Anda di halaman 1dari 29

Impact Test

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia industri, terutama yang berhubungan dengan


penelitian bahan dan penggunaannya, maka dalam proses produksinya banyak hal
atau criteria yang harus dipenuhi agar material tersebut dapat digunakan dalam
dunia industri.

Untuk penggunaan sebagai bahan, sifat-sifat khas dari material logam harus
diketahui sebab logam tersebut akan digunakan untuk berbagai macam keperluan
dan keadaan. Sifat logam tersebut meliputi sifat mekanik, sifat thermal, sifat
kimia, kemampukerasan, kemampuan dimensi, dan lain sebagainya. Adapun
dalam percobaan ini yang akan diuji adalah sifat mekanik dari logam terutama
sifat ketangguhannya.

Dengan mengetahui tingkat ketangguhan logam, maka tentunya kita dapat


memperkirakan kemampuannya dalam menerima energi tumbukan yang diberikan
secara tiba-tiba sehingga dapat mematahkan suatu material.

Untuk itulah dilakukan pengujian impact pada material yang nantinya akan
digunakan dalam konstruksi mesin. Pengujian ini amat penting dalam menentukan
ketahanan suatu material terhadap perpatahan, berdasarkan energi yang diberiakan
oleh tumbukan/pembebanan secara tiba-tiba pada suatu material.
Impact Test

1.2 Tujuan dan manfaat pengujian

A. Tujuan pengujian

a. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan definisi, tujuan, dan prosedur pengujian impact.


2. Mengetahui energi takikan terhadap kekuatan impact
3. Membuat grafik hubungan antara energi impact dengan
temperature pada beberapa jenis takiakan.
4. Mengetahui pengaruh temperature terhadap energi impact bahan
5. Membandingkan grafik THP dengan grafik transisi ulet-getas.

b. Tujuan umum

1. Mengetahui pengaruh temperature terhadap laju patah getas.


2. Mengetahui laju pembebanan pada temperature normal dan
temperature rendah (ditentukan asisten).
3. Mengetahui hubungan ketangguhan retak dengan energi impact.
4. Mengetahui type-type, metode, dan mode perpatahan.

B. Manfaat pengujian

a. Bagi praktikan

1. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perpatahan pada suatu jenis


logam.
2. Mengetahui pengaruh bentuk takikan terhadap laju perpatahan.
3. Mengetahui Jenis-jenis perpatahan.

b. Bagi industri

1. Suatu industri dapat membuat produk yang berkualitas dengan mengetahui


sifat-sifat bahan dari hasil pengujian impact.
2. Memudahkan suatu industri dalam pengolahan dan perancangan suatu
bahan sekaligus menekan biaya produksi.
3. Pemilihan bahan dapat dilakukan dengan mudah, sesuai data yang telah
diperoleh pada uji impact.
Impact Test

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar

Impact test merupakan pengujian suatu sifat bahan terhadap beban yang
duiberikan secara tiba-tiba. Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan tarik yang
tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut. Ketahanan
impact biasanya diukur dengan metode Charpy atau Izood yang bertakik maupun
tidak bertakik. Pada pengujian ini, beban diayun dari ketinggian tertentu untuk
memukul benda uji, yang kemudian diukur energi yang diserap oleh perpatahannya.
Suatu paduan memiliki parameter ketangguhan terhadap perpatahan yang
didefinisikan sebagai kombinasi tegangan kritis dan panjang retak.

Bentuk takikan yang digunakan pada specimen dalam pengujian tumbukan


yaitu :

a) Bentuk Segitiga (V) :

b) Bentuk 1/2 Lingkaran :

c) Bentuk Segi empat :

Specimen yang digunakan untuk suatu takiakan terdiri dari dua buah yang
diuji pada suhu normal dan suhu rendah.
Impact Test

Metode-metode Impact test serta keuntungan dan kerugiannya

1. Metode Charpy (USA)

Merupakan cara pengujian dimana specimen dipasang secara horizontal dengan


kedua ujungnya berada pada tumpuan, sedangkan takikan pada specimen
diletakkan di tengah-tengah dengan arah pembebanan tepat diatas takikan.

Kelebihan :

1. Hasil pengujian lebih akurat


2. Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan
3. Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang
4. Harga alat lebih murah

Kekurangan :

1. Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal


2. Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam
3. Pengujian hanya dapat dilakukan pada specimen yang kecil

2. Metode Izood (Inggris)

Merupakan cara dimana specimen berada pada posisi vertical pada tumpuan
dengan salah satu ujungnya dicekam dengan arah takikan pada arah gaya
tumbukan. Tumbukan pada specimen dilakukan tidak tepat pada pusat takikan
melainkan pada posisi agak diatas dari takikan seperti yang tertera pada gambar
sbb :
P
Impact Test

Kelebihan :

1. Spesimen tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu ujungnya.
2. Dapat menggunakan specimen dengan ukuran yang lebih besar.

Kerugian :

1. Biaya pengujian yang lebih mahal


2. Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil
yang diperoleh kurang baik.

Hal-hal yang mempengaruhi energi impact / ketrangguhan bahan :

1. Bentuk takikan
Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena
adanya perbedaan distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing
takikan tersebut yang mengakibatkan energi impact yang dimilikinya berbeda-
beda pula. Berikut ini adalah urutan energi impact yang dimiliki oleh suatu
bahan berdasarkan bentuk takikannya.

a) Takikan segitiga
Memiliki energi impact yang paling kecil, sehingga paling mudah
patah. Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan hanya
terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.

b) Takikan segi empat


Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segi tifga karena
tegangan terdistribusi pada 2 titik pada sudutnya.

P P
Impact Test

c) Takikan Setengah lingkaran


Memiliki energi impact yang terbesar karena distribusi tegangan
tersebar pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.

P P
P P
P
2. Beban
Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impact semakin kecil yang
dibutuhkan untuk mematahkan specimen, dan demikianpun sebaliknya.
Hal ini diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah patah apabila
dibebani oleh gaya yang sangat besar.

3. Temperatur
Semakin tinggi temperature dari specimen, maka ketangguhannya semakin
tinggi dalam menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya,
dengan temperature yang lebih rendah. Namun temperature memiliki batas
tertentu dimana ketangguhan akan berkurang dengan sendirinya.
Grafik dibawah ini akan menunjukkan hubungan antara temperature dengan
energi impact, laju patah getas Y (%), beban mulur (P’), dan beban maks.
(Kg).
Impact Test

 Hubungan antara Temperatur T (0C) dengan Energi impact E (Kg.m)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa temperature sangat berpengaruh pada


ketangguhan suatu material. Dimulai dari rapuh, yakni pada suhu yang sangat
rendah. Pada tahap ini, akibat suhu yang sangat rendah mengakibatkan ukuran
butir mengecil sehingga jarak antar butir semakin jauh, ikatan melemah, dan
rapuh. Dengan demikian material amat mudah patah, sehingga energi yang
dibutuhkan untuk mematahkannya sangat kecil pula. Selanjutnya dengan
bertambahnya temperature, maka ukuran butir makin membesar sehingga
jaraknya semakin dekat dan ikatannya menguat serta ketangguhannya meningkat,
namun masih getas. Dengan demikian energi impactnya meningkat. Kemudian
apabila temperature makin meningkat, hingga material mencapai keuletan sampai
pada temperature maksimalnya, energi yang dibutuhkan untuk mematahkannya
akan bertambah pula sampai nilai maksimum. Selanjutnya jika lewat dari titik ini,
maka energi akan menurun karena adanya deformasi.

 Hubungan antara Temperatur (0C) dengan Laju Patah Getas (%)

Dari grafik nampak bahwa hubungan antar kedua variable berbanding terbalik.
Semakin rendah temperature, maka material akan semakin getas hingga mencapai
nilai 100%. Seiring dengan bertambahnya temperature, kegetasan berkurang
hingga mencapai nilai minimum., diman keuletan meningkat, seperti penjelasan
pada poin sebelumnya.

 Hubungan antara Temperatur (0C) dengan Beban (Kg)

Berdasarkan analisa grafik di atas, terlihat bahwa beban mulur dari posisi pertama
ke posisi keeempat semakin meningkat kemudian berikutnya beban mulur
menjadi semakin menurun. Kurva dari titik I ke titik IV dengan temperature dari
sangat rendah menuju ke temperature tinggi, material pada tahap ini bersifat getas.
Pada tahap seperti ini material menjadi kaku, sehingga diperlukan beban yang
besar untuk membuatnya mulur karena kecil kemungkinan terjadinya deformasi
plastis yang lebih besar, sehingga beban mulurnya semakin menurun pula.

 Hubungan Kadar karbon (%) dengan energi Impact (E)

Semakin kecil kadar karbon yang terdapat pada suatu bahan, maka energi impact
yang dibutuhkan untuk mematahkan semakin besar, karena ikatan molekul bahan
tinggi. Sedangkan apabila kadar karbon meningkat hingga melebihi batas
kritisnya, maka energi impact yang dibutuhkan semakin rendah pula, karena
ikatan molekul bahan melemah.
Impact Test

Tegangan Tiga Sumbu

Y Pada gambar terlihat bahwa penumpukan plat yang


tebal akan mengakibatkan tegangan yang tinggi. Bila
tebal specimen (B) bertambah, maka σx dan σy akan
X
mengecil karena adanya pengaruh momen inersia
Z yang dialami specimen, dimana tegangan masing-
masing dalam arah x dan y yaitu σx dan σy.
Penekanan yang dilakukan pada arah sb. x dan sumbu
B
y hanya akan menghasilkan pengaruh pada arah
sumbu x dan y saja. Untuk ketebalan specimen yang lebih besar, tegangan yang dialami
oleh sumbu x dan y mengecil karena adanya tegangan ke tiga arah (triaksial) pada sumbu
koordinat seperti yang terlihat pada gambar.

Type-type Perpatahan

1. Transgranular, merupakan perpatahan yang terjadi akibat retakan yang merambat


di antara butiran material.

2. Intergranular, merupakan perpatahan yang terjadi akibat retakan yang merambat


melaui butiran material.
Impact Test

Jenis-jenis Perpatahan :

1. Perpatahan Ulet

Merupakan perpatahan yang terjadi akibat pembebanan yang berlebih dimana


sebelumnya terjadi penyerapan energi dan deformasi plastis.

2. Perpatahan Getas

Meerupakan perpatahan akibat penambahan retak tanpa keuletan dengan


didahului oleh deformasi plastis, namun tidak disertai dengan penyerapan energi.

3. Perpatahan Rapuh

Merupakan perpatahan tanpa didahului oleh deformasi plastis dan penyerapan


energi.

Mode-mode Perpatahan

Selain berdasarkan jenis dan typenya, perpatahan dapat pula diklasifikasikan


berdasarkan arah beban yang diberikan terhadap material. Kita dapat
menggambarkan arah tersebut sbb :
Y

X
Z

Jadi berdasarkan gambar diatas, dapat diperoleh 3 mode perpatahan, sbb :

1. Mode I (opening shear)

Merupakan perpatahan akibat pemberian beban yang mengakibatkan tegangan


yang arahnya tegak lurus dengan bidang perpatahan dan tegangan tersebut
Impact Test

berada pada posisi yang sejajar berlawanan arah pada masing-masing sisi dari
bahan. (sb.Y)
Contoh : perpatahan pada shock breaker

2. Mode II (In-Plane Shear)

Pada mode ini tegangan terjadi pada sumbu Z dari bahan artinya melintang
terhadap arah perpatahan. Hal ini terjadi karena beban diberikan tidak sejajar
dan berlawanan arah pada kedua ujung material, sehingga seakan-akan terjadi
sliding.
Contoh : perpatahan pada kopling gesek

3. Mode III (Out-Plane Shear)

Pada mode ini, tegangan terjadi pada sb. x dari bahan (vertical), dimana
tegangan tsb berada pada arah yang tidak sejaajr dan berlawanan arah pada sb.
x.
Contoh : perpatahan pada roda gigi.
Impact Test

Faktor-faktor Penyebab terjadinya fatik :

Fatik merupakan kelelahan yang timbul akibat pembebanan yang diberikan secara
terus-menerus pada material. Adapun factor-faktor penyebabnya, sbb :

1. Tegangan maksimum yang cukup tinggi


2. Fluktuasi yang cukup tinggi
3. Siklus penyerapan yang cukup besar
4. Konsentrasi tegangan Temperatur ruangan dan specimen
5. Korosi
6. Kelebihan beban
7. Struktur metalurgi
8. Tegangan sisi
9. Tegangan kombinasi yang cenderung mengubah kondisi kelelahan.

Fatik biasanya terjadi pada permukaan suatu specimen dimana pada specimen
tersebut terjadi kelenturan, dan menyebabkan terjadinya tegangan tinggi di tempat
yang tidak rata.

Faktor yang mengakibatkan Necking

Necking merupakan suatu peristiwa dimana terjadinya pengecilan penampang pada


suatu material yang diuji tarik. Peristiwa ini tyerjadi karena adanya pergeseran
tegangan. Keadaan ini pertama kali dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan keadaan yang tanpa beban setelah
deformasi berikutnya yang terpusat pada daerah tersebut dari benda uji.

Faktor yang menybabkan terjadinya mulur (creep)

Regangan yang terjadi merupakan mekanisme mulur. Ukuran butir yang halus
menunjukkan daerah batas butir yang banyak menghasilkan mulur yang cepat.
Terjadi lubang atau sumuran atom sepanjang batas vertical. Kenyataan lain yang
penting adalah bahwa jarak di pusat lebih pendek pada bahan halus. Tentu saja
mekanisme mulur tidak terjadi pada suhu rendah, dimana pergerakan atom dapat
Impact Test

diabaikan tetapi bertambah secara konvensional dengan rekristalisasi suhu


metalik. Efek besar butir ini merupakan fungsi waktu, kekuatan ikatan
ketidakmurnian mulur adalah proses perpanjangan dan peregangan yang lambat.
Laju mulur berkisar dari beberapa persen pada tegangan atau suhu tinggi.

Factor penyebab terjadinya dislokasi

Dislokasi merupakan pergeseran dari struktur butir karena adanya bagian yang
kosong, sementara pada satu tempat terjadi penumpukan butir, maka pada saat itu
diberi perlakuan butir yang akan mengisi ruang kosong di dekatnya. Adapun
beberapa jenis dislokasi adalah sbb :

a) Dislokasi titik, diman kekosongan terjadipada titik tertentu, hal ini terjadi
karena :
 Ada atom yang hilang dalam kristal
 Hasil penumpukan yang salah dalam kristalisasi
 Akibat energi termal yang meningkat, sehingga atom melompat
meninggalkan tempatnya.

b) Dislokasi garis, merupakan sisipan satu baris atom tambahan dalam


struktur kristal. Disekitar suatu dislokasi garis terdapat daerah yang
mengalami tekanan dan tegangan, sehingga terdapat energi tambahan
sepanjang dislokasi tersebut.

c) Dislokasi ulir, menyerupai spiral dengan garis cacat sepanjang sumbu ulir.
Atom-atom disekitarnya mengalami gaya geser.

d) Dislokasi butir, terjadi karena adanya gaya tekan dan tegangan yang
akhirnya gaya-gaya ini dapat diuraikan menjadi tegangan geser. Hal ini
disebabkan bidang atom bergeser terhadap bidang atom didekatnya yang
disebut slip.
Impact Test

2.2 Rumus yang digunakan

H1  R  x
X  R sin 1
    90

Hk
H 1  R  R sin   90

H3
X
H1  2 y
 
R H2 H2  R  y
y  R sin  2
    90
H 1  R  R sin    90

A. Tinggi beban sebelum dilepaskan (H1)

H 1  R  R sin    90   m
Dimana :

R = Jari-jari bandul
= 950 mm
α = simpangan bandul sebelum dilepaskan

B. Beban dalam satuan (Kg)

U  m.g .H 1

M  U 
  g .H 1 

C. Tinggi beban kalibrasi alat (Hk)

Hk  Uk
 M .g 
Dimana :

Uk = Usaha kalibrasi (J)


G = Gravitasi (m/s2)

D. Tinggi beban setelah dilepaskan (H2)

H 2  R  R sin    90  m

Dimana :

β = Sudut simpangan bandul setelah dilepaskan


Impact Test

E. Tinggi beban perhitungan (Hs)

Hs  H 1  H 2  Hk

F. Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

Us   m.g .Hs 

G. Kekuatn Impact (UI)

U 1  Us / A

Dimana :

A = Luas penampang
Impact Test

3.3 Data Dan Pengolahan Data

A. Data :

 Beban Bandul (U = 3000 J)


 Panjang Lengan Bandul (R = 950 mm = 0,95 m)
 Usaha Kalibrasi (Uk = 25 J)
 Tinggi Beban sebelum dilepaskan (H1)

H 1  R  R sin    90 

 0,95  0,95 sin 160  90 

 1,893m

 Massa Bandul (m)

U
m
g .H 1

300
  16,593
9,81.1,893

 Tinggi Beban Kalibrasi alat (Hk)

Hk  Uk
 M .g 

 2
16,593.9,81
 0,012
Impact Test

B. Pengolahan Data Untuk Spesimen Normal :

1. Spesimen dengan bentuk takikan segitiga dengan kedaslaman 2,5 mm dan β =


115o

 Luas Penampang (A)

A  10.10  2,5

 75mm 2

 Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

H 2  R  R sin    90

 0,95  0,95 sin 115  90 

 1,35m

 Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

Hs  H 1  H 2  Hk

 16,593  1,35  0,012

 0,531

 Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

Us  m.g .Hs

 16,593.9,81.0,531

 86,43 J

 Kekuatan Impact (Ui)

Us
Ui 
A

86,43

75

 1,15 J
mm 2
Impact Test

2. Spesimen dengan bentuk takikan Setengah lingkaran dengan kedaslaman 2,5


mm dan β = 115o

 Luas Penampang (A)

A  10.10  2,5

 75mm 2

 Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

H 2  R  R sin    90

 0,95  0,95 sin 115  90 

 1,35m

 Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

Hs  H 1  H 2  Hk

 16,593  1,35  0,012

 0,531

 Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

Us  m.g .Hs

 16,593.9,81.0,531

 86,43 J

 Kekuatan Impact (Ui)

Us
Ui 
A

86,43

75

 1,15 J
mm 2
Impact Test

3. Spesimen dengan bentuk takikan Setengah lingkaran dengan kedaslaman 2,5


mm dan β = 75o

 Luas Penampang (A)

A  10.10  2,5

 75mm 2

 Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

H 2  R  R sin    90

 0,95  0,95 sin  75  90 

 0,704m

 Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

Hs  H 1  H 2  Hk

 16,593  0,704  0,012

 1,177 m

 Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

Us  m.g .Hs

 16,593.9,81.1,177

 191,588 J

 Kekuatan Impact (Ui)

Us
Ui 
A

191,588

75

 1,528 J
mm 2
Impact Test

C. Pengolahan Data Untuk Spesimen Temperatur Rendah :

1. Spesimen dengan takikan segitiga dengan kedalaman 2,5 mm dan β = 114o

 Luas Penampang (A)

A  10.10  2,5

 75mm 2

 Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

H 2  R  R sin    90

 0,95  0,95 sin 114  90 

 1,336m

 Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

Hs  H 1  H 2  Hk

 16,593  1,336  0,012

 0,545m

 Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

Us  m.g .Hs

 16,593.9,81.0,545

 88,713 J

 Kekuatan Impact (Ui)

Us
Ui 
A

88,713

75

 1,182 J
mm 2
2. Spesimen dengan takikan setengah Lingkaran dengan kedalaman 2,5 mm dan
β = 105o
Impact Test

 Luas Penampang (A)

A  10.10  2,5

 75mm 2
 Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

H 2  R  R sin    90

 0,95  0,95 sin 105  90 

 1,196m

 Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

Hs  H 1  H 2  Hk

 16,593  1,196  0,012

 0,685m

 Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

Us  m.g .Hs

 16,593.9,81.0,685

 111,5 J

 Kekuatan Impact (Ui)

Us
Ui 
A

111,5

75

 1,487 J
mm 2
3. Spesimen dengan takikan segi empat dengan kedalaman 2,5 mm dan β = 95o
Impact Test

 Luas Penampang (A)

A  10.10  2,5

 75mm 2
 Tinggi Bandul Setelah Dilepaskan (H2)

H 2  R  R sin    90

 0,95  0,95 sin  95  90 

 1,032m

 Tinggi Beban Perhitungan (Hs)

Hs  H 1  H 2  Hk

 16,593  1,032  0,012

 0,849 m

 Usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen (Us)

Us  m.g .Hs

 16,593.9,81.0,849

 138,197 J

 Kekuatan Impact (Ui)

Us
Ui 
A

138,197

75

 1,842 J
mm 2
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa hasil Pengujian

Perbandingan antara grafik THP dengan grafik Transisi ulet getas

Pada grafik transisi ulet getas terlihat bahwa temperature dan Usaha yang
dibutuhkan untuk mematahkan specimen berbanding lurus, dimana apabila
Impact Test

temperature naik sampai temperature maksimal dimana suatu material mencapai


keuletannya, maka usah yang dibutuhkan untuk mematahkannya akan semakin
besar. Demikianpun sebaliknya apabila temperaturnya turun hingga mencapai
kegetasan 100% dari material maka usaha untuk mematahkannya akan semakin
kecil pula.

Ternyata analisa dari grafik transisi ulet-getas di atas tidak sama dengan
hasil dari pengujian, dimana grafik dari hasil pengujian memperlihatkan
penyimpangan nilai perbandingan antara temperature dan usaha pada specimen
dengan takikan setengah lingkaran, dimana usahanya menurun seiring dengan
temperature yang terus bertambah.

Penyimpangan ini diakaibatkan oleh karena adanya kesalahn yang terjadi


pada pengujian. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah :

a) Kesalahan pengukuran dimensi benda kerja dan kedalaman takikan.


Kesalahan ini berupa ketidakseragaman dimensi ukur dari specimen dan
kedalaman takikannya, sehingga data yang diperoleh pada pengujian tidak
akurat.

b) Kesalahan dalam perlakuan temperature terhadap specimen, dimana terjadi


ketidakseragaman temperature pada specimen, sehingga data yang dihasilkan
kurang akurat.

c) Kesalahan penentuan letak specimen dan takikannya pada alat uji ketika akan
dikenai beban, sehingga usaha yang dihasilkan pada pengamatan tidak akurat.
Impact Test

 Grafik H1 Vs H2
H1 merupakan ketinggian bandul sebelum dilepaskan, sedangkan H2
merupakan ketinggian bandul setelah dilepaskan dan menumbuk benda kerja,
atau dapat dikatakan bahwa H2 merupakan ketinggian yang diukur dari titik
dimana tumbukan terjadi telah terjadi, hingga mencapai titik baliknya.
Pada pengujian ini harga dari H1 dikonstankan, sehingga untuk takikan yang
bervariasi, nilai H2 yang tertinggi diperoleh dari specimen yang memiliki
Impact Test

takikan segitiga lalu disususl oleh takikan segi empat dan yang terakhir adalah
takikan setengah lingkaran. Hal ini disebabkan karena energi impact yang
dimiliki takaikan segitiga unuk patah sangat rendah, sehingga bandul yang
mengayun tidak memperoleh hambatan yang berarti dari specimen ini,
sehingga bandul dapat mengayun dengan bebasnya setelah itu dgn mencapai
ketinggian H2 yang besar pula. Begitu pula pada takikan segi empat dan
takikan setengah lingkaran, dimana memiliki energi impact yang lebih besar
untuk patah, sehingga nilai ketinggian dari bandul ketika telah menumbuk
specimen lebih kecil. Namun pada THP tidak terjadi hal yang sedemikian,
karena adanya penyimpangan data yang diakibatkan oleh kesalahan –
kesalahan dalam perlakuan terhadap specimen sebelum diuji.

 Grafik H2 Vs α

H2 merupakan ketinggian bandul setelah dilepaskan dan menumbuk benda


kerja, atau dapat dikatakan bahwa H2 merupakan ketinggian yang diukur dari
titik dimana tumbukan terjadi telah terjadi, hingga mencapai titik baliknya.
Sedangkan α merupakan sudut tempuh dari bandul yang terbentuk sebelum
dilepaskan.
Pada pengujian ini harga dari α dikonstankan, sehingga untuk takikan yang
bervariasi, nilai H2 yang tertinggi diperoleh dari specimen yang memiliki
takikan segitiga lalu disususl oleh takikan segi empat dan yang terakhir adalah
takikan setengah lingkaran. Hal ini disebabkan karena energi impact yang
dimiliki takaikan segitiga unuk patah sangat rendah, sehingga bandul yang
mengayun tidak memperoleh hambatan yang berarti dari specimen ini,
sehingga bandul dapat mengayun dengan bebasnya setelah itu dgn mencapai
ketinggian H2 yang besar pula. Begitu pula pada takikan segi empat dan
takikan setengah lingkaran, dimana memiliki energi impact yang lebih besar
untuk patah, sehingga nilai ketinggian dari bandul ketika telah menumbuk
specimen lebih kecil. Namun pada THP tidak terjadi hal yang sedemikian
rupa, karena adanya penyimpangan data yang diakibatkan oleh kesalahan –
kesalahan dalam perlakuan terhadap specimen sebelum diuji.

 Grafik α Vs β

α merupakan sudut tempuh dari bandul yang terbentuk sebelum dilepaskan.


Sedangkan β merupakan sudut yang ditempuh oleh bandul setelah dilepaskan
menumbuk specimen, sehingga membentuk ketinggian H2.
Impact Test

Pada pengujian ini harga dari α dikonstankan, sehingga untuk takikan yang
bervariasi, nilai β yang terbesar diperoleh dari specimen yang memiliki
takikan segitiga lalu disususl oleh takikan segi empat dan yang terakhir adalah
takikan setengah lingkaran. Hal ini disebabkan karena energi impact yang
dimiliki takaikan segitiga unuk patah sangat rendah, sehingga bandul yang
mengayun tidak memperoleh hambatan yang berarti dari specimen ini,
sehingga bandul dapat mengayun dengan bebasnya setelah itu dgn mencapai
sudut simpangan β yang besar pula. Begitu pula pada takikan segi empat dan
takikan setengah lingkaran, dimana memiliki energi impact yang lebih besar
untuk patah, sehingga nilai sudut simpangan yang ditempuh oleh bandul
ketika telah menumbuk specimen lebih kecil. Namun pada THP tidak terjadi
hal yang sedemikian rupa, karena adanya penyimpangan data yang
diakibatkan oleh kesalahan –kesalahan dalam perlakuan terhadap specimen
sebelum diuji.

 Grafik β Vs Us

β merupakan sudut yang ditempuh oleh bandul setelah dilepaskan menumbuk


specimen, sehingga membentuk ketinggian H2. SedangkanUs adalah usaha
yang diperlukan untuk mematahkan specimen.
Pada pembahasan sebelumnya, dikatakan bahwa nilai sudut simpangan  yang
paling besar diperoleh pada takikan segitiga, dan terus menurun pada dua
takikan selanjutnya. Hal ini disebabkan karena hambatan yang dialami oleh
bandul dalam menumbuk specimen segitiga lebih kecil. Hal ini disebabkan
karena specimen pada takikan ini lebih mudah patah. Kemudahan perpatahan
ini disebabkan karena usaha yang dibuthkan untuk mematahkannyua sangat
kecil, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila usaha untuk
mematahkan semakin besar, maka nilai sudut simpangan  akan semakin
menurun. Namun pada THP tidak terjadi hal yang sedemikian rupa, karena
adanya penyimpangan data yang diakibatkan oleh kesalahan –kesalahan
dalam perlakuan terhadap specimen sebelum diuji.
Impact Test

4.2 Analisa tambahan

ANALISA PERPATAHAN PADA KAPAL TITANIC

Perpatahan merupakan suatu peristiwa yang timbul karena suatu material


tidak mampu lagi menahan energi tumbukan yang diberikan terhadapnya, baik itu
secara tiba-tiba maupun secara terus-menerus. Energi yang diterima oleh suatu
material sampai material tersebut patah disebut juga ketangguhan. Ketangguhan
Impact Test

dari suatu bahan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu temperature, kadar
karbon, maupun besarnya beban yang diberikan.

Dalam analisa tambahan ini, akan dibahas mengenai perpatahan yang terjadi
pada kapal titanic, sehingga kapal tersebut akhirnya tenggelam.

Kapal Titanic berlayar melalui samudera atlantic yang memiliki temperature


yang sangat rendah hingga mencapai dibawah 0 derajat Celsius. Suhu air laut
tersebut dapat mempengaruhi struktur material dari dinding-dinding kapal,
dimana dinding tersebut terbuat dari baja karbon. Ketika dinding kapal telah
terpengaruh pada temperature ini, maka material dari dinding kapal ini akan
mencapai kegetasan 100 % (seperti yang telah tercantum pada grafik transisi ulet-
getas). Struktur yang terdapat pada material yang getas cenderung untuk merapat
dan berkoloni, sehingga terjadi cacat/dislokasi dimana terdapat kekosongan ruang
di antara butir. Struktur material seperti ini akan semakin memudahkan terjadinya
perpatahan getas ketika diberikan pembebanan secara tiba-tiba.

Pembebanan secara tiba-tiba pada kapal Titanic terjadi ketika kapal


menubruk gunung es, sehingga terjadilah perpatahan pada dinding kapal tersebut,
sehingga kapal tersebut tenggelam, karena perpatahan terus menyebar karena
adanya retakan yang menyebar melalui kekosongan struktur butir pada
materilanya, apalagi material juga tak mampu menahan beban dari kapal itu
sendiri, sehingga tegangan terus bertambah dan akhirnya kapal terbelah menjadi 2
bagian dan akhirnya tenggelam.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Impact test merupakan suatu pengujian untuk mengetahui ketangguhan dari


suatu material terhadap beban yang diberikan secara tiba-tiba.
2. Temperatu dan Usah impact menunjukkan perbandingan yang lurus sampai
batas maksimum ketika suatu material mencapai keuletannya.
Impact Test

3. Laju patah getas terjadi karena temperature yang terus menurun hingga
mencapai kegetasan 100% dari material.
4. Semakin besar laju pembebanan, maka energi impact semakin berkurang.
5. Energi impact yang terbesar terdapat pada takikan setengah lingkaran, dan
yang terendah terdap[at pada takikan segitga. Jadi dapat sisimpulkan bahwa
perpatahan semakin mudah terjadi pada specimen yang memiliki takikan yang
bersudut.

5.2 Saran-saran

1. Harap dalam mengerjakan specimen, asisten selalu memberikan perhatian,


agar diperoleh ukuran dan dimensi yang seragam dari setiap specimen, guna
menunjang hasil pengujian yang akurat, dan terpercaya.

DAFTAR PUSTAKA

Pengetahuan Bahan Teknik, Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met., E dan
Prof. Dr. Shiroku Saito. Pradya Pratama.
Ilmu Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack, dan Sriati Djaprie
Erlangga, Jakarta.
Impact Test

Anda mungkin juga menyukai