PERENCANAAN
BANGUNAN EMBUNG IRIGASI
1.1 Umum
Seperti yang telah di uraikan pada bab awal, bahwa lokasi embung pada pekerjaan
ini telah ditentukan lokasi tampungan rencana oleh pihak Dinas Pengairan Daerah
Kabupaten Jombang, sehingga analisa dan perencanaan yang dilakukan adalah pada
optimalisasi disain yang sesuai dengan lokasi tersebut. Untuk itu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Tujuan pembangunan embung;
Keadaan topografi, tempat embung merupakan cekungan yang cukup untuk
menampung air.
Hubungan dengan bangunan-bangunan pelengkap;
Semua bangunan, baik embung dan bangunan pelengkap harus aman terhadap
banjir.
Bangunan direncanakan dapat beroperasi dengan baik, sampai usia guna
proyek;
Hasil galian tanah sedapat mungkin bisa dimanfaatkan untuk bahan urugan (bila
embung dari urugan tanah), pondasi embung dan tanah rendah;
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)
𝐴1 + 𝐴2 + √(𝐴1 𝑥𝐴2 )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = ( ).𝐻
3
dengan :
A1 = Luas genangan pada elevasi 1
A2 = Luas genangan pada elevasi 2
H = Beda tinggi elevasi 1 dan 2
Hasil perhitungan area genangan untuk masing-masing elevasi muka air dan
perhitungan volume genangan menggunakan metode di atas disajikan dalam tabel
berikut ini :
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)
Luas Genangan (m 2)
40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
98,00
97,50
97,00
Elevasi (m)
96,50
96,00
95,50
95,00
94,50
- 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00
Volume Tampungan (1000m 3)
Bangunan direncanakan mampu melewatkan debit banjir dengan kala ulang 100
tahun (Q100th) yaitu sebesar 218,57 m3/dt. Berikut adalah perhitungan debit banjir
rancangan.
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan wilayah atau curah hujan daerah yang dinyatakan dalam satuan
millimeter (Sosrodarsono, 2003 : 27).
Data curah hujan diperoleh dari stasiun pencatat hujan yang berada di sekitar
daerah aliran sungai (DAS) atau Daerah Tangkapan Air (DTA). Sebelum melakukan
perhitungan diperlukan besaran hujan harian maksimum tahunan tiap-tiap stasiun
hujan.
Dengan mengacu pada literatur diatas maka, perhitungan hujan rerata
menggunakan cara Poligon Thiessen, terhadap pengukuran hujan di pos-pos
penakar hujan di sekitar DAS / DTA.
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)
Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan yang terjadi pada
periode ulang tertentu. Pada daerah studi, pemilihan metode perhitungan hujan
rencana ditetapkan berdasarkan parameter dasar statistiknya.
Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari data hujan
mendekati nilai tersebut, maka sebaran Log Pearson type III dapat digunakan.
Distribusi frekuensi Log Pearson Type III dihitung dengan menggunakan rumus:
dimana :
(log X i log X ) 3
sd
(n 1)
Koefisien kepencengan (Cs) dihitungan dengan menggunakan rumus :
(log X i log X ) 3
Cs
(n 1)( n 2) s13
Harga rata-rata sample dihitung dengan rumus :
log X i
log X
n
Tabel 6.3 : Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson III
Log X- (Log X- (Log X- (Log X-
No Tahun X P Log X
LogXr LogXr)2 LogXr)3 LogXr)4
1 2005 106.7 9.091 2.028 0.059 0.00345 0.00020 0.00001
2 2007 98.8 18.182 1.995 0.026 0.00065 0.00002 0.00000
3 2008 97.8 27.273 1.990 0.021 0.00044 0.00001 0.00000
4 2012 97.2 36.364 1.988 0.018 0.00034 0.00001 0.00000
5 2010 95.0 45.455 1.978 0.008 0.00007 0.00000 0.00000
6 2013 93.9 54.545 1.973 0.003 0.00001 0.00000 0.00000
7 2014 92.9 63.636 1.968 -0.001 0.00000 0.00000 0.00000
8 2009 84.5 72.727 1.927 -0.042 0.00181 -0.00008 0.00000
9 2006 84.0 81.818 1.924 -0.045 0.00205 -0.00009 0.00000
10 2011 83.8 90.909 1.923 -0.046 0.00212 -0.00010 0.00000
Jumlah 0.000 0.01094 -0.00003 0.00002
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)
1.01 76.91
2 93.33
5 99.75
10 103.24
20 106.38
25 107.01
50 109.42
100 111.66
Sumber : Hasil Analisa, 2015
Keadaan hujan
Luas dan daerah aliran
Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
Kelembaban tanah
Suhu udara, angin dan evaporasi
Tata guna lahan
Angka koefisien pengaliran untuk berbagai kondisi DAS dan permukaan lahan seperti
ditunjukkan pada tabel berikut ini,
B. Distribusi Hujan
Untuk mentransformasikan curah hujan rancangan menjadi debit banjir rancangan
diperlukan curah hujan jam-jaman. Pada umumnya data hujan yang tersedia pada
stasiun meteorologi adalah data hujan harian. Namun demikian jika tersedia data
hujan otomatis (automatic rainfall recorder), maka pola distribusi hujan jam-jaman
dapat dibuat dengan menggunakan metode mass curve untuk tiap kejadian hujan
lebat dengan mengabaikan waktu kejadian.
Untuk studi ini akan digunakan metode Mononobe dengan rumus sebagai berikut :
R24 t
Rt ( ) x( ) 2 / 3
t T
dengan :
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)
Hasil analisa distrubusi hujan dengan asumsi lama hujan adalah 6 jam adalah
sebagai berikut.
T RT var Rt var %
1.00 0.550 R24 0.550 R24 55.03
2.00 0.347 R24 0.143 R24 14.30
3.00 0.265 R24 0.100 R24 10.03
4.00 0.218 R24 0.080 R24 7.99
5.00 0.188 R24 0.067 R24 6.75
6.00 0.167 R24 0.059 R24 5.90
Sumber : Hasil Analisa, 2015
C. Hujan Netto
Hujan netto adalah bagian total yang menghasilkan limpasan langsung (direct run-
off). Limpasan langsung ini terdiri dari limpasan permukaan (surface run-off) dan
interflow (aliran yang masuk ke dalam lapisan tipis di bawah permukaan tanah
dengan permeabilitas rendah, yang keluar lagi ke tempat yang lebih rendah dan
berubah menjadi limpasan permukaan). Dengan menganggap bahwa proses
transformasi hujan menjadi limpasan langsung mengikuti proses linear dan tidak
berubah oleh waktu, maka hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut
(Subarkah, 1980:85) :
Rn = C x R
dengan :
Rn = Hujan netto (mm)
C = Koefisien pengaliran
A.R0
Qp
3,6.(0,3.T p T0,3 )
dengan :
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
R0 = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak
sampai 30% dari debit puncak
A = Luas daerah pengaliran sampai outlet
Qp
Dimana :
Q(t) = Limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/dt)
t = Waktu (jam)
n
Qk U
i 1
i . Pn (i 1)
dimana :
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
,500
,000
0,00 2,00 3,00 5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00 21,00 23,00
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)
Q Banjir
Kala Ulang
Rancangan
(thn) (m3/dt)
1.01 150.552
2 182.685
5 195.265
10 202.097
20 208.232
25 209.481
50 214.193
100 218.573
Sumber: Hasil Perhitungan
250
Qp 1.01 thn
209,481
Qp 2 thn
200
Qp 5 thn
181,121
Qp 10 thn
Qp 20 thn
150
Qp 25 thn
131,368
Debit (m3/dt)
Qp 50 thn
116,830
Qp 100 thn
105,515
100
84,833
61,857
50
36,746
21,096
21,194
0 0,000
0,00 1,00 2,00 2,42 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00
Waktu (jam)
Q = K μ a b √2𝑔 ℎ1
Dimana :
Untuk ukuran lebar pintu air lebih dari 1 meter memerlukan dua stang pengangkat.
LAPORAN DISAIN
EMBUNG WILAYAH UPTD MOJOAGUNG ( EMBUNG KEDUNGLUMPANG)
Seperti telah dijelaskan pada rencana alternative optimasi penyediaan kebutuhan air
irigas, bangunan Embung Kedunglumpang direncanakan menggunakan pintu air
yang mampu melewatkan debit banjir rencana yaitu 218.573 m3/dt.
Pada bangunan yang ada bendung gerak Dam Kedunglumpang terdapat 2 pintu air
masing-masing lebar 2,5 meter menuju saluran Primer Kedunglumpang. Sedangkan
untuk mengatur debit air menuju saluran Pembuang Kedunglumpang, direncanakan
4 pintu air masing-masing dengan lebar 2,5 meter.
400,00
345,07
350,00
300,00 284,68
250,00 218,57
Debit (m3/dtk)
200,00
155,28
150,00
115,02
100,00 80,52
60,39
43,13
50,00 27,61
18,98
2,07 4,14 6,47 10,35 14,49
1,04
0,00
0,15 0,20 0,30 0,38 0,50 0,60 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75 2,00 2,25 2,50 2,75 3,00