Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain ditandai oleh
munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap,mulai dari yang amat
sederhana, sampai dengan tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap. Salah
satunya adalah pesantren.
Menurut Ahmad Syafi’i Nur :“ pesantren atau pondok adalah lembaga
yang dapat dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem
pendidikan dan selanjutnya,ia dapat merupakan bapak dari pendidikan
Islam“.Kehadiran pesantren tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat. Karena itu,
pesantren sebagai lembaga pendidikan selalu menjaga hubungan yang harmonis
dengan masyarakat di sekitarnya sehingga keberadaannya di tengah-tengah
masyarakat tidak menjadi terasing. Dalam waktu yang sama segala aktifitasnya
pun mendapat dukungan dan apresiasi dari masyarakat sekitarnya.
Karena keunikannya itu maka pesantren hadir dalam berbagai situasi dan
kondisi dan hampir dapat dipastikan bahwa lembaga ini, meskipun dalam keadaan
yang sangat sederhana dan karakteristik yang beragam, tidak pernah mati.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka makalah ini mencoba menjelaskan asal usul
pesantren, pertumbuhan, dan karakteristik kelembagaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Asal-Usul Pesantren?
2. Bagaimanakah Pertumbuhan Kelembagaannya?
3. Bagaimana Karakteristik Pesantren
C. Tujuan
1. menjelaskan Asal-usul pesantren
2. menjelaskan Pertumbuhan Kelembagaan pesantren
3. Menjelaskan Bagaimana Karakteristik Pesantren

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal-Usul Pesantren
Tidak jelas dan tidak banyak referensi yang menjelaskan kapan pesantren
pertama berdiri, bahkan istilah pesantren, kiai dan santri masih
diperselisihkan.Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang
mendapat imbuhan awalan Pe dan akhiran an yang menunjukan tempat. Dengan
demikian pesantren artinya “Tempat para santri“. Selain itu, asal kata pesantren
terkadang dianggap gabungan dari kata sant (Manusia Baik) dengan suku Tra
(Suka Menolong) sehingga kata pesantren dapat berarti „Tempat Pendidikan
Manusia baik-baik“
Ada yang berpendapat bahwa pada umumnya berdirinya suatu pesantren
diawali dari pengakuan masyarakat akan keunggulan dan ketinggian ilmu seorang
guru atau kiai. Karena keinginan menuntut dan memperoleh ilmu dari kiai atau
guru tersebut maa masyarakat sekitar bahkan dari luar daerah datang kepadanya
untuk belajar. Mereka lalu membangun tempat tinggal yang sederhana disekitar
tempat tinggal guru atau kiai tersebut.
Wahjoetomo, mengatakan bahwa pesantren yang berdiri di tanah air,
khususnya di jawa dimulai dan dibawa oleh wali songo, dan tidak berlebihan bila
dikatakan bahwa pondok pesantren yang pertama didirikan adalah “Pondok
Pesantren yang pertama didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau
terkenal dengan sebutan Syekh Maulana Maghribi (Wafat tanggal 12 Robi’ul awal
822 H atau tanggal 8 april 1419 M di Gresik“. Secara terminologis Steenbrink
menjelaskan bahwa dilihat dari bentuk dan sistemnya, pesantren berasal dari
India. Ini membuktikan sebelum proses penyebaran islam di Indonesia sudah
digunakan secara umum untuk pengajaran Hindu Jawa. Setelah Islam tersebar di
jawa sistem tersebut diambil oleh Islam. Juga istilah ngaji, istilah pondok, langgar
di jawa, Surau di Minangkabau, Rangkang Aceh, bukan berasal dari bahasa arab,
merupakan istilah yang terdapat di India.

2
Mahmud yunus menyatakan dalam sejarah pendidikan islam bahwa asal
usul pesantren yang menggunakan bahasa arab pada awal pelajarannya, ternyata
dapat ditemukan di Baghdad ketika menjadi pusat dan ibukota wilayah islam.
Dengan mengemukakan pendapat para pakar tersebut,membutikan bahwa
persoalan-persoalan historis tentang asal-usul pesantren tidak dapat diselesaikan
dan dipahami secara keseluruhan,sebelum problematika yang lannya terselesaikan
terlebih dahulu, yaitu tentang kedatanga Islam di indonesia. Pesantren yang
merupakan “Bapak” dari pendidikan islam di indonesia, didirikan karena adanya
tuntutan dan kebutuha zaman. Hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah, dimana
bila dirunut kembali, sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban
dakwah islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan Ajaran Islam,
sekaligus mencetak kader-kader Ulama atau Da’i.
Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “ Tempat Belajar
Para Santri “. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana
yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata “Pondok” mungkin juga berasal dari
bahasa Arab “Funduq” yang berarti “Hotel atau Asrama”.
Pembangunan suatu pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat akan
adanya lembaga pendidikan lanjutan. Namun demikian, faktor guru yang
memenuhi persyaratan keilmuan yang diperlukan akan sangat menentukan bagi
tumbuhnya suatu pesantren. Pada umumnya berdiri suatu pesantren yang diawali
seorang Guru atau Kiai. Karena keinginan menuntut dan memperoleh ilmu dari
Guru tersebut, maka masyarakat sekitar, bahkan dari luar daerah datang
kepadanya untuk belajar. Mereka lalu membangun tempat tingggal yang
sederhana disekitar tempat tinggal guru tersebut. Semakin tinggi ilmu seorang
guru tersebut, semakin banyak pula orang dari luar daerah yang datang untuk
mentut ilmu kepadanya dan berarti semakin besar pula pondok dan pesantrennya.
Kelangsungan hidup suatu pesantren amat tergantung kepada daya tarik
tokoh sentral (Kiai atau Guru) yang memimpin, menuruskan atau mewarisinya.
jika pewaris menguasi sepenuhnya baik pengetahuan agama, wibawa, ketermpilan
mengajar dan kekayaan lainnya yang diperlukan. Sebaliknya pesantren akan
menjadi mundur atau hilang, jika pewaris atau keturunan Kiai yang mewarisinya

3
tidak memenuhi persyaratan. Jadi seorang figur pesantren memang sangat
menentukan dan benar-benar diperlukan.
Biasanya santri yang telah menyelesaikan dan diakui telah tamat, diberi
izin oleh Kiai untuk membuka dan mendirikan pesantren baru didaerah asalnya.
Dengan cara demikian pesantren-pesantren berkembang diberbagai daerah
terutama pedesaan dan pesantren asal dianggap sebagai pesantren induknya.
B. Pertumbuhan Kelembagaan Pesantren
Akar Historis keberadaan pesantren dapat dilacak jauh kebelakang
kemasa-masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Ketika para wali songo
menyiarkan dan menyebarkan Islam di tanah Jawa, mereka memanfaatkan Masjid
dan pondok pesantren sebagai sarana dakwah yang efektif. Para wali songo itu
mendirikan masjid dan padepokan (Pesantren) sebagai pusat kegiatan mereka
dalam mengajarkan dan mendakwahkan agama Islam. Misalnya, Raden rahmat
(Yang dikenal sebagai sunan Ampel) mendirikan pesantrennya didaerah kembang
kuning (Surabaya). Pesantren ini pada mulanya hanya mempunyai tiga orang
santri, yaitu Wiryo Suryo, Abu Hurairoh dan Kiai Bangkuning . Setelah melalui
beberapa kurun masa pertumbuhan dan perkembangannya, pondok pesantren
bertambah banyak jumlahnya dan tersebar di pelosok-pelosok tanah air.
Pertumbuhan dan perkembangan pesantren ini didukung oleh beberapa faktor
sosio-kutural-keagamaan yang kondusif sehingga eksistensi pesantren ini semakin
kuat berakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam Bukunya Dr. Faisal Ismail, MA, Paradigma Kebudayaan islam
;Studi Kritis dan refleksi Historis , bahwa Faktor-Faktor yang menopang
menguatnya keberadaan pesantren ini antara lain dapat disebutkan sebagai
berikut:
1. Karena agama islam telah semakin tersebar dipelosok-pelosok tanah air,
maka masjid-masjid dan pesantren-pesantren semakin banyak pula
didirikan oleh umat islam untuk dijadikan sarana pembinaan dan
pengembangan syiar islam.
2. Siasat belanda yang terus memecahbelah antara penguasa dan ulam telah
mempertinggi semangat jihad umat islam untuk melawan belanda.

4
Menghadapi situasi ini, para ulama hijrah ketempat-tempat yang jauh dari
kota dan mendirikan pesantren sebagai basis pemusatan kekuatan mereka.
3. Kebutuhan Umat Islam yang semakin mendesak akan sarana pendidikan
yang islami, karena sekolah-sekolah belanda secara terbatas hanya
menerima murid-murd dari kelas sosial tertentu.
4. Semakin lancarnya hubungan antara indonesia dan tanah suci Mekkah
yang memungkinkan para pemuda islam indonesia untuk belajar ke
Mekkah yang merupakan pusat studi Islam. Sepulangnya dari mekah,
banyak diantara mereka yang mendirikan pesantren untuk mengajarkan
dan mengembangkan agama islam di daerah asal mereka masing-masing .
Demikianlah, pada masa awal pembentukannya pondok pesantren telah
tumbuh dan berkembang secara subur dengan tetap menyandang ciri-ciri
tradisionalnya. Setelah berabad-abad lamanya, pesantren semakin berkembang
dan kini jumlahnya mencapai ribuan. Menurut buku laporan yang dikeluarkan
oleh Departemen Agama pada tahun 1982, jumlah pesantren yang ada di
Indonesia tercatat sebanyak 4.890 buah .
C. Karakteristik Pendidikan Pesantren
Untuk mengetahui karakteristik pendidikan pesantren, maka dapat dilacak
dari berbagai segi yang meliputi keseluruhan sistem pendidikan: seperti materi
pelajaran dan metode pengajaran, prinsip-prinsip pendidikan, sarana dan tujuan
pendidikan pesantren, kehidupan kiai dan santri serta hubungan keduanya.
a. Materi pelajaran dan Metode Pengajaran
Sebagai lembaga pendidikan islam, pesantren pada dasarnya hanya
mengajarkan agama, sedangkan sumber kajian atau mata pelajarannya ialah kitab-
kitab dari bahasa Arab. Pelajaran agama yang dikaji dipesantren adalah Al-Qur’an
dengan tajwidnya dan tafsirnya, aqaid dan ilmu kalam, fiqih dan usul fiqih, hadits
dan mustholahul hadits, bahasa Arab dengan ilmu alatnya seperti nahwo, sharaf,
bayan, ma’ani, badi‘ dan ‘arud, tarikh, mantiq dan tasawuf. Kitab yang dikaji di
pesantren umumya kitab-kitab yang di tulis dalam abad pertengahan, yaitu abad
ke-12 sampai dengan abad ke-15 atau lazim disebutdengan “Kitab Kuning“ .

5
Adapun metode yang lazim dipergunakan dalam pendidikan pesantren
ialah wetonan, sorogan, dan hafalan. Metode Wetonan adalah metode kuliah
dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekeliling kyai yang
menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika
perlu.
Metode sorogan adalah suatu metode dimana santri menghadap guru atau kiai
seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya, kiai
membacakan dan menerjemahkannya kalimat perkalimat; kemudian menerangkan
maksudya.
Metode Hafalan ialah suatu metode dimana santri menghafal teks atau kalimat
tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Biasanya cara menghafal ini diajarkan
dalam bentuk syair atau Nazam .
b. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan pesantren tidak dibatasi seperti dalam lembaga-
lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal. Umumnya, kenaikan tingkat
seorang santri ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab yang dipelajarinya.
Apabila seorang santri telah menguasai satu kitab dan telah lulus imtihan (Ujian)
yang diuji oleh kiai nya, maka ia berpindah ke kitab yang lain. Jadi jenjang
pendidikan tidak ditandai dengan naiknya kelas seperti dalam pendidikan formal,
tetapi pada penguasaan kitab-kitab yang telah ditetapkan dari yang paling rendah
sampai paling tinggi .
Jenjang pendidikan pondok pesantren setingkat SD atau sederajat
Setelah anak memasuki usia wajib belajar sekitar 7 tahun. ada beberapa
pondok pesantren yang memberikan pelayanan pendidikan pada tingkat ini. bagi
anak umur setingkat SD, biasanya hanya sedikit pondok yang menyelenggarakan
atau menerima anak seumuran SD yang tinggal di asrama. Dengan pertimbangan
kerepotan mengurusi serta pertimbangan psikologis keperluan anak kepada kasih
sayang orang tua. akan tetapi walau jarang, masih ada juga pondok yang
membuka layanan ini. Misalnya pondok tahfidz banu salamah di Jenawi
Karanganyar dengan pendidikan PPS Wajardikdas Ula (paket A Dibawah
Kementerian Agama), ada juga Pondok pesantren Imam Bukhari dengan paket B

6
nya dan pondok pesantren Isy karima dengan MI nya. akan tetapi sepertinya saat
ini pp imam bukhari menutup pendidikan setingkat SD nya yang ber asrama
setelah melakukan banyak evaluasi. sedangkan MI di pondok pesantren Isy
Karima bukan lah santri yang mukim di asrama. Berbeda dengan banu salamah
yang tetap eksis dan memerima anak setingkat SD untuk mukim di pondok
pesantren. LAYANAN PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN setingkat SD
adalah
1. Sekolah Dasar
2. Madrasah Ibtidaiyah
3. PPS Wajar Dikdas Ula
4. Paket A
5. Pendidikan diniyah formal awwaliyah
6. Muadalah tingkat Ula
7. Ijazah pondok yang belum diakui negara
Dari angka satu sampai enam diatas, keseluruhan ijazahnya diakui oleh
pemerintah dan bisa dipakai untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi ke
SLTP/sederajat.
Jenjang pendidikan pondok pesantrem setingkat SMP atau sederajat.
Secara prinsip adalah hampir sama ijazah yang di akui oleh pemerintah
seperti pada tingkat SD. hanya ada perbedaan nama dan istilahnya saja. pada
tingkatan ini umumnya pondok pesantren mengambil salah satu dari satuan
pendidikan guna memenuhi kebutuhan santri dalam ijazah. pendidikan yang
ditawarkan dan diakui oleh pemerintah adalah :
1. SLTP/SMP. contohnya SLTP Takmirul Islam di surakarta, SLTP Daarul
Qur’an Surakarta di Karanganyar, SMP Nurul Islam (NURIS) Di tengaran
Kabupaten Semarang.
2. MTs. contohnya MTs al mukmin di Sukoharjo, MTs Assalaam di
sukoharjo, MTs Husnayain di Jakarta, MTs Al Irsyad di Tengaran Kab.
Semarang
3. PPS wajar dikdas wustha. Merupakan pendidikan kesetaraan paket B yang
dibawah naungan Kementerian Agama. contohnya PPS Wajardikdas

7
Wustha Ibnu Abbas di Sragen, PPS Wajar dikdas Wustha darul mubtadi-
ien di Kebakkramat Karanganyar
4. Paket B. Contohnya PAKET B imam bukhari di selokaton Karanganyar.
5. PDF Formal (Pendidikan Diniyah Formal tingkat wustha). saat ini ada
beberapa pondok pesantren yang menggunakan satuan pendidikan ini,
akan tetapi saya lupa nama pondoknya, semoga suatu waktu tidak lupa
menanyakan kepada teman
6. Muadalah tingkat wustha. Adalah pengakuan dari pemerintah bahwa ijazah
yang dikeluarkan oleh pesantren ini diakui oleh pemerintah. contoh.
Muadalah darussalam gontor, muadalah Matholi’ul Falah Pati
Jenjang pendidikan pondok pesantren tingkat takhashush.
Sebenarnya ini bukanlah salah satu jenjang pada pondok pesantren. akan
tetapi merupakan suatu pendidikan satu tahun bagi para murid diluar lulusan
pesantren yang ingin melanjutkan tingkat pendidikan tingkat SMA/Sederajat di
pondok pesantren. umumnya pondok pesantren yang memiliki pendidikan tingkat
SMP dan SMA memiliki kelas takhashush
Jenjang pendidikan pondok pesantren tingkat SMU/sederajat.
pada tingkatan SMU, berbagai pilihan layanan yang ada di pesantren seperti :
1. SMU. SMU Assalaam Sukoharjo
2. Madrasah Aliyah. MA ali maksum krapyak Yogyakarta,MA, AlIrsyad
Tengaran kab. Semarang, MA Nurul Islam Tengaran, MAKN Surakarta
Pondok Pesantren HADIL IMAN. (bagi anda yang pengen tahu ada
pondok pesantren plat merah silahkan melihat pp hadil iman � dan
banyak contoh yang lain
3. PPS WAJAR DIKDAS ULYA. entah sampai kapan kemenag mewujudkan
tingkat ini karena sudah banyak pondok pesantren yang menunggu dan
bertanya tentang pendidikan kesetaraan khusus pondok pesantren. karena
selama ini pendidikan kesetaraan wajardikdas hanya mentok di wustha.
4. paket C. seperti paket C imam bukhari. paket c darul mubtadi-ien
Karanganyar.

8
5. PDF ULYA. Sama kasusnya pada yang wustha, sudah ada beberapa yang
menyelenggarakan akan tetapi saya belum tahu nama nama pondok ya g
menyelenggarakannya. PDF Merupakan singkatan dari pendidikan diniyah
formal.
6. muadalah tingkat ulya. contohnya muadalah di matholi’ul falah Pati,
Muadalah takmirul Islam Surakarta, Muadalah Darussalam Gontor
Ponorogo.santri peserta lomba kaligrafi pondok pesantren
Jenjang pendidikan pondok pesantren setingkat perguruan tinggi
Pada saat ini Kementerian agama sudah meluncurkan aturan yang
mengatur tentang pondok pesantren setingkat perguruan tinggi. pondok pesantren
ini disebut dengan ma’had aly. yang mana santri nya disebut dengan mahasantri.
seperti di Pondok Pesantren Ma’had Aly Al Mubaarok Manggisan Wonosobo
Jawa Tengah
Begitulah layanan dan jenjang pendidikan di pondok pesantren yang mana
ternyata pondok pesantren menawarkan berbagai satuan pendidikan yang
bermacam macam tentunya setelah melalui pertimbangan masing masing pondok
pesantren dalam melakukan pemilihan satuan pelayanan pendidikan.
c. Fungsi Pesantren
Azyumardi azra menyatakan bahwa ada tiga fungsi pesantren tradisional.
Pertama, transmisi dan transfer ilmu-ilmu keislaman, Kedua, Pemeliharaan
Tradisi keislaman dan ketiga, reproduksi ulama .
d. Prinsip-Prinsip Pendidikan Pesantren
Pesantren memiliki prinsip-prinsip utama dalam menjalankan
pendidikannya. Setidaknya ada dua belas prinsip yang dipegang teguh pesantren :
1. Theocentric
2. Sukarela dalam pengabdian
3. kearifan
4. kesederhanaan
5. kolektivitas
6. mengatur kegiatan bersama
7. kebebasan terpimpin

9
8. kemandirian
9. pesantren adalah tempat mencari ilmu dan mengabdi
10. mengamalkan ajaran agama
11. belajar di pesantren bukan untuk mencari Ijazah
12. restu kiai artinya semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap warga
pesantren sangat bergantung pada kerelaan dan do’a dari kiai .
Jejak Pendidikan Pada masa permulaan tumbuhnya pondok pesantren
hanyalah berfungsi sebagai alat islamisasi, yang sekaligus berfungsi memadukan
tiga unsur pendidikan yaitu:
1. Ibadah untuk menanamkan iman.
2. Tabligh untuk menyebarkan ilmu dan amal, dan
3. Untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan seharihari.
Dalam menjalankan fungsi dan peranannya yang luas baik dalam pondok
pesantren sendiri maupun di dalam masyarakat kegiatan pondok pesantren
tercakup dalam: "Tri Darma Pondok Pesantren", seperti telah disebutkan yaitu:
1. Keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT
2. Pengembangan keilmuan yang bermanfa'at
3. Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan santri.
Keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT sudah sejak awal menjadi ciri
poko dari pendidikan pondok pesantren. Demikian pula pengembangan keilmuan
yang bermanfa'at, hanya pengertian yang bermanfa'at itu diperluas tidak terbatas
dengan pengetahuan agama dan ilmu alat seperti nahwu dan sharaf, akan tetapi
harus juga termasuk berbagai ilmu pengetahuan umum lainnya.Dengan berpegang
pada landasan tersebut, tampaknay pesantren dapat mengembangkan aktifitasnya
secara maksimal, meskipun dalam pengelolaan dan pembinaannya hanya
dilakukan oleh orang-orang pesantren itu sendiri, sebab bagaimanapun prinsip-
prinsip yang ingin dikembangkan menurut Tri Darma Pesantren tersebut adalah
sangat luas dan mencakup berbagai aspek.
e. Sarana dan tujuan Pesantren
Dalam bidang sarana, pesantren tradisional ditandai oleh ciri khas
kesederhanaan. Sejak dulu lingkungan atau kompleks pesantren sangat sederhana.

10
Tentu saja kesederhanaan secara fisik kini sudah berubah total. Banyak pesantren
tradisional yang memiliki gedung yang megah. Namun, kesederhanaan dapat
dilihat dari sikap dan prilaku kiai dan santri serta sikap mereka dalam pergaulan
sehari-hari. Sarana belajar misalnya, masih tetap dipertahankan seperti sedia kala,
dengan duduk diatas lantai dan di tempat terbuka dimana kiai menyampaikan
pelajaran.
Mengenai tujuan pesantren,sampai kini belum ada suatu rumusan yang
definitif. Antara satu pesantren dengan pesantren yang lain terdapat perbedaan
dalam tujuan, meskipun semangatnya sama, yakni untuk meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat serta meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. Adanya
keberagaman ini menandakan keunikan masing-masing pesantren dan sekaligus
menjadi karakteristik kemandirian dan independensinya.
f. Kehidupan Kiai dan Santri
Kehidupan di pesantren berkisar pada pembagian kegiatan berdasarkan
shalat lima waktu. Dengan sendirinya pengertian waktu pagi, siang dan sore di
pesantren menjadi berbeda dengan pengertian diluar. Dalam hal inilah misalnya
sering dijumpai santri yang menanak nasi ditengah malam, mencuci pakaian
menjelang terbenam matahari. Dimensi waktu yang unik ini tercipta karena
kegiatan pokok pesantren dipusatkan pada pemberian pengajian kitab teks (Al-
Kutub Al-Muqararah) pada setiap selesai sholat wajib. Demikian pula ukuran
lamanya waktu yang dipergunakan sehari-hari; pelajaran diwaktu tengah hari dan
malam lebih panjang daripada diwaktu petang dan subuh. Mendengar istiah
pesantren, orang pasti akan berfikir tentang sebuah lembaga pendidikan agama
yang identik dengan keberadaan kyai dan santridimana ilmu-ilmu agama dalam
kitab kuning dibaca, dihafal dan dikaji. Pesantren merupakan sebuah komunitas
kehidupan yang unik jika dilihat dari pandangn sosiologi dan kebudayaan, yakni
sebuah komunitas dimana masyarakatnya membentuk ikatan mata rantai terpusat
dengan aktivitas tertentu. Masing-masing masyarakat satu sama lain mempunyai
suatu hubungan yang istimewa yang jarang dijumpai pada masyarakat
kebanyakan.

11
Ada beberapa keunikan yang terdapat di pondok pesantren, diantaranya
dilihat dari lokasinya pesantren adalah sebuah kompleksitas lokasi yang umumnya
terpisah dari kehidupan sekitarnya yang terdiri dari komplek-komplek santri dan
masjid atau kelas-kelas sebagai tempat untuk mengaji dan yang unik lagi dari
semua pesantren yang ada yaitu di dekat lokasi-lokasi tersebut pasti berdiri rumah
sang kyai. Keberadaan santri juga tidak kalah unik, kata santri juga bisa
dinisbatkan pada bahasa jawa cantrik, yang artinya adalah selalu mengikuti
kemana gurunya pergi, jadi dapat disimpulkan bahwa santir adalah seseorang
yang tunduk dan patuh kepada gurunya bahkan mau melayani dan ngawulo
kepada guru/kyainya.
Tidak dipungkiri pesantren mempunyai kekuatan (power) yang dapat
diandalkan, yaitu kyai sebagai pemimpin pesanren dan pesantren sendiri sebagai
institusi dan sistem. Ada dua hal menurut Horikhosi yang mengakari kekuatan
kyai yaitu kredibilitas moral dan kemampuan mempertahankan pranata sosial
yang diinginkan. Gelar kyai tidak semata-mata diberikan pada ulama yang
mempunyai kedudukan, wibawa dan pengaruh yang sama akan tetapi diberikan
oleh masyarakat muslim karena kealiman dan pelayanan yang diberikannya
kepada masyarakat. Ahmad Tafsir menambahkan bahwa kewibawaan kyai juga
bersumber dari kemampuan-kemampuan supra rasional yang dimilikinya.
Walaupun sebenarnya sulit untuk membuktikan kebenarannya, namun
kepercayaan masyarakat akan hal tersebut cukup besar dan sangat mempengaruhi
dalam menghimpun kekuatan kyai.
Selanjutnya Ahmad Tafsir dengan mengutip pendapat Geertz
mengemukakan kemampuan pesantren dalam mengontrol perubahan nilai yang
juga tak lepas dari peran kyai sebagai penyaring informasi yang masuk ke
lingkungan kaum santri, mengajarkan hal-hal yang berguna dan membuang yang
merusak. Pada saat seperti ini, kemampuan kyai pesantren telah terbukti dalam
mengontrol nilai dan kebudayaan. Seberapa derasnya arus informasi yang masuk
pesantren, Kyai tidak akan pernah kehilangan peranannya senyampang masih
mampu menjaga pranata-pranata sosial dan perlunya perhatian dari tokoh-tokoh
lain untuk memperkuat kyai dalam menjaga pranata-pranata itu.

12
Sebuah tulisan Gus Dur tentang pola relasi kyai-santri di dalam tradisi
pesantren menyatakan tidak pernah dikenal istilah mantan santri atau mantan kyai.
Hubungan kyai-santri adalah hubungan yang akan terus melekat sampai akhirat
kelak. Seorang santri, ketika sudah keluar dari pondok, entah untuk tujuan studi
atau terjun ke masyarakat, akan terus mengemban amanah kesantriannya dan
menyandang nama kyai sebagai gurunya. Meskipun seandainya setelah itu tidak
pernah terjadi kontak fisik, secara batin sang kyai sebenarnya terus menyertainya
lewat doa dan barakah yang terus mengalir. Begitu juga sang santri bisa dikatakan
sudah sowan jika setiap saat memegang teguh ajaran kyainya dan tidak lupa
berkirim al-fatihah dan doa. Jika sang santri sampai akhir hayatnya tetap
berpegang teguh kepada ajaran kyainya, di akhirat kelak dia akan berkumpul di
satu tempat bersama sang kyai.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Tidak jelas dan tidak banyak referensi yang menjelaskan kapan pesantren
pertama berdiri, bahkan istilah pesantren, kiai dan santri masih
diperselisihkan.
2. Akar Historis keberadaan pesantren dapat dilacak jauh kebelakang
kemasa-masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Ketika para wali songo
menyiarkan dan menyebarkan Islam di tanah Jawa, mereka memanfaatkan
Masjid dan pondok pesantren sebagai sarana dakwah yang efektif. Para
wali songo itu mendirikan masjid dan padepokan (Pesantren) sebagai
pusat kegiatan mereka dalam mengajarkan dan mendakwahkan agama
Islam.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan pesantren,maka dapat dilacak
dari berbagai segi yang meliputi keseluruhan sistem pendidikan:seperti
materi pelajaran dan metode pengajaran,prinsip-prinsip pendidikan,sarana
dan tujuan pendidikan pesantren,kehidupan kiai dan santri serta hubungan
keduanya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata,H.(Ed),Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-


Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia,grasindo,yakarta,2001,h.93
Ahmad Syafi’i Nur,Pesantren :Asal Usul Dan Pertumbuhan Kelembagaan,Dalam
Buku yang di Edit oleh Abuddin Nata yang berjudul Sejarah Pertumbuhan
Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di
Indonesia,Grasindo,Jakarta,2001
Azyumardi Azra,Prof.Dr.H.,Pendidikan Islam;Tradisi Dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru,Logos,Jakarta,2002
Dawam rahardo,M. (Ed.),Pesantren Dan Pembaharuan,LP3ES,Jakarta,1974
Hasbullah, Drs.,Sejarah pendidikan Islam di Indonesia,Raja Grafindo
Persada,Jakarta,1996
Zamakhsyari Dofier,Tradisi Pesantren,LP3ES,Jakarta ,1983
Mahmud Yunus,Sejarah pendidikan Islam,Raja Grafindo Persada,Jakarta,1996
Marwan Saridjo et.al.,Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia,Drama
Bakti,Yakarta,1982
Mastuki HS,M.Ag dan M.Ishom El-saha,M.Ag. ,Intelektualisme Pesantren;Potret
Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Perkembangan Pesantren,Diva
Pustaka,Jakarta,2003
Wahjoetomo, Dr.dr.,Perguruan Tinggi Pesantren,LP3ES,Yakarta,1994,
https://komunitasmahasiswaiais.weebly.com/makalah/makalah-sejarah-pesantren-
di-indonesia,2018-02-14
http://lalakomunis.blogspot.co.id/2009/06/hubungan-kyai-santri.html,2018-02-14
http://www.jejakpendidikan.com/2017/01/fungsi-pondok-pesantren.html,2018-02-
14
https://pontren.com/2017/05/20/jenjang-pendidikan-pondok-pesantren/,2018-02-
14
http://aura-kharismathis.blogspot.co.id/2011/10/asal-usul-pesantren-dan-
sejarah.html,2018-02-14

15
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT., atas
segala rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Sejarah Perkembangan Pesantren
Di Indonesia”. Maksud penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas.
Penyusun menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini banyak
mendapat bimbingan dari dosen mata kuliah. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah, yang juga telah
memberikan bimbingan dan pengarahan serta bantuan dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
Penyusun menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi
tata bahasa maupun dalam hal penyusunan. Oleh karena itu, penyusun memohon
kritik dan saran untuk penyusun agar bisa lebih baik lagi.
Penyusun berharap semoga makalah ini memberikan manfaat baik bagi
penyusun, maupun mahasiswa pada umumnya, semoga dapat menyadarkan kita
bahwa betapa luasnya ilmu pengetahuan, dan betapa pentingnya ilmu sebagai alat
dalam meningkatkan nilai upaya mencapai ridho Allah SWT.

Cipasung, Februari 2018

Penyusun

i
16
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Pesantren.................................................................... 2
B. Pertumbuhan Kelembagaan Pesantren........................................ 4
C. Karakteristik Pendidikan Pesantren............................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15

17 ii
MAKALAH
SEJARAH PERKEMBANGAN PESANTREN DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Study Kepesantrenan

Dosen Pengampu : Waidin, S.Kom.I., M.Pd.I

oleh : Kelompok 2
1. Atiqotul Munawaroh
2. Seli Aulia
3. Fikri Maulana G.

FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
TASIKMALAYA
2018

18

Anda mungkin juga menyukai