Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM

REGIONAL TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI


KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

SEPTRIA NONA SARI


12601066

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2017

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Proposal : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah


Minimimum Regional Terhadap Tingkat
Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat

Nama Mahasiswa : SEPTRIA NONA SARI


NIM : 12601066
Program Studi : EKP (Ekonomi Pembangunan)
Fakultas : EKONOMI

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Mahrizal, SE,M.Si Yasrizal, M.Si

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan berkat rahmatNya peneliti

telah dapat menyelesaikan tugas proposal ini guna untuk memenuhi salah satu

syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomipada Fakultas Ekonomi Universitas

Teuku Umar.

Dalam tugas proposal ini peneliti memilih judul yaitu “Analisis Pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi, Upah minimum Regional Terhadap Tingkat

Pengangguran diKabupaten Aceh Barat”.Untuk itu peneliti sangat

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi

kesempurnaan proposal ini.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada semua pihak yang telah banyak membantu, kepada:

1. Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Teuku Umar.

2. Bapak Yasrizal, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ekonomi

Pembangunan dengan tulus dan ikhlas telah memberikan ilmu dan

pengetahuan selama ini.

3. Bapak Mahrizal SE.M.Si sebagai Komisi Pembimbing Ketua dan Bapak

Yasrizal, M.Si, sebagai Komisi Pembimbing Anggota atas kesempatan waktu

dan pikiran yang telah diberikan dalam penulisan proposal ini.

4. Buat Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan do’a serta

bimbingan sehingga peneliti dengan semangat dapat menyelesaikan tugas

proposal ini.

iii
Kepada Allah SWT jualah peneliti serahkan semuanya atas jasa-jasa

semua yang telah peneliti sebutkan diatas semoga mendapat balasan yang

setimpal dari-Nya.

Alue Peunyareng,

Septria Nona Sari

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7
1.4.1. Manfaat Teoritis ...................................................................................... 8
1.4.2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 8
1.5. Sistematika Pembahasan.................................................................................. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 10


2.1. Pengangguran ................................................................................................ 10
2.2.1. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya .......................... 11
2.2.2. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya .................................... 13
2.2. Pertumbuhan Ekonomi .................................................................................. 15
2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................................ 16
2.3. Upah Minimum Regional .............................................................................. 19
2.3.1. Penetapan Upah Minimum Regional .................................................... 20
2.4. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 21
2.5. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 22
2.6. Perumusan Hipotesis ..................................................................................... 23

III. METODE PENELITIAN ................................................................................... 24


3.1. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 24
3.2. Data Penelitian ............................................................................................... 24
3.2.1. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 24
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 24
3.3. Model Analisis Data ...................................................................................... 25
3.3.1. Analisis Regresi Linier Berganda ......................................................... 25
3.3.2. Analisis Korelasi ................................................................................... 25
3.3.3. Uji t ........................................................................................................ 27
3.3.4. Uji f ....................................................................................................... 27
3.4. Definisi Operasional Variabel ....................................................................... 28
3.5. Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 30


4.1. Statistik deskriptif variabel penelitian ........................................................... 30
4.1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Barat ........ 30

v
4.1.2. Perkembangan Tingkat Upah Minimum Regional dan Pengangguran
di Kabupaten Aceh Barat .................................................................................... 32
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis .............................................................................. 34
4.2.1. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi ....................................... 35
4.2.2. Uji Regresi Linear Berganda ................................................................. 36

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 39


5.1. Simpulan ........................................................................................................ 39
5.2. Saran .............................................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 41

vi
DAFTAR TABEL

Judul Halaman

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2000-2014 .............. 3


1.2 Jumlah Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2000-2014 ............... 4
1.3 Upah Minimum Regional (UMR) Tahun 2005-2014 ....................................... 6

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Aceh merupakan wilayah yang memiliki sumber daya alam yang

sangat baik, namun dengan demikian bukan berarti permasalahan tidak di alami di

Aceh, berbagai masalah dihadapi salah satu permasalahan yang dialami seperti

jumlah penduduk miskin yang secara akumulatif terus mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun sehingga berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di

Aceh.Meningkatnya jumlah pengangguran di Aceh dapat dilihat dengan

ketidakseimbangan angkatan kerja dan peluang kesempatan kerja dengan

lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan tenaga kerja (Imigrasi)

baik parsial antara desa-kota maupun secara sektoral.Terjadinya perpindahan

penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang diperoleh di

daerah tujuan. Kesenjangan upah pendapatan yang besar antara desa atau kota

mendorong penduduk desa atau daerah untuk datang dan mencari pekerjaan di

kota (Todaro 2000).Masalah pengangguran tidak lepas dari masalah ekonomi

lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, fluktuasi nilai tukar, upah dan pendapatan.

Salah satu indikator dari kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan

ekonomi, indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan satu negara

memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari tingkat pertumbuhan

penduduknya.Pertumbuhan ekonomi juga mencerminkan kegiatan

ekonomi.Pertumbuhan ekonomi juga dapat bernilai positif dan dapat bernilai

negatif, jika pada periode tersebut mengalami peningkatan.Sedangkan jika pada

1
2

satu periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan

ekonomi pada periode tersebut mengalami penurunan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro.Hal ini

di dasari oleh tiga alasan.Pertama, selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak

terbatas, perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang

dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut.Kedua, usaha

menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability) melalui restribusi

pendapatan (income restribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ketiga. Penduduk mengalami peningkatan,

meningkatnya jumlah penduduk ini bearti akan meningkatkan pertumbuhan

tenaga kerja, tetapi bila peningkatan hanya terjadi pada pertumbuhan tenaga kerja

dan tidak terjadi peningkatan pada ketersediaan lapangan kerja menimbulkan

pengangguran yang tinggi.

Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu penyebab pengangguran adalah

kurangnya keahlian serta minimnya lapangan pekerjaan, selain itu kurangnya

Sumber Daya Manusia (SDM) juga dapat memicu meningkatnya pengangguran,

sehingga tidak mampu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Pengangguran

merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi

setiap negara.Karena itu setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi

masalah pengangguran yaitu pengangguran alamiah.Pengangguran merupakan

masalah ekonomi karena ketika angka pengangguran meningkat sebagai

dampaknya suatu negara membuang barang dan jasa yang sebenarnya dapat

diproduksi oleh pengangguran. Jika masalah pengangguran masih terus berlanjut

akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi karena naiknya tingkat pengangguran


3

menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun artinya output yang dihasilkan

tidak ada.

Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat dari

tahun 2005-2014, guna untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi :

Tabel 1.1
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2000-2014
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
1 2000 1,50
2 2001 1,47
3 2002 1,42
4 2003 1,35
5 2004 1,30
6 2005 1,79
7 2006 1,59
8 2007 11,95
9 2008 5,46
10 2009 5,00
11 2010 5,09
12 2011 5,24
13 2012 5,00
14 2013 6,63
15 2014 7,35
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Barat (2016)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Aceh Barat mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya, pada tahun 2005

pertumbuhan ekonomi sebesar 1,79 persen, dan pada tahun 2007 pertumbuhan

ekonomi megalami kenaikan yang sangat tinggi sebesar 11,95 persen. Di tahun

2008-2012 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat mengalami

penurunan kembaliyaitu sebesar 5,46 persen dan 5,00 persen dan mengalami

kenaikan lagi pada tahun 2013-2014 sebesar 6.63 persen dan 7,35 persen.
4

Masalah pengangguran di Provinsi Aceh masih tetap merupakan masalah

yang cukup rawan.Pengangguran terjadi karena faktor, jumlah kesempatan kerja

yang tersedia umumnya lebih kecil dari angka yang ada, padahal jumlah

penganggur yang ada sudah cukup besar sehingga terjadi akumulasi pengangguran

karena pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi

Aceh, dengan jumlah penduduk 182.364 jiwa pada tahun 2014.Kepada jumlah

penduduk di Kabupaten Aceh Barat ini juga dapat mempengaruhi jumlah

pengangguran, berikut data jumlah pengangguran di Kabpaten Aceh Barat :

Tabel 1.2
Jumlah Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2000-2014
No Tahun Jumlah Pengangguran
1 2000 22,218
2 2001 31,217
3 2002 37,519
4 2003 32,311
5 2004 30,205
6 2005 13,266
7 2007 7,818
8 2008 7,810
9 2009 8,061
10 2010 7,868
11 2011 7,651
12 2012 7,568
13 2013 7,872
14 2014 8,851
15 2015 8,987
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat (2016)

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat pada setiap tahunnya mengalami perubahan, terlihat dari

tahun 2000 jumlah pengangguran yaitu sebesar 22,218 jiwa, selanjutnya ditahun
5

2005 sebesar 13,266 jiwa. Dapat disimpulkan bahwa jumlah pengangguran pada

setiap tahunnya akan mengalami peningkatan dan penurunan, sehingga pada tahun

2014 jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 8,987 jiwa.

Perdebatan tentang upah minimum bukanlah isu baru. Ini dapat kita lihat

seringnya perselisihan antara pengusaha atau pelaku industri dengan para pekerja,

Dimana pekerja menginginkan kenaikan upah minimum yang berpihak

kepadanya, sementara para pengusaha melihat bahwa kenaikan upah akan

merugikan usahanya. Padahal pekerja menuntut kenaikan upah tersebut karena

mereka merasa bahwa kebutuhan hidup mereka tidak dapat terpenuhi dengan upah

yang telah ada, mengingat harga barang-barang semakin hari semakin meningkat.

Penerapan kebijakan kenaikan upah minimum regional yang mulai

diberlakukan pada awal tahun di beberapa lembaga yang mulai direalisasikan

pada Januari 2011 terkait program reformasi birokrasi di tengarai turut mendorong

kenaikan indeks penghasilan saat ini. Kenaikan penghasilan sangat dirasakan oleh

kelompok masyarakat dengan tingkat pengeluaran Rp 1 Juta – 3 Juta per bulan.

Seiring dengan peningkatan penghasilan masyarakat tersebut, indeks konsumsi

pembelian barang-barang tahan lama juga mengalami peningkatan sebesar 2,9

poin menjadi 92,9 poin. Menurut hasil survei yang dilakukan BI, meningkatnya

konsumsi barang tahan lama terutama dilakukan oleh kelompok masyarakat

dengan tingkat pengeluaran Rp 1 juta – 3 juta per bulan, sedangkan masyarakat

yang tingkat pengeluarannya lebih dari Rp 3 juta per bu;na cenderung mengurangi

pembelian barang-barang lama.

Munculnya ketentuan upah minimum regional akan mendorong terjadinya

kekuatan dalam pasar tenaga kerja, artinya dengan ketentuan upah minimum,
6

maka buruh mempunyai kekuatan monopoli yang cenderung melindungi buruh

yang telah bekerja dalam industri itu. Kekuatan serikat buruh yang cenderung

memaksimumkan pendapatan dari buruh yang ada akan mendiskriminasi

pendatang baru dalam pasar tenaga kerja. Pandangan serupa valid dalam kondisi

Di mana perusahaan tidak mempunyai kekuatan monopsoni untuk menekan

buruh.

Tabel 1.3
Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2000-2014
No Tahun Upah Minimum Regional (UMR) (Rp)
1 2000 550.000
2 2001 425.000
3 2002 330.000
4 2003 300.000
5 2004 265.000
6 2005 620.000
7 2006 820.000
8 2007 850.000
9 2008 1.000.000
10 2009 1.200.000
11 2010 1.300.000
12 2011 1.350.000
13 2012 1.400.000
14 2013 1.550.000
15 2014 1.750.000
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat (2016)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa Upah Minimum Regional

selalu mengalami kenaikan pada setiap tahunnya pada tahun 2000 upah minimum

regional sebesar RP 550.000 dan mengalami penurunan di tahun 2003-2004

sebesar RP 300.000-265.000, di tahun 2005 mengalami kenaikan kembali sebesar

RP 620.000 dan semakin meningkat sehingga di tahun 2014 menjadi sebesar RP

1.750.000.
7

Upah minimum regional pada setiap tahunnya mengalami kenaikan,

semakin meningkatnya upah minimum regional yang didapatkan maka porsi

pekerjaan setiap harinya akan semakin bertambah. Dengan meningkatnya upah

minimum regional maka akan terjadi pengurangan tenaga kerja, dengan kata lain

jumlah pengangguran akan mengalami perubahan setiap tahunnya tergantung dari

besar kecilnya upah minimum regional. Kemudian meningkatnya upah minimum

regional dan pengangguran akan berpengaruh secara tidak menentu terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam karya ilmiah

ini dengan judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum

Regional (UMR) Terhadap Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan

masalah di dalam penelitian ini yaitu :“ Bagaimana pengaruh pertumbuhan

ekonomi dan upah minimum regional terhadap tingkat pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi dan tingkat

upah minimum regional terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, manfaat yang diperoleh dengan

diadakannya penelitian ini.


8

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Untuk memberikan masukan berupa informasi pada kalangan akademi

sebagai dasar penelitian mendalam mengenai analisis pertumbuhan ekonomi,

upah minimum regional terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Aceh

Barat.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah pengetahuan

dan wawasan mengenai masalah yang dibahas.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil analisa dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sabagai

bahan informasi yang baik dari pemerintah Kabupaten Aceh Barat agar dapat

memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam hal pelayanan

publik.

1.5 Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sabagai

berikut:

Pada bab satu menjelaskan tentang pokok-pokok pembahasan mengenai

latar belakang penelitia, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Pada bab dua membahas tentang tinjauan pustakadari penelitian yang

berjudul “analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum

regionalterhadappengangguran di Kabupaten Aceh Barat.

Pada bab tiga membahas tentang populasi dan sampel penelitian, data

penelitian yang di dalamnya mengenai jenis dan sumber data serta pengumpulan
9

data dan model analisis data, pengertian operasional variabel dan pengujian

hipotesis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong

dalam kategori angkatan kerja (Labor Force) tidak memiliki pekerjaan dan secara

aktif tidak sedang mencari pekerjaan (Nanga, di dalam Mariani 2013, h. 6).

Pengangguran merupakan masalah yang tidak hanya dihadapi oleh Negara-Negara

sedang berkembang (Develoved Contries) akan tetapi juga dialami oleh Negara

yang sudah maju (Developing Contries).

Menurut Sukirno (2007, h. 472) penngangguran adalah seseorang yang

sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari

pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu.tetapi tidak dapat memperoleh

pekerjaan yang di inginkan.

Menurut Samuelson (2004 h. 362) pengangguran adalah orang yang tidak

memiliki pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan, dan orang-orang yang tidak

memiliki pekerjaan dan tidak mencari kerja termasuk angkatan kerja. Angka

pengangguran adalah jumlah pengangguran dibagi dengan jumlah total angkatan

kerja.

Mankiw (2007 h. 154) menjelaskan bahwa para ekonomi mempelajari

pengangguran untuk mengidentifikasi penyebabnya dan untuk membantu

memperbaiki kebijakan publik yang mempengaruhi pengangguran. Sebagian dari

kebijakan tersebut, seperti program dari pelatihan kerja, membantu orang dalam

mendapatkan pekerjaan. Kebijakan lain, seperti asuransi pengangguran,

membantu mengurangi kesulitan yang di alami pengangguran. Tetapi kebijakan

10
11

lainnya tetap saja mempengaruhi munculnya pengangguran secara tidak sengaja.

Undang-undang yang menetapkan upah minimum yang tinggi, misalnya

cenderung akan meningkatkan pengangguran di kalangan angkatan kerja yang

kurang terdidik dan kurang pengalaman.

Sedangkan menurut Sukirno (2013 h. 13) mendefinisikan bahwa

pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam

angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

2.2.1. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya

Berikut penggolongan ini pengangguran dapat dibedakan kepada jenis

pengangguran berikut Sukirno (2010, h. 328) :

a. Pengangguran normal atau friksional.

b. Pengangguran siklikal.

c. Pengangguran struktural.

d. Pengangguran teknologi.

Uraian berikut akan menerangkan arti dari berbagai bentuk pengangguran

tersebut dan keadaan yang bagaimana akan mewujudkan pengangguran tersebut.

1. Pengangguran Normal atau Friksional

Telah diterangkan dalam Bab satu, apabila dalam suatu ekonomi terdapat

pengangguran sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja maka

ekonomi itu sudah dipandang sebagai mencapai kesempatan kerja

penuh.Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan

pengangguran normal atau pengangguran friksional. Para penganggur ini tidak

ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh kerja, tetapi karena sedang

mencari kerja lain yang lebih baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat,
12

penganggur adalah rendah danpekerjaan mudah diperoleh. Sebaliknya pengusaha

susah memperoleh pekerja. Maka pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi.

Ini akan mendorong para pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya yang lama

dan mencaripekerjaan baru yang lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan

keahliannya. Dalam proses mencari kerja baru ini untuk sementara para pekerja

tersebut tergolong sebagai penganggur. Mereka inilah yang digolongkan sebagai

penganggur normal.

2. Pengangguran Siklikal

Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh. Adakalanya

permintaan agregat lebih tinggi,dan ini mendorong pengusaha menaikkan

produksi. Lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran

berkurang.Misalnya, di Negara-negara produsen bahan mentah pertanian,

penurunan ini mungkin disebabkan kemerosotan harga-harga komoditas.

Kemunduran ini menimbulkan efek kepada perusahaan-perusahaan lain yang

berhubungan, yang juga akan mengalami kemerosotan dalam permintaan terhadap

produksinya. Kemerosotan permintaan agregat ini mengakibatkan perusahaan-

perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaanny, maka pengangguran

akan bertambah.Pengangguran yang wujud tersebut dinamakan pengangguran

siklikal.

3. Pengangguran Struktural

Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus

berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini

ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor berikut; wujudnya barang baru
13

yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas barang tersebut,

biaya pengeluaran sudah sangat tinggi dan tidak mampu barsaing, dan ekspor

produksi industri itu sangat menurun oleh karena persaingan yang lebih serius dari

Negara-negara lain. Kemerosotan itu akan menyebabakan kegiatan produksi

dalam industri tersebut menurun. Pengangguran yang wujud digolongkan sebagai

penganggur struktural. Dinamakan demikian karena ia disebabakan oleh

perubahan struktur kegiatan ekonomi.

4. Pengangguran Teknologi

Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga

manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Racun lalang dan rumput,

misalnya,telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan

perkebunan, sawah dan lahan pertanian lain. Begitu juga mesin telah mengurangi

kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang, memotong rumput, membersihkan

kawasan dan memungut hasil. Sedangkan di pabrik-pabrik, adakalanya robot telah

menggantikan kerja-kerja manusia.Pengangguran yang ditimbulkan oleh

pengguna mesin dan kemajuan teknologi lainnyadinamakan pengangguran

teknologi.

2.2.2. Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya

Berdasarkan kepada ciri pengangguran yanag berlaku, pengangguran dapat

pula digolongkan sebagai berikut:

1. Pengangguran terbuka.

2. Pengangguran tersembunyi.

3. Pengangguran bermusim.

4. Setengah menganggur.
14

a. Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan

yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.Sebagai akibatnya dalam

perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak memperoleh

pekerjaan.Efek dari keadaan ini didalam suatu jangka masa yang cukup panjang

mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan.Jadi mereka menganggur secara nyata

dan sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran

terbuka.Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan

ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan

tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan sesuatu industri.

b. Pengangguran Tersembunyi

Pengangguran ini terutama wujud sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan

ekonomi memerluukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan

tergantung kepada banyak faktor. Antara lain faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah: besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang

digunakan (apakah intensif buruh atau intensif modal) dan tingkat produksi yang

dicapai. Di banyak Negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah

pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya

diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efesien. Kelebihan

tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran

tersembunyi.Contoh-contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari

yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang

mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.


15

c. Pengangguran Bermusim

Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan.Pada

musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan

mereka dan terpaksa menganggur pada musim kemarau pula para pesawah tidak

begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila

dalam masa di atas para penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan

pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini

digolongkan sebagai pengangguran bermusim.

d. Setengah menganggur

Luasnya kesempatan kerja dan angkatan kerja biasanya digambarkan oleh

banyaknya penduduk yang bekerja dan banyaknya penduduk yang menawarkan

atau mencari pekerjaan.Berhubung dengan itu perlu di tengah kriteria tentang

kapan seorang penduduk dimasukkan kelompok kerja, menurut pedoman yang

dipakai oleh Biro Pusat Statistik penduduk yang dalam seminggu minimum

bekerja selama satu jam dimasukkan ke dalam kelompok bekerja.Pekerjaan

dianggap sebagai sesuatu mata pencarian bersifat rutin. Jadi bekerja satu jam

dianggap sudah mewakili.

2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam

masyarakat bertambahan (Iskandar 2014). Masalah pertumbuhan ekonomi dapat

dipandang sebagai masalah ekonomi makro ekonomi dalam jangka panjang dari

satu periode ke periode lainnya, kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan

barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini di sebabkan
16

karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah

dan kualitas (sukirno 2004, h.9).

2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang mencerninkan aspek

dinamis dari suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Dalam ilmu ekonomi terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi, dimana para

ekonom mempunyai pandangan yang berbeda tentang proses suatu perekonomian.

Teori-teori pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok

yaitu:

a. Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli teori pertumbuhan klasik, ada 3 (tiga) faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (sukirno 2006, h.268), yaitu:

1. Jumlah penduduk

2. Jumlah stok barang-barang modal

3. Luas tanah dan kekayaan alam

Menurut teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan

pengusaha didalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Artinya para pengusaha

merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau

inovasi dalam kegiatan ekonomi. Ada beberapa inovasi yang dapat mewujudkan

pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah, meliputi (sukirno 2004, h. 434):

1. Memperkenalkan barang-barang baru

2. Mempertinggi efisien cara memproduksi dalam menghasilkan sesuatu barang

3. Memperluas pasar suatu barang ke pasar-pasar yang baru


17

Dalam menganalisi mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod-

Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi agar suatu

perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh dalam jangka

panjang.Analisis Harrod-Domar menggunakan pemisalan-pemisalan sebagai

berikut (Sukirno 2004, h. 435).

1. Barang modal telah mencapai kapasitas penuh

2. Rasio modal produksi (capital output rasio) tetap nilainya.

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan Neo-Klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda,

yaitu dari segi penawaran.Menurut teori ini yang dikembangkan oleh Abramovits

dan Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor

produksi.Faktor yang terpenting mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukan hanya

pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja.Faktor yang paling penting

adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga

kerja.

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M.solow (1970)

dari Amerika Serikat dan T.W Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan

menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan

teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan

model Harrdo-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam

modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang

memungkinkan adanya subtitusi antara kapital dan tenaga kerja.Dengan demikian,

syarat-syarat adanya pertumbuhan yang baik dalam model Solow-Swan kurang


18

restriktif disebabkan kemungkinan subtitusi antara modal dan tenaga kerja

(Tarigan 2007, h. 52).

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

Teori ini meliputi teori pertumbuhan Rostow dan Kuznet. Menurut Rostow

pembangunan ekonomi adalah suatu transformasi dari suatu masyarakat

tradisional menjadi masyarakat modern melalui tahapan sebagai berikut (Sukirno

2006, h. 169) :

1. Tahap masyarakat tradisional (the traditional society), Perekonomian

masyarakat yang belum berkembang sehingga mereka belum mengenai alat-

alat canggih, pada tahap ini mereka masih menggunakan alat-alat tradisional,

baik disektor pertanian sampai cara memproduksi suatu barang yang masih

primitive membutuhkan waktu yang lama.

2. Tahap prasyarat tinggal landas (the precondition for take-off), Tahap ini

masyarakat sedang melakukan perubahan untuk mencapai pertumbuhan atas

kekuatan sendiri sehingga masyarakat dapat memproleh tujuan-tujuan yang di

inginkan.

3. Tahap tinggal landas (the take-off), Tahap ini disuatu Negara pertumbuhan

ekonomi selalu terjadi, seperti halnya terjadi kemampuan pekat dalam inovasi

atau terbukanya pasar-pasar baru.

4. Tahap menuju kedewasaan (the drive to maturity), Tahap ini situasi masyarakat

sudah menuju dewasa atau kematangan, artinya masyarakat sudah

mulaiberfikir dan mulai mengenal teknologi modern, sehingga hampir semua

sektor mereka menggunakan teknologi baik di sektor produksi atau kekayaan

lainnya.
19

5. Masyarakat berkonsumsi tinggi (the age of high mass consumtion), Tahap ini

mereka lebih mementingkan perhatian kepada masyarakat, karena pada tahap

ini mereka lebih menekankan masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat,

tetapi tidak mementingkan kemasalahan produksi.

Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kemampuanjangka

panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat

kepada masyarakat.Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan teknologi,

institusional dan ideology yang diperlukannya.

2.3. Upah Minimum Regional

Upah minimum adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha

kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan

atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau

peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjajian kerja

antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu

sendiri maupun untuk keluarganya (sumarsono 2003, h. 156).

Upah minimum pada dasarnya merupakan upah yang ditetapkan secara

minimum regional, sektoral regional maupun sub sektoral. Dalam hal ini upah

minimum adalah upah pokok dan tunjangan.

Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, Oleh

sebab itu, upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawan dan

keluarganya dengan wajar. Kewajaran dapat dinilai dan diukur dengan kebutuhan

hidup minimum atau kebutuhan fisik minimum (KFM) adalah kebutuhan

seseorang yang dibutuhkan/diperlukan untuk mempertahankan kondisi fisik dan

mentalnya agar dapat menjalankan fungsinya sebagai salah satu faktor produksi.
20

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang minimum baik ditinjau dari segi

jumlah maupun dari segi mutu barang dan jasa yang dibutuhkan sehingga

merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari atau dikurangi lagi.Nilai

kebutuhan fisik minimum mencerminkan nilai ekonomi dari barang dan jasa yang

diperlukan oleh pekerja dan keluarganya (sumarsono 2003, h. 142).

2.3.1. Penetapan Upah Minimum Regional

Pemerintah mengatur pengupahan melalui pengaturan menteri tenaga kerja

No. 05/Men/1989 tanggal 29 mai 1989 tentang Upah minimum. Penetapan upah

dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan

Pengupah Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademis, buruh dan

pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survey dan turun kelapangan

mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, buruh,

dan karyawan. Setelah survey disejumlah kota dan provinsi tersebut dianggap

representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KLH). Berdasarkan

KLH, dewan perwakilan daerah mengusulkan Upah Minimum Regional kepada

Gubernur untuk disahkan (Hasiholan 2006, h. 46)

Saat ini UMR juga dikenal dengan istilah UMP karena ruang cakupnya

biasanya meliputi suatu provinsi.Selain itu setelah otonomi daerah berlaku penuh,

dikenal juga dengan istilah Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK).

MenurutUU No. 13 tahun 2003 pasal 92 tentang ketenagakerjaan komponen

upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, Tunjangan tetap adalah

tunjangan yang pembayarannya dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan

dengan kehadiran atau pencapaian prestasi kerja. Berikut beberapa dasar

pertimbangan dari penetapan upah minimum:


21

a. Sebagai jaringan pengaman agar nilai upah tidak merosot dibawah kebutuhan

hidup minimum.

b. Sebagai wujud pelaksanaan pancasila, Undang-Undang 45 dan Garis-garis

Besar Haluan Negara (GBHN) secara nyata.

c. Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat

yang memiliki kesempatan, tetapi perlu menjangkau sabagian terbesar

masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya.

d. Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kalas

menengah.

e. Kepastian hukum bagi perlindungan atas hak-hak dasar buruh dan keluarganya

sebagai warga Negara Indonesia.

f. Merupakan indikator perkembangan ekonomi pendapatan perkapita.

2.4. Penelitian Terdahulu

Safiah.(2011) penelitian Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap

pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat. Apabila terjadinya kenaikan

pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka akan berpengaruh terhadap menurunnya

pengangguran di Kabupaten Aceh Barat, dengan asumsi variabel lainnya yang

berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dianggap tetap.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan kepada

pihak pemerintah supaya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, jika


22

pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh dengan baik maka jumlah pengangguran

akan berkurang.

Nurliza (2012) penelitian Analisis kenaikan upah minimum regional

terhadap tingkat konsumsi masyarakat di Kabupaten Aceh Barat.Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa variabel UMR berpengaruh yang signifikan terhadap

tingkat konsumsi masyarakat di Kabupaten Aceh Barat.

2.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran di dalam penelitian ini adalah jumlah pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat dapat dipengaruhi oleh perubahan tingkat pertumbuhan

ekonomi dan pergerakan jumlah upah minimum regional. Pertumbuhan ekonomi

dan upah minimum regional akan menjadi variabel Independen atau lebih sering

disebut sebagai variabel bebas, yang artinya variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau

mengakibatkan timbulnya variabel dependen, sedangkan variabel dependennya

atau variabel terikat adalah pengangguran, dimana variabel dependen merupakan

variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Untuk mendapatkan signifikansinya di ukur dengan alat regresi berganda.

Berdasarkan gambar 2.1 di bawah ini, akan lebih memperjelaskan faktor yang

yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.


23

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis

Pertumbuhan
Ekonomi (X1)
Pengangguran
(Y)

Tingkat Upah
(X2)

Keterangan :

X1= Variabel Independen

X2= Variabel Independen

Y = Variabel Dependen

2.6. Perumusan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi dan upah

minimum regional berpengaruh negatif, sedangkan tingkat upah minimum

regional berpengaruh positif terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh

Barat.Sehingga dapat di artikan bahwa di ukur dari bagaimana tingkat

pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional pada saat ini.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini yaitu data pertumbuhan ekonomi,

upah minimum regional, dan pengangguran yang ada pada setiap tahunnya.Untuk

memudahkan, maka penulis hanya mengambil data dalam kurun waktu 2005-2014

di Kabupaten Aceh Barat.

3.2. Data Penelitian

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder,

Data Sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun yang

telah diolah, baik dalam bentuk angka ataupun dalam bentuk uraian.Dalam

penelitian ini data yang diambil dari literature yang relevan dengan judul

penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, waktu/periode, petunjuk teknis dan

lain-lain yang memiliki relevensi dengan masalah yang diteliti.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sabagai

berikut:

a. Studi Pustaka (Library Research), metode ini digunakan untuk mengumpulkan

data yang diperlukan dengan cara membaca buku dan literatur lainnya yang

berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research), pada metode ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data secara langsung, yaitu dengan cara mengumpulkan hasil

24
25

dari semua data yang didapatkan dari kantor atau perusahaan kemudian data-

data tersebut dijadikan sebagai input dalam penelitian ini atau lebih sering

disebut dengan metode Dokumentasi.

3.3. Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

linier berganda,analisis korelasi, uji t dan uji f. yang akan diolah dengan

menggunakan program statistik SPSS dengan penjelasan sebagai berikut :

3.3.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda merupakan analisis besarnya hubungan dan

pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua (Suharyadi &

Purwanto 2004, h. 508). Dimana persamaan regresi berganda dituliskan sebagai

berikut :

Y = a + β1X1 + β2X2 + e................................................................................. .......(1)

Dimana :

Y = Variabel Terikat (Pengangguran)

B = Koefisien regresi

β1, β2 = Koefisien regresi faktor X1

X1 = Pertumbuhan ekonomi

X2 = Upah Minimum Regional (UMR)

E = error term (Kesalahan Pengganggu)

3.3.2. Analisis Korelasi

Korelasi linier berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan yang

terjadi antara variabel terikat (Y) dan beberapa variabel bebas (X1,
26

X2,…Xn).analisis korelasinya menurut Hasan (2002, h. 270-279) menggunakan

koefisien korelasi yaitu:

a. Koefisien Korelasi Berganda

Koefisien korelasi berganda disimbolkan dengan rr.12yang merupakan

ukuran keeratan hubungan antara variabel terikat dan semua variabel bebas secara

bersama-sama. Koefisien Korelasi Berganda akar dari koefisien determinasi

berganda dirumuskan sebagai berikut :

𝐛𝟏 ∑𝐗 𝟏 𝐘+ 𝐛𝟐 ∑𝐗 𝟐 𝐘
𝐫𝐫.𝟏𝟐 = √ ........................................................................................(2)
∑𝐲 𝟐

Dimana :

r = Koefisien korelasi

Y = Variabel terikat (Pengangguran)

X1 = Pertumbuhan ekonomi

X2 = Pengeluaran Pemerintah

b. Koefisien Determinasi Berganda

Koefisien determinasi berganda, disimbolkan dengan R2 merupakan ukuran

kesesuaian garis regresi linier berganda terhadap suatu data. Digunakan untuk

mengukur besarnya kontribusi variasi X1, dan X2 terhadap variasi Y.

𝒃𝟏 ∑𝑿𝟏 𝒀+𝒃𝟐 ∑𝑿𝟐 𝒀


𝐑𝟐 = ..............................................................................................(3)
∑𝐲 𝟐

(∑𝐲)𝟐
∑𝒚𝟐 = ∑𝒀𝟐 − ...............................................................................................(4)
𝐧

Dimana :

R2 = Koefisien Penentu Berganda (determinasi)


27

Y = Variabel terikat (Pengangguran)

X1 = Pertumbuhan ekonomi

X2 = Upah Minimum Regional

n = Jumlah Tahun

3.3.3. Uji t

Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat

signifikan dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual

dengan rumus sebagai berikut ( Hasan 2002, h. 241)

𝐫√𝐧−𝐫 𝟐
𝐭= ..............................................................................................................(5)
√𝟏−𝐫 𝟐

Dimana :

n = Jumlah Tahun

r = Koefisien Korelasi

3.3.4. Uji f

Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien

regresi yang di dapat signifikan atau tidak. Uji f, ini diperuntukkan guna

melakukan uji hipotesis koefisien regresi secara bersamaan yaitu antara X1, dan

X2 terhadap Y. dengan rumus adalah sebagai berikut (Nachrowi dan Usman 2006,

h. 16-17) :

𝑹𝟐 /(𝒌−𝟏)
𝑭 = 𝟏−𝑹𝟐 /(𝒏−𝒌........................................................................................................(6)

Dimana :

K = banyaknya variabel bebas

R2 = koefisien determinasi
28

3.4. Definisi Operasional Variabel

Dalam definisi operasional variabel ini menjelaskan tentang definisi dari

variabel independen dan variabel variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut :

a. Pertumbuhan Ekonomi (X1)

Pertumbuhan Ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian

suatu Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama

periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses

kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk

kenaikan pendapatan nasional.

b. Upah Minimum Regional (X2)

Upah Minimum Regional merupakan suatu standar minimum yang

digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah

kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.

c. Pengangguran (Y)

Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,

sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau

seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.

3.5. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini dalam bentuk statistiknya adalah:

a. H0 ;β = 0, pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional, yang diteliti

secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.


29

b. H1 ; β≠ 0, pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional, yang diteliti

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat.

Kriteeria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Apabila th>tt , maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang

siginifikan antara pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional terhadap

pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.

b. Apabila th<tt , maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dan upah minimum regional

terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.

Kriteria uji f, hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah

a. Apabila Fhitung< Ftabel maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara bersamaan

terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dan upah

minimum regional terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.

b. Apabila Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara

bersamaan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan

ekonomi dann upah minimu regional terhadap pengangguran di Kabupaten

Aceh Barat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik deskriptif variabel penelitian

4.1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Barat

Pertumbuhan ekonomi merupakana salah satu bagian yang dapat mengatasi

masalah pertumbuhan seperti pengangguran, akan tetapi jika pertumbuhan ekonomi

dari tahun ketahun mengalami penurunan maka jumlah pengangguran akan

bertambah. Seandainya pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan otomatis

pembangunan ekonomi juga meningkat karena banyak tenaga kerja yang

dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi seperti pembangunan jalan, pendidikan,

dan jembatan.

Untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1
Data Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat

No. Tahun PDRB (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%)


1 2000 540.212,24 1,50
2 2001 660.920,58 1,47
3 2002 790.813,54 1,42
4 2003 850.730,71 1,35
5 2004 875.880,67 1,30
6 2005 878.891,70 1,79
7 2006 954.906,27 1,59
8 2007 1.012.992,76 11,95
9 2008 1.140.817,36 5,46
10 2009 1.197.904,53 5,00
11 2010 1.258.936,75 5,09
12 2011 1.324.894,51 5,24
13 2012 1.413.244,37 5,00
14 1013 894.871,87 6,63
15 2014 938.906,29 7,35
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Barat (data diolah Agustus 2016)

30
31

Dari tabel 4.1 diatas terlihat bahwa petumbuhan ekonomi di Kabupaten Aeh

Barat dari tahun 2000-2014 sangat bervariasi pada tahun 2000-2006 pertumbuhan

ekonomi sebesar 1,50 persen dan 1,59 persen, dan pada tahun 2007 pertumbuhan

ekonomi mengalami kenaikan yang sangat tinggi sebesar 11,95 persen. Di tahun

2008-2012 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat mengalami penurunan

kembali yaitu sebesar 5,46 persen dan 5,00 persen, dan mengalami kenaikan

kembali pada tahun 2013-2014 sebesar 6,63 persen dan 7,35 persen.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi

tertinggi adalah pada tahun 2007 sebesar 11,95 persen, hal ini disebabkan oleh

kondisi ketenagakerjaan pada saat itu sudah mulai membaik, sehingga masyarakat

dapat membuka usaha sendiri dan dapat sedikit mengurangi pengangguran.Grafik

pertumbuhan ekonomi dapat dilihat seperti tertera dibawah ini :

Gambar 4.1
Grafik pertumbuhan ekonomi
32

4.1.2. Perkembangan Tingkat Upah Minimum Regional dan Pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat

Kenaikan upah merupakan suatu hal yang sangat dinanti-nantikan oleh para

pekerja, karena dengan kenaikan upah tersebut diharapkan dapat menaikkan taraf

hidupnya.Namun demikian terkadang kenaikan tersebut masih belum membuat

para pekerja merasa senang, ini terjadi karena para pekerja merasa kenaikan

tersebut sangat kecil, sehingga tidak memberi pengaruh yang besar terhadap

kesejahteraan hidup pekerja.Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat tentu saja

akan menimbulkan masalah bagi perekonomian, terutama karena tidak tersedianya

lapangan kerja. Untuk mengatasi masalah pengangguran tidak semudah

membalikkan telapak tangan tetapi perlu waktu yang cukup lama untuk

memulihkannya. Jika masalah pengangguran tidak diatasi dengan segera maka

masalah lain akan muncul seperti berkurangnya keahlian para penganggur,

meningkatnya kriminalitas dan pendapatan pajak pemerintah berkurang.

Dalam hal ini kebijakan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk

mengatasi masalah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat. Langkah-langkah

yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah membuka lapangan pekerjaan,

meningkatkan perekonomian rakyat,meningkatkan sumber daya manusia, dan

melakukan pemberantasan korupsi.Untuk mengetahui tingkat Upah Minimum

Regional dan Pengangguran di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :
33

Tabel 4.2
Data Upah Minimum Regional (UMR) dan Pengangguran
di Kabupaten Aceh Barat
No. Tahun UMR (Rp) Pengangguran (Jiwa)
1 2000 550.000 22,218
2 2001 425.000 31,217
3 2002 330.000 37,519
4 2003 300.000 32,311
5 2004 265.000 30,205
6 2005 620.000 13,266
7 2006 8.20.000 7,818
8 2007 850.000 7,810
9 2008 1.000.000 8,061
10 2009 1.200.000 7,868
11 2010 1.300.000 7,651
12 2011 1.350.000 7,568
13 2012 1.400.000 7,827
14 2013 1.550.000 8,851
15 2014 1.750.000 8,987
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat (data diolah
agustus 2016)

Berdasarkan dari tabel 4.2 diatas dijelaskan bahwa Upah Minimum Regional

selalu mengalami kenaikansetiap tahunnya, dari tahun 2000-2014 upah minimum

regional sebesar RP 550.000-1.750.000. sedangkan Pengangguran mengalami

perubahan pada setiap tahunnya, pada tahun 2000jumlah pengangguran sebesar

22,218 jiwa, selanjutnya terjadi penurunan ditahun 2006-2007 sebesar 7,818-7,810

jiwa. Dapat disimpulkan bahwa jumlah pengangguran selalu mengalami

peningkatan dan penurunan, sehingga pada tahun 2014 jumlah pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat sebesar 8,987 jiwa.

Dapat disimpulkan bahwa UMR di Kabupaten Aceh Barat pada setiap

tahunnya selalu mengalamikenaikan, ini dapat diartikan bahwa pengambil

kebijakan selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat,

khususnya masyarakat yang bekerja atau tenaga kerja di Kabupaten Aceh Barat.
34

Terhitung dari tahun 2000-2014, jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh

Barat mengalami fluktuasi (naik turunnya) artinya pengangguran tertinggi adalah

tahun 2002 sebesar 37,519 jiwa.Tahun 2005 sebesar 13,266 jiwa.Musibah gempa

dan tsunami pada tahun 2004 silam membuat kondisi ketenagakerjaan masyarakat

Kabupaten Aceh Barat ikut memburuk.Pada saat itu sebagian masyarakat banyak

kehilangan pekerjaan karena tempat mereka habis akibat tsunami.Grafik

pertumbuhan ekonomi dapat dilihat seperti tertera dibawah ini :

Gambar 4.1
Grafik pertumbuhan ekonomi

4.2. Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 4.3
Standar Deviasi Rata-Rata dan Observasi

Variabel Rata-Rata Std. Deviasi N


Pengangguran 4.1117 .28016 15
Pertumbuhan ekonomi 5.8884 .27581 15
Upah minimum
4.1427 3.07299 15
regional
Sumber :Hasil Regresi (Data diolah agustus 2016)
35

Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat selama tahun 2000-2014 adalah 4.11 jiwa, dengan standar

deviasi .280 persen, sementara rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Aceh Barat adalah 5.88 dengan standar deviasi .275 persen, dan rata-

rata tingkat upah minimum regional di Kabupaten Aceh Barat adalah 4.14 dengan

standar deviasi .3.07 persen. Sedangkan N menyatakan jumlah observasi yang

masing-masing berjumlah 15 tahun.

4.2.1. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi

Tabel 4.4
Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi

Pertumbuha
No. Variabel Pengangguran UMR
n Ekonomi
1. Person Korelation
1.000 -914 -686
a. Pengangguran
-.914 .1000 .670
b. UMR
-.686 .670 .1000
c. Pertumbuhan Ekonomi
2. Model
a. Koefisien Korelasi (R) 0,920
b. Koefisien Determinasi 0,846
Adjusted
c. Koefisien Determinasi 0,820
(R2)
Sumber : Hasil Regresi (Data diolah agustus2016)

Dari tabel 4.4 diatas dapat di ketahui bahwa :

a. Koefisen korelasi besarnya pertumbuhan ekonomi diperoleh R= 0.920

menjelaskan tidak adanya hubungan yang kuat antara jumlah pengangguran (Y)

upah minimum regional (X1) dan pertumbuhan ekonomi (X2), hal ini disebabkan

karena tingkat pertumbuhan ekonomi mempengaruhi jumlah pengangguran dan

upah minimum regional.


36

b. Koefisien determinasi adjusted bernilai 0.846, hal ini menunjukkan bahwa

pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap jumlah pengangguran dan upah

minimum regional di Kabupaten Aceh Barat sebesar 26,6%, sedangkan sisanya

73,4% tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.

c. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.820 menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi berpengaruh terhadap jumlah pengangguran dan upah minimum

regional.

4.2.2. Uji Regresi Linear Berganda

Tabel 4.5
Uji Signifikan Parsial

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig.
Std.
B Beta
Error
(Constant) 9.095 .876 10.384 .000
1 Pertumbuhan Ekonomi -.838 .155 -.825 -5.404 .000
Log_UMR -.012 .014 -.134 -.876 .398
Sumber : Hasil Regresi(Data Diolah Agustus 2016)

1) Konstanta

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 9.095.

Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel pertumbuhan ekonomi dan

UMR sama dengan nol maka jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat

sebesar 9.095 jiwa.

2) Koefisien Regresi X1 (pertumbuhan ekonomi)

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai X1 sebesar 838. Hal ini

menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan sebesar 1% terhadap variabel upah


37

minimum regional maka akan berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat sebesar 0,012 jiwa.

3) Koefisien Regresi X2 (upah minimum regional)

Dari persamaan diatas dilihat bahwa nilai X2 sebesar 012. Hal ini menyatakan

bahwa apabila terjadi perubahan sebesar 1% terhadap variabel pertumbuhan

ekonomi maka jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Barat sebesar 838 jiwa.

4.2.3. Uji t

a. Nilai signifikan variabel X1 sebesar 0,00 atau dibawah nilai toleran, yaitu

antara 0,00-0,05 maka variabel pertumbuhan ekonomi berpengarug signifikan

terhadap pengangguran di Kabupaten Aceh Barat.

b. Nilai variabel X2 tingkat signifikannya sebesar 0,398 atau di atas 0,05 lebih

besar dari nilai toleran 0,05 sehingga bisa di simpulkan bahwa variabel upah

minimum regional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran di

Kabupaten Aceh Barat.

4.2.4. Uji F

Tabel 4.6
Uji F

Mean
Sum of Sig.
Model Df Square F
Square
1 Regression .929 2 .465 32.906 .000a
Residual .169 12 .014
Total 1.099 14
Sumber : data diolah (Agustus 2016)

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diperoleh nilai Fhitung = 32.906 sedangkan

Ftabel4,737 atau Fhitung< Ftabel. Artinya variabel pertumbuhan ekonomi dan


38

UMRberpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Aceh Barat atau H0

diterima dan H1 ditolak.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bagian IV maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

a. Diperoleh hasil persamaannya yaitu Y = 9.095 – 0.838 – 0.12X. konstanta

sebesar 9.095 nilai konstanta ini menyatakan apabila variabel pertumbuhan

ekonomi dan UMR sama dengan nol maka akan berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran sebesar 9.095.

b. Apabila terjadi peningkatan pada variabel pertumbuhan ekonomi dan UMR

sebesar 1 persen maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya tingkat

pengangguran di kabupaten Aceh Barat sebesar 0.838 (X1) dan 0.12 (X2)

dengan asumsi variabel lainnya diluar model penelitian.

c. Koefisien korelasi (R) sebesar 0.920 menggambarkan bahwa variabel

pertumbuhan ekonomi dan UMR memiliki hubungan terhadap variabel tingkat

pengangguran.

d. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.820 menunjukkan bahwa variabel

pertumbuhan ekonomi dan UMR berpengaruh sebesar 28,0 persen terhadap

tingkat pengangguran.

e. Nilai (X1) thitung =0,691 < ttabel =1,859 selanjutnya diperoleh nilai (X2) thitung

=1,156 < ttabel = 1,859 yang berarti secara parsial variabel pertumbuhan

ekonomi dan UMR berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran

diKabupatenAceh Barat.

39
40

f. Nilai Fhitung = 1.270 sedangkan Ftabel4,737 atau Fhitung< Ftabel. Artinya variabel

pertumbuhan ekonomi dan UMR berpengaruh terhadap tingkat pengangguran

di Kabupaten Aceh Barat atau H0 diterima dan H1 ditolak.

5.2. Saran

Untuk mengurangi tingkat pengangguran sebaiknya pemerintah harus lebih

memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi pada daerahnya dikarenakan semakin

tingkat pertumbuhan ekonomi maka akan semakin baik pula keadaan suatu

daerah. Mengenai Upah Minimum Regional (UMR) pemerintah juga harus lebih

memperhatikan kebijakan yang diambil sebagai acuan untuk penetapan upah

minimum tersebut, dikarenakan upah minimum juga dapat memberikan dampak

yang negatif terhadap tingkat pengangguran, dan akan lebih berdampak terhadap

permintaan tenaga kerja.


DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2005-2014. Aceh Barat Dalam Angka. Kabupaten Aceh Barat.

Hutabarat, Hasiholan. 2006. Realitas Upah Buruh Industri. Kelompok Pelita


Sejahtera. Medan.

Hasan, ikbal 2002.Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif) Edisi – 2.


PT Bumi Aksara.Jakart

Maisarah Iskandar, 2012. “Analisis Pengaruh Pertumbuhan ekonomi dan


Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Di Provinsi Aceh”. Universitas Teuku Umar.

Mariani, 2013.“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di


Kabupaten Aceh Barat”. Universitas Teuku Umar.

Nurliza, 2012.“Analisis Kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) Terhadap


Tingkat Konsumsi Masyarakat Di Kabupaten Aceh Barat.

Nachrawi, D dan Usman, Hardius.2006. Pendekatan Populer dan Praktis


Ekonometrika untuk analisis Ekonomi dan Keuangan.Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Safiah, 2011. “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap


Pengangguran Di Kabupaten Aceh Barat.

Samuelson, Nordharus, 2004. Ilmu Ekonomi. PT Media Global Edukasi, Jakarta

Sukirno, Sadono. 2007. Teori Makro Ekonomi Modern “Perkembangan


PemikiranDari Klasik Hingga Keynesian Baru”. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Sukirno, sadono. 2006. Teori Makro Ekonomi Modern “Teori pengantar”. PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.

41
42

Sukirno, sadono. 2004. Teori Makro Ekonomi “Teori pengantar”. Edisi-3. PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumarsono. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan


Ketenagakerjaan, Graha Ilmu : Yogyakarta.

Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional “Teori Aplikasi”. Edisi Revisi. PT


Bumi Aksara. Jakarta.

Todaro.2000. Pembangunan Ekonomi “Dunia Ketiga” Edisi Ketujuh.PT Gelora


Aksara Pratama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai