Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN DISAIN

EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

PERENCANAAN
BANGUNAN EMBUNG IRIGASI

1.1 Umum

Dalam kegiatan analisa “Studi KElayakan Embung Wilayah UPTD Mojoagung


(Embung Kedunglumpang)” diarahkan pada rencana penyediaan air irigasi
jangka pendek yaitu pemenuhan kebutuhan air irigasi di wilayah DI Kedunglumpang
UPTD Mojoagung yaitu dengan merencanakan suatu tampungan embung di
abngunan Dam Kedunglumpang yang berada di sungai Kali Mangir. Dalam bab ini
akan diuraikan penjelasan mengenai perencanaan awal desain Embung
Kedunglumpang sebagai bangunan utama beserta dengan bangunan-bangunan
pelengkap lainnya yaitu tanggul dan peredam energi.

Seperti yang telah di uraikan pada bab awal, bahwa lokasi embung pada pekerjaan
ini telah ditentukan lokasi tampungan rencana oleh pihak Dinas Pengairan Daerah
Kabupaten Jombang, sehingga analisa dan perencanaan yang dilakukan adalah pada
optimalisasi disain yang sesuai dengan lokasi tersebut. Untuk itu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
 Tujuan pembangunan embung;
 Keadaan topografi, tempat embung merupakan cekungan yang cukup untuk
menampung air.
 Hubungan dengan bangunan-bangunan pelengkap;
 Semua bangunan, baik embung dan bangunan pelengkap harus aman terhadap
banjir.
 Bangunan direncanakan dapat beroperasi dengan baik, sampai usia guna
proyek;
 Hasil galian tanah sedapat mungkin bisa dimanfaatkan untuk bahan urugan (bila
embung dari urugan tanah), pondasi embung dan tanah rendah;
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

1.2 Analisa Kapasitas Tampungan

Kapasitas tampungan Embung Kedunglumpang dihitung berdasarkan peta hasil


pengukuran di lapangan. Perhitungan volume genangan embung dapat dilakukan
dengan menggunakan Metode interval Luasan Kontur (Contour area interval
method).
Metode ini dilakukan dengan cara mengukur luasan masing-masing kontur yang
terdapat pada peta genangan, serta menghitung interval (beda tinggi) masing-
masing kontur. Volume genangan dapat diperoleh dengan cara menghitung luasan
rata-rata dikalikan dengan beda tinggi antara dua kontur tersebut. Kemudian dari
hasil tersebut dijumlah secara aritmatika.
Perhitungan Volume genangan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

𝐴1 + 𝐴2 + √(𝐴1 𝑥𝐴2 )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = ( ).𝐻
3

dengan :
A1 = Luas genangan pada elevasi 1
A2 = Luas genangan pada elevasi 2
H = Beda tinggi elevasi 1 dan 2

Hasil perhitungan area genangan untuk masing-masing elevasi muka air dan
perhitungan volume genangan menggunakan metode di atas disajikan dalam tabel
berikut ini :
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Tabel 6.1 : Kapasitas Tampungan Rencana Embung

No Elevasi (m) Tinggi (m) Luas (m2) Volume (10^3 m3)


1 95.0 0 190.87 -
2 95.5 0.5 1,101.55 0.29
3 96.0 1.0 2,854.57 1.25
4 96.5 1.5 32,528.29 8.75
5 97.0 2.0 33,561.45 25.27
6 97.5 2.5 34,530.54 42.29

Luas Genangan (m 2)
40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
98,00

97,50

97,00
Elevasi (m)

96,50

96,00

95,50

95,00

94,50
- 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00
Volume Tampungan (1000m 3)

Gambar 6. 1 : Grafik Kapasitas Tampungan Embung Kedunglumpang


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Gambar 6. 2 : Layout Rencana Genangan Embung Kedunglumpang


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

1.3 Penelusuran Banjir

Bangunan direncanakan mampu melewatkan debit banjir dengan kala ulang 100
tahun (Q100th) yaitu sebesar 218,57 m3/dt. Berikut adalah perhitungan debit banjir
rancangan.

6.3.1 Perhitungan Curah Hujan Rerata Daerah

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan wilayah atau curah hujan daerah yang dinyatakan dalam satuan
millimeter (Sosrodarsono, 2003 : 27).
Data curah hujan diperoleh dari stasiun pencatat hujan yang berada di sekitar
daerah aliran sungai (DAS) atau Daerah Tangkapan Air (DTA). Sebelum melakukan
perhitungan diperlukan besaran hujan harian maksimum tahunan tiap-tiap stasiun
hujan.
Dengan mengacu pada literatur diatas maka, perhitungan hujan rerata
menggunakan cara Poligon Thiessen, terhadap pengukuran hujan di pos-pos
penakar hujan di sekitar DAS / DTA.
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Tabel 6.2 : Curah Hujan Maksimum Harian Rerata Daerah


Kedunglumpang

CURAH HUJAN MAKSIMUM HARIAN (mm)


TAHUN Sta. MOJOWARNO MOJOAGUNG WONOSALAM
Rerata (mm)
Koef. 0.004 0.533 0.463
80 91 125
2005 106.68
0.32 48.54 57.82
90 70 100
2006 83.96
0.36 37.34 46.26
125 95 103
2007 98.82
0.5 50.67 47.65
120 94 102
2008 97.81
0.48 50.14 47.18
93 84 85
2009 84.5
0.37 44.8 39.32
85 82 110
2010 94.96
0.34 43.74 50.89
80 75 94
2011 83.81
0.32 40 43.48
132 85 111
2012 97.22
0.53 45.34 51.35
130 84 105
2013 93.9
0.52 44.8 48.57
128 83 104
2014 92.9
0.51 44.27 48.11
Sumber : Hasil Perhitungan

6.3.2 Perhitungan Curah Hujan Rancangan

Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan yang terjadi pada
periode ulang tertentu. Pada daerah studi, pemilihan metode perhitungan hujan
rencana ditetapkan berdasarkan parameter dasar statistiknya.

Metode Log Pearson Type III


Sifat dari distribusi ini adalah :
Cs =0
Ck =4-6
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari data hujan
mendekati nilai tersebut, maka sebaran Log Pearson type III dapat digunakan.
Distribusi frekuensi Log Pearson Type III dihitung dengan menggunakan rumus:

log Q  log X  G.sd

dimana :

log X = logaritma rata-rata sample.


sd = standar deviasi
G = koefisien yang besarnya tergantung dari koefisien kepencengan (Cs).

Nilai standar deviasi dihitung dengan rumus :

(log X i  log X ) 3
sd 
(n  1)
Koefisien kepencengan (Cs) dihitungan dengan menggunakan rumus :

(log X i  log X ) 3
Cs 
(n  1)( n  2) s13
Harga rata-rata sample dihitung dengan rumus :

log X i
log X 
n
Tabel 6.3 : Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson III
Log X- (Log X- (Log X- (Log X-
No Tahun X P Log X
LogXr LogXr)2 LogXr)3 LogXr)4
1 2005 106.7 9.091 2.028 0.059 0.00345 0.00020 0.00001
2 2007 98.8 18.182 1.995 0.026 0.00065 0.00002 0.00000
3 2008 97.8 27.273 1.990 0.021 0.00044 0.00001 0.00000
4 2012 97.2 36.364 1.988 0.018 0.00034 0.00001 0.00000
5 2010 95.0 45.455 1.978 0.008 0.00007 0.00000 0.00000
6 2013 93.9 54.545 1.973 0.003 0.00001 0.00000 0.00000
7 2014 92.9 63.636 1.968 -0.001 0.00000 0.00000 0.00000
8 2009 84.5 72.727 1.927 -0.042 0.00181 -0.00008 0.00000
9 2006 84.0 81.818 1.924 -0.045 0.00205 -0.00009 0.00000
10 2011 83.8 90.909 1.923 -0.046 0.00212 -0.00010 0.00000
Jumlah 0.000 0.01094 -0.00003 0.00002
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Log X rerata = 1.969


SD = 0.035
Cs = -0.104
Ck = 3.306

Tr Pr CS S G G.S Log X Antilog X


1.01 99.0 -0.104 0.035 -2.391 -0.083 1.886 76.910
2 50.0 -0.104 0.035 0.019 0.001 1.970 93.326
5 20.0 -0.104 0.035 0.848 0.030 1.999 99.752
10 10.0 -0.104 0.035 1.277 0.045 2.014 103.242
20 5.0 -0.104 0.035 1.649 0.057 2.027 106.377
25 4.0 -0.104 0.035 1.724 0.060 2.029 107.015
50 2.0 -0.104 0.035 2.001 0.070 2.039 109.422
100 1.0 -0.104 0.035 2.253 0.079 2.048 111.659

Tabel 6.4 : Curah Hujan Rancangan dengan Kala Ulang Tertentu

Kala Ulang Curah Hujan Rancangan (mm)

1.01 76.91
2 93.33
5 99.75
10 103.24
20 106.38
25 107.01
50 109.42
100 111.66
Sumber : Hasil Analisa, 2015

6.3.3 Analisa Debit Banjir Rancangan


A. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi daerah
pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut. Adapun kondisi
dan karakteristik yang dimaksud adalah :
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

 Keadaan hujan
 Luas dan daerah aliran
 Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
 Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
 Kelembaban tanah
 Suhu udara, angin dan evaporasi
 Tata guna lahan
Angka koefisien pengaliran untuk berbagai kondisi DAS dan permukaan lahan seperti
ditunjukkan pada tabel berikut ini,

Tabel 6.5 : Angka Koefisien Pengaliran Berbagai Kondisi DAS

No Kondisi DAS Koef. Pengaliran


1 Pegunungan 0.75-0.90
2 Pegunungan tersier 0.70-0.80
3 Tanah ber-relief berat dan berhutan kayu 0.50-0.75
4 Daratan pertanian 0.45-0.60
5 Dataran sawah irigasi 0.70-0.80
6 Sungai di pegunungan 0.75-0.85
7 Sungai di dataran rendah 0.45-0.75
8 Sungai besar yang sebagian alirannya berada di 0.50-0.75
dataran rendah
Sumber : Sosrodarsono, 1980 : 145

B. Distribusi Hujan
Untuk mentransformasikan curah hujan rancangan menjadi debit banjir rancangan
diperlukan curah hujan jam-jaman. Pada umumnya data hujan yang tersedia pada
stasiun meteorologi adalah data hujan harian. Namun demikian jika tersedia data
hujan otomatis (automatic rainfall recorder), maka pola distribusi hujan jam-jaman
dapat dibuat dengan menggunakan metode mass curve untuk tiap kejadian hujan
lebat dengan mengabaikan waktu kejadian.
Untuk studi ini akan digunakan metode Mononobe dengan rumus sebagai berikut :

R24 t
Rt  ( ) x( ) 2 / 3
t T
dengan :
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Rt = Intensitas hujan rata-rata dalam T jam (mm/jam)


R24 = Curah hujan efektif dalam satu hari (mm)
t = Waktu mulai hujan
T = Waktu konsentrasi hujan

Hasil analisa distrubusi hujan dengan asumsi lama hujan adalah 6 jam adalah
sebagai berikut.

Tabel 6.6 : Distribusi Hujan

T RT var Rt var %
1.00 0.550 R24 0.550 R24 55.03
2.00 0.347 R24 0.143 R24 14.30
3.00 0.265 R24 0.100 R24 10.03
4.00 0.218 R24 0.080 R24 7.99
5.00 0.188 R24 0.067 R24 6.75
6.00 0.167 R24 0.059 R24 5.90
Sumber : Hasil Analisa, 2015

C. Hujan Netto
Hujan netto adalah bagian total yang menghasilkan limpasan langsung (direct run-
off). Limpasan langsung ini terdiri dari limpasan permukaan (surface run-off) dan
interflow (aliran yang masuk ke dalam lapisan tipis di bawah permukaan tanah
dengan permeabilitas rendah, yang keluar lagi ke tempat yang lebih rendah dan
berubah menjadi limpasan permukaan). Dengan menganggap bahwa proses
transformasi hujan menjadi limpasan langsung mengikuti proses linear dan tidak
berubah oleh waktu, maka hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut
(Subarkah, 1980:85) :
Rn = C x R
dengan :
Rn = Hujan netto (mm)

C = Koefisien pengaliran

R = Intensitas curah hujan (mm)


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Tabel 1. Curah Hujan Netto


Kala
(tahun) 1.101 2 5 10 20 25 50 100
ulang
R
Rencana (mm) 76.91 93.33 99.75 103.24 106.38 107.01 109.42 111.66
C 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76
Rn (mm) 58.45 70.93 75.81 78.46 80.85 81.33 83.16 84.86
Jam ke- Nisbah ( % )
1.00 0.550 32.167 39.033 41.721 43.181 44.491 44.758 45.765 46.701
2.00 0.143 8.361 10.145 10.844 11.224 11.564 11.634 11.895 12.139
3.00 0.100 5.865 7.117 7.607 7.873 8.112 8.161 8.344 8.515
4.00 0.080 4.669 5.666 6.056 6.268 6.458 6.497 6.643 6.779
5.00 0.067 3.943 4.784 5.114 5.293 5.454 5.486 5.610 5.724
6.00 0.059 3.447 4.182 4.470 4.627 4.767 4.796 4.903 5.004
Sumber : Hasil Analisa, 2015

D. Debit Banjir Rancangan


Besarnya debit aliran permukaan akibat limpasan air hujan yang turun di DAS yang
ditinjau akan diperhitungkan. Untuk menghitung nilai debit aliran permukaan dengan
secara umum diperlukan data intensitas curah hujan rancangan, luas DAS, dan nilai
koefisien aliran permukaan (C). Selain itu juga akan dianalisa hidrografnya.
Hidrograf merupakan gambaran integral dari karakteristik fisiografis dan klimatis
yang mengendalikan hubungan antara curah hujan dan pengaliran dari suatu daerah
pengaliran tertentu (Subarkah, 1978 : 67).
Sedangkan menurut Sri Harto (1993: 144), hidrograf dapat disebut sebagai
penyajian grafis antara salah satu unsur aliran dengan waktu. Hidrograf
menunjukkan tanggapan menyeluruh DAS terhadap masukan hujan dengan
intensitas, lama, dan distribusi tertentu. Dalam kajian ini, perhitungan hidrograf
sintetik banjir dilakukan dengan menggunakan metode hidrograf satuan sintetik
Nakayasu.

E. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Penggunaan metode ini, memerlukan beberapa karakteristik parameter daerah


alirannya, seperti :
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

 Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time


of peak)
 Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf
(time lag)
 Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
 Luas daerah aliran sungai
 Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel)
 Koefisien pengaliran.

Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :

A.R0
Qp 
3,6.(0,3.T p  T0,3 )
dengan :
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
R0 = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak
sampai 30% dari debit puncak
A = Luas daerah pengaliran sampai outlet

Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus sebagai berikut :


Tp = tg + 0,8 tr
T0,3 =  tg
Tr = 0,5 tg sampai tg
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir
(jam). tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
- Sungai dengan panjang alur L  15 km : tg = 0,4 + 0,058 L
- Sungai dengan panjang alur L  15 km : tg =0,21 L0,7
dengan :
tr = Satuan Waktu hujan (jam)
 = Parameter hidrograf, untuk :
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

 = 2 => Pada daerah pengaliran biasa


 = 1,5 => Pada bagian naik hydrograf lambat, dan turun cepat
 = 3 => Pada bagian naik hidrograf cepat, turun lambat

Pada waktu naik : 0 < t < Tp

Qp

Dimana :
Q(t) = Limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/dt)
t = Waktu (jam)

Pada kurva turun (decreasing limb)


a. Selang nilai : 0  t  (Tp+T0,3)
( t  Tp)
T 0 ,3
Q( t )  Qp . 0 ,3
b. Selang nilai : (Tp + T0,3)  t  (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)
( t  T p  0,5 T 0 ,3 )
1,5T0 ,3
Q(t )  Qp  0,3
c. Selang nilai : t > (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)
( t  T p 1,5T0 ,3 )
2,0T0 ,3
Q(t )  Qp  0,3

Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, maka penerapannya


terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan suatu pemilihan
parameter-parameter yang sesuai yaitu Tp dan , dan pola distribusi
hujan agar didapatkan suatu pola hidrograf yang sesuai dengan
hidrograf banjir yang diamati.
Hidrograf banjir dihitung dengan persamaan sebagai berikut
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

n
Qk  U
i 1
i . Pn  (i 1)

dimana :

Qk = Debit Banjir pada jam ke - k

Ui = Ordinat hidrograf satuan (I = 1, 2, 3 ...... .n)

Pn = Hujan netto dalam waktu yang berurutan (n = 1,2,..n)

Bf = Aliran dasar (base flow)


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Tabel 6.7 : Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Parameter DTA Tabel Ordinat hidrograf


Luas = 31.87 km2 t (jam) Ordinat
Panj Aliran = 19.23 km 0.00 0.000
a = 1 1.00 0.471
Ro = 1 mm 2.00 2.488
C = 0.76 2.42 3.948
Parameter Tg 3.00 2.499
Tg = 0,4 + (0,058 * L) 4.00 1.147
Tg = 1.52 jam 5.00 0.675
Parameter tr 6.00 0.398
tr = 0.75* tg = 1.14 jam 7.00 0.260
Parameter Tp 8.00 0.175
Tp = Tg + 0.8 Tr 9.00 0.117
Tp = 2.42 jam 10.00 0.079
Parameter T0.3 11.00 0.053
T0.3 = a * Tg 12.00 0.036
T0.3 = 1.52 jam 13.00 0.024
Tp + T0.3 = 3.94 jam 14.00 0.016
Tp + T0.3 + 1.5 T0.3 = Tp + 2.5T0.3 = 6.21 jam 15.00 0.011
Parameter Qp (debit puncak) 16.00 0.007
17.00 0.005
A * Ro
Qp = = 3.948 m3/dt 18.00 0.003
3.6 (0.3 Tp  T0.3 )
19.00 0.002
Mencari Ordinat Hidrograf 20.00 0.001
1. 0 < t < Tp ---------> 0 < t < 2.42 21.00 0.001
Qt = Q max (t/Tp)^2.4 22.00 0.001
23.00 0.000
2. Tp < t < (Tp + T0.3) -------> 2.42 < t < 3.94 24.00 0.000
Qt = Q max (0.3)^(t-Tp/(T0.3))
Sumber : Hasil Perhitungan
3. (Tp + T0.3) < t < (Tp + 2.5T0.3) ----> 3.94 < t < 6.21
Qt = Qmax (0.3)^((t-Tp) + 0.5 T0.3) / 1.5 T0.3)

4. t > (Tp + 2.5 T0.3) ------------> t > 6.21


Qt = Qmax (0.3)^((t- Tp) + 1.5 T0.3)/(2 T0.3))
Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar Ordinat HSS NAKAYASU

4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
,500
,000
0,00 2,00 3,00 5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00 21,00 23,00
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Tabel 6.8 : Debit Banjir Rancangan Kala Ulang 100th


Q akibat hujan netto (m3/dt) Q banjir
t U (t,1)
46.701 12.139 8.515 6.779 5.724 5.004 (m3/dt)

0.00 0.000 0.00 0.00


1.00 0.471 22.01 0.00 22.01
2.00 2.488 116.18 5.72 0.00 121.90
2.42 3.948 184.36 30.20 4.01 0.00 218.57
3.00 2.499 116.68 47.92 21.18 3.20 0.00 188.98
4.00 1.147 53.56 30.33 33.61 16.86 2.70 0.00 137.07
5.00 0.675 31.54 13.92 21.27 26.76 14.24 2.36 110.09
6.00 0.398 18.57 8.20 9.77 16.94 22.60 12.45 88.51
7.00 0.260 12.13 4.83 5.75 7.78 14.30 19.75 64.54
8.00 0.175 8.16 3.15 3.39 4.58 6.57 12.50 38.34
9.00 0.117 5.48 2.12 2.21 2.70 3.87 5.74 22.11
10.00 0.079 3.68 1.42 1.49 1.76 2.28 3.38 14.01
11.00 0.053 2.48 0.96 1.00 1.18 1.49 1.99 9.09
12.00 0.036 1.66 0.64 0.67 0.80 1.00 1.30 6.08

13.00 0.024 1.12 0.43 0.45 0.53 0.67 0.87 4.08

14.00 0.016 0.75 0.29 0.30 0.36 0.45 0.59 2.74

15.00 0.011 0.51 0.20 0.20 0.24 0.30 0.39 1.84

16.00 0.007 0.34 0.13 0.14 0.16 0.20 0.27 1.24

17.00 0.005 0.23 0.09 0.09 0.11 0.14 0.18 0.83

18.00 0.003 0.15 0.06 0.06 0.07 0.09 0.12 0.56

19.00 0.002 0.10 0.04 0.04 0.05 0.06 0.08 0.38

20.00 0.001 0.07 0.03 0.03 0.03 0.04 0.05 0.25

21.00 0.001 0.05 0.02 0.02 0.02 0.03 0.04 0.17

22.00 0.001 0.03 0.01 0.01 0.01 0.02 0.02 0.11

23.00 0.000 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02 0.08

24.00 0.000 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.05

Sumber : Hasil Analisa, 2015


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Tabel 6.9 : Debit Banjir Rancangan Berbagai Kala Ulang


Qp 1.01 Qp 10 Qp 20 Qp 25 Qp 50 Qp 100
t thn Qp 2 thn Qp 5 thn thn thn thn thn thn
(m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt)
0.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1.00 15.162 18.398 19.664 20.353 20.970 21.096 21.571 22.012
2.00 83.964 101.885 108.901 112.711 116.133 116.830 119.458 121.900
2.42 150.552 182.685 195.265 202.097 208.232 209.481 214.193 218.573
3.00 130.169 157.952 168.829 174.736 180.041 181.121 185.195 188.982
4.00 94.413 114.564 122.453 126.737 130.585 131.368 134.323 137.070
5.00 75.832 92.017 98.354 101.795 104.885 105.515 107.888 110.094
6.00 60.968 73.981 79.075 81.842 84.327 84.833 86.741 88.515
7.00 44.456 53.944 57.659 59.676 61.488 61.857 63.248 64.541
8.00 26.409 32.045 34.252 35.450 36.527 36.746 37.572 38.341
9.00 15.232 18.483 19.756 20.447 21.068 21.194 21.671 22.114
10.00 9.652 11.712 12.518 12.956 13.350 13.430 13.732 14.013
11.00 6.264 7.601 8.124 8.409 8.664 8.716 8.912 9.094
12.00 4.185 5.078 5.428 5.617 5.788 5.823 5.954 6.075
13.00 2.813 3.413 3.648 3.776 3.890 3.914 4.002 4.084
14.00 1.891 2.294 2.452 2.538 2.615 2.630 2.690 2.745
15.00 1.271 1.542 1.648 1.706 1.758 1.768 1.808 1.845
16.00 0.854 1.036 1.108 1.146 1.181 1.188 1.215 1.240
17.00 0.574 0.697 0.745 0.771 0.794 0.799 0.817 0.833
18.00 0.386 0.468 0.500 0.518 0.534 0.537 0.549 0.560
19.00 0.259 0.315 0.336 0.348 0.359 0.361 0.369 0.377
20.00 0.174 0.212 0.226 0.234 0.241 0.243 0.248 0.253
21.00 0.117 0.142 0.152 0.157 0.162 0.163 0.167 0.170
22.00 0.079 0.096 0.102 0.106 0.109 0.110 0.112 0.114
23.00 0.053 0.064 0.069 0.071 0.073 0.074 0.075 0.077
24.00 0.036 0.043 0.046 0.048 0.049 0.049 0.051 0.052
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Tabel 6.10 : Rekapitulasi Debit Banjir Maksimum Berbagai Kala Ulang

Q Banjir
Kala Ulang
Rancangan
(thn) (m3/dt)
1.01 150.552
2 182.685
5 195.265
10 202.097
20 208.232
25 209.481
50 214.193
100 218.573
Sumber: Hasil Perhitungan

Hidrograf Debit Banjir Rancangan

250

Qp 1.01 thn

209,481
Qp 2 thn
200
Qp 5 thn
181,121
Qp 10 thn

Qp 20 thn
150
Qp 25 thn

131,368
Debit (m3/dt)

Qp 50 thn
116,830
Qp 100 thn
105,515
100

84,833

61,857

50
36,746
21,096
21,194

0 0,000
0,00 1,00 2,00 2,42 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00

Waktu (jam)

Gambar 6. 3 : Hidrograf Debit Banjir Rancangan DTA Kedunglumpang


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

1.4 Analisa Teknis Embung

6.4.1 Hidrolika Pintu

Gambar 6. 4 : Aliran di bawah pintu sorong dengan dasar horisontal

Rumus debit yang dapat dipakai untuk pintu sorong adalah :

Q = K μ a b √2𝑔 ℎ1

Dimana :

Q = debit, (m3 /dt)


K = faktor aliran tenggelam (lihat Gambar 3.3)
μ = koefesien debit (lihat Gambar 3.4)
a = bukaan pintu, m
b = lebar pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt ( 9,8)
h1 = kedlaman air di depan pintu di atas ambang m,

Untuk ukuran lebar pintu air lebih dari 1 meter memerlukan dua stang pengangkat.
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Gambar 6. 5 : Koefisien K untuk debit tenggelam (dari Schmidt)

Seperti telah dijelaskan pada rencana alternative optimasi penyediaan kebutuhan air
irigas, bangunan Embung Kedunglumpang direncanakan menggunakan pintu air
yang mampu melewatkan debit banjir rencana yaitu 218.573 m3/dt.

Pada bangunan yang ada bendung gerak Dam Kedunglumpang terdapat 2 pintu air
masing-masing lebar 2,5 meter menuju saluran Primer Kedunglumpang. Sedangkan
untuk mengatur debit air menuju saluran Pembuang Kedunglumpang, direncanakan
4 pintu air masing-masing dengan lebar 2,5 meter.

Hasil perhitungan hidrolika pintu, dengan kondisi sebagai berikut.


 Muka air di hulu dan hilir maksimal yaitu pada ketinggian 3 meter
 Debit banjir kala ulang 50 tahun = 214.19 m3/dtk
 Debit banjir kala ulang 100 tahun = 218.57 m3/dtk
 Terdapat 6 buah pintu dengan lebar masing – masing 2,5 meter, direncanakan
dioperasikan secara bersamaan, sehingga lebar total dalam perhitungan adalah
15 meter.
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Tabel 6.11 : Analisa Hidrolika Pintu Air Embung ke Saluran Pembuang


Kedunglumpang
Q
No a (m) h1 (m) h1/a B (m) K h2/a h2
(m3/dtk)
1 0.15 3.00 20.0 15.00 0.06 20.0 3.0 1.04
2 0.20 3.00 15.0 15.00 0.09 15.0 3.0 2.07
3 0.30 3.00 10.0 15.00 0.12 10.0 3.0 4.14
4 0.38 3.00 8.0 15.00 0.15 8.0 3.0 6.47
5 0.50 3.00 6.0 15.00 0.18 6.0 3.0 10.35
6 0.60 3.00 5.0 15.00 0.21 5.0 3.0 14.49
7 0.75 3.00 4.0 15.00 0.22 4.0 3.0 18.98
8 1.00 3.00 3.0 15.00 0.24 3.0 3.0 27.61
9 1.25 3.00 2.4 15.00 0.30 2.4 3.0 43.13
10 1.50 3.00 2.0 15.00 0.35 2.0 3.0 60.39
11 1.75 3.00 1.7 15.00 0.40 1.7 3.0 80.52
12 2.00 3.00 1.5 15.00 0.50 1.5 3.0 115.02
13 2.25 3.00 1.3 15.00 0.60 1.3 3.0 155.28
14 2.50 3.00 2.0 15.00 0.76 1.2 3.0 218.57
15 2.75 3.00 2.0 15.00 0.90 1.1 3.0 284.68
16 3.00 3.00 1.0 15.00 1.00 1.0 3.0 345.07
Sumber : Hasil Analisa

400,00
345,07
350,00

300,00 284,68

250,00 218,57
Debit (m3/dtk)

200,00
155,28
150,00
115,02

100,00 80,52
60,39
43,13
50,00 27,61
18,98
2,07 4,14 6,47 10,35 14,49
1,04
0,00
0,15 0,20 0,30 0,38 0,50 0,60 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75 2,00 2,25 2,50 2,75 3,00

Tinggi Bukaan Pintu (m)

Gambar 6. 6 : Grafik Hubungan antara Tinggi Bukaan Pintu dan Debit

Berikut adalah gambar rencana bangunan Embung Kedunglumpang


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Gambar 6. 7 : Situasi Genangan Embung Kedunglumpang


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Gambar 6. 8 : Layout Bangunan Embung Kedunglumpang


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Gambar 6. 9 : Potongan Bangunan Embung Kedunglumpang


LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)

Gambar 6. 10 : Pintu Air Dam Gerak Embung Kedunglumpang

Anda mungkin juga menyukai