Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ido Bagus Pratama Putra

NIM : F1A015091

MODIFIKASI PADA KESENIAN WAYANG KULIT

A. LATAR BELAKANG

Wayang kulit merupakan seni tradisional yang berasal dari Indonesia yang
berkembang di daerah Jawa. Wayang kulit dimainkan oleh seorang Dalang yang juga
menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang
dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang
memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di
belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton
yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk
dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-
tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Dalang adalah bagian terpenting dalam
pertunjukan wayang kulit. Dalam terminologi bahasa jawa, dalang (halang) berasal dari
akronim ngudhal Piwulang. Ngudhal artinya membongkar atau menyebar luaskan dan
piwulang artinya ajaran, pendidikan, ilmu, informasi. Jadi keberadaan dalang dalam
pertunjukan wayang kulit bukan saja pada aspek tontonan (hiburan) semata, tetapi juga
tuntunan. Oleh karena itu, disamping menguasai teknik pedalangan sebagai aspek hiburan,
dalang haruslah seorang yang berpengetahuan luas dan mampu memberikan pengaruh baik
pada permainan tersebut. Seiring berjalannya perkembangan jaman, seni wayang kulit
mengalami modifikasi baik dari lagu-lagu yang dimainkan, musik, mode pakaian, bahasa dan
lain-lain.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja perubahan yang terjadi pada kesenian wayang kulit?


2. Mengapa perubahan tersebut perlu dilakukan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa saja perubahan yang terjadi pada kesenian wayang kulit
2. Mengetahui mengapa perubahan pada wayang kulit perlu dilakukan
D. PEMBAHASAN

D.1. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA WAYANG KULIT

Perubahan sosial dapat terjadi secara siklus atau linier. Teori siklus menjelaskan
bahwa perubahan sosial bersifat siklus artinya berputar melingkar. Menurut teori siklus,
perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak bisa direncanakan atau diarahkan ke suatu
titik tertentu, tetapi berputar-putar menurut pola melingkar. Pandangan teori siklus ini, yaitu
perubahan sosial sebagai suatu hal yang berulang-ulang. Apa yang terjadi sekarang akan
memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa yang ada di zaman dahulu. Didalam pola
perubahan ini tidak ada proses perubahan masyarakat secara bertahap sehingga batas-batas
antara pola hidup primitif, tradisional, dan modern tidak jelas. Perubahan siklus merupakan
pola perubahan yang menyerupai spiral. perubahan sosial bersifat linier atau berkembang
menuju ke suatu titik tujuan tertentu. Penganut teori perubahan secara linier percaya bahwa
perubahan sosial bisa direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu. Masyarakat
berkembang dari tradisional menuju masyarakat kompleks modern.

Perubahan yang terjadi pada kesenian wayang kulit merupakan perubahan yang terjadi
secara siklus. Karena perubahan yang terjadi selalu mengikuti perkembangan zaman guna
menarik perhatian penonton. Modifikasi yang terjadi meliputi : musik, gaya humor, pakaian,
kosa kata dan bahasa. Berikut adalah dinamika perkembangan kesenian wayang kulit :

Periode Kerajaan Demak

Wayang dibuat pipih menjadi bentuk gambar (dua dimensi) dan dalam bentuk miring
sehingga tidak menyerupai wayang pada relief candi.

1. Bahan dibuat dari kulit kerbau yang dihaluskan dan ditatah dengan halus
2. Wayang digambar dengan dua warna: putih sebagai warna dasar dan hitam sebagai
warna pada bagian-bagian wayang
3. Gambar dengan muka miring dan tangan masih bersatu dengan badan, diberi gapit
untuk pegangan
4. Pola gambar pada umumnya diambil dari wayang Beber Majapahit
5. Tambahan jumlah wayang dan peralatan pentas

Periode Kerajaan Pajang

1. Golongan raja memakai mahkota (topong mahkota)


2. Ksatria memakai gelung juga dodotan dan celana
3. Dibuat berbagai senjata seperti panah, keris gada dan lain-lain
Periode Kerajaan Mataram

1. Menambah binatang seperti kera, gajah, garuda


2. Rambut ditata halus dengan campuran seritan

Pariode Pasca Kerajaan Mataram

1. Memakai punakawan Bagong


2. Dewa memakai selendang membawa keris, tak bercelana, memakai baju dan sepatu
3. Pendeta memakai baju dan sepatu
4. Membuat Dasamuka bermata satu dengan wanda Belis (setan)
5. Membuat Kumbakarna bermata satu dengan wanda Mendung (awan hitam)
6. Wayang rama, yaitu wayang yang khusus untuk ceritra-ceritra Ramayana.

Namun saat ini wayang kulit dikemas semenarik mungkin guna menarik perhatian penonton.
Penggunaan musik seperti lagu dangdut, campur sari, dan musik barat pun pernah dilakukan
di Seminari Tinggi SVD Malang. Alat music yang digunakan juga mengalami penambahan
bukan hanya gamelan saja, namun kini terdapat bass, gitar , dan drum. Para pemainnya juga
kini tidak menggunakan pakaian klasik jawa, namun mengikuti mode yang kini sedang tren.
Para penabuh gamelan juga tidak dari golongan tua saja namun kaum muda juga turut serta
berpartisipasi dalam kesenian wayang kulit. Modifikasi lain terjadi pada Lampu blencong
yang ada di depan layar, kini lampu tersebut terdapat penambahan dengan lampu disko, agar
terlihat ramai ketika para wayang sedang menari-nari. Dalang masa kini pun, menyadari
bahwa pagelaran wayang kulit bukan hanya menyampaikan kembali sebuah kisah kritikal
yang penuh nasehat moral dan etika secara dogmatis. Tetapi menampilkan juga kekonyolan
para tokoh yang selama ini dianggap sebagai panutan yang tak pernah melakukan kejahatan
namun berbuat konyol.
D.2. PERLUNYA MODIFIKASI PADA WAYANG KULIT

Wayang Kulit, sebagai salah satu budaya asli Nusantara yang kini juga diakui oleh
dunia, harus diakui sejak 30 tahun terakhir mulai sedikit dijauhi oleh sebagian warga.
Beberapa alasan yang menyebabkan hal ini terjadi di antaranya: banyak yang telah
mengetahui kisahnya, memerlukan waktu semalam suntuk untuk menikmatinya, dan yang
agak menjadi suatu keanehan bahwa kisah dan ajaran wayang dianggap tidak sesuai dengan
ajaran agama, terutama dalam hal ini menyangkut ‘keberadaan para dewa’.

Modifikasi pada wayang kulit perlu dilakukan melihat perkembangan zaman yang
sedang berlangsung. Modifikasi tersebut bertujuan agar wayang kulit memiliki daya tarik
tersendiri. Unsur kekinian perlu dimasukkan sebagai bagian dari pertunjukan meskipun tidak
mengubah substansinya. Modifikasi wayang kulit agar dapat selalu mengikuti perkembangan
jaman.

Perubahan pada wayang kulit terjadi secara siklus, karena perubahan yang dilakukan
harus melihat tren apa yang sedang berlangsung , dan disitulah Wayang kulit
mengkolaborasikannya agar Wayang kulit tampak menarik untuk dilhat. Sehingga kesenian
Wayang kulit tetap lestari.
DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan. 2009. “Memodifikasi Pementasan Wayang agar”. www.kesimpulan.com

Diakses pada Senin,10 Juli 2017.

Ukik, Mbah. 2016. “ Kolaborasi Indah Pagelaran Wayang Kulit Masa Kini”.

www.kompasiana.com. Diakses pada Senin,10 Juli 2017.

Wikipedia. 2017. “ Wayang Kulit” . www.Wikipedia.com. Diakses pada Senin, 10 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai