Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan semester genap
Disusun Oleh :
Kelompok 12/ Perikanan B
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun tugas
laporan praktikum teknologi pembenihan ikan yang berjudul PEMIJAHAN
ALAMI IKAN LELE (Clarias sp) DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH.
Dengan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang telah
mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya, sehingga laporan ini dapat di
selesaikan.
Laporan ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa untuk lebih
menguasai dan mengerti hal-hal yang di bahas dalam laporan dan dapat
bermanfaat sebagai panduan untuk memijahkan ikan dengan teknik hipofisa.
Kami telah menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya, tetapi kami
sangat menerima kritik, usul, atau saran sebagai bahan pertimbangan untuk
penyempurnaan laporan di masa mendatang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 3
1.4 Kegunaan ..................................................................................... 3
ii
iii
V PENUTUP .......................................................................................... 36
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 36
5.2 Saran .......................................................................................... 36
LAMPIRAN....................................................................................... 40
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pemijahan alami ikan lele adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui berapa bobot mingguan benih ikan lele
2. Untuk mengetahui berapa banyak cacing yang dikonsumsi oleh benih
ikan lele
3. Untuk mengetahui berapa pertambahan bobot mingguan benih ikan
lele
4. Untuk mengetahui berapa FCR (Food Cost Ratio) benih ikan lele
5. Untuk mengetahui berapa GR (Growth Rate) benih ikan lele
6. Untuk mengetahui berapa SGR (Spesific Growth Rate) benih ikan lele
7. Untuk mengetahui berapa jumlah benih lele tiap minggunya
8. Untuk mengetahui berapa berat benih lele yang mati tiap minggunya
1.4 Kegunaan
Praktikum ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam memahami teknik
pemijahan alami ikan dan dapat berguna untuk melakukan pemijahan ikan secara
mandiri
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Filum : Chordata Sub
Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
4
5
Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal,
ada pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat
berlumpur (Hernowo dan Suyanto, 2003 dalam Jufrie, 2006). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Britz dan Hecht (1987), untuk pembesaran benih ikan
lele didapat bahwa laju pertumbuhan ikan lele akan baik pada suhu 25º-33ºC dan
suhu optimum 30ºC. Menurut Swingle (1968) dalam Boyd (1982), konsentrasi
oksigen terlarut yang menunjang pertumbuhan dan proses produksi yaitu lebih
dari 5 ppm. Ikan lele dapat hidup pada perairan yang kandungan oksigennya
rendah, karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut arborescen organ.
Nilai pH yang baik untuk lele berkisar antara 6,5-8,5. Tinggi rendahnya suatu pH
dalam perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan
perairan khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme (Arifin, 1991). Kandungan
amoniak dalam air sumber yang baik tidak lebih dari 0,1 ppm, karena air yang
mengandung 1,0 ppm sudah diangap tercemar.
Pakan alami ikan lele berupa jasad hewani yaitu crustacea kecil, larva
serangga (kutu air, jentik nyamuk), cacing dan molusca (Susanto, 1988). Semua
itu menunjukan bahwa ikan lele bersifat omnivora cenderung karnivora (Pillay,
1990). Selain itu, benih ikan lele bersifat kanibal. Rustidja (1984) dalam Rukmana
(2003) menyatakan bahwa benih lele mulai mengambil pakan dari luar setelah
berumur 100 jam dari waktu penetasannya. Baik tidaknya pertumbuhan lele
selanjutnya ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketersediaan
pakan dalam kolam. Pada pakan pertama benih ikan harus mempunyai ukuran
yang kecil dan sesuai dengan bukaan mulut benih, kandungan energi yang cukup
tinggi, dapat dicerna dan menarik perhatian, serta tersedia dalam jumlah banyak.
Pakan buatan merupakan campuran dari berbagai bahan yang diolah
menurut keperluan untuk diberikan ke ikan sebagai sumber energi. Pemberian
6
pakan pada benih ikan umur 7 sampai 15 hari biasanya diberi pakan dalam bentuk
tepung dan remah. Benih umur 15 sampai 30 hari dapat diberi pakan berupa pelet
yang berdiameter ± 1 mm atau disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan ini
diberikan 3-5 kali sehari (Soetomo, 1987).
Menurut Effendi (2004), konversi pakan tergantung pada spesies ikan
(kebiasaan makan, tingkat tropik, ukuran/ stadia,) yang dikulturkan, kualitas air
meliputi kadar oksigen dan amoniak serta suhu air, dan pakan baik secara kualitas
maupun kuantitas. Efisiensi pakan adalah bobot basah daging ikan yang diperoleh
per satuan berat kering pakan yang diberikan (Watanabe, 1988 dalam Hasanah,
2003). Hal ini sangat berguna untuk membandingkan nilai pakan yang
mendukung pertambahan bobot.
2.2 Pemijahan Alami (termasuk teknis, mulai dari perisapan, luasan
wadah pemijahan dan perbandingan jumlah induk, hingga kebiasaan
mijah)
Menurut Sunarma (2004), pemijahan alami dilakukan dengan cara
memilih induk jantan dan induk betina yang benar-benar matang gonad
kemudian dipijahkan secara alami dalam bak/wadah pemijahan dengan
pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang
induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan
secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina
dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
Pemijahan alami merupakan teknik pemijahan dimana ikan dibiarkan
memijah secara alami pada kolam tanpa ada bantuan manusia, tetapi semua
kondisi saat pemijahan sudah dimanipulasi mansuia. Pemijahan alami ikan lele
dilakukan dengan memasukkan induk betina dan induk jantan yang sudah matang
gonad pada satu kolam pemijahan yang telah diberi substrat berupa kakaban ( ijuk
yang diapit oleh bambu ). Pada umumnya ikan lele memijah pada malam hari,
karena ika ini cenderung memijah saat suasana tenang. Induk jantan dan betina
pada sore hari dimasukkan kedalam kolam pemijahan dan kolam ditutup agar ikan
tidak loncat keluar. Ikan lele memijah pada saat malam hari, dan pada pagi
7
harinya setelah telur ikan keluar maka induk jantan dan betina dipindahkan ke
kolam induk kembali (Effendi, 2003).
Kegiatan pembenihan merupakan kegiatan awal didalam budidaya. Tanpa
kegiatan pembenihan ini, kegiatan yang lain seperti pendederan dan pembesaran
tidak akan terlaksana. Karena benih yang digunakan dari kegiatan pendederan dan
pembesaran berasal dari kegiatan pembenihan, secara garis besar kegiatan
pembenihan meliputi : pemeliharaan induk, pemilihan induk siap pijah, pemijahan
dan perawatan larva (Khaeruman dan Amri, 2002).
Gambar 3. Kakaban
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
suhu, intensitas cahaya dan pengurangan oksigen. Telur akan menetas antara 20-
57 jam setelah terjadi pembuahan, dengan derajat penetasan antara 25-350C
Ikan lele mencapai kedewasaan setelah mencapai ukuran 100 gr atau lebih.
Jika sudah masanya berkembangbiak, ikan jantan dan betina berpasangan.
Pasangan itu lalu mencari tempat, yakni lubang-lubang yang teduh dan aman
untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira-kira 20-30 cm di bawah
permukaan air (Hernowo, 2001).
2.3 Reproduksi Ikan Lele (`termasuk karakteristik induk )
Semua jenis ikan lele berkembang dengan ovipar, yakni pembuahan telur
di luar tubuh. Ikan lele memiliki gonad satu pasang dan terletak. disekitar usus
(Suyanto, 2006). Ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan
dari bulan Mei sampai Oktober. Ikan lele juga dapat memijah sewaktu-waktu
sepanjang tahun. Individu menjadi dewasa secara seksual sekitar satu tahun.
Dalam perbandingan jantan dan betina yang dikawinkan umumnya adalah dalam
satu masa perkawinan, ikan dapat membuahi satu jantan untuk satu betina.
Demikian pula untuk ikan lele yang membuahi satu jantan untuk satu betina. Hal
tersebut dapat dilihat dari cara kawin ikan tersebut.
Pada lele jantan alat kelaminnya tampak jelas dan meruncing atau
memanjang ke arah belakang . Sedangkan pada lele betina alat kelaminnya
berbentuk oval, agak besar yang digunakan sebagai jalan keluarnya telur. Alat
kelamin pada lele mempunyai system urogenithal karena alat kelamin ini juga
berfungsi sebagai alat pembuangan air seni. Pada lele jantan maupun betina, pada
lubang urogenithal terdapat pada suatu papilla (tonjolan) yang ada tepat di
belakang dubur.
2.4 Hormon yang Berperan dan Pemijahan Alami
Menurut Cook (1990) dalam Darwisito (2002), ada beberapa hormon yang
terlibat dalam pengaturan reproduksi atau pemijahan ikan. Hormon-hormon
tersebut dihasilkan oleh kelenjar hipothalamus, hipofisa dan gonad. Adapun
hormon-hormon tersebut adalah :
12
Seluruh telur yang ditetaskan harus terendam air, tentunya proses ini
memerlukan kakaban. Kakaban yang penuh dengan telur diletakan terbalik
sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan terendam air
seluruhnya. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan,
sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses
penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Untuk memenuhi
kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan di pasang aerasi.
Pada beberapa telur ikan waktu penetasan berbeda-beda. Telur akan
menetas tergantung dari suhu air bak penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin
panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu
rendah, menetasnya semakin lama. Sumantadinata (1983) mengatakan faktor-
faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah :
15
Pada dasarnya Cacing sutra (Tubifex sp) tidak mempunyai insang dan
bentuk tubuh yang kecil dan tipis. Karena bentuk tubuhnya kecil dan tipis,
pertukaran oksigen dan karbondioksida sering terjadi pada permukaan tubuhnya
yang banyak mengandung pembuluh darah. Kebanyakan Tubifex membuat tabung
pada lumpur di dasar perairan, di mana bagian akhir posterior tubuhnya menonjol
keluar dari tabung bergerak bolak-balik sambil melambai-lambai secara aktif di
dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan cacing akan memperoleh oksigen
melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada bagian posterior tubuh dari Tubifex
dapat membantu fungsi pernafasan.
Djarijah (1996) mendeskripsikan cacing sutra sebagai organisme air tawar
yang memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya 1-
2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna
tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan cacing rambut
(Djarijah, 1996). Cacing ini memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai
pakan ikan yaitu protein sebesar 57%, lemak sebesar 13.3%, serat kasar sebesar
2.04%, kadar abu sebesar 3.6%, dan air sebesar 87.7%.
BAB III
BAHAN DAN METODE
18
19
3.4 Metode
Metode yang digunakan pada kegiatan praktikum pemijahan alami ikan
lele ini dilakukan dengan skala laboratorium dan perhitungan FCR, SR, GR, dan
SGR dilakukan secara deskriptif. Metode deskriptif ini dilakukan dengan
membandingkan antara data kelas dengan data kelompok untuk mengetahui
apakah adanya perbedaan dari hasil berdasarkan parameter yang diamati pada saat
praktikum.
oksigen yang cukup. Setelah larva menetas, kakaban dikeluarkan dan media
pemeliharaan disiphon menggunakan elang kecil setiap hari dan diberi pakan
setelah 2 hari dari penetasan berupa cacing sutra. Pemeberian pakan ini dilakukan
dengan cara sampling bobot 20 ekor larva yang kemudian dihitung berat cacing
yang dibutuhkan.
3.5.3 FCR
Food Convertion Ratio atau efisiensi pakan dihitung dengan
mengguanakan rumus (Takeuchi 1988) sebagai berikut :
Efesiensi pakan =
3.5.4 SR larva
Survival Rate (SR) yaitu persentase jumlah larva ikan lele yang masih
hidup, setelah diberi pakan. Penghitungan SR benih larva lele dilakukan pada
awal pemeliharaan setelah yolk sac habis, atau setelah ikan lele diberi pakan
Tubifex sp. Penghitungan kelangsungan hidup dirumuskan oleh (Mudjiman, 2005)
sebagai berikut :
SR = x 100 %
Keterangan :
SR = Survival Rate (%)
N t = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatan (ekor)
N o = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
3.5.5 SR benih
Survival Rate (SR) yaitu persentase jumlah larva ikan lele yang masih
hidup, setelah diberi pakan. Penghitungan SR benih larva lele dilakukan pada
akhir praktikum. Penghitungan kelangsungan hidup dirumuskan oleh (Mudjiman,
2005) sebagai berikut :
SR = x 100 %
Keterangan :
SR = Survival Rate (%)
N t = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatan (ekor)
N o = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
22
Keterangan :
We = Bobot ikan pada akhir perlakuan (gram)
Ws = Bobot ikan pada awal pemeliharaan (gram)
d = Periode pemeliharaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
24
25
26
kematian adalah padat tebar yang terlalu padat dan kondisi media pemeliharaan
yang kurang sesuai karena menurut Hernowo (2003) kondisi lingkungan optimal
untuk lele yaitu pada perairan dangkal, agak gelap, dan bersubstrat lumpur maka
dari itu media pemeliharaan yang digunakan berupa sterofoam yang diisi air ¾
bagian.
ikannya, ini menunjukan jika pemeliharaan yang dilakukan oleh kelompok 12B
berhasil karena bobot ikan perminggunya naik, seperti pada minggu pertama
kelompok 12B memiliki bobot seberat 42.18 gram yang kemudian pada minggu
kedua bobot bertambah menjadi 120.93 gram, terlihat kenaikan bobot sebesar
78.75 gram pada bobot ikan hal ini dapat terjadi karena ikan-ikan tersebut dalam
kondisi yang baik dengan pola pakan yang baik pula, pola pemberian pakan juga
mempengaruhi tingkat penambahan bobot ikan. Jika dibandingkan dengan
kelompok lain ini terlihat rata-rata semua kelompok juga memiliki data yang
menunjukan tingkat kenaikan bobot ikan mingguan yang baik.
Sedangkan pada tabel pakan harian yang dikonsumsi pada kelompok 12B
menunjukan hasil dari minggu ke minggu jumlah konsumsi pakan yang
dihabiskan meningkat seperti pada minggu pertama jumlah pakan konsumsi yang
dihabiskan adalah sebanyak 12.08. Pada minggu kedua adalah sebanyak 36.27
gram ini terlihat kenaikan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh larva ini terjadi
karena penambahan bobot ikan juga mempengaruhi jumlah pakan yang
dikonsumsi dimana semakin naik bobot seekor ikan maka semakin banyak juga
jumlah pakan yang dikonsumsi ikan tersebut. Tetapi pada pelaksanaanya ada
kalanya kebutuhan pakan yang dikonsumsi mengalami penurunan Hal ini dapat
terjadi karena pengurangan jumlah ikan yang mengkonsumsi pakan yang
diberikan jumlah ikan yang berkurang ini terjadi karena banyak dari larva ikan
yang mati akibat dari kurang baiknya pemeliharaannya seperti kurang
diperhatikannya kebersihan akuakrium seperti jarangnya akuarium tersebut
dibersihkan sehingga menyebabkan banyaknya sisa pakan dan feses yang
mengendap pada dasar akuarium sehingga menyebabkan air pada akuarium
berubah kondisinya dari baik untuk pertumbuhan ikan menjadi kurang baik
sehingga menyebabkan banyak ikan yang mati selain itu juga berkurang nya
jumlah ikan yang mengkonsumsi pakan juga dapat terjadi karena kanibalisme
yang merupakan sifat alamiah dari larva.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pemeliharaan larva salah
satunya adalah kualitas air, menurut Britz dan Hecht (1987), untuk pembesaran
benih ikan lele didapat bahwa laju pertumbuhan ikan lele akan baik pada suhu
29
25º-33ºC dan suhu optimum 30ºC. Menurut Swingle (1968) dalam Boyd (1982),
konsentrasi oksigen terlarut yang menunjang pertumbuhan dan proses produksi
yaitu lebih dari 5 ppm. Ikan lele dapat hidup pada perairan yang kandungan
oksigennya rendah, karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut
arborescen organ. Nilai pH yang baik untuk lele berkisar antara 6,5-8,5. Tinggi
rendahnya suatu pH dalam perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah
kotoran dalam lingkungan perairan khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme
(Arifin, 1991). Kandungan amoniak dalam air sumber yang baik tidak lebih dari
0,1 ppm, karena air yang mengandung 1,0 ppm sudah diangap tercemar.
Baik tidaknya pertumbuhan lele selanjutnya ditentukan oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah ketersediaan pakan dalam kolam. Pada pakan pertama
benih ikan harus mempunyai ukuran yang kecil dan sesuai dengan bukaan mulut
benih, kandungan energi yang cukup tinggi, dapat dicerna dan menarik perhatian,
serta tersedia dalam jumlah banyak.
Pada proses penetasan telur, seluruh telur yang ditetaskan harus terendam
air, tentunya proses ini memerlukan kakaban. Kakaban yang digunakan sebanyak
2 buah yang dibuat pada tanggal 5 April 2017 yang penuh dengan telur diletakan
terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan
terendam air seluruhnya. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah
kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam
proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Telur akan menetas
tergantung dari suhu air bak penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas,
telur akan menetas semakin cepat.
Kondisi air saat kakaban telah dimasukkan air terlihar keruh berwarna
kecoklatan dan berbau amis. Maka dari itu perlu dilakukan pengontrolan kualitas
air dengan capa penyiponan wadah media setelah kakaban dikeluarkan.
Penyiponan dilakukan dengan memasukan selang ke dalam sterofoam yang
kemudian dibuang melewati saringan untuk mengantisipasi terbuangnya larva
keluar. Selain itu dilakukan pengecekan aerasi agar telur tidak menggumpal, tidak
31
terlalu kecil karea dapat mengakibatkan telur kekurangan suplai oksigen dan tidak
berlebihan karena dapat menyebabkan benturan pada telur.
Setelah kurang lebih 24 jam telur akan menetas menjadi larva ikan lele.
Pemberian pakan belum dilakukan arena larva masih memiliki cadangan makanan
berupa kuning telur di dalam tubuhnya. Setelah larva menjadi benih dengan
ukuran yang relative sudah lebih besar dan terlihat jela bentuknya, barula benih
diberi pakan cacing sutra. Pemberian pakan ini dilakukan dengan cara sampling
bobot yang dikalikan 30% dari total bobot benih yang ada dalam sterofoam.
pemberian pakan ini harus dilakukan secara rutin yaitu satu kali sehari untuk
mengantisipasi terjadinya persaingan makanan dan menyebabkan kanibalisme
serta kematian benih.
dengan banyaknya jumlah larva yang ada pada sterofoam dan dikalikan 30% dari
bobot tersebut.
Cara menjaga kualitas air selama pemeliharaan benih ikan lele adalah
dengan mematikan aerasi terlebih dahulu. Lalu kotoran-kotoran yang ada di dasar
akuarium disifon menggunakan selang. Air diganti hanya ¼ bagian saja.
Terjadinya kematian benih ikan dapat disebabkan pemberian pakan (cacing sutra)
yang kurang maupun berlebihan sehingga terjadi tingkah laku kanibalisme pada
benih ikan lele. Selain itu aerasi yang terlalu besar atau kecil dapat meningkatkan
kematian benih karena kekurangan suplai oksigen maupun terbentur arus yang
kuat dari aerasi.
Efesiensi pakan =
= 1.71 g
Efesiensi pakan minggu ke-2 =
= 2.27 g
Rata-rata efisiensi pakan = (1.71g + 2.27 g)/2
= 1.99 g
Jadi, FCR rata-rata selama 2 minggu pemeliharaan kelompok 12B adalah
adalah 1.99 g. Jika dibandingkan dengan FCR rata-rata kelas yaitu 7.3 maka
masih efisien nilai FCR kelompok. Semakin besar nilai FCR, maka semakin
semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan daging
kultur. Nilai FCR yang baik yaitu tidak lebih dari FCR=1. Hal ini menunjukkan
bahwa data kelompok 12B FCR nya sudah baik untuk standar dalam penentuan
keberhasilan nilai FCR. Nilai FCR terbilang baik apabila perbandingannya sesuai
33
antara pakan yang diberikan dengan sisa pakan sehingga terhitung hasil daging
yang mengalami pertumbuhan oleh benih.
Berbagai faktor dapat menyebabkan data yang kurang baik ini seperti
human error yang merupakan salah satu faktor kegagalan paling dominan dalam
hal ini. Faktor lain yaitu dari perlakuan yang kurang benar setiap melakukan
praktikum, seperti pemberian pakan yang berlebihan dengan sampling yang
kurang tepat sehingga mneyebabkan bobot akhir pakan masih besar dan seperti
tidak termaka oleh benih. Pemberian pakan berupa cacing sutra ini merupakan
salah satu bentuk pakan alami yang sering digunakan dalam proses pembesaran.
Cacing sutra yang diberikan sebagai pakan alami ini yaitu sebanyak 30% dari
bobot total benih yang akan di beri pakan. Diharapkan dengan permberian yang
optimal didapatkan juga hasil FCR yang sesuai.
SR
SR = x 100 %
= 80.66 %
SR minggu ke -2 = x 100 %
= 80.99 %
Rata-rata SR = (80.66 % + 80.99 %)/2
= 80.82 %
Jadi, rata-rata nilai survival rate benih ikan lele dalam 2 minggu yaitu
80.82 %. Hal yang artinya dapat dikategorikan pemeliharaan larva ikan lele
berhasil. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan,
maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan yang
dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya akan
dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Peningkatan padat tebar ikan akan berpengaruh
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan, artinya bahwa peningkatan padat tebar
ikan belum tentu menurunkan tingkat kelangsungan hidup.
34
GR
W = Wt-Wo
GR minggu ke -1 = 42.18 – 0.1
= 42.08
GR minggu ke -2 = 120.93 – 0.20
= 120.73
Rata-rata GR = (42.08 + 120.73)/2
= 81.405
Jadi, pertumbuhan mutlak mingguan benih ikan lele kelompok 12B
sebesar 78.75 gr/minggu, sedangkan rata-rata GR kelas adalah 81.405 gr/minggu.
Nilai ini menunjukkan pertumbuhan mutlak pada benih lele sebesar 42.18-78.75
gr/minggu selama masa pemeliharaan benih. Nilai yang seperti ini baik karna
apabila di lihat dari data rata-rata kelas nilai GR sebesar 6.65 gr/minggu. Hasil
dari kelompok 12B dianggap memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, hal ini
dapat terjadi karena perawatan yang baik dan produktivnya dalam pemberian
pakan. Apabila pakan yang diberikan mempunyai nilai nutrisi yang baik,
maka dapat mempercepat laju pertumbuhan, karena zat tersebut akan
dipergunakan untuk menghasilkan energi mengganti sel-sel tubuh yang rusak
(Handajani 2006).
SGR
SGR (%) = 100 x
35
= 301.28 %
= 562.51 %
Rata-rata SGR = (301.28 + 562.51)/2
= 431.895 %
Jadi, nilai SGR benih lele kelompok 12B sebesar 431.895 %. Rata-rata
SGR kelas adalah 44.36%. Hal ini menunjukan bahwa perbandingan nya cukup
jauh denga rata –rata nlai SGR kelompook lainnya. Laju pertumbuhan mingguan
dari kelompok 12B menunjukkan nilai dengan kenaikan yang baik sehingga data
akhirpun menunjukan adaanya faktor-faktor yang menjadi penyebab keberhasilan
harus di maksimalkan agar laju pertumbuhan harian benih signifikan dan dari
data ini dapat diketahui nilai SR dari benih pada akhirnya. Semakin besar laju
pertumbuhan spesifik maka semakin baik pakan tersebut dimanfaatkan untuk
pertumbuhan (Meliani 2002).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemijahan ikan secara alami adalah pemijahan ikan yang dilakukan
dengan cara memilih induk jantan dan induk betina yang benar-benar matang
gonad kemudian dipijahkan secara alami dalam bak/wadah pemijahan dengan
pemberian kakaban. Kakaban yang dibuat berjumlah 2 buah dengan 300 larva
ikan lele yang dipelihara selama 2 minggu. Rata-rata nilai FCR, SR, GR, SGR
kelompok 12B berturut-turut yaitu sebesar 1.99 g, 80.82 % , 81.405 g, 431.895 %
yang dapat dikatakan cukup berhasil karena nilai FCR yang lebih dari 1, SR yang
cukup tinggi, GR yang cukup baik karena masih mengalami peningkatan
perminggunya, dan SGR yang baik karena tidak berbeda jauh dengan data hasil
pengamatan kelas.
5.2 Saran
Pemilihan induk hendaknya dilakukan secara teliti agar memperoleh hasil
yang baik. Pemberian pakan harus diperhatikan agar pertumbuhan larva ikan patin
menjadi baik dan meningkatkan kelangsungan hidup (SR) ikan lele. Pengecekan
rutin kualitas air dan aerasi.
36
DAFTAR PUSTAKA
Boyd. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn
University. Elseveir Science Publising Company, Albama, Inc. New York.
Darseno. 2010. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Ikan Lele. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
37
38
Lesmana D.S., 2007. Reproduksi Dan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Loka
Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar Pusat Riset Perikanan Budidaya BRKP
Jakarta
Mandila, S.P. dan Hidajati. N, 2013. Identifikasi Asam Amino Pada Cacing Sutra
(Tubifex Sp.) yang Diekstrak Dengan Pelarut Asam Asetat dan Asam
Laktat.UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No. 1
Noga, E.J. 1996. Fish Disease Diagnosis and Treatment. Mosby-Year Book,
Inc.St.Louis, MO.367 p.
Respati dan Santoso. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Gurami. Kanisius,
Yogyakarta.
Rustidja, 1984. Kebutuhan Makan Benih Ikan Lele Clarias bathracus. Tesis
Program Pasca Sarjana. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa
Aksara. Jakarta
Suyanto, S.R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya. Schneider,
O., V. Sereti, M.A.M. Machiels, E. H. Eding, and J.A.J. Verreth. 2006. The
potential of producing heterotrophic bacteria biomass on aquaculture
waste. Water Research, 40: 2684 – 2694.
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Marine Culture. JICA Texbook. The
General of Aquaculture Course. Departemen of Aquatic. Biosciense. Tokyo.
Pp. 238.
Warisno. Dan Dahana, K. 2009. Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang.
Lily Publisher, Yogyakarta.
Yuniarti. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.)
Terhadap Produksi pada Sistem Budi daya dengan Pnegndalian Nitrogen
melalui Penambahan Tepung Terigu. Skripsi. Bogor. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Yustina, Arnentis, Dan Darmawat, 2002. Daya Tetas dan Laju Pertumbuhan
Larva Ikan Hias Betta splendens di Habitat Buatan. PMIPA. FKIP, Universitas
Riau
LAMPIRAN
Sterofoam
40
41
Pemotongan bamboo
Pembuatan Kakaban
Persiapan
Dibuat 2 kakaban sebagai tempat menempelnya telur yang akan dikeluarkan lele
Diseleksi indukan lele, seleksi di lakukan dengan perlahan agar ikan tidak stres atau
merusak organ tubuhnya
Dibiarkan air mengalir pada wadah pemijahan dengan debit minimal 1 liter per detik
untuk wadah pemijahan bak beton degan ukuran 2x1,6 meter
Dilakukan panen burayak di minggu ke dua dengan cara mengurangi jumlah air pada
wadah pemeliharaan secara perlahan.
Pelaksanaan
Dipelihara burayak pada wadah terpisah dan induk di simpan kembali pada kolam
pemijahan.