Anda di halaman 1dari 43

DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1

1.3 Manfaat .......................................................................................................... 1

1.4 Ruang Lingkup .............................................................................................. 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

LANDASAN TEORI .............................................................................................. 3

2.1 Adaptasi Bbl Dan Rawat Gabung ................................................................. 3

2.2 Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir ................................................................. 8

2.3 ASUHAN PADA BAYI 2-6 HARI SAMPAI 6 MINGGU .......................... 8

2.4 Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi Balita Dan Anak Prasekolah .............. 12

2.5 Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Bayi Baru Lahir .................................. 18

2.6 Bayi Baru Lahir Dengan Jejas Persalinan ................................................... 20

2.7 Bayi Baru Lahir Dengan Resiko Tinggi ..................................................... 21

2.8 Imunisasi Dasar Pada Neonatus Dan Bayi .................................................. 23

2.9 Asuhan Bayi Muda Dan Balita Dengan Pendekatan MTBM ...................... 26

2.10 Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Sakit Dengan Pendekatan MTBS ...... 27

2.11Penatalaksanaan Rujukan ........................................................................... 29

BAB III ................................................................................................................. 32

PEMBAHASAN ................................................................................................... 32

3.1 Observasi Adaptasi Bbl, Pencegahan Infeksi Dan Rawat Gabung ............. 32

3.2Observasi Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir ............................................... 32

3.3 Observasi Asuhan Pada Bayi....................................................................... 33

i
3.4 Observasi Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi Balita Dan Anak Prasekolah
........................................................................................................................... 36

3.5 Observasi Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Bayi Baru Lahir ................. 36

3.6 Observasi Bayi Baru Lahir Dengan Jejas Persalinan .................................. 37

3.7 Observasi Bayi Baru Lahir Dengan Resiko Tinggi ..................................... 37

3.8 Observasi Imunisasi Dasar Pada Neonatus Dan Bayi ................................. 37

3.9 Observasi Asuhan Bayi Muda Dan Balita Dengan Pendekatan MTBM ..... 37

3.10 Observasi Penatalaksanaan Rujukan ......................................................... 38

BAB IV ................................................................................................................. 40

PENUTUPAN ....................................................................................................... 40

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 40

4.2 Saran ............................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pratikum real setting merupakan pelaksanaan pratikum dari


kurikulum inti DIV kebidanan. Pratikum real setting ini lakukan oleh
semua mahasiswa tingkat satu DIV kebidanan . Perencanaan proses
pembelajaran pratikum terdiri dari pembelajaran pratikum yang di lakukan
di lahan praktik (praktik lahan tetapi dalam konteks pratikum) di sesuaikan
dengan karakter mata kuliah dan capaian pembelajaran yang akan di capai.
Pratik belajar laboratorium atau pratikum adalah pratikum baik di lahan
praktik maupun di laboratorium sebagai realisasi mata kuliah yang
mempunyai SKS pratikum.
Kegiatan belajar pratikum dilakukan dengan bimbingan penuh.
Adapun mata kuliah dengan pratikum real setting di semester tiga adalah
sebagai berikut :
1. Mata kuliah Asuhan Kebidanan persalina dan bayi baru lahir
2. Mata kuliah asuhan kebidanan nifas dan ibu menyusui
3. Mata kuliah kebidananneonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

1.2 Tujuan

1. Memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk memberikan asuhan


pada bayi baru lahir, neonatus (24 jam setelah lahir sampai dengan 28
hari), bayi dan balita yang di dasari oleh konsep, sikap dan
keterampilan.

1.3 Manfaat

1. Memberikan pedoman terhadap penyelenggaraan pratikum real setting


bagi pembimbing institusi, pembimbing klinik dan mahasiswa.

1
2. Memberikan pengalaman klinik kepada mahasiswa dalam
mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
3. Terlaksanya pembelajaran pratikum secara efektif dan efisien.
4. Terlaksanya proses evaluasi dalam rangka pencapaian kompetensi
mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

1.4 Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun menuliskan


ruang lingkup masalah sebagai berikut.
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,
nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus ialah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Berkaitan dengan hal itu, penulis
berusaha menjelaskan tentang hal tersebut ke dalam bentuk karya tulis
secara sistematis. Ruang lingkup mencakup:
 Adaptasi Bayi baru lahir, Pencegahan Infeksi Dan Rawat Gabung
 Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
 Asuhan Pada Bayi 2-6 Hari Sampai 6 Minggu .
 Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi Balita Dan Anak Prasekolah
 Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Bayi Baru Lahir
 Bayi Baru Lahir Dengan Jejas Persalinan, Bayi Baru Lahir Dengan
Resiko Tinggi
 Imunisasi Dasar Pada Neonatus Dan Bayi
 Asuhan Bayi Muda Dan Balita Dengan Pendekatan MTBM
 Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Sakit Dengan, Pendekatan
MTBS, dan
 Penatalaksanaan Rujukan.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Adaptasi Bbl Dan Rawat Gabung

Adaptasi bayi baru lahir


Bayi baru lahir/newborn/neonatus adalah bayi yang dilahirkan
sampai dengan umur 28 hari, biasanya lahir pada usia kehamilan 38
minggu sampai 42 minggu (Wong, 2003). Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan dengan berat badan
bayi antara 2500 sampai dengan 4000 gram dan tanpa tanda asfiksia &
penyakit penyerta lainya. Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari
keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak
perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Karakteristik Bayi Baru Lahir yaitu pada waktu lahir bayi sangat
aktif, pada menit pertama bunyi jantung. Jantung kira-kira 180x/menit
kemudian turun sampai 120 - 140x/menit. Pada waktu 30 menit setelah
lahir. Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x/menit biasanya
disertai rintihan yang berlangsung 10-15 menit.
 Perubahan pada Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru
paru.
 Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan
oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar
rahim harus terjadi 2 perubahan besar:
 Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

3
 Penutupan duktus arteriosus antara paru-paru dan aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh
mengubah tekanan dengan cara mengurangi/meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah (Henderson, 2006)
 Perubahan pada Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari
dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu
dingin ini menyebabkan air. ketuban menguap lewat kulit, pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya
 Perubahan pada Sistem Renal
Ginjal bayi baru lahir memperlihatkan penurunan aliran darah
dan ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerolus. Hal ini dapat
menimbulkan dengan mudah retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi
tubulus masih belum matang, yang dapat menyebabkan kehilangan
natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi
baru lahir tidak mampu melakukan pemekatan (konsentrasi) urin, yang
mencerminkan pada berat jenis urin yang rendah (Behrman, 2000).
Bayi baru lahir mengekresi sejumlah kecil urin pada 48 jam pertama
kehidupan, sering kali hanya sebanyak 30 –60 ml
 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna
yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus,
kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru

4
lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat
bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir
 Perubahan pada Sistem Hepar
Fungsi hepar BBL:
 penyimpanan zat besi
 metabolisme KH
 konjugasi bilirubin
koagulasi Hepar belum matur untuk membentuk glukosa
sehingga BBL mudah terkena hipoglikemi. Neonatus telah memiliki
kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, namun sebagian besar
BBL ada yg mengalami hiperbilirubinemia fisiologis.
 Perubahan pada Sistem Imunitas
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan
tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi

Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak
bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan
sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya.Rawat gabung
adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak
dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau
tempat bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya, hal ini merupakan
waktu yang baik bagi ibu dan bayi saling berhubungan dan dapat
memberikan kesempatan bagi keduanya untuk pemberian ASI.
Ada dua jenis rawat gabung :
a. RG continue : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam.
b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam
seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di
kamar bayi.

5
Tujuan Rawat Gabung
a. Memberikan bantuan emosional
1) Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi.
2) Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan
pengalaman dalam merawat bayi .
b. Penggunaan ASI
1) Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI.
2) Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering
mungkin.
c. Pencegahan infeksi
1) Mencegah terjadinya infeksi silang.
d. Pendidikan kesehatan
1) Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada
ibu.
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi
Manfaat Rawat Gabung
a. Bagi ibu
1) Aspek psikologi
 Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-
mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu
dan bayi.
 Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat
bayinya.
 Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu
dapat memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga
akan memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi
dengan baik sebagaimana seorang ibu memenuhi kebituhan nutrisi
bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya
dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan
memperlancar produksi ASI.
2) Aspek fisik

6
 Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui
akan terjadi kontraksi rahim yang baik.
 Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat
mobilisasi.
b. Bagi bayi
1) Aspek psikologi
 Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh
ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
 Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini
merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak
2) Aspek fisik
 Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat
memberikan kekebalan/antibodi.
 Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya.
 Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil.
 Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang.
 Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi.
 Alergi terhadap susu buatan berkurang.
c. Bagi keluarga
1) Aspek psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk
memberikan support pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi.
2) Aspek ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi
tidak menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
d. Bagi petugas
1) Aspek psikologi
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan
dapat melakukan pekerjaan lainnya.
2) Aspek fisik

7
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya
diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan
susu buatan

2.2 Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir

Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi


tentang anak dan keluarganya dengan menggunakan semua panca indra
baik subjektif maupun objektif. Pengkajian fisik BBL dan
perkembangannya dilakukan bersamaan pada waktu melakukan
pemeriksaan secara inspeksi maupun observasi.
Tujuan Pengkajian :
 Mendapatkan hasil yang valid
 Mengetahui keadaan fisik secara umum
 Mengetahui kondisi normal/abnormal

2.3 ASUHAN PADA BAYI 2-6 HARI SAMPAI 6 MINGGU

a. Minum/ kebutuhan dasar


Kebutuhan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai kenaikkan
Berat badan yang optimum, berbeda-beda oleh sebab pemberian cairan
hendaknya on demand (sesuai keinginan bayi).
b. BAB
Pada hari pertama dan ketiga tinja berwarna hijau tua (mekonium),
hari ke empat dan lima tinja berwarna coklat kehijauan dan tergantung
dengan susu yang diminum. Bayi yang minum ASI berwarna kuning dan
lembek, bayi yang minum PASI tinja berwarna kuning ke abu-abuan
dengan sedikit bau menusuk. Frekwensi 1-8 kali sehari.
c. BAK
Sistem ginjal terbentuk sejak masa janin tetapi kemampuan setelah
lahir masih terbatas,kemampuan mensekresi obat dan memekat atau
mengencerkan urin belum sempurna.Urin pertama dihasilkan dalam 24
jam pertama serta meningkat seiring asupan cairan. Yang perlu

8
diperhatikan/ dicatat : kencing pertama, frekwensi kencing berikutnya,
warna. Frekwensi minimal bayi berkemih 6-10 kali/ hari.
d. Tidur/ istirahat
Keadaan tidur tenang, bayi jarang bergerak dan pernafasan lambat
serta teratur. Keadaan tidur REM, bayi bernafas tidak teratur dan menangis
atau membuat ekspresi wajah lainnya. Gerakan mata yang cepat dapat
terlihat melalui kelopak mata. Keadaan istirahat bayi:
1) Keadaan sadar-aktif, bayi memperlihatkan gerakan tubuh yang aktif,
dengan ekspresi tenang atau meringis pada wajahnya.
2) Keadaan sadar-tenang, bayi sadar tetapi relaks, matanya terbuka dan
terfokus, dan bayi mungkin memperlihatkan ekspresi mimik wajah.
3) Keadaan transisional, bayi mengalami dari satu keadaan sadar lainnya.
Lama tidur BBL antara 16-20 jam sehari dengan masing-masing
periode antara 1,5 jam-5/ 6 jam
. Tahapan istirahat bayi:
(a) Tidur dan Bangun
Semenjak aktiv pernapasan bayi tetap terjaga dan reaktif terhadap
rangsang dalam jangka waktu 1jam lalu relaks dan tidur.Lama
tidur pertama berlangsung berapa menit hingga berapa jam.
Selama masa itu terjadi akumulasi sekret di orofaring yang
menyebabkan tersedak atau muntah
(b) Tahap Tidur
1) Tidur Dalam
Mata tertutup,nafas teratur,tidak ada pergerakan bola
mata,respon stimulus lambat.Gerakan tersentak dapat terjadi
disela tidur.
2) Tidur Dangkal
Pergerakan mata yang cepat teramati pada kelopak yang
tertutup.Pernapasan tidak teratur,respon mengisap terjadi
intermiten,respon pada stimulus cepat.
(c) Tahap Terjaga

9
1) Tahap mengantuk:mata bayi membuka,menutup,bayi dapat
tersenyum,gerakan halus dan bervariasi.
2) Tahap terjaga tenang :tanggap terhadap stimulus visual n
auditorik
3) Tahap terjaga aktiv : aktiv dan reaktif terhadap sekeliling
4) Tahap menangis aktif : bayi menangis keras.
e. Kebersihan kulit
Dilapisi oleh vernik caseosa yang berfungsi melindungi bayi
didalam dan diluar uteri serta menghilang dalam beberapa jam setelah
lahir. Tipis,halus dan mudah trauma akibat gesekan atau trauma. PH BBL
6,4 dan turun 4,9 setelah 3-4hr. Lanugo menutupi kulit terutama
bahu,lengan atas,paha.Tampak tanda khas etnik tertentu,misal mongolia
terdapat daerah lebar berwarna biru kehitaman pada sakrum. Kuku
terbentuk sempurna,terkadang lebih panjang.Rambut telah
sempurna,tulang kartilago telinga telah terbentuk.Mandi/ kebersihan kulit
dengan memandikan pada saat umur 6-24 jam saat suhu tubuh stabil.
Setelah itu lihat keadaan umum (suhu) normal.
f. Keamanan
(1) Jangan sekali-kali meninggalkan bayi sendirian dikursi, meja, tempat
tidur.
(2) Hindari pemberian apapun, kecuali ASI Ekslusif.
(3) Hindari penggunaan bantal pada belakang kepala bayi dan tempat
tidur karena bantal dapat menutupi muka bayi.
(4) Menjauhi orang-orang yang menderita infeksi.
(5) Menjauhi lingkungan yang banyak asap dan orang merokok.
(6) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani bayi.
(Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003 : 23)
g. Tanda-tanda bahaya Bayi Baru Lahir
1) Kehangatan : terlalu panas (> 38 ºC) atau terlalu dingin (< 36 ºC ).
2) Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat.

10
3) Pemberian makanan : hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel,
banyak muntah, tinja lembek sering, hijau tua ada lendir atau darah
pada tinja.
4) Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
5) Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau
busuk, pernafasan sulit.
6) Tinja/ kemih : tidak berkemih dalam 3 hari, tidak BAB dalam 24 jam.
7) Aktivitas : menggigil, atau tangis yang tidak biasa, rewel, lemas,
terlalu mengantuk, lunglai, kejang.
8) Pernafasan : sulit atau lebih dari 60 kali per menit
(Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003 : 24)
Tanda – tanda Bahaya Bayi Baru Lahir menurut Abdul Bari Saefudin
(2002 ; hal. 139) yaitu :
1) Sulit minum
2) Sianosis sentral (lidah biru)
3) perut kembung
4) Merintih
5) Perdarahan
6) Sangat kuning
7) Berat badan lahir < 1500 kg
h. perawatan tali pusat
tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan
tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bisa terjadi infeksi
lokal. Sisa tali pusat, harus dipertahankan dalam keadaan terbuka dan
ditutupi kain bersih secara longgar. Pakaian popok sebaiknya popok
dilipat dibawawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran, maka tali
pusat harus dicuci dengan sabun dan air bersih kemudian dikeringkan.
Upaya untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat antar lain,
dengan cara sebagai berikut :
1. mencuci tali pusat dengan air bersih dan sabun (pemakaian alkohol dan
bethadin menunda penyembuhan.
2. Hindari pembungkusan tali pusat

11
3. Melakukan skin to skin contact antar kulit bayi dan kulit ibu bisa
meningkatkan koloni bakteri non patogenik pada bayidari flora kulit ibu
4. Pemberian ASI dini dan sering memberikan antibodi pada bayi
i. Penyuluhan sebelum bayi pulang
1) Perawatan BBL sehari-hari
2) Imunisasi
3) Tanda-tanda bahaya
4) Pencegahan infeksi
5) ASI Eksklusif

2.4 Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi Balita Dan Anak Prasekolah

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan pertambahan jumlah dan


ukuran sel secara kuantitatif, dimana sel-sel tersebut mensintesis protein
baru yang nantinya akan menunjukkan pertambahan seperti umur, tinggi
badan, berat badan dan pertumbuhan gigi.
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan
keahlian (kualitas) dan merupakan aspek tingkah laku pertumbuhan.
Contohnya : Kemampuan berjalan, berbicara dan berlari.
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya
berbeda tetapi aiing berkatan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu petumbuuh
dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ
mauun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan
satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm,m), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium, dan nitrogen dalam tubuh).
Perkembangan (devolepment)adalah pertambahan kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan meyangkut
adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).

12
hampir tidak ada dua bayi yang sama dalam pertumbuhan,ada yang
tetap tumbuh kecil,tetapi ada juga yang menjadi besar,tumbuh sacara
berlebihan.diantara kedua pertumbuhan tersebut dinamakan”pertumbuhan
rata-rata”.
Pertumbuhan rata-rata seorang bayi dipengaruhi oleh:
Faktor keturunan
Faktor gizi (makanan)
Faktor kemampuan oran tuannya (sosial-ekonomi)
Faktor kelamin
Faktor ras/suku bangsa
Untuk menilai pertumbuhan anak,baik bayi maupun balita
dapat diambil ukuran-ukuran “antropometrik”,antara lain:
Berat badan
Tinggi badan (panjang badan)
Lingkar kepala
Gigi
Organ-organ tubuh.
Ciri-ciri Tumbuh dan Kembang
Tumbuh kembang merupakan suatu proses utama yang hakiki
dan khas pada anak, dan merupakan suatu yang terpenting pada anak
tersbut. Tumbh kembang anak ini mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Bahwa manusia itu bertumbuh dan berkembang sejak dalam rahim
sebagai janin, akan berlanjur dengan proses tumbuh kembang anak,
dan kemudian proses tumbug krmbng dewasa.
b. Dalam priode tertentu, terdapat adanya periode perceptan atau
periode perlambatan,
c. terdapat adanya laju tumbuh-kembang yang berlainan diantara
organ-organ.
d. tumbuh-kembang merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh
dua faktor penentu,yaitu faktor genetik yang merupakan faktor
bawaan,yan menunjukkan potensi anak dan faktor lingkungan,yang

13
merupakan faktor yang menentukan apakah faktor genetik (potensi)
anak akan tercapai.
e. pola perkembangan anak mengikuti arah perkembangan yang di
sebut sefalokaudal (dari arah kepala ke kaki) dan proksimal-distal
(menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan
pusat,kemudian baru yang jauh).
f. pola perkembangan anak sama pada setiap anak,tetapi
kecepatannya berbea-beda.
Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Faktor Herediter/Genetik
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan
yaitu suku, ras, dan jenis kelamin (Marlow, 1998dalam suprtini,
2004). Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dn tingi
daripada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah
mengalami pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia
memeiliki tubuh yang lebih pendek dari pada orang eropa atau
suku Asmat dari Irian berkulit hitam. (Marni dan Kukuh Raharjo.)
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan pra-natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus
yang dapat menggangupertumbuhan dan pekembangan janin antar
lain gangguan nutrisi karena ibu kurang mendapat asupun gizi yang
baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes militus), ibu yang
mendapat terapi sitostatika atau mengaami infeksi rubela,
toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingngan yang lain adalah
radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada organn otak janin.
b. Lingkungan post-natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perembangan setelah bayi lahir adalah :
1. Nutrisi

14
Nutrisi adalah salah atau komonen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.
Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpnuhi maka
dpat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Aspan nutrisi yang berlebihan juga berdaampak buruk bagi
kesehatan anak, yaitu terajadi penumpukan kadar lemak yang
berlebihan dalam swl atau jarinngan bahkan pada pembulu
darah.
Penyebab status nutrisi kurang pada anak :
a) Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif
b) Hiperaktivitas fisik atau istirahat yang kurang
c) Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan nutrisi
d) Stress emosi yang dapat menyebabkan menruunya nafsu
makan atau absorbsi makanan tidak adekuat
2. Budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi
bagaimana mereka dalam mempersepsikan dan memahami
kesehatan dan perilaku hisup sehat. Pola perilaku ibu hamil
diengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan untuk
makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut dibuthkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Keyakinan untuk
melahirkan di dukun bernak dari pada d tenaga kesehatan. Setelah
anak lahir dibesarkan di lingkungn atau berdasrkan lingkungan
budaya mayarakat setempat.
2. Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan dikeluarga yang berekonomi tinggi
untuk pemenuhan kebutuhan gizi akan tercukupi dengan dengan
baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang

15
berekonomi sedang atau kurang. Demikiain dengan status
pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan
lebih menerima arahan terutama tentang peningkatan pertumbuhan
dan perkembangan anak, penggunana fasilias kesehatan dan lain-
lain dbandingkan dengan keluarga dengan latar belakang
pendidikan rendah.
5. Iklim atau cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak
misalnya musim penghujan dapat menimbulkan banjir sehingga
menebabkakn transportasi untuk mendapatkan makanan, timbul
penyakit menular, dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi
dan anak-anak. Anak yang tingga di daerah endemik misalnya
endemik demam berdarah, jika terjadi perubahan cuaca wabah
demam berdarah akan meningkat.
6. Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah
atau anak anak bungsu akan mempengaruhi pola perkembangan
anak tersebut di asuh dan dididik dalam keluarga.
7. Status kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila
anak dalam kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan
pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah dibandingkan
dengan anak dalam kondisi sakit.
3. Faktor Internal
Disamping faktor genetik dan lingkungan, faktor internal dalam
diri anak berikut ini juga dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang
anak, yaitu :
Kecerdasan (IQ)
a) Kecerdasan dimiliki anak sejak dilahirkan

16
b) Anak dengan kecerdasan yang rendah tidak akan
mencapai prestasi yang cemerlang walaupun telah diberikan
stimulus yang tinggi
c) Anak dengan kecerdasan tinggi dapat didorong oleh
stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.
Pengaruh hormonal
Terdapat tiga hormon utama yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak, yaitu :
a) Hormon Somatotropin (Growth Hormon)
Atau hormon pertumbuhan, merupakan hormon yang
berpengaruh pada pertumbuhan tinggi badan karena
menstimulasi terjadinya proliferasi sel, kartilago dan
skeletal. Kelebihan hormon ini dapat menyebabkan
gigantisme (pertumbuhan yang besar ), sementara itu
kekurangan hormon ini menyebabkan dwarftisme (kerdil).
b) Hormon Tiroid,
Dimana hormon ini mutlak diperlukan pada tumbuh
kembang anak, karena mempunyai fungsi menstimulasi
metabolisme fungsi tubuh, yaitu metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak. Kekurangan hormon ini (disebut
hipotiroidisme) dapat menyebabkan retardasi fisik dan
mental bila berlangsung terlalu lama. Sebaliknya, kelebihan
hormon ini (disebut hipertiroidisme) dapat mengakibatkan
gangguan pada kardiovaskular , metabolisme, otak, mata,
seksual dan lain-lain.
c) Hormon Gonadotropin (hormon Seks)
Dimana hormon ini terutama mempunyai peranan penting
dalam fertilisasi dan reproduksi. Hormon ini menstimulisasi
pertumbuhan interstisial dari tertis untuk memproduksi
testostron dan ovarium untuk memproduksi ovum.

17
2.5 Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Bayi Baru Lahir

1. Muntah
Muntah atau emesis adalah keadaan dimana dikeluarkannya isi
lambung secara ekspulsif atau keluarnya kembali sebagian besar atau
seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk
kedalam lambung. Usaha untuk mengeluarkan isi lambung akan
terlihat sebagai kontraksi otot perut.
2. Gumoh/Regurgitasi
Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah minum susu botol atau menyusui pada ibu dan
jumlahnya hanya sedikit.
3. Kembung
Kembung adalah keadaan perut yang membesar dan berisi angin
4. Konstipasi/Obstipasi
Konstipasi/sembelit adalah keadaan dimana anak jarang sekali buang
air besar dan kalau buang air besar keras. Obstipasi : obstruksi
intestinal (konstipasi yang berat)
5. Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari,
disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat
(A.H. Markum, 1999)
6. Dermatitis Atopik (Eksim Susu)
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit tersering pada bayi dan anak,
sering kambuh, diturunakn dalam keluarga, tidak menular dan
merupakan pertanda timbulnya asma.
7. Diaper Rash (Ruam Popok)
Diaper rash adalah ruam kulit akibat radang pada daerah yang tertutup
popok, yaitu pada alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha
dan perut bagian bawah. Berupa bercak-bercak iritasi kemerahan,
kadang menebal dan bernanah.
8. Miliariasis/Sudamina/Liken Tropikus/Biang Keringat

18
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan,
disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat
berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi,
leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang
mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
9. Dermatitis Seboroik/Cradle Cap
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronik yang
berhubungan dengan kelenjar sebaseus. Dermatitis seboroik juga
merupakan kerak pada kulit kepala bayi yang disebabkan oleh vernix
kaseosa yang tidak bersih dan dapat terinfeksi staphylococcus.
10. Bercak Mongol
Bercak mongol adalah bercak kebiruan, kehitaman atau kecoklatan
yang lebar, difus, terdapat didaerah bokong atau lumbosakral yang
akan menghilang setelah beberapa bulan atau tahun.
11. Hemangioma (Tumor Jinak Di Kulit)
adalah malformasi vascular local yang disebut juga nevi vascular atau
hemangima yang sering ditemukan pada kelopak mata atas neonatus.
Adalah tumor jinak atau hamartoma/gumpalan yang terjadi akibat
gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan
dapat terjadi disegala organ seperti hati, limfa, otak, tulang dan kulit
12. Furunkel Atau Bisul
Furunkel adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus
profunda yang berbentuk nodul-nodul lemak eritematosa dan
letaknya didalam, biasanya daerah muka, pantat, leher, ketiak dan
lain-lain.
13. Kandisosis/Moniliasis/Oral Trush
Oral trush adalah infeksi Candida yang didapat bayi melalui jalan
lahir atau perkontinuitatum. Biasanya infeksi terjadi didaerah
mukokutan, mulut dan bibir. Lesi berupa bercak putih yang lekat
pada lidah, bibir dan mukosa mulut yang dapat dibedakan dengan
sisa susu. Infeksi ini dapat meluas ke saluran terutama di lipatan
kulit, bahkan ke berbagai alat dalam.

19
14. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah
dalam satu minggu pertama kehidupannya. Pada hari ke 2-3 dan
puncaknya di hari ke 5-7, kemudian akan menurun pada hari ke 10-
14, peningkatannya tidak melebihi 10 mg/ddl pada bayi atterm dan
< 12 mg/dl pada bayi permatur. Keadaan ini masih dalam batas
normal.

2.6 Bayi Baru Lahir Dengan Jejas Persalinan

 Caput Suksedaneum
Kaput suksedaneum adalah benjolan atau pembengkakan
karena adanya timbunan getah bening di kepala dibawah lapisan
apinerose diluar periostium (pada presentasi kepala) yang terjadi pada
bayi baru lahir.
 Cephal HematomA
Adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan
karena adanya penumpukan darah akibat perdarahan pada
subperiostinum.

 Brakial Palsi
Brakial palsi adalah kelumpuhan pada pleksus brakialis
 Fraktur Klavikula
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang patah
dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma
langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur
pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh.

20
Fraktur klavikula adalah patah tulalng klavikula pada saat
proses persalinan, biasanya karena terjadi kesulitan dalam
melahirkan bahu pada kelahiran dengan presentasi kepala dan
melahirkan lengan pada presentasi bokong.

2.7 Bayi Baru Lahir Dengan Resiko Tinggi

1. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir

2. asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai
dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia),
hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis

3. sindrom gangguan pernafasan

Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang


terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan
lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan
retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi (
Perawatan Anak Sakit, Ngastiah. Hal 3).Penyakit Membran Hialin
(PMH). Penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif
pada alveoli yang mencegah kolaps paru. PMH sering kali mengenai
bayi prematur, karena produksi surfaktan yang di mulai sejak
kehamilan minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup menjelang
cukup bulan

4. ikterus
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada
kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme

21
hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan
tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL.

5. pendarahan tali pusat


Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat
dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan
proses pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada
tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.

.6. kejang
Kejang adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam.
Sekitar 2-5% anak berumur enam bulan sampai lima tahun
umumnya mengalami demam. Namun, tidak sampai menginfeksi
otak anak

7. hypotermi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.
Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada
neonatus 36,5-37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila
suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh
tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi
sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C,
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer)
yang dapat mengukur sampai 25°C.

8. hypertermi
kenaikan suhu tubuh diatas 410 C (rectal). Merupakan keadaan
gawat darurat medik dengan angka kematian yang tinggi terutama
pada bayi sangat muda, usia lanjut dan penderita-penderita
penyakit jantung.

9. hypoglikemi

22
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose
darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L)

10. Tetanus neonatorum


Tetanus Noenatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi < 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani
(kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem syaraf
pusat)

2.8 Imunisasi Dasar Pada Neonatus Dan Bayi

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi


dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu .Imunisasi
adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi
diri melawan penyakit tertentu dengan memasukkan suatu zat kedalam
tubuh melalu penyuntikan atau secara oral. Tujuan diharapkan anak
menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Hidayat, 2008 : 54).
Macam-macam imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh imunisasi dibagi
menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

Jenis Imunisasi Dasar lengkap


a. BCG (basillus calmette guerin)
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC
yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG. 2.7 (Hidayat, 2008 : 55)
Umur : 0 – 11 bln
Dosis : 0,05 cc
Cara : Intrakutan, lengan kanan

23
Jumlah suntikan : Satu kali
Efek samping :
 Reaksi normal
Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2
minggu akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan
dengan garis tengah 10 mm. Setelah 2 – 3 minggu kemudian,
pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian menjadi luka
dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan
biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka
tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.
 Reaksi berat
Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses
yang lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe
pada leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang
terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi.
 Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses
pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti
anak tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak
tersebut telah terinfeksi BCG.
b. Hepatitis B
merupakan imunisasai yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis. Frekuensi pemberian hepatitis sebanyak 3 kali dan
penguatnya dapat diberikan pada usia 6 (Hidayat, 2008 : 56).
Umur : Mulai umur 0 bulan
Dosis : 0, 5 cc / pemberian
Cara : Suntikan IM pada bagian luar
Jumlah suntikan : 3 x
Selang pemberian : 3 dosis dengan jarak suntikan 1 bulan dan 5
bulan.
Efek samping : tidak ada
c. Polio

24
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan virus ini adalah virus yang dilemahkan. (Hidayat, 2008 : 56).
Umur : 0 – 11 bln
Dosis : 2 tetes
Cara : Meneteskan ke dalam mulut
Selang waktu : Berikan 4 x dengan jarak minimal 4 minggu.
Efek samping :
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan
baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare
berat.
d. DPT (diptheria, pertusis, tetanus)
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit difteri, pertusis, dan tetanus vaksin DPT ini merupakan vaksin
yang mengandung racun kuman difteri yang telah dilemahkan sifat
racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toksoid). (Hidayat, 2008 : 57).
Umur : 2 – 11 bln
Dosis : 0,05 cc
Cara : IM / SC, jumlah suntikan : 3 x
Selang pemberian : Minimal 4 minggu
Efek samping :
 Panas
Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah
mendapat imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh 1 – 2 hari.
Anjurkan agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan
dengan cara melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat.
 Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.
Peradangan Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka
hal ini mungkin disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh
jarum suntik yang tidak steril karena :

25
 Tersentuh
 Sterilisasi kurang lama.
 Pencemaran oleh kuman.
 Kejang-kejang
e. Campak
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. (Hidayat, 2008 :
57).
Umur : 9 bln.
Dosis : 0, 5 cc
Cara : Suntikan secara IM di lengan kiri atas
Jumlah suntikan : 1 x dapat diberikan bersamaan dengan pemberian
vaksin lain tapi tidak dicampur dalam 1 semprit.
Efek samping vaksin campak : panas dan kemerahan.
Anak-anak mungkin panas selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu
penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak
ringan.

2.9 Asuhan Bayi Muda Dan Balita Dengan Pendekatan MTBM

Pelaksanaan mtbm pada bayi umur kurang 2 bulan


Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan
urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya :
1. Penilaian dan klasifikasi
2. Tindakan dan Pengobatan
3. Konseling bagi ibu
4. Pelayanan Tindak lanjut
Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut :
a. Periksa Bayi Muda untuk kemungkinan penyakit sangat berat
atau infeksi bakteri. Selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan
tanda dan gejalanya yang ditemukan

26
b. Menanyakan pada ibu apakah bayinya diare, jika diare periksa
tanda dan gejalanya yang terkait. Klasifikasikan Bayi Muda untuk
dehidrasi nya dan klasifikasikan juga untuk diare persisten dan
kemungkinan disentri
c. Periksa semua bayi muda untuk ikterus dan klasifikasikan
berdasarkan gejala yang ada
d. periksa bayi untuk kemungkinan berat badan rendah dan atau
masalah pemberian asi. selanjutnya klasifikasikan bayi muda
berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan
e. menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di imunisasi?.
tentukan status imunisasi bayi muda
f. menanyakan status pemberian vit k1
g. menanyakan kepada ibu masalah lain seperti kelainan kongenital,
trauma lahir, perdarahan tali pusat dan sebagainya.
h. Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait
dengan kesehatan bayinya.
Jika bayi muda membutuhkan rujukan segera lanjutkan
pemeriksaan secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian asi
karena akan memperlambat rujukan

2.10 Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Sakit Dengan Pendekatan MTBS

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan


yang terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/ cara
penatalaksanaan balita sakit. Dalam perkembangannya MTBS juga
mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) umur kurang dari 2
bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 bulan tidak termasuk
pada bayi muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun.
Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatatan” untuk
Bayi Muda dan untuk kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua
formulir pencatatan ini mempunyai cara pengisian yang sama.

27
1. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik
2. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit
atau masalah serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu
kategori untuk menentukan tindakan bukan sebagai diagnosis
spesifik penyakit
3. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan
memberi pengobatan difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap
klasifikasi.
4. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup
bertanya, mendengar jawaban ibu, memuji, memberi nasehat
relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek
pemahaman
5. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan
pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah Bayi Muda. Tentukan
pemeriksaan ini merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan Bayi
Muda atau kunjungan ulang untuk masalah yang sama. Jika merupakan
kunjungan ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut yang akan
dipelajari pada materi tindak lanjut.
Bayi Muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan
serius bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan
bayi. Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir
selalu terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut
merupakan karakteristik khusus yang harus dipertimbangkan pada saat
membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang lebih tua pola penyakitnya
sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada anak.Sebagian
besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa Bayi Muda ke
fasilitas kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memberikan pelayanan kesehatan pada
bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan.

28
Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya
dan didekteksi dini. Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat
menasehati dan mengajari ibu untuk melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda
di rumah, bila perlu merujuk bayi segera. Proses penanganan bayi muda
tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2 bulan sampai 5
tahun.

2.11Penatalaksanaan Rujukan

Menurut Kepmenkes No. 03l /Birhup/72 menyatakan bahwa sistem


rujukan adalah sistem di dalam pelayanan kesehatan di mana terjadi
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan
yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal
Suatu sistem yang memberikan suatu gambaran tata cara pengiriman
neonatus resiko tinggi dari tempat yang kurang mampu memberikan
penanganan ke Rumah Sakit yang dianggap mempunyai fasilitas yang lebih
mampu dalam hal penatalaksanaannya secara menyeluruh (mempunyai
fasilitas yang lebih dalam hal tenaga medis, laboratorium, perawatan dan
pengobatan)
a. tujuan
1. Memberikan pelayanan kesehatan pada neonatus dengan cepat dan tepat
2. Menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefesien mungkin
3. Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus pada unit
unit kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut
4. Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi
5. Meningkatkan upaya promotif, preventif,kuratif dan rehabilitatif secara
berdaya guna dan berhasil guna
b. Jenis rujukan
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan
rujukan eksternal
a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas
(puskesmas pembantu) ke puskesmas induk

29
b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit
umum daerah)
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan medik
dan rujukan kesehatan
a. Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan meliputi pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Rujukan kesehatan dilaksanakan secara bertahap yaitu pada tingkat
dasar di masyarakat melalui Puskesmas à Dinas Kesehatan
Kabupaten/KotaProvinsi, misalnya :
• Penanganan wabah
• Bantuan sarana, misalnya, obat-obatan dan vaksin
• Bantuan teknologi, misalnya, pemeriksaan limbah rujukan medis
b. Rujukan medik
Rujukan medis meliputi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
pemulihan dan pengobatan
c. pelaksanaan
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-
sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan
Tingkat perawatan pelayanan kesehatan :
(1) Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D, Puskesmas,
Rumah Bersalin
(2)Pelayan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS Kabupaten,
RS Swasta, RS Propinsi
(3)Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B pendidikan/non
pendidikan pemerintah atau swasta
d. mekanisme rujukan
1) Penemuan masalah pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih

30
Penemuan neonatus,bayi dan balita yang tidak dapat ditangani oleh
kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
2) Penentuan tingkat kegawatdaruratan pada tingkat bidan desa,
puskesmas. Penentuan tingkat kegawatdaruratan kasus sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab tenaga kesehatan pada tingkatannya
serta penentuan kasus yang dapat ditangani sendiri dan kasus yang
harus dirujuk.
3) Pemberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Pemberian informasi mengenai kondisi atau masalah bayi yang akan
dirujuk kepada orangtua atau kelurga bayi, sehingga orangtua atau
keluarga memahami kondisi bayi
4) Pengiriman informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan kepada petugas di tempat rujukan bahwa akan ada
penderita yang dirujuk
b. Meminta petunjuk pelayanan yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan
c. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita
bila penderita tidak mungkin dikirim
5) Persiapan penderita
6) Pengiriman Penderita (Ketersediaan sarana kendaraan)
Untuk mempercepat pengiriman penderita sampai ke tujuan, perlu
diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita
7) Tindak lanjut penderita
 Penderita yang telah dikembalikan melaporkan pada instansi
rujukan terkait jika memerlukan tindak lanjut
 Lakukan kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan
tindakan lanjut tidak melapor
e.Bagan sistem rujukan
BIDAN/DUKUN TRAIN/UNTRAIN  PUSKESMAS-- RS KELAS D
 RS KELAS C  RS KELAS B  RS KELAS A

31
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Observasi Adaptasi Bbl, Pencegahan Infeksi Dan Rawat Gabung

Dari hasil observasi selama melakukan pratikum real setting di


puskesmas Air Dingin di peroleh hasil bahwa bayi baru lahir dapat
beradaptasi dengan baik di lingkungan luar uterin hal ini dapat dilihat dari
setiap bayi baru lahir yang ditemui tidak ada masalah dalam beradaptasi
dengan lingkunganya kecuali bayi baru lahir yang bermasalah, dan setiap
ibu bersalin yang telah bersalin akan di rawat gabung bersama bayinya
oleh petugas kesehatan, selain itu bidan juga melakukan praktik
pencegahan infeksi seperti mencuci tangan, memakai handscoon, dan
memproses alat sudah pakai.

3.2Observasi Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir

Dari hasil observasi selama melakukan praktikum real setting di


puskesmas Air Dingin diperoleh hasil bahwa pengkajian fisik bayi baru
lahir dilakukan setelah melakukan IMD (inisiasi menyusu dini) dan /atau
segera setelah kala III. Pemeriksaan fisi bayi baru lahir yang dilakukan
meliputi:
1. penilaian keadaan umum bayi meliputi :
 ukuran keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi proporsional
atau tidak)
 kepala badan dan ekstrimitas (apakah ada kelainan)
 tonus otot dan tingkat aktivitas
 warna kulit dan bibir
 tangis bayi
2. pemeriksaan tanda-tanda vital
 laju nafas
 suhu
3. badan

32
 ukuran panjang badan bayi
 berat badan bayi
4. pemeriksaan kepala bayi
 ukuran lingkar kepala
5. pemeriksaan telinga
6. pemeriksaan mata
7. pemeriksaan dada
8. pemeriksaan perut
9. pemeriksaan kulit
Dari hasil observasi diatas terdapat beberapa tindakan pemeriksaan
fisik bayi baru lahir yang tidak dilakukan meliputi pemeriksaan kepala
bayi, pemeriksaan leher, pemeriksaan alat kelamin, pemeriksaan system
saraf dan pemeriksaan punggung dan anus. Seharusnya pemeriksa tersebut
dilakukan karna dengan melakukan pemeriksaan kepala bayi kita bias
menentukan apakah kepala bayi hidrocepali atau mikrocepali, dengan
pemeriksaan leher bayi, akan diketahui apakah ada pembengkakan dan
pembesaran kelenjar di leher bayi, pemeriksaan alat kelamin akan di
ketahui apakah pada bayi laki-laki testisnya berada di skrotum atau tidak,
penis berlubang atau tidak, letak lobang penis normal atau tidak, pada bayi
perempuan akan di ketahui apakah vagina berlubang atau tidak, uretra
berlubang atau tidak.serta pemeriksaan punggung dan anus akan diketahui
apakah adanya pembengkakan atau cekungan, spina bifida dan anus.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital tidak dilakukanya pemeriksaan
laju jantung dan pada pemeriksaan kepala tidak dilakukan pemeriksaan
ubun-ubun, sutura, dan molase.

3.3 Observasi Asuhan Pada Bayi

1. Minum bayi
KN I (6-48 jam)
Dari hasil obeservasi tidak dapat melakukan KN I untuk
mengobservasi kemampuan bayi, di karenakan keterbatasan sebab
pasien telah dirujuk ke RSUD.

33
KN II (3-7 hari)
Dari hasil observasi bayi menyusu adekuat dan masih berada dalam
periode ASI Ekslusif. Bukti nyata BAK yang lebih dari 10x/hari.

KN III (8-28 hari)


Dari hasil observasi bayi menyusu adekuat dan masih berada dalam
periode ASI Ekslusif. Bukti nyata BAK yang lebih dari 10x/hari, dan
telah bertambahnya berat bada bayi itu sendiri.Bidan menjelaskan
manfaat pemberian ASI ekslusif, yaitu zat gizi yang terkandung cukup
untuk bayi, mudah dicerna, mencegah infeksi, dan meningkatan ikatan
kasih sayang antara ibu dan bayi. Dari beberapa ibu yang observasi ibu
dapat memberikan asi secara langsung.

2. BAB
KN I Dari hasil observasi semua bayi baru lahir di tempat
pratikum real setting ditemui kotoran yang dikeluarkan bayi baru
lahir pada hari pertama kehidupannya adalah berupa mekonium dengan
warna hijau kehitam-hitaman dalam 24 jam pertama kehidupan. Warna
feses bayi berubah menjadi kuning pada saat bayi berumur 4-5 hari.
Dari hasil observasi tersebut tidak ada kesenjangan dengan teori.
Namun ada satu bayi yang tidak bisa diobservasi kerena bayi dan ibu
telah dirujuk ke RSUD disebabkan karena ibu yang mengalami
retention placenta
KN II dari hasil observasi beberapa bayi frekuensi BAB bayi lebih
kurang 4x dalam sehari.
KN III dari hasil observasi beberapa bayi frekuensi BAB bayinya
berkisar 4-5 kali dalam sehari.

1. BAK
Dari hasil observasi semua bayi baru lahir di tempat pratikum real
setting ditemui bayi BAK dalam dalam waktu 24 jam setelah lahir.
Hari selanjutnya bayi BAK sebanyak 6-8 kali perhari dengan warna

34
urine keruh atau merah muda dan berangsur-angsur jernih, karena
intake cairan meningkat. Dari hasil observasi tersebut tidak ada
kesenjangan dengan teori.
2. Tidur
Dari hasil observasi semua bayi baru lahir di tempat pratikum real
setting ditemui bayi menghabiskan waktunya untuk tidur. Pada siang
hari, hanya 15% waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu
untuk menangis, gerakan motorik,sadar dan mengantuk. Sisa waktu
85% lain nya digunakan untuk tidur. Dari hasil observasi tersebut tidak
ada kesenjangan dengan teori.
3. Kebersihan kulit
Dari hasil observasi semua bayi baru lahir di tempat pratikum real
setting ditemui untuk menjaga kebersihan kulit bayi, bidan atau
petugas kesehatan menggunakan pakaian handuk, selimut, dan kain
yang digunakan untuk bayi selalu bersih dsan kering. Bidan
memandikan bayi 6 jam setelah kelahiran bayi atau setelah suhu bayi
stabil (setelah 24 jam). Dari hasil observasi tersebut tidak ada
kesenjangan dengan teori.
4. Perawatan tali pusat
Dari hasil observasi semua bayi baru lahir di tempat pratikum real
setting telah sesuai dengan teori yaitu perawatan tali pusat yang bersih
dan kering dan dipertahankan dalam keadaan terbuka dan pada KN II
telah ditemukan lepasnya tali pusar bayi.
5. Keamanan bayi
Dari hasil observasi semua bayi baru lahir di tempat pratikum real
setting ditemui bidan tidak membiarkan bayi sendirian, tidak
memberikan apapun lewat mulut bayi selain ASI. Bidan mencegah
infeksi pada bayi, bayi juga dijaga dari resiko hipotermi, bayi
diletakkan di ruangan yang hangat (suhu ruangan antara 24-25ºc) ,
mengeringkan BBL dengan cepat dan cermat, menyelimuti bayi
dengan kain kering dan hangat, menghindari bayi dari tiupan udara

35
dengan menempatkan bayi dalam permukaan yang hangat. Tidak ada
kesenjangan dari hasil observasi dengan teori.
6. Tanda – tanda bahaya bayi baru lahir
Dari hasil observasi semua bayi baru lahir di tempat pratikum real
setting tidak ditemui tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.
7. Penyuluhan bayi sebelum pulang
Dari hasil observasi semua bayi baru lahir di tempat pratikum real
setting bayi di pulangkan apabila bayi dapat bernafas tanpa kesulitan
dan tidak dittemukan masalah lagi. Selain itu suhu tubuh bayi, harus
bisa dipertahankan dalam rentang 36,5-37,5ºc. Bayi yang dipulangkan
dapat menyusu dengan baik. Dari hasil observasi juga ditemukan bidan
tidak memberikan KIE berupa cara menjaga kehangatan bayi,
mencegah hipotermi, mengawasi tanda-tanda bahaya pada bayi kepada
ibu sebelum bayi di pulangkan. Bidan hanya memberikan KIE berupa
ASI eksklusif , perawatan tali pusat, imunisasi. Pada kasus bayi Ny. D
tidak ditemukan bahwa bidan melakukan penyuluhan bayi sebelum
pulang dikarenakan bayi maupun ibunya dirujuk ke RSUD.

3.4 Observasi Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi Balita Dan Anak


Prasekolah

Dari hasil observasi selama melakukan pratikum real setting di


puskesmas Air Dingin di peroleh hasil observasi bahwa hampir seluruh
neonatus, bayi balita dan anak pra sekolah memiliki tumbuh kembang
yang baik yaitu berat dan tinggi badan serta perkembanganya sesuai
dengan umur.

3.5 Observasi Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir memiliki banyak masalah yang lazim terjadi


pada bayi baru lahir seperti muntah, gumoh, kembung, diare,
konstipasi, diaper rush, milialiarisi, oral trush, bercak mongol, dan
ikhterus fisiologis. Dari hasil observasi di peroleh masalah yang lazim
terjadi pada bayi baru lahir di puskesmas air dingin yaitu muntah dan
oral trush. Hal tersebut di karenakan para ibu tidak menyendawakan

36
bayinya setelah menyusui serta tidak membersihkan mulut bayinya
setelah menyusui.

3.6 Observasi Bayi Baru Lahir Dengan Jejas Persalinan

Dari hasil observasi selama melakukan pratikum real setting di


peroleh hasil bahwa tidak ditemukanya bayi dengan jejas persalinan di
puskesmas Air Dingin.

3.7 Observasi Bayi Baru Lahir Dengan Resiko Tinggi

Dari hasil observasi selama melakukan praktikum real setting di


puskesmas Air Dingin diperoleh bahwa bayi baru lahir dengan resiko
tinggi di puskesmas Air Dingin tidak ditemukan kasus selama melakukan
real setting.

3.8 Observasi Imunisasi Dasar Pada Neonatus Dan Bayi

Dari hasil observasi selama melakukan pratikum real setting di


puskesmas Air Dingin neonatus dan bayi mendapat imunisasi yang
lengkap.

3.9 Observasi Asuhan Bayi Muda Dan Balita Dengan Pendekatan MTBM

Dari hasil observasi selama melakukan pratikum real setting di


puskesmas Air Dingin bidan sudah melakukan MTBM. Proses
manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya :
1. Penilaian dan klasifikasi
2. Tindakan dan Pengobatan
3. Konseling bagi ibu
4. Pelayanan Tindak lanjut

Dari hasil observasi selama melakukan pratikum real setting di


puskesmas Air Dingin bidan sudah melakukan MTBS Dalam pendekatan

37
MTBS tersedia “Formulir Pencatatan” untuk Bayi Muda dan untuk
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini
mempunyai cara pengisian yang sama.
1. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik
2. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit
atau masalah serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu
kategori untuk menentukan tindakan bukan sebagai diagnosis
spesifik penyakit
3. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan
memberi pengobatan difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap
klasifikasi.
4. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup
bertanya, mendengar jawaban ibu, memuji, memberi nasehat
relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek
pemahaman
5. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan
pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah Bayi Muda. Tentukan
pemeriksaan jika merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan Bayi
Muda atau kunjungan ulang untuk masalah yang sama. Jika merupakan
kunjungan ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut yang akan
dipelajari pada materi tindak lanjut.

3.10 Observasi Penatalaksanaan Rujukan

Dari hasil observasi selama melakukan pratikum real setting di


puskesmas Air Dingin ditemui neonatus yang dirujuk adalah neonatus
yang tergolong resiko tinggi yaitu bayi BBLR , asfiksia, dan bayi dengan
gangguan nafas. Sistem rujukan yang dilakukan dari puskesmas dan bidan
praktik swasta ke rumah sakit kelas C atau D selanjutnya rumah sakit kelas

38
B selanjutnya rumah sakit kelas A. Sebelum bayi di rujuk persiapan yang
dilakukan bidan yaitu:
1. Menjelaskan alasan pemindahan pada keluarga
2. Melakukan persetujuan tertulis
3. Menyertakan ibu untuk tetap meneteki bayi atau memberikan ASI
peras, bila memungkinkan
4. Menyertakan petugas kesehatan yang berpengalaman
5. Menyertakan keluarga
6. Menyiapkan alat resusitasi
Tidak ada kesenjangan teori dengan hasil observasi.

39
BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan observasi, selain menambah pengetahuan dan


wawasan kelompok, kelompok dapat melihat dan membandingkan secara
langsung kesesuaian antara konsep teoritis dengan kenyataan yang
ditemukan selama kelompok memberikan asuhan kebidanan komprehensif
pada persalinan, nifas, dan BBL

4.2 Saran

Kelompok memberikan saran antara lain :


1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memeberikan asuhan kebidanan sesuai
denganilmu pengetahuan yang didapatkan selama dibangku
perkuliahan serta sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan agar memeberikan bimbingan
maksimal kepada mahasiswa agar didapatkan kesepakatan yang baku
untuk penulisan laporan serta menambah sumber buku pustaka yang
baru yang berhubungan dengan persalinan, nifas, dan BBL.
3. Bagi lahan praktek (PUSKESMAS)
Diharapkan lahan praktek atau Puskesmas tetap memberikan asuhan
kebidanan komprehensif yang bermutu sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan, tetap aktif dalam menangkap perkembangan
ilmu dan pengetahuan terkini, serta menyediakan sarana dan prasarana
yang lengkap sehingga pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatul Aimul,A.Aziz.2008.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.Buku Pratikum

Kebidanan.EGC.Jakarta

JNPKR. 2015. Asuhan Pesalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta

:JHPIEGO

Muslihatun,Wafinur.2010.Asuhan Neonatus dan Balita. Yogyakarta:Fitramaya

Obstetri dan ginekologi UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. UNPAD : Bandung

Prawihardjo sarwono.2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

Dan Neonatal.Ed.1.cet 11.Tridasar Printer. Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Sulistyawati, ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Andi:

Yogyakarta

41

Anda mungkin juga menyukai