Anda di halaman 1dari 5

Rafi Maulana Arya Dhia

XII MIA 8
22

Kehidupan di Negeri Orang

Judul : Penjara
Pengarang : Sori Sultan Sirovi Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : Ketiga
Tahun terbit : 2000
Tebal buku : 155 halaman

Buku berjudul “Penjara” ini merupakan buku yang berisi tentang imajinasi
penulis yang dituangkan dalam bentuk cerita pendek dengan jumlah delapan belas
cerita tentang sesorang yang berjuang hidup di luar negeri. Hal ini mungkin saja
refleksi pengalaman si pengarang yang pernah tinggal di luar negeri. Dengan latar
manca Negara inimembantu pembaca sehingga dapat menikmati keindahan luar
negeri dan dapat mengetahui tentang budaya di setiap negara. Buku ini mengusung
beberapa tema menarik yang membuat pembaca merasakan pengalaman seluk beluk
hidup di negeri orang. Kedelapan belas cerita pendek dalam buku ini dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa tema besar : persahabatan, keagamaan, kehidupan
dan sosial. Delapan belas cerita pendek dalam buku ini antara lain Hector dan
Pemetik Jeruk, Atensi, Kabar untuk Ibu, Tracy, Bus Sekolah, Lamaran, Inuvik, Mr.
Professional, Tanglier, Seorang Anak di Mata Ibunya, Penjara, Jumat yang Kelabu,
Wawancara, Francis, Bank, Iman, Nomor Satu, dan yang terakhir adalah Bokar dan
Seminar. Dari delapan belas cerpen diatas ada beberapa cerpen yang memiliki nilai
sosial lebih yang terkandung di dalamnya serta memberikan motivasi yang bisa
memberi inspirasi pembacanya seperti dalam cerpen “Atensi, Kabar untuk Ibu,
Seorang Anak di Mata Ibunya, Penjara, dan Jumat yang Kelabu”. Tetapi betapa pun
Rafi Maulana Arya Dhia
XII MIA 8
22

kumpulan cerpen ini cukup menarik untuk dibaca, karena selain penyajiannya yang
lugas dengan bahasa yang plastis, pengarang selalu mencoba mengetengahkan
masalah kejiwaan para tokohnya. Seperti halnya dalam cerita pendeknya, Penjara,
yang menjadi judul buku ini berkisah tentang kegelisahan jiwa si tokoh dalam sebuah
tempat dan ruang yang disebut kantor. Diceritakan sekumpulan orang telah lelah akan
belenggu serta peraturan-peraturan menyiksa di tempat kerjanya. Belenggu tersebut
mereka rasakan seperti di dalam penjara. Selain karena harus menaati peraturan yang
sangat mengekang, hal itu diperparah oleh sikap atasannya yang bernama Andang
dan sikap perusahaan yang menuntut lebih namun tidak mengimbanginya dengan
menambah hak pegawai. Mereka yang sudah benar-benar lalah mencoba untuk
memberitahukan temannya yang lain tapi hal itu sia-sia karena temannya sudah
merasa pasrah akan hal tersebut dan mencoba untuk lebih menikmati sebagaimana
tugas mereka menjadi seorang pegawai di perusahaan tersebut. Hingga akhirnya
mereka bersatu dan dapat menyelesaikan masalah dan menghancurkan belenggu
tersebut.

Berawal dari perkenalannya dengan Hector, pokok perdebatan imigran gelap


dalam pembicaraan dengannya membuat mual akan frase “komunis” yang jelas-jelas
ditakuti di Indonesia. Perdebatan juga dialami oleh seorang pebisnis yang “atensi”
dengan sekretaris pribadi setianya yang bermaksud menginvestasikan modal ke
Indonesia. Sederet problematik status kewarganegaraan yang menjerat “David
Carlton” pun telah membinasakan makna kasih sayang seorang ibu yang bangga pada
prestasinya. Sisi kehidupan “Tracy” sebagai perempuan penggoda di call-sex toll free
turut mendampingi roman perbedaan aturan pemerintahan di Amerika dan Indonesia
yang turut juga dirasakan oleh “Parlin”. “Surat Lamaran Raul” yang menarik hati
direktur perusahaan, kehadiran Talla “inuvik” yang mengusik pribadi seorang lelaki
buta topik sosial, kebiasaan buruk Karundeng sang “Mr. Proffesional” yang terlempar
dalam dunia predator mobilnya, kisah kasih sayang seorang ibu yang tak tertandingi
dalam dunia “Zulkarnaen”, kantor kerja Andang yang menyerupai kawasan “Penjara”
bagi karyawan-karyawannya menjadi topik gagasan dari sekian cerpen di buku ini.
tak luput juga perdebatan politik Islam akan paham ‘revolusi’ dan ‘jihad’ di
pandangan Tuhan pada Jum’at siang, perjalanannya dengan “Amtrak” untuk
melaksanakan wawancara singkat dengan pebisnis-pebisnis sukses Eropa oleh
karyawan Kathy, kisah suram Francis membungkus rapat-rapat kepribadiannya, sikap
“Bonafit” masyarakat akan hadirnya sebuah “Bank” di tengah lingkunagn penduduk,
lika-liku hidup Rudi sang blasteran Cina-Perancis sebagai pembunuh yang
tersilaukan kelemahan “Imannya” sendiri, hal-hal menarik kisah persahabatan Yazid,
Ferrial, Danta, dan Podo pada acara cafe, serta ajakan “Bokar” padanya ke acara
Rafi Maulana Arya Dhia
XII MIA 8
22

“Seminar” bisnis Eropa. Semua itu terangkum satu padu dalam kesetaraan kumpulan
cerpen Sori Siregar.

Dalam cerpen ,”Atensi” menceritakan tentang seorang sekretaris yang sangat


setia kepada atasannya. Seorang sekretaris sederhana, tidak terlalu cantik, berkulit
hitam dan telah berusia 35 tahun. Dibalik kekurangannya itu terdapt banyak
kelebihan yang membuat semua orang kagum sehingga lebih banyak orang yang
melihat kelebihannya. Amanat yang terkandung dalam cerpen ini adalah Kesetiaan
merupakan salah satu kunci kesuksesan. Adapun nilai yang terkandung adalah nilai
sosial yaitu kesetiaan.

Lalu dalam cerpen “Kabar untuk Ibu” menceritakan bahwa ada pemuda
bernama Danus yang sudah bertahun-tahun kuliah di luar negeri dan dibiayai oleh
ayahnya, tetapi belum selesai kuliah, ayahnya wafat. Lalu biaya kuliah ditanggung
oleh pamanya tetapi tidak berapa lama sang paman pun wafat. Akhirnya si Danus
tidak bisa pulang ke Indonesia dan hanya bisa berkirim surat dengan saudaranya. Ia
memutuskan untuk putus kuliah dan bekerja disana lalu ia memutuskan untuk oindah
kewarganegaraan agar dapat mudah menjadi pekerja sukses di negeri sana. Saat
berniat ingin pindah kewarganegaraan ia bertemu saudaranya yang mengingatkan
bahwa ia ditunggu-tunggu oleh ibunya. Akhirnya ia mengurungkan niat itu dan ia
berencana untuk pulang menemui ibunya di Indonesia. Amanat yang terkandung
dalam cerpen diatas adalah apapun keadaanya, senang maupun susah, ingatlah
orangtua kita karena mereka adalah orang yang senantiasa mendoakan dan menolong
kita apapun keadaanya. Adapun nilai yang terkandung adalah nilai moral yaitu
kepatuhan dan kasih sayang.

Selanjutnya Dalam cerpen, “Seorang Anak di Mata Ibunya” berawal dari


seorang Ibu yang naik haji dan mempunyai anak yang bernama Zulkarnain.
Zulkarnain merasa risih karena banyak orang yang memujinya, berhubung ibunya
menceritakan kepada banyak orang bahwa dialah yang membiayai ibunya naik haji,
tetapi Zulkarnain merasa bahwa yang membiayai Ibunya naik haji bukan hanya dia
tapi bersama ketiga saudaranya. Lalu Ibu Zulkarnain menjelaskan pada Zulkarnain, “
Bukannya Ibu tidak menyebut nama abang-abangmu. Barang kali mereka lupa karena
kaulah putraku paling kecil yang dulu nakal dan suka melawan. Mungkin karena
itulah mereka selalu menganggap bahwa hanya kaulah yang membiayai Ibu naik
haji.” Mendengar penjelasan ibunya Zulkarnain masih merasa bahwa belum banyak
yang dapat dilakukannya untuk ibu tapi ternyata Ibunya sangat bangga pada dirinya.
Ibunya sangat bangga pada Zulkarnain karena dari ke empat anaknya hanya
Zulkarnain yang diakhir suratnya tetap mengatakan “ sembah sujud anakmu.”
Sebelum Ibu itu dapat berangkat haji, ia telah bertekad untuk naik haji ketika melihat
Rafi Maulana Arya Dhia
XII MIA 8
22

gambar-gambar Zulkarnain dan istrinya sewaktu melakukan umbroh. Saat itu hanya
Zulkarnain yang melihat keinginan Ibunya itu untuk pergi naik haji sedangkan ketiga
saudaranya yang lain tidak setuju dengan alasan Ibu sudah terlalu tua dan sering sakit.
Dengan demikian Ibu Zulkarnain tidak pernah merasa bersalah karena selalu
menyebut nama Zulkarnain. Sewaktu Ibu tua itu merayakan ulang tahun yang ke 75
hanya Zulkarnain yang mengingat tanggal lahirnya, seorang anak yang dimasa
kecilnya sangat nakal dan tidak patuh pada orang tua itu pada akhirnya dapat
berubah. Amanat yang terkandung dalam cerpen diatas adalah bahagiakanlah
orangtuamu sebagaimana mereka membahagiakan kita. Adapun nilai yang dapat kita
petik adalah bakti kepada orang tua, keikhlasan dan kerendahan hati.

Selanjutnya dalam cerpen “Penjara” berkisah tentang kegelisahan jiwa si


tokoh dalam sebuah tempat dan ruang yang disebut kantor. Diceritakan sekumpulan
orang telah lelah akan belenggu serta peraturan-peraturan menyiksa di tempat
kerjanya. Belenggu tersebut mereka rasakan seperti di dalam penjara. Selain karena
harus menaati peraturan yang sangat mengekang, hal itu diperparah oleh sikap
atasannya yang bernama Andang dan sikap perusahaan yang menuntut lebih namun
tidak mengimbanginya dengan menambah hak pegawai. Mereka yang sudah benar-
benar lalah mencoba untuk memberitahukan temannya yang lain tapi hal itu sia-sia
karena temannya sudah merasa pasrah akan hal tersebut dan mencoba untuk lebih
menikmati sebagaimana tugas mereka menjadi seorang pegawai di perusahaan
tersebut. Hingga akhirnya mereka bersatu dan dapat menyelesaikan masalah dan
menghancurkan belenggu tersebut. Amanat yang terkandung dalam cerpen diatas
adalah Jangan mudah putus asa dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah,
dan setiap masalah memiliki jalan keluar jika diselesaikan dengan cara bekerjasama.
Adapun nilai yang terkandung adalah kebersamaan, kekompakan dan gotong royong.

Selanjutnya dalam cerpen “Jumat yang Kelabu”. Dalam cerpen ini berawal
dari seseorang yang tinggal di Boston yang hendak pergi ke masjid untuk melakukan
ibadah Shalat Jumat. Di sana terdapat banyak polisi mengawasi masjid ketika ibadah
berlangsung. Hal ini rupanya ditujukan untuk berjaga-jaga apabila ada teroris yang
membuat ulah di negeri tersebut. Ketika ibadah berlangsung banyak warga muslim di
sana menjaga masjid sambil membawa papan di pinggir jalan. Seusai melaksanakan
ibadah Jumat, sang tokoh hendak kembali ke apartemen dengan menggunakan taksi.
Ketika ia berada di dalam taksi sang tokoh berbicara dengan supir taksi yang berkulit
hitam. Saat pembicaraan, sang supir menanyakan asal tokoh aku, dan tokoh aku
menjawab bahwa ia berasal dari Indonesia dan ia beragama Islam. Mendengar hal
tersebut si supir merasa senang dan beruntung karena bertemu dengan saudara sesame
muslim. Sesampainya di tujuan, ketika si tokoh aku hendak membayar, si supir taksi
menolak dan berkata bahwa mereka adalah saudara sesama muslim. Lalu taksi
Rafi Maulana Arya Dhia
XII MIA 8
22

tersebut pergi dengan cepat meninggalkan si tokoh aku. Dari cerpen diatas terdapat
amanat yaitu tolong menolonglah sesama muslim dalam kebaikan dan ikhlaslah
dalam menolong. Adapun nilai yang terkandung ialah nilai moral keagamaan.

Dalam buku ini tentu terdapat kelebihan dan kekurangan. Untuk kelebihan,
buku ini memiliki daya tarik dalam hal cerita karena berlatar tempat di luar negeri
yang bisa membuat pembaca seolah-olah berada disana, lalu buku ini menggunakan
bahasa yang ringan dan alur cerita yang runtut. Untuk segi kekurangan, dalam buku
ini masih terdapat beberapa kesalahan kata, terdapat istilah yang diambil dari bahasa
asing tanpa menyertakan terjemahanya, warna kertas dan cover buku kurang menarik.

Kesimpulanya buku “PENJARA” ini sangat baik untuk dibaca, terutama


untuk kalangan anak muda zaman sekarang yang mulai kurang bersikap secara
nasionalisme dan buta akan konvensional hubungan antar negara dan ego individu.
Karena dari buku ini kita banyak belajar dan banyak tahu akan sisi setiap segi-segi
kehidupan di masyarakat umumnya, beserta solusi-solusi tak terduga yang mempu
menopang problematik secara jeram. Dari buku ini kita akan mengerti makna hidup
yang sesungguhnya, yaitu sadar atas angerah-Nya dan yakin untuk tetap bekerja keras
atau berikhtiar tanpa putus asa dalam menjalani hidup dan kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai