Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan
apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi.
Penilaian Resiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan
suatu resiko. Untuk menentukan kagori suatu resiko apakah itu rendah, sedang,
tinggi ataupun ekstrim dapat menggunakan metode matriks resiko seperti pada
tabel matriks resiko di bawah :
KEPARAHAN
Tabel Matriks Resiko
Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Sangat Sering Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim
Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim
FREKUENSI Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Ekstrim
Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Sangat Jarang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi
Tabel di bawah merupakan contoh parameter keseringan dari tabel matriks resiko di
atas :
Kategori
Contoh Parameter I Contoh Parameter II
Keseringan
Terjadi 1X dalam masa lebih Probabilitas 1 dari 1.000.000 jam kerja
Sangat Jarang
dari 1 tahun orang lebih
Probabilitas 1 dari 1.000.000 jam kerja
Jarang Bisa terjadi 1X dalam setahun
orang
Probabilitas 1 dari 100.000 jam kerja
Sedang Bisa terjadi 1X dalam sebulan
orang
Sering Bisa terjadi 1X dalam seminggu Probabilitas 1 dari 1000 jam kerja orang
Sangat Sering Terjadi hampir setiap hari Probabilitas 1 dari 100 jam kerja orang
Tabel di bawah merupakan contoh parameter keparahan dari tabel matriks resiko :
Kategori
Contoh Parameter I Contoh Parameter II
Keparahan
Tidak terdapat cedera/penyakit, tenaga kerja Total kerugian kecelakaan kerja
Sangat Ringan
dapat langsung bekerja kembali kurang dari Rp. 1.000.000
Total kerugian kecelakaan kerja
Cedera ringan, tenaga kerja dapat langsung
Ringan antara Rp. 1.000.000 – Rp.
bekerja kembali
1.500.000
Sedang Mendapat P3K atau tindakan medis, tidak Total kerugian kecelakaan kerja
Page 1 of 10
ada hilang jam kerja lebih dari 1X24 jam antara Rp. 1.500.000 – Rp.
5.000.000
Memerlukan tindakan medis lanjut/rujukan, Total kerugian kecelakaan kerja
Parah cacat sementara, terdapat jam kerja hilang antara Rp. 5.000.000 – Rp.
1X24 jam 10.000.000
Cacat Permanen, Kematian, terdapat jam Total kerugian kecelakaan kerja
Sangat Parah
kerja hilang lebih dari 1X24 jam lebih dari Rp. 10.000.000
Tabel di bawah merupakan representasi kategori resiko yang dihasilkan dari
penilaian matriks resiko :
Rendah Perlu Aturan/Prosedur/Rambu
Sedang Perlu Tindakan Langsung
Tinggi Perlu Perencanaan Pengendalian
Ekstrim Perlu Perhatian Manajemen Atas
Dari representasi di atas, maka dapat kita tentukan langkah pengendalian resiko
yang paling tepat berdasarkan 5 (lima) hirarki pengendalian resiko/bahaya K3.
PENGERTIAN DAN ELEMEN SISTEM
MANAJEMEN K3 (KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA)
Page 2 of 10
Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari sebuah
sistem manajemen organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan
dan menerapkan Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan)
tersebut.
Page 3 of 10
Penyimpangan 3.14. Tinjauan Manajemen 3.2.3. Pendokumentasian
4.5.3. Investigasi Insiden, Tindakan Peningkatan 3.2.4. Pengendalian Dokumen
Tindakan Perbaikan dan 3.15. Tindakan Pencegahan dan 3.2.5. Pencatatan dan
Tindakan Pencegahan Perbaikan Manajemen Informasi
4.5.3.1. Investigasi Insiden 3.16. Peningkatan Berkelanjutan 3.3. Identifikasi Sumber
4.5.3.1. Ketidaksesuaian, Bahaya, Penilaian dan
Tindakan Perbaikan dan Pengendalian Resiko
Tindakan Pencegahan 3.3.1. Identifikasi Bahaya
4.5.4. Pengendalian Catatan 3.3.2. Penilaian Resiko
4.5.5. Audit Internal 3.3.3. Tindakan Pengendalian
4.6. Tinjauan Manajemen 3.3.4. Perancangan dan
Rekayasa
3.3.5. Pengendalian
Administratif
3.3.6. Tinjauan Ulang Kontrak
3.3.7. Pembelian
3.3.8. Prosedur Menghadapi
Keadaan Darurat atau
Bencana
3.3.9. Prosedur Menghadapi
Insiden
3.3.10. Prosedur Rencana
Pemulihan Keadaan Darurat
4. Pengukuran dan Evaluasi
4.1. Inspeksi dan Pengujian
4.2. Audit Sistem Manajemen
K3
4.3. Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan
5. Tinjauan Ulang dan
Peningkatan Oleh Pihak
Manajemen
Page 4 of 10
Gambaran ILO-OSH : 2001
Page 5 of 10
Gambaran OHSAS 18001 : 2007
Page 6 of 10
Kelebihan lain standar ILO-OSH 2001 ialah standar ILO-OSH 2001 memiliki elemen-
elemen Sistem ManajemenKeselamatan dan Kesehatan Kerja yang singkat dan
praktis untuk diterapkan. Namun hal tersebut juga menjadi sedikit kekurangan dari
standar ILO-OSH 2001 jika dibandingkan dengan standar OHSAS 18001 :
2007Occupational Health and Safety Management Systems dikarenakan dalam
standar OHSAS 18001 : 2007 memiliki elemen-elemen Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang lebih detail termasuk dalam pengendalian
operasional organisasi (perusahaan) terkait dengan Resiko K3 organisasi
(perusahaan) bersangkutan.
Page 7 of 10
KUMPULAN PERUNDANG-UNDANGAN K3
Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para
Ahli K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) di Tempat Kerja.
Undang-Undang K3 :
Page 8 of 10
7. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
8. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja.
9. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.
10. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
11. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja.
12. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis.
13. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemakaian Asbes.
14. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
15. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
16. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
17. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.
18. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Keran Angkat.
19. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi
Penyalur Petir.
20. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban
dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
21. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
22. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
23. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
24. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
25. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan
tata Kerja Dokter Penasehat.
26. Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
Page 9 of 10
Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI No
174 Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
3. Kepmenaker RI No 1135 Tahun 1987 tentang Bendera keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
4. Kepmenaker RI No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit
Akibat Kerja.
5. Kepmenaker RI No 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional.
6. Kepmenaker RI No 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
Tempat Kerja.
7. Kepmenaker RI No 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran
di Tempat Kerja.
8. Kepmenaker RI No 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya.
9. Kepmenakertrans RI No 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja.
10. Kepmenakertrans RI No 235 Tahun 2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang
Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak.
11. Kepmenakertrnas RI No 68 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
Page 10 of 10