungan, dan Hasil yang Diharapkan
Pengertian dan Gambaran Umum
Pap smear adalah contoh dari sel-sel di leher rahim yang diambil selama tes pap. Tes pap dilakukan untuk menentukan kesehatan leher rahim
(serviks) atau menemukan adanya perubahan abnormal pada sel -sel. Selama tindakan, contoh sel tersebut dikumpulkan dari permukaan leher rahim
dan diletakkan pada kaca mikroskop. Contoh ini, disebut pap smear, dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopis.
Diagnosis
Dalam kedua kasus, Pap Smear digunakan untuk menemukan perubahan sel abnormal pada contoh sel. Pap smear biasanya termasuk da lam daftar
pemeriksaan rutin yang disarankan bagi wanita dalam rangka pencegahan penyakit leher rahim. Berdas arkan hasil dari pap smear, setiap kelainan
yang ditemukan dalam contoh-contoh sel serta penyebab utama mereka dapat diobati lebih awal; dengan melakukan hal ini akan sangat
menurunkan peluang seorang wanita terkena kanker leher rahim.
Setiap wanita akan memiliki jadwal tes pap yang berbeda yang disarankan dokter untuk mereka; jadwal ini akan didasarkan pada usia dan risiko
mereka terkena penyakit leher rahim. Pada wanita di atas usia 30, Pap smear terkadang dikombinasikan dengan sebuah Tes HPV karena penyakit
leher rahim seringkali disebabkan oleh HPV atau biasa disebut virus papilloma pada manusia. Pada wanita yang dibawah umur 30 tahun, Pap Smear
saja biasanya sudah cukup, tetapi mereka juga disarankan untuk mendapatkan suntikan vaksin HPV sebagai tindaka n pencegahan.
Gejala Kunci
Untuk tujuan diagnosis, perubahan sel yang abnormal yang ditemukan di pap smear akan menjadi faktor penentu dalam diagnosis p enyakit atau
gangguan leher rahim, seperti:
Displasia (perkembangan sel dan jaringan yang tidak normal)
Kanker leher rahim (serviks)
Kedua penyakit tidak dapat didiagnosis hanya dengan pap smear saja. Jika hasil pap smear ditemukan adanya ketidaknormalan, pe meriksaan lebih
lanjut sebaiknya dilakukan, seperti menggunakan kolposkopi.
Perhatikan, bagaimanapun juga, tes pap tidak dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi menular seksual lainnya seperti herpes, sipilis, klamidia
dan kencing nanah. Terdapat tes khusus untuk masing-masing infeksi ini.
Dokter Anda dapat meresepkan pap smear jika Anda mengalami salah satu gejala berikut:
Kemerahan
Nyeri saat buang air kecil atau saat melakukan hubungan intim
Pembengkakan
Perubahan pada keputihan, seperti warna, bau, atau tekstur yang berbeda dari apa yang biasanya Anda alami
Keputihan yang berlebihan
Menjadwalkan tes pap Anda ketika Anda tidak berada dalam masa menstruasi, karena darah dapat mengganggu hasil tes.
Tidak menggunakan tampon, alat pembersih dubur, bedak, atau obat -obatan vagina lainnya selama 24 jam sebelum tes.
Anda akan merasa lebih nyaman jika Anda mengosongkan kandung kemih Anda sebelum melangsungkan tes.
Jika Anda sudah memiliki perjanjian dengan dokter, pastikan untuk menginformasikan dokter Anda tentang hal -hal berikut karena ini adalah
pertimbangan penting yang harus dilakukan dalam tes pap :
Jika ini merupakan tes pap pertama Anda
Jika Anda pernah melakukan tindakan bedah yang melibatkan vagina, rahim, leher rahim, atau vulva
Jika Anda telah memiliki hasil tes pap yang abnormal sebelumnya
Human papillomavirus (HPV), penyakit menular seksual - Ini adalah penyebab dengan risiko tertinggi yang menyebabkan kanker leher
Rahim (serviks) ketika tidak diobati. Tes pap dianggap sangat penting karena HPV dapat tinggal di tubuh selama beberapa tahun tanpa
sepengetahuan Anda.
Infeksi Bakteri
Infeksi Jamur
Anda mungkin memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HPV dan mendapatkan hasil tes pap yang abnormal karena perilaku seksual tertentu, seperti:
Berhubungan seks tanpa menggunakan alat kontrasepsi
Melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang juga berhubungan seksual dengan orang lain.
Merokok
Setelah tes, adalah normal ketika vagina mengalami sedikit pendarahan. Risiko yang timbul dari tes pap sangat kecil. Anda dap at pulang ke rumah
pada hari yang sama dan datang kembali untuk mengambil hasil tes pap yang biasanya membutuhkan waktu 1 hingga 2 minggu. Terdapat
kemungkinan untuk memperoleh hasil yang negatif semu atau positif semu. Oleh karena itu, beberapa dokter biasanya menyarankan tes pap
dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut, dijadwalkan secara terpisah, untuk memastikan hasil pemeriksaan.
Rujukan:
Balachandran I. “Human papillomavirus and pap smear: A review.” American Journal of Lifestyle Medicine.
Panaretto K, Larkins S, Manessis V. (2003). “Pap smear participation rates, primary healthcare and indigenous women.” The Medical
Journal of Australia.
Mehmetoglu HC, Sadikoglu G, Ozcakir A, Bilgel N. (2010). “Pap smear screening in the primary health care setting: A study fro m Turkey.”
North American Journal of Medical Sciences.