Anda di halaman 1dari 14

DEMOKRASI DAN IMPLEMENTASINYA

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan PKN

oleh

Aghnia Fadhilah Syadza

Miranty Putri Dwiyani

Syarifah Haniyah Kafani

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS CIBIRU

2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syakur ke khadirat Allah Subhanahu
Wata’ala, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan maskalah tentang Demokrasi dan
Implementasinya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal serta mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu, kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut andil
dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari


segi susunan kalimat atau tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang demokrasi dan


implementasinya ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Bandung, 11 September 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................2
D. Manfaat penulisan .......................................................................................2
E. Sistematika Makalah .....................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN

A. Kekuasaan dan Hak Minoritas.....................................................................4


B. Dasar dan Budaya Demokrasi di Indonesia.................................................5
C. Konflik, Mufakat, Konsensus dan Disensus................................................7

BAB III. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan....................................................................................................10
B. Saran...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata demokrasi tak lagi asing di telinga kita, ada beberapa


pengertian dari demokrasi yang dikemukakan para ahli, diantaranya :

1. Abraham Lincoln

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari


rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

2. Charles Costello

Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri


dengan kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan
kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara.

3. John L. Esposito

Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat.


Oleh karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif
maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain
itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas
antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

Jadi, dapat kami simpulkan bahwa demokrasi adalah suatu bentuk


pemerintahan dimana rakyat memiliki hak untuk memilih dan
mengeluarkan pendapat atas suatu sistem atau cara mereka bermasyarakat
untuk manjalankan suatu pemerintahan di negaranya tanpa melanggar
norma yang berlaku di negara tersebut dengan cara musyawarah mufakat.
Indonesia salah satu negara yang menganut bentuk pemerintahan
demokrasi. Sejak awal Indonesia merdeka, Indonesia menganut bentuk
pemerintahan Demokrasi. Mulai dari Demokrasi Politik, Demokrasi
Parlementer, hingga Demokrasi Pancasila yang dianut di masa sekarang.

1
2

Demokrasi pancasila dapat dikatakan sebagai pola hidup


berkelompok baik itu kelomok mayoritas atau minoritas yang memiliki satu
pandangan, falsafah hidup, budaya, dan ideologi dalam suatu negara.
Demokrasi pancasila mengacu pada nilai-nilai pancasila. Indonesia menganut
demokrasi pancasila karena sesuia dengan ciri khas Bangsa Indonesia yang
pluralistik serta tercantum dalam sila keempat yang berisi ‘ kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permustawaratan perwakilan’.
Namun dalam implementasiannya, indonesia menemui beberapa hambatan,
mulai dari konsensus dan disensus yang muncul hingga menimbulkan
beberapa konflik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat


dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu :

1. Bagaimana kekuasaan dan hak para kaum minoritas di Indonesia?

2. Bagaimana dasar dan budaya demokrasi di Indonesia?

3. Apa saja konfik, mufakat, konsensus dan disensus yang terjadi di


Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan makalah ini, yaitu :

1. Mengetahui kekuasaan dan hak kaum minritas di Indonesia

2. Mengetahui dasar dan budaya demokrasi di Indonesia

3. Mengetahui konflik, mufakat, konsensus dan disensus yang terjadi di


Indonesia

D. Manfaat Makalah

1. Dapat menambah wawasan tentang kekuasaan dan hak minoritas di


Indonesia
3

2. Dapat mengetahui dasar dan budaya demokrasi di Indonesia

3. Dapat mengetahui apa saja konflik, mufakat, konsensus dan disensus


yang terjadi di Indonesia

E. Sistematika Makalah

Makalah ini terdiri atas tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan
dan bab simpulan dan saran. Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat makalah serta
sistematika makalah. Di dalam bab 2 terdapat bahasan tentang makalah ini,
dan di bab 3 terdapat simpulan dan saran penulis. Tak lupa makalah ini juga
disertai dengan cover, kata pengantar, daftar isi dan daftar pustaka.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kekuasaan dan Hak Minoritas

Demokrasi telah terjadi selama satu dekade. Terhitung sejak mundurnya


Soeharto pada 1998. Kebebasan di Indonesia mengalami peningkatan. Namun,
lima tahun berikutnya kebebasan mengalami penurunan di tahun 2004 – 2009,
terutama pada keompok-kelompok minoritas.

Sesuai dengan prinsip kesetaraan kewarganegaraan, mau tak mau


demokrasi harus menerima adanya perbedaan dalam proses demokrasi. Salah
satunya adalah kemunculan kaum minoritas dan mayoritas yang dapat
menyebabkan permasalahan dalam proses demokrasi itu sendiri. Pada
dasarnya setiap warga negara memiliki hak dan kewajiaban yang sama serta
kedudukan yang sama dimata hukum. Hal tersebut sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 1 yang berisi :

‘ (1) segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.’

Serta pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28D ayat 1dan 3 yang
berisi : ‘ (1) Setiap orang berha atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. (3)
Setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.

Berdasarkan hal tersebut dapat kita ketahui bahwa tak ada perbedaan hak
antara kaum minoritas dan mayoritas. Mereka sama dimata hukum. Walaupun
dalam kenyataannya sering terjadi pelanggaran seperti diskriminasi, namun
para kaum minoritas tetap memiliki perlindungan hukum.

Begitu pula dengan kekuasaan kaum minoritas. Pada dasarnya, hal ini
masih terletak pada prosedur mayoritas. Prosedur suara mayoritas semata

4
5

merupakan alat untuk menyelesaikan ketidak sepakatan yang terjadi. Prosedur


ini dianggap tidak demokratis ketika mengancam prinsip kesetaraan poitik itu
sendiri, yaitu kelompok minoritas kehilangan kekuatan dan potensinya untuk
menentukan kebijakan publik. Dalam hal ini, yang berlaku bukan keputusan
semua warga, melainkan keputusan satu bagian warga (mayoritas) atas warga
lain (minoritas). Namun, dari sejarah dan prinsip kesetaraan politik, jelas
bahwa demokrasi tidak mengandaikan kekuasaan berada di tangan minoritas
ataupun mayoritas, melainkan semua warga negara. Sebuah demokrasi
mengasumsikan bahwa warga dapat menentukan nasibnya sendiri, yaitu
memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk mengambil tanggung jawab
bagi hidupnya sendiri secara individual maupun kolektif. Maka dari itu,
prosedur suara mayoritas adalah hanya sah jika mengejewantahkan dan bukan
melanggar prinsip tersebut dan karena prosedur mayoritas tidak semua
demokratis.

B. Dasar dan Budaya Demokrasi di Indonesia

1. Konsep Dasar Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia berdasarkan atas pancasila, lebih tepatnya


pada sila keempat yang berbunyi : ‘ Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.’ Dari sila
keempat ini didapati beberapa ciri dari demokrasi yaitu :

a. Kerakyatan (daulat rakyat)

b. Permusyawaratan (kekeluargaan)

c. Hikmat-kebijaksanaan

Hal ini juga diperkuat dalam pokok pikiran ketiga dalam


pembukaan Undang Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa kedaulatan
itu berdasar atas “kerakyatan” dan “permusyawaratan”. Begitu pula
dengan cita hikmat-kebijaksanaan yang merefleksikan orientasi etis
yang dihidupkan melalui daya Rasionalitas, kearifan konsensual dan
komitmen keadilan yang dapat menghadirkan suatu keadilan yang
6

toleransi dan sintetis yang positif sehingga dapat mencegah


dikendalikannya kekuasaan oleh golongan mayoritas (mayokrasi) dan
kekuatan minoritas elit politik dan pengusaha (minokrasi).

Dalam kaitan ini, Mohammad Hatta menjelaskan bahwa,


“kerakyatan yang dianut oleh bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan
yang mencari suara terbanyak saya, tetapi kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
Karena itu demokrasi Indonesia bukan Demokrasi Liberal dan bukan
Demokrasi Totaliter, karena berkaitan menyeluruh dengan sila-sila
Pancasila lainnya”. (Mohammad Hatta, 1957)

2. Budaya Demokrasi di Indonesia

Budaya demokrasi merupakan kebiasaan atau sikap yang selalu


dilakukan yang mencerminkan demokrasi. Budaya demokrasi juga
dapat diartikan sebagai pengimplementasian atau penerapan nilai-nilai
yang terkandung dalam prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip demokrasi
disini adalah prinsip yang telah diaplikasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga menjadi budaya demokrasi. Salah
satunya adalah prinsip yang dikemukakan oleh Mariam Budiarjo, yaitu
sebagai berikut :

a. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain


menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula prosedur
untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin.

b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

c. Pemilihan umum yang bebas.

d. Kebebasan umum untuk menyatakan pendapat.

e. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.

f. Pendidikan kewarganegaraan.
7

Ada beberapa macam budaya demokrasi. Budaya demokrasi yang


ditinjau dari segi partisipasi rakyat, yaitu Demokrasi langsung,
Demokrasi Tak Langsung, dan Demokrasi Campuran.

a. Demokrasi langsung, yaitu demokrasi yang melibatkan seluruh


elemen masyarakat dalam setiap persoalan yang dibahas oleh
negara. Misalnya, referendum.

b. Demokrasi tak langsung, yaitu suatu sistem demokrasi yang


tidak melibatkan rakyat secara langsung melaikan dengan
menyalurkan aspirasi rakyat melalui wakil-wakil rakyat yang
telah dipilih secara langsung melalui pemilu.

c. Demokrasi campuran, yaitu gabungan dari kedua sistem


demokrasi diatas. Contohnya, rakyat memilih wakil-wakil
rakyat melalui pemilu namun tetap para wakil rakya
dikendalikan oleh rakyat melalui referendum.

Ada pula dari segi ideologi, yaitu Demokrasi Konstitusional dan


Demokrasi Rakyat.

a. Demokrasi Konstitusional, yaitu demokrasi dimana


pemerintah memiliki kekuasaan yang terbatas dan tidak
dapat sewenang-wenang terhadap rakyatnya karena
kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi.

b. Demokrasi Rakyat, yaitu demokrasi yang dilandasi dengan


asas sosialis/ komunis yang mengedepankan kepentingan
negara dan mengabaikan kepentingan individu.

C. Konflik, Mufakat, Konsensus dan Disensus Demokrasi di Indonesia

Dalam demokrasi, sering kita mendengar tentang musyawarah


mufakat. Karena dalam demokrasi permusyawaratan, suatu keputusan
politik akan dikatakan benar jika memenuhi setidaknya empat prasyarat.
Pertama, harus berdasarkan rasionalisme dan keadilan. Kedua,
8

didedikasikan demi kepentingan orang banyak, tidak untuk perseorangan


atau suatu glongan. Ketiga, berorientasi jauh kedepan, bukan demi
kepentingan jangka pendek. Keempat, bersifat imparsial dengan
melibatkan dan mempertimbangkan pendapat semua pihak. Dalam hal ini,
kesederajatan dan semangat kekeluargaan dari perbedaan aneka gugus
kebangsaan diperkuat melalui pemuliaan nilai-nilai keadilan. Menurut
penjelasan Mohammad Hatta, bahwa “kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan berhubungan
erat pula dengan sila keadilan sosial, yakni untuk mewujudkan keadilan
soaial bagi seluruh rakyat”. Beliau pula mengatakan bahwa “Demokrasi
politik saja tidak dapat melaksanakan persamaan dan persaudaraan. Di
sebelah demokrasi politik, harus ada pula Demokrasi Ekonomi. Kalau
tidak manusia belum merdeka, persamaan dan persaudaraan belum ada”
(Hatta, 1957)

Dalam pengimplementasiannya, sistem demokrasi di Indonesia tak


pernah luput dari konflik atau penyimpangan, salah satunya adalah money
politik yang sering kali terjadi dalam pemilu. Money politik tersebut jelas
telah melanggar asas pemilu yaitu LUBER JURDIL yang berarti pemilu
dilakukan secara Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil. Hal
tersebut sering memicu konflik antar kubu pemilih yang terkadang
berakhir dengan bentrok massa.

Demokrasi juga tak selalu mendapatkan pandangan yang sama di


setiap masyarakat. Ada yang memandang demokrasi sebagai demokrasi
konsensus dan ada pula yang memandang sebagai demokrasi disensus.

Dalam Demokrasi Konsensus, warga diduga merupakan agen rasional


atau mandiri yang akan memiliki pandangan yang sama kepada suatu
sistem demokrasi baik dalam bentuk hegemoni, delusi, maupun parsialitas
informasi yang timbul dalam menanggapi konflik yang terjadi. Kosensus
ini dimaknai sebagai adanya sensus communis. Konsensus politik adalah
kesepakatan politik yang mampu mewadahi aspirasi rakyat sehingga dapat
diterima sebagai landasan bersama yang mampu menjembatani
9

kepentingan dan ideologi. Terdapat dua aliran demokrasi konsensus, yaitu


yang pertama adalah idealisasi kontrak sosial dan proses ideal.

Idealisasi kontrak sosial adalah aliran yang menyatakan bahwa terlepas


dari adanya kemajemukan, tetap saja ada pencapaian musyawarah yang
mufakat, asalkan pihak yang terlibat mampu persikap nalar untuk
membangun landasan bersama melalui konsensus politik. Sedangkan,
Proses ideal adalah aliran yang mempercayai bahwa dengan adanya dialog
yang mendalam dan hati-hati, bebas, dan secara rasional mampu mencapai
konsensus asalkan dikelola dengan proses yan deliberatif.

Sangat kontras dengan Demokrasi Konsensus, Disensus merupakan


cara pandang seseorang yang menganggap bahwa manusia adalah
makhluk yang unik dan memiliki cara pandang yang berbeda-beda. Maka
para pemikir Demokrasi disensus, tidak akan percaya jika dalam politik
mampu menggalang konsensus. Mereka percaya bahwa manusia takkan
mampu berwujud sebagai identitas yang utuh dan terpadu, karena menurut
mereka masyarakat berbeda-beda di area politik.
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembasan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa


Indonesia menganut demokrasi pancasila yang didasari oleh sila keempat
Pancasila yang menjunjung tinggi musyawarah mufakat yang dipimpin oleh
hikmat-kebijaksanaan. Hal tersebut juga sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia
yang multikultural. Adapun rakyat yang termasuk kaum minoritas, akan tetapi
mereka memiliki hak dan kekuasaan yang sama dalam politik dan keberadaannya
dilindungi oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dari berbagai pelanggaran seperti dikriminasi.

Tidak seluruh rakyat memiliki satu pandangan terhadap demokrasi. Ada


yang percaya bahwa kita mampu mencapai mufakat dengan mempercayai
keseragaman pandangan dan respon terhadap suatu konflik yang terjadi melaui
konsensus dan ada pula yang tidak percaya akan hal tersebut, melainkan percaya
bahwa setiap manusia memiliki keunikan dan berbeda di area politik. Walaupun
begitu, Indonesia telah memiliki budaya demokrasi yang baik. Namun, dalam
pengimplementasiannya masih ada saja pelanggaran yang berujung konflik salah
satunya yang paling populer adalah money politik yang sering menimbulkan
konflik antar kubu pendukung. Namun, sebaiknya kita tetap berpandangan positif
namun lebih kritis atas segala hal yang terjadi di negeri ini dan tetap menjadi
rakyat yang baik.

B. Saran

Sebaiknya kita menjadi mahasiswa yang baik yang peduli dengan keadaan
negeri ini. Tidak hanya memberi komentar atau kritikan namun mampu untuk
lebih bersikap kritis terhadap fenomena yang terjadi disekitar kita dengan lebih
memahami bagaimana saistem yang berjalan dan lebih mencari tahu dan
mengembangkan wawasan agar dapat bertindak dan merespon fenomena tersebut
dengan sebagaimana mestinya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 2013. Panduan


pemasyarakatan: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI

Pimpinan MPR, Tim kerja sosialisasi MPR periode 2009-2014. 2013. Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI

Fathoni A. 2014. Budaya demokrasi. [online] diakses dari


http://www.zonasiswa.com/2014/11/budaya-demokrasi.html

Prajasto A, Aswidah R. 2014. Perlindungan Hak Minoritas. [online] diakses dari


http://referensi.elsam.or.id/wp-content/uploads/2014/12/J-
PERLINDUNGAN-HAK-MINORITAS.pdf

Anda mungkin juga menyukai