Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Gangguan Cairan

Jenis Cairan Elektrolit Dan Keseimbangan


Asam Basa

Disusun oleh :

Kelompok 8

Devi
Diah Ayu
Gai ayu mumpuni
Hepy Mia karina
Nazaruddin
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan, karena berkat rahmat Allah SWT maka makalah ini dapat
kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Jenis Cairan
Elektrolit Dan Keseimbangan Asam Basa”, makalah ini dibuat dalam rangka mempelajari
dan memahami tentang jenis cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai jenis cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................


1.1. Latar Belakang.........................................................................

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................

1.3. Tujuan Masalah ......................................................................

BAB II ISI ...................................................................................................

2.1 Jumlah dan Komposisi Cairan Tubuh......................................

2.2 Jenis Cairan Elektrolit..............................................................

2.3 Contoh dan Fungsi cairan elektrolit.........................................

2.4 Keseimbangan Asam Basa.......................................................


2.5 Mempertahankan Keseimbangan Asam Basa.........................
2.6 Gangguan Keseimbangan Asam Basa......................................

BAB IV PENUTUP ....................................................................................

3.1. Kesimpulan .............................................................................

3.2. Saran-saran .............................................................................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan dikelompokan dalam
tiga golongan, yaitu bersifat asam dan bersifat basa dan bersifat netral. Asam dan
Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga kita dapat menentukan sifat suatu
laruta. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara.
yang pertama mengggunakan indicator warna yang akan menunjukan sifat suatu
larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya lakmus akan berwarna merah
dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan bersifat basa.
Sifat asam basa juga dapat ditentukan dengan mengukur pHnya. pH merupakansuatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam
memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7. Sedangkan pH
netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indicator pH atau
dengan pH meter.
Dengan penjelasan tersebut diatas penyusun ingin menjelaskan tentang keseimbangan
asam basa. Serta menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan diberikan pada pasien
dengan gangguan keseimbangan cairan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa?
2. Bagaimana pengaturan keseimbangan asam basa?
3. Apa sajakah gangguan yang terjadi pada keseimbangan asam basa?

1.3 Tujuan Penulisan

 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang jenis cairan elektrolit dan keseimbangan asam
basa yang ada dalam tubuh manusia

 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan keseimbangan
asam basa,
2. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja gangguan yang ada pada
keseimbangan asam basa
3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana peraturan yang ada pada
keseimbangan asam basa
4. Mahasiswa mampu mengetahui jenis jenis cairan elektroit
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jumlah dan komposisi cairan tubuh

Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan ( air
dan elektrolit) . factor factor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur : jenis
kelamin , dan kandungan lemak tubuh . secara umum diketahui , orang yang lebih muda
mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibandingkan orang yang lebih tua ,
dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita. Orang yang gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih
sedikit dibandingkan dengan orang yang kurus , karena sel lemak mengandung sedikit air .

Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen cairan : ruang intraseluler (cairan dalam sel )
dan ruang ekstraseluler (cairan di luar sel ). Kurang lebih dua pertiga dari cairan tubuh berada
dalam kompartemen cairan intraseluler , dan kebanyakan pada masa otot skeletal. Pada pria
dengan berat badan 70 kg ( 154 pound ) cairan intraseluler berjumlah sekitar 25 L . kurang
lebih sepertiga cairan tubuh merupakan cairan ekstraseluler dan berjumlah 15 L pada pria
dengan berat badan 70 kg (154 pound ).

Kompartemen cairan ekstraseluler lebih jauh dibagi menjadi ruang cairan intravascular ,
interstisiel , dan transeluler . ruang intravascular (cairan dalam pembuluh darah )
mengandung plasma .kurang lebih 3 liter dari rata rata 6 liter cairan darang terdiri dari
plasma. Tiga liter sisanya terdiri dari eritrosit , leukosit , dan trombosit . ruang interstisiel
mengandung cairan yang mengelilingi sel dan berjumlah sekitar 8 liter pada orang dewasa .
limfe merupakan suatu contoh dari interstisiel . ruang transeluler merupakan bagian terkecil
dari cairan ekstraseluler dan mengandung kurang lebih 1 liter cairan setiap waktu . contoh
contoh dari cairan transeluler adalah cairan serebrospinal , pericardial , synovial,intra ocular ,
dan pleural : keringat ;dan sekresi pencernaan.

Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama dalam upaya
untuk mempertahankan keseimbangan anatara kedua ruang itu . kehilangan cairan dari tubuh
dapat mengganggu keseimbangan ini . kadang cairan tidak hilang dari tubuh ,tetapi tidak
tersedia untuk digunakan baik oleh ruang cairan intraseluler atau pun ruang cairan
ekstraseluler . hilangnya cairan ekstraseluler ( CES ) kedalam ruang yang tidak
mempengaruhi keseimbangan cairan intraseluler (CIS) dan CES di sebut sebagai
perpindahan ruang ketiga.

Petunjuk dini dari perpindahan cairan ruang ketiga adalah penurunan haluaran urin meskipun
ada terapi cairan yang adekuat . saluaran urine menurun karena perpindahan “ruang ketiga”
yang menunjukan kekurangan volume cairan intravaskuler termasuk peningkatan frekuensi
jantung , penurunan tekanan darah , penurunan tekanan vena sentral (TVS) ,edema ,
peningkatan berat badan , dan ketidakseimbangan dalam masukan dan haluaran cairan .
contoh dari perpindahan ruang ketiga timbul dalam asites , luka bakar , dan pendarahan masif
kedalam suatu sendi atau kavitas tubuh.

2.2 Jenis Cairan Elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik
dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.

- Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang
sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada
pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan
jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna.
- Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah
(tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel.
- Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
(tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar sel.
Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel

- Larutan isotonic

0.9%NaCl (saline isotonis )


Na+ 154 mEq/L
Cl 154 mEq/L
( 308 mOsm/kg )
Juga tersedia dalam larutan dekstrosa
( Yang paling sering digunakan dekstrosa 5%)
Keterangan

 Larutan isotonic yang memperluas volume cairan ekstraseluler , digunakan dalam


keadaan hipovolemik
 Memasok kelebihan Na+ dan Cl- , dapat mengakibatkan kelebihan volume cairan dan
asidosis hiperkloremik jika digunakan pada volume yang berlebihan , terutama pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal
 Tidak diharapkan sebagai larutan rumatan rutin , karena hanya memberikan Na- dan
Cl – (dan ini diberikan dalam jumlah yang besar )
 Kadang kadang digunakan untuk memperbaiki kekurangan ringan Na+
 Jika dicampur dengan dekstrosa 5% larutan yang dihasilkan menjadi hipertonis dalam
kaitan nya dengan plasma dan sebagai tambahan dari elektrolit yang lebih di uraikan
di atas , memberikan 170 kalori perliter.
- Larutan ringer laktat (larutan Hartmann)

Na+ 130 mEq/L


K+ 4 mEq/L
Ca2+ 3 mEq/L
Cl 109 mEq/L
Laktat (di metabolism menjadi bikarbonat )
28 mEq/L (274 mOsm/L)
Juga tersedia dalam berbagai konsentrasi dekstrosa
(paling sering adalah dekstrosa 5%)
Dekstrosa 5% dalam air (D5W)
Tanpa elektrolit
50 gr dekstrosa

Keterangan :
 Satu satunya larutan yang dapat diberikan bersama produk darah
 Suatu larutan isotonis yang mengandung berbagai elektrolit dalam konsentrasi
yang kurang lebih sama dengan larutan yang terkandung dalam plasma
(perhatikan bahwa larutan tersebut tidak mengandung Mg2+)
 Digunakan dalam pengobatan hipovolemia , luka bakar dan kehilangan cairan
sebagai empedu atau diare
 Laktat dengan cepat di metabolism menjadi HCO3 dalam tubuh. Larutan ringer
laktat tidak boleh digunakan dalam asidosis laktat karena kemampuan untuk
mengubah laktat menjadi HCO3 mengalami kerusakan dalam gangguan ini .
 Tidak untuk diberikan pada pH >7,5 , karena bikarbonat dibentuk saat laktat
dipecahan , sehingga menyebabkan alkalosis
 Suatu larutan isotonic yang memberikan 170 kalori per liter dan cair bebas untuk
membantu ekskresi zat terlarut dari ginjal
 Tidak boleh diberikan dalam volume berlebihan pada periode pas caoperatif awal
(ketika sekresi ADH meningkat akibat reaksi stress)
 Tidak diberikan sendiri dalam pengobatan kekurangan volume cairan , karena
larutan ini mengencerkan elektrolit plasma.
- Larutan hipotonik
0,45%NaCl (salin kekutan menengah )
Na+ 77 mEq/L
Cl- 77 mEq/L
(154 mOsm/L)
Juga tersedia dengan berbagai konsentrasi dekstrosa
(yang paling sering adalah konsentrasi 5%)

Keterangan :
 Memberikan Na+ dan Cl- dan air bebas
 Air bebas di harapkan untuk membantu ginjal dalam eliminasi zat terlarut
 Kurang dalam elektrolit selain Na+ dan Cl-
 Bila di campur dengan dekstrosa 5% larutan menjadi sedikit hipertonis terhadap
plasma dan sebagai tambahan pada elektrolit yang telah di uraikan diatas
memberikan 170 kalori

- Larutan Hipertonik
3% NaCl (saline hiertonik)
Na+513 mEq/L
Cl 513 mEq/L
(1026 mOsm/L)
5% NaCl (larutan hipertonik )
Na+ 855 mEq/L
Cl- 855 mEq/L
(1710 mOsm/L)

Keterangan :
 Larutan yang sangat hipertonis yang digunakan hanya pada situasi kritis untuk
mengatasi hiponatremia .
 Harus di berikan secara perlahan dan hati hati karena dapat menyebabkan
kelebihan cairan intravaskuler dan edema puimonal
 Larutan yang sangat hipertonis digunakan untuk memperbaiki hiponatremia
simtomatis
 Diberikan degan perlahan dan hati hati karena dapat mengakibatkan kelebihan
cairan intravaskuler dan edema pulmonal
2.3 Contoh dan Fungsi cairan elektrolit

Contoh cairan elektrolit:

1. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+

2. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3

3. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

1. Natrium (Na+)

Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan
air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan,
makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran
ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi
ion di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.

2. Kalium (K+)

Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan
kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium
dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium
dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi
kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

3. Kalsium (Ca2+)

Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan
struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid
mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin
menghambat penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi
tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang.
Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.

4. Magnesium (Mg2+)

Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.

5. Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum
dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon
dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal
dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.

6. Bikarbonat (HCO3ˉ )

HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel
dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.

7 Fosfat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan
kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh
hormon paratiroid.

Keterangan

1. Natrium (Na+)

Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan
air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan,
makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran
ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi
ion di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.

2. Kalium (K+)

Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan
kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium
dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium
dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi
kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

3. Kalsium (Ca2+)

Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan
struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid
mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin
menghambat penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi
tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang.
Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)

Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.

5. Klorida (Cl ˉ )

Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum
dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon
dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal
dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.

6. Bikarbonat (HCO3ˉ )

HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel
dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.

7 Fosfat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan
kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh
hormon paratiroid.

2.4 Keseimbangan Asam Basa

Dalam aktivitasnya , sel tubuh memerlukan keseimbangan asam basa. Keseimbangan


asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman) arteri mencerminkan konsenterasi ion
hidroen (H+). Makin tinggi konsenterasi ion hydrogen, makin tinggi asam larutan tersebut,
dan pH nya semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah konsenterasi ion H+, larutan
tersebut makin bersifat alkalis dan pHnya semakin tinggi. Keseimbangan asam basa dapat
dipertahankan melalui proses metabolism dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh
dan oleh pernapasan dengan system regulasi (pengaturan di ginjal). 3 macam system larutan
buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3) dan
asam karbonat (H2CO3). Pengaturan keseimbangan asam basa dilakukan oleh paru melalui
pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan pH hingga
kondisi standar(normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan
kebutuhan O2.Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 Sebesar
40mmHg.

Jika pembentukkan CO2 metabolik meningkat, konsenterasinya dalam cairan


ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsenterasi CO2
jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluran CO2 juga meningkat dan hal
ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan
penurunan ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan
pCO2 menurunkan pH, sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi
alveolus juga akan mengubah konsenterasi ion H+. sebaliknya konsenterasi ion H+ dapat
empengaruhi kecepatan ventilai alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan
konsenterasi ion H+ yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsenterasi
ion H+ yang rendah disebut alkalosis.

2.5 Mempertahankan keseimbangan asam basa

Tubuh harus mempertahankan keseimbangan asam basa untuk dapat berfungsi secara
adekuat. Aktivitas selular tubuh memerlukan medium yang sedikit basa. Cairan ekstrasel
normalnya dipertahankan pada pH sekitar 7,4 atau antara 7,35 dan 7,45. Cairan intrasel
memiiki pH yang sedikit lebih rendah. Perubahan bahkan sepersepuluhnya tidak kompatibel
dengan aktivitas selular.

Pengaturan keseimbangan ion hydrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan
ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai conth, untuk mencapai homeostatis. Harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hydrogen dan pembuangan ion hydrogen dari
tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-
pengaturan ion hydrogen. Akan tetapi, pengaturan ion hydrogen cairan ekstraselular yang
tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion ion hydrogen oleh
ginjal. Terdapat juga mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel dan
paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsenterasi ion hydrogen, dengan penekanan
khusus pada control sekresi ion hydrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi dan ekskresi ion-ion
bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci system control asam basa dalam
berbagai cairan tubuh.

2.6 Gangguan Keseimbangan Asam basa

1. Asidosis Respiratorik
Keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan CO2 dalam darah sebagai
akibat dari fungsi Paru-paru yang buruk atau pernapasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernapasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam. Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti :
 Emfisema
 Bronkis kronis
 Pneumonia berat
 Edema pulmoner
 Asma

Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur
yang kuat, yang menekan pernapasan asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-
penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernapasan.
- Gejala.
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa
mengantuk kan berlanjut menjadi penurunan kesadaran dan koma. Stupor dan koma dapat
terjadi dalam beberapa saat jika pernapasan terhenti atau jika pernapasan sangat terganggu
atau setelah berjam-jam jika pernapasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk
mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu
beberapa jam bahkan beberapa hari.
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru.
Obat-obatan untuk memperbaiki pernapasan bisa di berikan kepada penderita penyakit paru-
paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan yang
berat , mungkin perlu diberikan pernapasan pembuatan dengan bantuan ventilator mekanik.

2. Asidosis Metabolik
Adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar
bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui system penyangga pH, darah
akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernapasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan
terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.

- Penyebab
Penyebab asidosis metabolic dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok utama adalah :
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan
yang diubah menjadi asam. Sebagaian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan
dianggap beracun. Contohnya adalah : methanol (alcohol kayu) dan zat anti beku
(etilenglikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolic.
2. tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme. Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit : salah 1
diantaranya adalah diabetes militus tipe 1. Jika diabetes tidak di kendalikan dengan baik,
tubuh akan memecah lemak yang menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari
metabolism gula.
3. Asidosis metabolic dapat terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulusrenalis yang bisa terjadi pada
penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam.
 Penyebab utama dari asidosis metabolic: gagal ginjal.
 Asidosis tubulusrenalis (kelainan bentuk ginjal)
 Ketoasidosis diabetikum
 Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
 Bahan beracun seperti etilenglikon, overdosis salisila, methanol, paraldehid
 Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi
atau kolostomi.

- Gejala.

Asidosis metabolic ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakna mual, muntah dan kelelahan. Pernapasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Bila sidosis semakin
memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.

- Pengobatan

Pengobatan asidosis metabolic tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes


dikendalikan dengan insulin ataunkeracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut
dari dalam darah. Asidosis metabolic juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya.

Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

3.Alkalosis Respiratorik

Adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam
sehingga menyebabkan kadar CO2 dalam darah menjadi rendah.

- Penyebab

Pernapasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi , yang menyebabkan terlalu
banyanyaknya jumlah CO2 yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang
paling sering ditemukan adalah kecemasan.

Penyebab lain dari Alkalosis respiratorik adalah :

 Rasa nyeri
 Sirosis hati
 Kadar oksigen darah yang rendah
 Demam
 Overdosis aspirin
``````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````
```````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````````
```````````````````````

- Gejala
Dapat membuat penderita merasa cemas dan menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan
wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.

- Pengobatan

Jika penyebabnya adalah kecemasan maka untuk meredakan penyakit ini adalah memperlabat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri diberikan obat peradanyeri.Pilihan lainnya
adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik
nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin.Hal ini dilakukan berulang
dalam satu rangkaian sebanyak 6-10kali. Jika kadar karbondioksida meningkat,gejala
hiperventelasi akan membaik, sehingga akan mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

4. Alkalosis metabolik

- Definisi

Suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.

- Penyebab

Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.

Selain itu,alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natriun atau kalium dalam jumlah
yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam
basa darah.

Penyebab utama Alkalosis metabolik:

1 Penggunaan diuretik(tiazid, furosemid, asam etakrinat)


2 Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3 Kelenjar Adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid)
- Gejala

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut atau
kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali . bila terjadi alkalosis yang berat , dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme(kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).

- Pengobatan

Biasanya Alkalis Metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium). Pada kasus yang berat , diberikan amonium klorida secara intravena.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa. Untuk menentukan suatu
larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. yang pertama mengggunakan
indicator warna yang akan menunjukan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang
terjadi. Misalnya lakmus akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan
akan berwarna biru dalam larutan bersifat basa.
Sifat asam basa juga dapat ditentukan dengan mengukur pHnya. pH merupakansuatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam
memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7. Sedangkan pH netral
memiliki pH=7.

3.2 Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok pembahasan makalah
ini bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Pustaka
Joyce M. Black , Jane Hokanson Hawks.”Keperawatan Medikal Bedah Manajemen klinis
untuk asi yang diharapkan Edisi 8 Buku 1” . Indonesia : CV Pentasada Media Eduksi

Suzanne C Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002.”Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
vol.1. Jakarta : EGC

http://nendapurnama.blogspot.co.id/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html

Anda mungkin juga menyukai