Anda di halaman 1dari 32

LATAR BELAKANG

Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran yang
ada. Pembelajaran kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual. Dimana guru
terus memberikan informasi ( guru sebagai pusat ) dan peserta didik hanya mendengarkan.
Pembelajaran kooperatif mendapat dukungan dari Vygotsky tokoh teori kontruktivisme.
Dukungan Vygotsky antara lain:

a. Menekankan peserta didik mengkonstruksi pengetahuan mealui interaksi sosial dengan orang
lain.

b. Selain itu dia juga berpendapat bahwa penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif.
Semua hal tersebut ada dalam pembelajaran kooperatif.

c. Arti penting belajar kelompok dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa dapat bekerjasama dan adanya partisiasi aktif dari
siswa. Guru sebagai fasilisator dan pembimbing yang akan mengarahkan setiap peserta didik
menuju pengetahuan yang benar dan tepat.

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

B. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih,
asuh ( saling mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan
interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community ).
Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.

C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut Lie ( 2004 ):
1. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa
saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat
dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan
tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling
ketergantungan hadiah.

2. Interaksi tatap muka

Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog.
Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya
siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.

3. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan


untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian
ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya
yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-
rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang
dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-
rata penguasaan semua anggota secara individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak
dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.

D. UNSUR – UNSUR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :

1. Positive interdependence ( saling ketergangtungan positif )

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2 pertanggungjawaban


kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin
semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu :

a) Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok,


pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan.
b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika
kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.

c) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya
mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.

d) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling
berhubungan, saling melengkapi dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.

2. Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan )

Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat
oleh kegiatan belajar bersama.

3. Face to face promotive interaction ( interaksi promotif )

Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi
promotif adalah :

a. Saling membantu secara efektif dan efisien

b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan

c. Memproses informasi bersama secara lebih effektif dan efisien

d. Saling mengingatkan

e. Saling percaya

f. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama

4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota / ketrampilan )

Dalam unsur ini berarti mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan
peserta didik, maka hal yang perlu dilakukan yaitu :

a. Saling mengenal dan mempercayai

b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius

c. Saling menerima dan saling mendukung

d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5. Group processing ( pemrosesan kelompok )


Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi
dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap
kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

E. TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. Meningkatkan hasil belajar akademik

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.

2. Penerimaan terhadap keragaman

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi
untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.

3. Pengembangan ketrampilan sosial

Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi
dengan teman yang lain.

F. PERBEDAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PEMBELAJARAN


TRADISIONAL

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional


Adanya saling ketergantungan positif, saling Guru sering membiarkan adanya siswa
membantu dan saling memberikan motivai yang mendominasi kelompok atau
sehingga ada interaksi promotif. menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas individual sering diabaikan
mengukur penguasaan materi pelajaran tiap sehingga tugas- tugas sering diborong oleh
anggota kelompok. Kelompok diberi umpan salah seorang anggota kelompok,
balik tentang hasil belajar para anggotanya sedangkan anggota kelompok lainnya
sehingga dapat saling mengetahui siapa yang hanya ‘enak-enak saja’ diatas keberhasilan
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat temannya yang dianggap ‘ pemborong’.
memberikan bantuan.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok belajar biasanya homogen
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
etnik, dsb sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis Pemimpin kelompok sering ditentukan
atau bergilir untuk memberikan pengalaman oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk
memimpin bagi para anggota kelompok. memilih pemimpinnya dengan cara
masing-masing.
Ketrampilan social yang diperlukan dalam Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan
kerja gotong royong seperti kepemimpinan, secara langsung.
kemampuan berkomu nikasi, mempercayai
orang lain dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan
berlangsung, guru terus melakukan intervensi sering dilakukan oleh guru pada
pemantauan melalui observasi dan melakukan saat belajarkelompok sedang berlangsung.
intervensi jika terjadi masalah dalam kerja
sama antar anggota kelompok.
Guru memperhatikan secara langsung proses Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok yang terjadi dalam kelompok –
kelompok belajar. kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian Penekanan sering hanya pada
tugas tetapi juga hubungan interpersonal penyelesaian tugas.
(hubungan antar pribadi yang saling
menghargai).

G. KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social


2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi,
perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
7. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis
kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas

H. SINTAK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

FASE – FASE PERILAKU GURU


Fase 1 : present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap
Menyampaikan tujuan dan memper belajar.
siapkan peserta didik
Fase 2 : present information Mempresentasikan informasi kepada
paserta didik secara verbal.
Menyajikan informasi
Fase 3 : organize students into Memberikan penjelasan kepada peserta
learning teams didik tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu kelompok
Mengorganisir peserta didik ke dalam melakukan transisi yang efisien.
tim – tim belajar
Fase 4 : assist team work and study Membantu tim- tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya.
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5 : test on the materials Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi pembelajaran
Mengevaluasi atau kelompok- kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 : provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
Memberikan pengakuan atau kelompok.
penghargaan

I. TEKNIK – TEKNIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. Metode STAD ( Student Achievement Divisions )

Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins.
Metode ini digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu, baik melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya :

a. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing
terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis
kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).

b. Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling
membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota
tim/ kelompok.

c. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk
mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

d. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada
siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna
diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika
mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.

2. Metode Jigsaw

Langkah – langkahnya :
a. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.

b. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung
jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

c. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari
suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji
bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).

d. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (
home teams )untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam
kelompok pakar.

e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “ para siswa dievaluasi secara
individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

3. Metode G ( Group Investigation )

Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn. Dalam metode ini siswa
dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui
investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
komunikasi dan proses memiliki kelompok.

Langkah-langkahnya :

a. Seleksi topik

b. Merencanakan kerjasama

c. Implementasi

d. Analisis dan sintesis

e. Penyajian hasil akhir

f. Evaluasi selanjutnya

4. Metode struktural

Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa.

Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu :

a. Mencari Pasangan ( Make a Match )


Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah – langkahnya :

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review ( persiapan menjelang tes atau ujian ).

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.

5) Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara bersama – sama.

6) Presentasi hasil kelompok atau kuis.

b. Bertukar Pasangan

Langkah – langkahnya :

1) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa
melakukan prosedur / teknik mencari pasangan.

2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.

3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.

4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing pasangan yang baru ini
kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.

5) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan
semula.

c. Berkirim Salam dan Soal

Langkah – langkahnya :

1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk
menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan
membantu memilih soal-soal yang cocok.

2) Kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan


menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya.

3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.


4) Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok
yang membuat soal.

d. Bercerita Berpasangan

Teknik ini menggabungkankegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Langkah –


langkahnya :

a) Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian.

b) Pengajar memberikan pengenalan topik yang akan dibahas dalam pelajaran.

c) Siswa dipasangkan

d) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua
menerima bagian yang kedua.

e) Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing

f) Sambil membaca/mendengarkan siswa mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada
dalam bagian masing-masing.

g) Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan berdasarkan
kata kunci.

h) Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil
karangan mereka.

i) Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing –masing siswa.

j) Diskusi mengenai topik tersebut.

e. Dua Tinggal Dua Tamu ( Two Stay Two Stay )

Langkah-langkahnya :

1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat.

2) Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa.

3) Setelah selesai, dua orang dari masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya
dan masing – masing bertamu ke dua kelompok lain.

4) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka.
5) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain.

6) Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja mereka.

f. Keliling Kelompok

Langkah – langkahnya :

1) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan
dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.

2) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya

3) Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam
atau dari kiri ke kanan.

g. Kancing Gemerincing

Langkah-langkahnya :

1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing – kancing atau benda kecil lainnya.

2) Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam masing – masing kelompok
mendapatkan dua atau tiga buah kancing ( jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas
yang diberikan.

3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah
satu kancingnya dan meletakkan di tengah – tengah.

4) Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua
rekannya juga menghabiskan kancing mereka.

5. Think – Pair – Share

Langkah-langkah :

a. Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan
oleh peserta didik.

b. Pairing : guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada
pasangan – pasangan untuk berdiskusi.

c. Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan
pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong
pada pengkonstuksian pengetahuan secara integratif.
6. Numbered Heads Together

Langkah – langkahnya :

a. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil

b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada
kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together” berdiskusi
memikirkan jawaban.

c. Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok
dan memberi kesempatan untuk menjawab.

d. Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan
jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

7. Bamboo Dancing

Langkah – langkahnya :

a. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru.

b. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan.

c. Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ).

d. Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam
sehingga tiap- tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian
seterusnya hingga kembali kepasangan awal.

e. Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas

f. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga


pengetahuan yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh
kelas.

8. Point – Counter – Point

Langkah – langkahnya :

a. Guru memberi pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi.

b. Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan.

c. Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi


sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.
d. Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai
pandangan yang dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau
koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama.

e. Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari
argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan.

9. The Power of Two

Langkah – langkahnya :

a. Ajukan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis.

b. Minta peserta didik menjawab pertanyaan yang diterimanya secara perorangan.

c. Minta peserta didik mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya
kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama.

d. Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan lain sehingga paserta didik
dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih integrative.

e. Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang telah
diajukan. Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah
dikembangkan selama diskusi.

10. Listening Team

Langkah-langkahnya :

a. Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.

b. Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran
masing – masing, misalnya:

Kelompok 1 : kelompok penanya

Kelompok 2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu

Kelompok 3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2

Kelompok 4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.

c. Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi menjadi
berkualitas.
d. Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik
dalam diskusi.

J. METODE-METODE PENDUKUNG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN


KOOPERATIF

1. PQ4R

Pengalaman awal dapat dibangun melalui aktivitas membaca sehingga peserta didik akan
memiliki stock knowledge. Langkah – langkahnya :

a) P ( Preview ) yaitu peserta didik menemukan ide – ide pokok yang dikembangkan dalam
bahan bacaan.

b) Q ( Question ) yaitu peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan untuk dirinya sendiri
yang diarahkan pada pembentukan pengetahuan deklaratif, structural dan pengetahuan
procedural.

c) R ( Read ) yaitu peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan yang dipelajarinya
sehingga paerta didik diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang
dirumuskannya.

d) R ( Reflect ) yaitu peserta didik memahami apa yang dibacanya.

e) R ( Recite ) yaitu peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya dan mampu
merumuskan konsep – konsep, menjelaskan hubungan antar konsep dan mengartikulasikan
pokok – pokok penting yang telah dibacanya.

f) R ( Review ) yaitu peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari bahan yang telah
dibacanya. Peserta didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan –
pertanyaan yang telah diajukannya.

2. Guided Note Taking

Merupakan metode catatan terbimbing yang dikembangkan agar metode ceramah yang
dibawakan guru mendapat perhatian siswa. Langkah – langkahnya :

a) Memberikan bahan ajar misalnya yang berupa handout dari materi ajar yang disampaikan
dengan metode ceramah kepada peserta didik.

b) Mengosongi sebagian poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian – bagian yang
kosong dalam handout tersebut

c) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang
sengaja dibuat agar peserta didik tetap berkonsentrasi mengikuti pelajaran.
d) Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian yang kosong
tersebut.

e) Setelah penyampaian materi selesai, minta peserta didik membacakan handoutnya.

3. Snowball Drilling

Metode ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari
membaca bahan – bahan bacaan. Peran guru adalah mempersiapkan paket soal – soal pilihan
ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau
mengundi. Langkah – langkahnya :

a) Peserta didik di tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
guru.

b) Jika peserta didik pertama berhasil menjawab maka paserta didik tersebut berhak menunjuk
teman yang lainya untuk menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal manjawab
pertanyaan pertama maka dia harus menjawab pertanyaan berikutnya hingga berhasil menjawab.

c) Diakhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik.

4. Concept Mapping

Langkah – langkahnya :

a) Guru mempersiapkan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama.

b) Guru membagikan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama
kepada peserta didik.

c) Memberi keempatan kepada peserta didik untuk mencoba membuat peta yang
menggambarkan hubungan antar konsep. Dan membuat garis hubung serta menuliskan kata atau
kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep.

d) Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep yang benar dan
dibahas satu persatu.

e) Ajak seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan beberapa
kesimpulan terhadap materi yang dipelajari.

5. Giving Question and Getting Answer

Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan
menjawab pertanyaan.

Langkah – langkahnya :
a) Bagikan 2 potongan kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada peserta didik untuk
menuliskan dikartu itu (1) kartu menjawab, (2) kartu bertanya.

b) Ajukan pertanyaan baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu bertanya.

c) Minta kepada peserta didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada kartu menjawab
dan serahkan pada guru.

d) Jika sampai akhir masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka minta mereka untuk
membuat resume atas proes tanya jawab yang sudah berlangsung.

6.Question Student Have

Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan bertanya. Langkah – langkahnya :

a) Membagi kelas menjadi 4 kelompok.

b) Bagikan kartu kosong kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok.

c) Minta peserta didik menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal – hal yang
dipelajari.

d) Putar kartu searah jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok,
anggota tersebut harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan terebut dianggap
penting. Putar hingga ampai kapada pemiliknya kembali.

e) Periksa pertanyaan mana yang memperoleh suara yang banyak dan bandingkan dengan
perolehan anggota lain. Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak menjadi milik kelompok.

f) Setiap kelompok melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru memeriksa.
Setelah diseleksi pertanyaan dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara mandiri
maupun kelompok.

7. Talking Stick

Metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah –
langkahnya :

a) Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari.

b) Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut.

c) Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian guru mengambil
tongkat dan diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang mendapat tongkat
tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan demikian seterusnya.
d) Guru member keempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap materi
yang telah dipelajari dan guru member ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta
didik dan selanjutnya bersama – sama merumuskan kesimpulan.

8. Everyone is Teacher Here

Metode ini merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan
maupun individual dan member kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi
teman – temannya. Langkah – langkahnya :

a) Bagikan kertas/ kartu indeks kepada seluruh peserta didik.

b) Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri pelajaran yang
sedang dipelajari di kelas.

c) Kumpulkan kertas dan acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik dan pastikan
tidak ada yang mendapatkan soalnya sendiri.

d) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati dan minta untuk
memikirkan jawabannya.

e) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan menjawabnya.

f) Setelah dijawab, minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan jawabannya.

9. Tebak Pelajaran

Dikembangkan untuk menarik pehatian siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah –


langkahnya :

a) Tulislah atau tayangkan melalui LCD subject matter dari pelajaran yang akan disampaikan.

b) Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang diprediksikan
muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

c) Sampaikan meteri pembelajaran secara interaktif.

d) Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai
dengan materi yang disampaikan oleh guru.

e) Diakhir pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.

K. KEUNGGULAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain


:
1. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan
membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak
akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas tertentu.
2. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda
sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk
melengkapi jawaban yang lain.
3. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang
membutuhkan pemikiran bersama.
4. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi
yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman – temannya.
5. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga
diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.

L. KELEMAHAN PEMBELAAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan


antara lain :

1. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan


baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang
dapat menyebabkan perselisihan.
2. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam,
sehingga pembagian tugas tidak merata.
3. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling
berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang
dianggap benar.
4. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka
terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.

PENUTUP

Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang menekankan pada aspek kerjasama diantara para anggotanya dimana di
dalamnya ada ketergantungan yang positif, interaksi, akuntabilitas serta ketrampilan individu
dalam memproses kelompoknya. Tujuan pembelajaran ini juga disesuaikan bahwa tujuan
pembelajaran adalah untuk memperoleh ilmu dan mendidik anak didik, maka tujuan
pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman dan pengembangan ketrampilan social. Dalam pembelajaran kooperatif maka setiap
anggota yang beragam ikut berpartisipasi secara aktif sesuai dengan setiap pandangan yang
mereka miliki masing – masing. Banyak model – model pembelajaran kooperatif namun secara
umum proses pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
2. Mempresentasikan informasi kepada paserta didik secara verbal.
3. Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar
dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.
4. Membantu tim- tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.
5. Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau
kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

Setiap segala sesuatu pasti memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif mengajarkan bagaimana saling bekerjasama dalam
menyelesaikan suatu masalah secara berkelompok melalui diskusi dengan teman lain yang
memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda – beda, melalui hal tersebut maka setiap
anggota akan memiliki pandangan yang lebih luas karena saling berbagi pengetahuan,
pengalaman dan ketrampilan sehingga melalui semua itu kelompok dapat meyelesaikan tugas
yang diberikan melalui pemikiran bersama yang dianggap benar dan baik. Tetapi karena adanya
keberagaman tersebut juga dapat menimbulkan adanya perselisihan dan pertentangan akibat
adanya pemikiran yang berbeda sehingga dalam memproses memerlukan waktu yang cukup
lama sehingga agar pertentangan tersebut tidak terjadi dibutuhkan kekompakan diantara
anggotanya.

Pembelajaran kooperatif ini sangat berguna dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam
pendidikan dimana pembelajaran kooperatif memberikan cara yang berbeda dalam pengajaran
yaitu dengan bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memecahkan persoalan bersama
dimana akan membantu para peserta didik saling bertukar pengetahuan, pemikiran dan
pengalaman mereka untuk memperoleh sesuatu yang benar dan baik.

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk


sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan
interaksi antarsiswa.[1] Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial.[2]

Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada
interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif.[3] Selain
itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of
learning.[4] Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses
informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi
dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif
dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung
pembelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila


diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi
percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar
dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan
membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang
pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini.[5]
Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun
orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.[6]

Model pembelajaran dikembangkan dari adanya perbedaan karakteristik siswa yang bervariasi.
Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, cara belajar
yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran tidak terpaku
hanya pada model tertentu.

Menurut Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar (Udin Saripudin Winataputra,1997:78).

Model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto (2009:22) adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan pola atau prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan
pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran.

Menurut Nieveen dalam Trianto (2009:25), suatu model pembelajaran dapat dikatakan baik jika
memenuhi kriteria sebagaiberikut:

 Sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal,yaitu:

1. Apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat
2. Apakah terdapat konsistensi internal

 Praktis, aspek kepraktisannya hanya dapat dipenuhi jika:

1. Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan
2. Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan

 Efektif, berkaitan dengan efektifitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut :

1. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif
2. Secara oprasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan atau materi tertentu harus dipilih model pembelajaran
yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu
model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran,
tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran


Model pembelajaran merupakan langkah awal yang harus direncanakan di dalam proses belajar
mengajar secara keseluruhan.

Adapun jenis-jenis pembelajaran menurut Agus Suprijono (2009) dapat dibagi menjadi:
1) Model Pembelajaran Berbasis Langsung (Direct Instruktion)
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan active teaching yang mengacu
pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta
didik dan mengajarkannya secara langsung kapeda seluruh kelas. Pembelajaran langsung
dirancang untuk penguasaan pengetahuan procedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan
faktual) serta berbagai ketrampilan. Dalam pembelajaran langsung, guru menstrukturisasikan
lingkungan belajarnya dengan ketat, memperkenalkan fokus akademis, dan berharap peserta
didik menjadi pengamat, pendengar, dan praktisipan yang tekun.

2) Model Pembelajaran Cooperative (Cooperative Learning)


Pembelajaran cooperative dapat diartikan belajar bersamasama, saling membantu antara satu
dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai
tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Keberhasilanbelajar dari kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun
secara kelompok. Pembelajaran cooperative merupakan serangkaian strategi yang khusus
dirancang untuk member dorongan keada peserta didik agar bekerja sama selama
berlangsungnya proses pembelajaran.

3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan konsep oleh Jerome Bruner.
Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning, yakni pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas penyelidikan. Proses belajar penemuan meliputi proses informasi,
transformasi dan evaluasi. Pada tahap informasi, peserta didik memperoleh informasi mengenai
materi yang dipelajari dan memberikan respon. Pada tahap transformasi peserta didik melakukan
identifikasi, analisis, mengubah, mentransformasikan informasi yang diperoleh. Pada tahap
evaluasi peserta didik menilai sendiri informasi yang telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan
untuk memecahkan masalahyang dihadapi.

4) Model Pembelajaran Kontekstual (Constextual Teaching And Learning)


Constextual teaching and learning atau biasa disebut pembelajaran kontekstual merupakan
konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan daengan situasi dunia
nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupanmereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pembelajarankontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu
siswa dalam memahami makna yang ada pada bahan ajar, menghubungkan pelajaran dalam
konteks kehidupan sehari-harinya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan kultural.

Jenis-jenis model pembelajaran yang diuraikan di atas, tidak ada model pembelajaran yang
paling baik, karena setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan
model pembelajaran harus disesuaikan dengan rumusan tujuan pembelajaranyang telah
ditetapkan, analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan dan jenis materi
yang akan diajarkan. Padapenelitian ini, menurut peneliti model pembelajaran yang cocok
diterapkan pada pembelajaran membuat pola adalah model pembelajaran kooperatif.

c. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu modelpembelajaran yang menempatkan siswa
sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis,
yangsaling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besardalam memberdayakan
potensi siswa secara maksimal. Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus
dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses
pembelajaran.

Menurut David W.Johnson (2010:4),pembelajaran kooperatif:


“Merupakan proses belajar mengajar yang melibatkanpenggunaan kelompok-kelompok kecil
yang memungkinkan siswa untuk bekerja bersama-sama didalamnya guna memaksimalkan
pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Pembelajaran cooperative
menekankan kerja sama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajarannya. Melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan
untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya.”Menurut Wina Sanjaya
(2008:241)pembelajaran cooperative adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.

Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
yang telah ditentukan. Selain itu pembelajaran kooperatif untuk mempersiapkan siswa agar
memiliki orientasi untuk bekerja dalam tim. Siswa tidak hanya mempelajari materi ,tetapi harus
mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dimana sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
ditingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota
kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi yang
dipelajari, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompokmenguasai
bahan pelajaran tersebut.

Menurut Hamid Hasan dalam Etin Soliatin, (2007:4) kooperatif mengandung pengertian bekerja
bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual
mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja
bersama untuk memaksimalkan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Sehubungan dengan pengertian tersebut, pernyataan Slavin dalam Anita Lie (2008:8)
mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang berarti siswa
belajar danbekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yanganggotanya terdiri
dari dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, model
pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model pembelajaran gotong royong, yang
mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah fasafah.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa berupa pemanfaatan kelompok kecil dalam
pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar anggota
lainnya dalam kelompok tersebut melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya. Dari uraian di atas model
pembelajaran berkelompok sangatsesuai untuk pembelajaran praktik. Ada tiga pilihan model
pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning (Anita Lie, 2008:23).
Menurut Slavin dua alasan mengapa
pembelajaran kooperatif dianjurkan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran yaitu :

1. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran cooperative


dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
hubungan sosial. Menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain , serta
dapat meningkatkan harga diri.
2. Pembelajaran cooperative dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berfikir,mencegah masalah,dan menginteraksikan pengetahuan dan ketermpilan, maka
pembelajaran cooperative dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan. (Wina Sanjaya,2007:240)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi
akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk
mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan
interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya.
Struktur tugas berhubungan dengan bagaimana tugas yang diberikan dapat diorganisir dengan
baik oleh peserta didik. Struktur tujuan dan reward mengacu pada kerja sama dalam kelompok
atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan maupun reward.

Menurut Rumini dkk (1995:12) dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model
yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya :

1) Team Game Tournament (TGT)


Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk saling membantu dalam memahami materi dan
mengerjakan tugas sebagai sebuah kelompok dan dipadu dengan kompetensi antaranggota dalam
bentuk permainan.

2) Student Team Achievement Division (STAD)


Siswa berada dalam kelompok kecil dan mengguanakan lembaran kerja untuk menguasai suatu
materi pelajaran. Mereka saling membantu satu sama lain.
3) Jigsaw
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen.Bahan pelajaran dibagi-
bagi dalam setiap anggota kelompok dan mereka mempelajari materi yang sama berkumpuluntuk
berdiskusi materi yang sama,berkumpul untuk berdiskusi dan kembali ke kelompok semula
untuk mempelajari materi yang telah mereka kuasai kepada anggota kelompoknya.

4) Group investigation (GI)


Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menanggapi berbagai macam proyek kelas. Setiap
kelompok membagi topic menjadi sub topic- sub topic, kemudian setiap anggota kelompok
menggunakan kegiatan meneliti untuk mencapai tujuan kelompoknya.

Sedangkan menurut Isjoni (2009:74-88), membagi pembelajaran kooperatif yakni:

1) STAD
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Pada proses pembelajarannya, pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui 5 tahapan meliputi:

 Tahap penyajian materi


 Kerja kelompok
 Tes individu
 Penghitungan skor pengembangan individu
 Pemberian penghargaan kelompok

2) Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran dengan jigsaw
yakni adanya kelompok asal dan kelompok ahli dalam kegiatan belajara mengajar. Setiap siswa
dari masing-masing kelompok yang memegang materi yang sama berkumpul dalam satu
kelompok baru yakni kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggung jawab untuk
sebuah materi atau pokok bahasan . setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi
keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompokasal mereka untuk mengajarkan materi
keahliannya kepada temantemannya dalam satu kelompok diskusi.

3) TGT
Team Game Tournament (TGT) adalah tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswanya dalam kelompok-kelompok belajar dengan adanya permainan pada setiap meja
turnamen. Dalam permainan ini digunakan kartu yang berisi soal dan kunci jawabannya. Setiap
siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya, dan masing-masing ditempatkan ada
meja turnamen. Cara memainkannya dengan membagikan kartu-kartu soal, pemain mengambil
kartu dan memberikannya kepada pembaca soal. Kemudian soal dikerjakan secara mandiri oleh
pemain dan penantang hingga dapat menyelesaikan permainnnya.

4) GI
Group investigation (GI) merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena
memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis
konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Keterlinatan siswa secara aktif dapat
terlihat mulai dari tahap pertama sampai akhir pembelajaran akan memberi peluang siswa untuk
lebih mempertajam gagasan. Dalam pelajaran inilah kooperatif memainkan peranannya dalam
member kebebasan kepada pembelajar untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan
produktif.

5) Rotating Trio Exchange


Pada model pembelajaran ini, jumlah siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari 3 orang. Pada setiap trio tersebut diberi pertanyaan yang sama untuk didiskusikan.
Setiap anggota trio diberi nomor, kemudian berpindah searah jarum jam dan berlawanan jarum
jam. Dan setiap trio baru diberi pertanyaan baru untuk didiskusikan.

6) Group Resume
Model ini menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, dengan member penekanan bahwa mereka
adalah kelompok yang bagus, dalam bakat dan kemampuannya di kelas. Setiap kelompok
membuat kesimpulan dan mempresentasikan data-data setiap siswa dalam kelompok.

Model pembelajaran kooperatif sebenarnya bukan model pembelajaran yang baru ditemui oleh
para pendidik atau guru, karena sudah banyak guru yang sering menugaskan para siswa untuk
belajar
kelompok. Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:59) mengatakan bahwa tidak
semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan:

1) Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)


Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban
kelompok.

1. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepeda kelompoknya.


2. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang
ditugaskan tersebut. Menurut Agus Suprijono (2009:59) ada beberapa cara membangun
saling ketergantunagn positif yaitu :

 Menumbuhkan perasaam peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok,


pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik
harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan.
 Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika
kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
 Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya
mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya mereka belum dapat
menyelesaikan tugas sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu.
 Setiapa peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan
berhubungan, saling melengkapi dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam
kelompok.
2) Tanggung Jawab Perseorangan (Personal Responsibility)
Tanggung jawab perseorangan atau tanggung jawab individual ini muncul jika dilakukan
pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan
adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas.

3) Interaksi Promotif (Face To Face Promotive Interaction)


Interaksi promotif sangat penting karena dapat menghasilkan saling ketergantunagn positif. Ciri-
ciri interaksi promotif adalah :

1. Saling membantu secara efektif dan efisien.


2. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
3. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien
4. Saling mengingatkan
5. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta
meningkatkan kemampuan terhadap masalah yang dihadapi.
6. Saling percaya
7. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4) Komunikasi Antar Anggota (Interpersonal Skill)


Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi karena setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara yang
berbeda-beda. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggota untuk
saling mendengarkan dan kemempuan mengutarakan pendapat. Proses ini merupakan proses
yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional.

Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, peserta didik harus:

 Saling mengenal dan mempercayai


 Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
 Saling menerima dan saling mendukung
 Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5) Pemrosesan Kelompok (Group Processing)


Pemrosesan mengandung arti menilai,melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi urutan
atau tahapan kegiatan kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan
siapa yang tidak membantu. Tujuan dari pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas
anggota dalam memberi kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan
kelompok.
Menurut Agus Suprijono (2009:65) menjelaskan bahwa sintaks pembelajaran kooperatif terdiri
dari enam komponen utama yaitu:

Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini telah ditetapkan yaitu
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang akan di implementasikan di kelas.

d. Jigsaw
Teknik mengajar jigsaw dikembangkan pertama kalinya untuk menghadapi isu yang disebabkan
perbedaan sekolah-sekolah di Amerika Serikat antara tahun 1964 dan 1974 oleh Elliot Aronson
sebagai model cooperative learning. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yangmendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materipelajaran. Dalam pembelajaran tipe jigsaw setiap siswa mempelajarisesuatu yang
dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh siswa lain.

Anita Lie (2004:69) mengatakan bahwa:


“Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode cooperative
learning .Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa
danmembantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu,siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkanketerampilan komunikasi.”

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya


sendiri dan orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, siswa saling tergantungsatu dengan yang lain dan harus bekerja sama untuk
mempelajari materi yang ditugaskan.

Menurut Agus Suprijono(2009:89) pembelajaran jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif


dimana guru membagi kelasdalam kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok
tergantungpada konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Jika satu kelasada 40 siswa,
maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang.Keempat kelompok itu disebut kemompok asal,
setelah kelompokaasal terbentuk guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok.
Berikutnya membentuk kelompok ahli,berikan kesempatan untuk berdiskusi setelah itu kembali
pada kelompok asal danmenjelaskan hasil diskusi kepada kelompok masing-masing. Menurut
Yuzar dalam Isjoni (2010:78) dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa belajar dengan
kelompok kecil yangterdiri 4 sampai 6 orang, heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan
yang positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Pembelajaran ini dimulai dengan pembelajaran bab atau pokok bahasan, sehingga setiap anggota
kelompok memegang materi dengan topik yang berbeda-beda. Tiap siswa dari masing-masing
kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya berkumpul dalam satu kelompok baru
yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah
bab atau pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi
keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan materi
keahliannya kepada teman-teman dalam satu kelompok dalam bentuk diskusi.

Model pembelajaran jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu jigsaw tipe I atau sering
disebut jigsaw dan jigsaw tipe II. Menurut Trianto (2010:75) model pembelajaran jigsaw tipe II
sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan yang mendasar antarapembelajaran jigsaw I
dan jigsaw II, kalau tipe I awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang menjadi
spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi teman segrubnya.
Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan
read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi exspert . pada penelitian tindakan kelas
yang akan dilakukan peneliti menggunakan model jigsaw I.

Model pembelajaran tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa secara heterogen. Pada pembelajaran jigsaw ini
terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, dan latar belakang yang beragam. Kelompok ahli
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda dan ditugaskan
untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyampaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal

Teknik pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model pembelajaran yang akan
memeberikan beberapa keuntungan yaitu dapat mencegah dan mengurangi masalah konflik yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan-perbedaan (suku/ras/agama) di antara para siswa,
pembelajaran menjadi lebih baik, meningkatkan motivasi siswa, dan meningkatkan kenyamanan
dalam proses pembelajaran.
Elliot Aronson (2008) mengemukakan ada 10 langkah mudah dalam jigsaw,yaitu:

1. Membagi 5 atau 6 siswa menjadi satu kelompok jigsaw yang bersifat heterogen.
2. Menetapkan satu siswa dalam kelompok menjadi pemimpin 3) Membagi pelajaran
menjadi 5 atau 6 bagian
3. Setiap siswa dalam kelompok mempelajari satu bagian pelajaran
4. Memberi waktu pada siswa untuk membaca bagian materi pelajaran yang telah
ditugaskan kepadanya.
5. Siswa dari kelompok jigsaw bergabung dalam kelompok ahli yang mempunyai materi
yang sama, dan berdiskusi
6. Kembali ke kelompok jigsaw
7. Siswa mempresentasikan bagian yang dipelajari pada kelompoknya.
8. Kelompok jigsaw mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
9. Diakhir kegiatan siswa diberikan soal untuk dikerjakan mengenai materi.

Menurut Trianto (2010:73) langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu:

1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang).
2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi
menjadi sub bab.
3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab
untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya
bertugas mengajar teman-temannya.
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.
5. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis
individu.
6. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

Sedangkan menurut Isjoni (2009:77) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
penguasaan materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada kegiatan ini
keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi
pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa
untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggungjawab.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Isjoni 2009: 80-81), yaitu:

1. Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang.
2. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan.
3. Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang sama berkumpul
membentuk kelompok anggota yang baru, untuk mengerjakan tugas mereka, para siswa
tersebut menjadi anggota dengan bidang-bidang mereka yang telah ditentukan.
4. Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasain materi yang ditugaskan, kemudian
masing-masing perwakilan tersebut kembali kekelompok masing-masing atau kelompok
asalnya.
5. Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami
suatu materi.

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:44) langkah-langkah dalam model
pembelajaran tipe jigsaw, yaitu:

1. Peserta didik dikelompokkan menjadi 4 anggota tim.


2. Setiap anggota dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
3. Anggota dari tim yang berbedayakan telah mempelajari bagian atau sub bagian yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka.
4. Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan
anggota lainnya mendengarkannya.
5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
6. Guru memberi evaluasi.

7) Penutup.
Dalam penelitian ini, menggunakan langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
kegiatan inti mengacu pada pendapat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana,dan kemudian
dikembangkan menjadi langkah-langkah berikut:

 Pendahuluan

1. Salam
2. Presensi
3. Apersepsi
4. Motivasi

 Kegiatan inti

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran


2. Membagikan hand out dan jobsheed
3. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:

 (1) Peserta didik dikelompokkan kedalam 6 anggota tim.


 (2) Setiap anggota tim diberi tugas dengan materi berbeda.
 (3) Guru menjelaskan materi pembelajaran.
 (4) Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang sama berkumpul
membentuk kelompok anggota yang baru (kelompok ahli) untuk mengerjakan tugas dan
berdiskusi materi mereka.
 (5) Presentasi oleh masing-masing kelompok ahli
 (6) Guru mengklarifikasi hasil diskusi atau presentasi apabila terjadi kesalahan.
 (7) Setelah selesai,diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali kekelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan
setiap anggota lainnya mendengarkan.
 Guru meminta siswa mengerjakan tugas membuat macam-macam pola rok.
 Guru mengevaluasi hasil pekerjaan siswa
 Guru memberikan tes uraian kepada siswa untuk mengukur pemahaman dan pengetahuan
siswa.

3) Penutup
Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya, guru dan siswa mengadakan refleksi pelajaran,
kemudian pembelajaran ditutup. Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dengan kelompok
ahli dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Dengan memahami dan mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, maka guru
akan dapat merubah paradigma mengajar dari konvensional kepada model pembelajaran yang
dapat menarik kompetensi siswa untuk aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.

Pelaksanaan pembelajaran tidak lepas dari kendala-kendala yang harus dihadapi. Kelemahan
dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan kendala aplikasi model di lapangan
yang harus dicari jalan keluarnya, menurut Roy Killen, adalah:

1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah ‘peer teaching” pembelajaran oleh teman
sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep
yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada
teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.
3. Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe
siswa dalam kelompok tersebut.
4. Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu
yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan
dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangat sulit, tapi bisa
diatasi dengan model team teaching.

Kelebihan dan kelemahan tersebut akan dapat teratasi dalam penerapannya dengan melakukan
berbagai upaya. Pada saat siswa mengadakan diskusi pada kelompok asal, guru membantu
mengamati jalannya diskusi dan membantu jika ada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah
diskusi, seluruh siswa diberi pertanyaan atau kuis oleh guru untuk memastikan seluruh siswa
telah memahami materi yang telah dipelajari. Jawaban siswa akan mendapat poin dari guru dan
menyumbang skor pada kelompok.

Menurut Suprijono (2009), peran pengajar atau guru dalam model jigsaw, yaitu:

1. Mengontrol jalannya proses pembelajaran


2. Mengarahkan siswa
3. Membantu siswa yang kesulitan
4. Mengatur jalannya diskusi
5. Menjelaskan/mengklarifikasi inti materi pelajaran

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperlukan kesadaran siswa untuk aktif
dan kreatif dalam pembelajaran. Keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif sangat
diperlukan untuk pelaksanaan pembelajaran yang baik.

Indikator keaktifan belajar siswa ini dapat dilihat dari:

1. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru


2. Kerjasamanya dalam kelompok
3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli
4. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal
5. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok
6. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat
7. Memberi gagasan yang cemerlang
8. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang
9. Pengelolaan waktu dengan baik
10. Memanfaatkan potensi anggota kelompok
11. Saling membantu dan menyelesaikan masalah

Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga diperlukan rasa tanggungjawab siswa terhadap
tuan secara individu. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran
membuat pola macam-macam rok menekankan pada kerja kelompok atau tim dan adanya sistem
penskoran dari hasil kerja siswa. Adanya diskusi dan interaksi dari dalam kelompok menjadi
kekuatan pada model pembelajaran ini. Hal yang harus dipersiapkan oleh guru saat menerapkan
model ini adalah jenis-jenis tugas atau bentuk kegiatan kelompok pembelajarannya sendiri
maupun pembelajaran siswa lain dalam kelompok maupun diluar kelompoknya. Siswa tidak
hanya dituntut menguasai materi sendiri tetapi juga dituntut untuk dapat menjelaskan pada siswa
lain dalam kelompoknya, sebab secara umum siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila mreka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep
ini dengan temannya.

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini guru dapat secara langsung membimbing setiap
individu yang mengalami kesulitan belajar, guru setidaknya menggunakan setengah waktunya
mengajar dalam kelompok kecil sehingga akan lebih mudah dalam memberikan ban yang akan
dikerjakan oleh siswa. Dalam pembelajaran membuat pola macam-macam rok adalah siswa
presentasi di depan kelas sesuai dengan materi yang didapatkan.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sama dengan pembelajaran-pembelajaran dengan metode


lain yaitu sama-sama membutuhkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah
salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum mereka melakukan proses
pembelajaran. Sebuah kata bijak menyatakan bahwa persiapan mengajar merupakan sebagian
darisukses seorang guru. Kegagalan dalam perencanaaan sama saja dengan merencanakan
kegagalan. Kata bijak yang dikutip di atas menyiratkan betapa pentingnya melakukan persiapan
pembelajaran melalui pengembangan perangkat pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai