KESEHATAN PONTIANAK
VISI
MISI
i
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK
MEMBERIKAN ADL PADA KELOMPOK LANSIA
Telah disetujui
Tanggal :
Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan Judul “Memberikan ADL pada kelompok lansia” pada mata
kuliah Keperawatan Gerontik.
Dalam penyusunan makalah ini penilis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Dr. Khayan, SKM, M. Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Ns. Asfian, S.Kep, M. Kes, selaku Ketua Program Studi DIV Keperawtan
Pontianak yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ns. Jupita Suria Ningsih, S.Kep. M.Pd, selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan makalah ini.
4. Semua dosen Program Studi DIV Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
5. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Pontianak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril
dan spiritual.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Pontianak, 10 Januari 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot,
kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL) juga
sudah mengalami penurunan.
Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam
diantaranya makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toieting (Brunner &
Suddart, 2001). Untuk memenuhi kebutuhan lansia diperlukan pengetahuan
atau kognitif dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam
kemandirian pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin baik
kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan ADL.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek sehingga orang bisa menerima, merespon,
menghargai, bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ADL. Sikap
belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya perilaku perlu
faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana. Perilaku merupakan
suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.
Perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni
faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri
seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Oleh karena itu perilaku
manusia sangat bersifat kompleks yang saling mempengaruhi dan
menghasilkan bentuk perilaku pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia. Setiap
insan manusia merupakan makhluk hidup yang unik yang tidak bisa sama atau
ditiru satu sama lain, akan tetapi mempunyai satu persamaan pada berbagai
kebutuhan yang berdasarkan pada hirarki Maslow.
Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius
ditengah keluarga dan masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan
aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini disebabkan karena lansia mempunyai
keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk merawat diri.
sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia. Maka rumah jompo
atau panti sosial dapat menjadi pilihan mereka.
2
Panti sosial atau panti werdha adalah suatu institusi hunian bersama
dari para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana
kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti
(Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut Jhon (2008), panti werdha
adalah tempat dimana berkumpulnya orang – orang lansia yang baik secara
sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala
keperluannya. Tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah dan ada yang
dikelola oleh swasta. Dirumah jompo para lansia akan menemukan banyak
teman sehingga diantara mereka saling membantu, saling memberikan
dukungan dan juga saling memberikan perhatian khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan ADL.
3
b. Penulis mampu menjelaskan pengertian ADL pada lansia
c. Penulis mampu menjelaskan manfaat ADL pada lansia
d. Penulis mampu menjelaskan factor yang mempengaruhi ADL pada
lansia
e. Penulis mampu mejelaskan langkah – langkah mempertahankan ADL
pada Lansia
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Menurut WHO
(1989), batasan lansia adalah kelompok usia 45-59 tahun sebagai usia
pertengahan (middle/ young elderly), usia 60-74 tahun disebut lansia
(ederly), usia 75-290 tahun disebut tua (old), usia diatas 90 tahun disebut
sangat tua (very old). Menurut Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi
dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut (virilitas)
yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik
dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium)
yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun,
kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun keatas dan usia lanjut
dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun
atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti,
menderita penyakit berat, atau cacat. Di Indonesia, batasan lanjut usia
adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas dalam Undang - undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal
1 Ayat 2.
6
menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal
yang dramatik seperti strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis
kanker dan sebagainya ( Martono & Darmojo,edisi ke-3 2004).
2.1.3 Batasan Lanjut Usia
Menurut Organiai Kesehatan Dunia (WHO), Batasan lanut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia antara 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun (Mubarak dkk, 2006).
7
2.2.2 Manfaat Kemampuan Aktifitas Sehari-hari pada Lansia
Adapun beberapa manfaat ADL pada lansia adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Terdapat
banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan seksual
pada lanjut usia khususnya pria. Sejumlah masalah organik dan
jantung serta sistem peredaran darah, sistem kelenjar dan hormon
serta sistem saraf dapat menurunkan kapasitas dan gairah seks. Efek
samping dari berbagai obat-obatan yang digunakan untuk
menyembuhkan beberapa macam penyakit dapat menyebabkan
masalah organik, selain itu masalah psikologis juga berpengaruh
terhadap kemampuan untuk mempertahankan gairah seks (Bandiyah,
2009).
b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan
c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah.
d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi
kecepatan penurunan kekuatan otot. Pembatasan atas linkup gerak
sendi banyak terjadi pada lanjut usia, yang sering terjadi akibat
keketatan/kekakuan otot dan tendon dibanding sebagai akibat
kontraktur sendi. Keketatan otot betis sering memperlambat gerak
dorso-fleksi dan timbulnya kekuatan otot dorsoflektor sendi lutut yang
diperlukan untuk mencegah jatuh ke belakang.
e. Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) yaitu suatu istilah untuk
menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan dalam melakukan
aktivitas. Hal ini berhubungan dengan ketidaktergantungan terhadap
instrumen ADL (IADL). Dengan keberdayagunaan mandiri ini
seorang lanjut usia mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas
atau olah raga (Darmojo, 2006).
8
depresi. Kemp dan Mitchel juga menyebutkan kemampuan aktivitas
sehari-hari dapat menyebabkan ketakutan, kemarahan, kecemasan,
penolakan dan ketidakpastian. Kemauan dan kemampuan untuk
melaksanakan aktifitas sehari-hari pada lansia adalah sebagian berikut
(Potter, 2005):
a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri
1) Umur
Mobilitas dan aktivitas sehari-hari adalah hal yang paling vital bagi
kesehatan total lansia. Perubahan normal muskuloskelatal terkait
usia pada lansia termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi
massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang,
atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan
kekakuan sendi-sendi yang menyebabkan perubahan penampilan,
kelemahan dan lambatnyapergerakan yang menyertai penuaan
(Stanly dan Beare, 2007).
2) Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh sistem
nervous menggumpulkan dan menghantarkan, dan mengelola
informasi dari lingkungan. Sistem muskuluskoletal
mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga seseorang
dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan
gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau
trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan aktifitas sehari-hari.
Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam
mengontrol kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan
oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin
terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya.
DM disebut sebagai penyakit kronis sebab DM dapat menimbulkan
perubahan yang permanen bagi kehidupan seseorang. Penyakit
9
kronis tersebut memiliki implikasi yang luas bagi lansia maupun
keluarganya, terutama munculnya keluhan yang menyertai,
penurunan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas
keseharian, dan menurunnya partisipasi sosial lansia. Dikatakan
paling sedikit separuh dari populasi lanjut usia tidak tahu bahwa
mereka terkena DM. Keluhan tradisional dari hiperglikemia seperti
polidipsi dan poliuria sering tidak jelas, karena penurunan respon
haus dan peningkatan nilai ambang ginjal untuk pengeluaran
glukosa urin. Penurunan berat badan, kelelahan dan kencing malam
hari dianggap hal yang biasa pada lanjut usia, berakibat
tertundanya deteksi adanya DM. Penampilan klinis seperti
dehidrasi, konfusio, inkontinentia dan komplikasikomplikasi yang
berkaitan DM merupakan gejala-gejala yang tampak (Potter,
2005). Komplikasi mikrovaskuler seperti neuropati dapat berupa
kesulitan untuk bangkit dari kursi atau menaiki tangga. Pandangan
yang kabur atau diplopia juga dapat dikeluhkan, akibat
mononeuropati yang mengenai syaraf kranialis yang mengatur
okulomotorik. Proteinuria tanpa adanya infeksi, harus dicari
kemungkinan adanya DM (Potter, 2005).
3) Fungsi kognitif
Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional,
termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan
memperhatikan (Keliat,1995). Tingkat fungsi kognitif dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Fungi kognitif menunjukkan proses menerima,
mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor stimulus untuk
berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan
kontribusi pada fungsi kognitif yang meliputi perhatian memori,
dan kecerdasan. Gangguan pada aspek-aspek dari fungsi kognitif
dapat mengganggu dalam berfikir logis dan menghambat
kemandirian dalam melaksanakan aktifitas seharihari.
10
4) Fungsi psikologis
Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada
suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang
komplek antara perilaku interpersonal dan interpersonal.
Kebutuhan psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional
seseorang. Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan
materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi,
maka dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan
kehidupanya, sehingga kebutuhan psikologi harus terpenuhi agar
kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Tamher, 2009).
5) Tingkat stres
Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai
macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut
stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat
mengganggu keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Stres dapat mempunyai efek
negatif atau positif pada kemampuan seseorang memenuhi aktifitas
sehari-hari (Miller, 1995).
b. Faktor-faktor dari luar meliputi :
1) Lingkungan keluarga
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai
para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia yang
rentan masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, kesehatan
maupun psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap sehat,
sejahtera dan bermanfaat, perlu didukung oleh lingkungan yang
konduktif seperti keluarga. Budaya tiga generasi (orang tua, anak
dan cucu) di bawah satu atap makin sulit dipertahankan, karena
ukuran rumah di daerah perkotaan yang sempit, sehigga kurang
memungkinkan para lanjut usia tinggal bersama anak
(Hardywinoto, 2005). Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti
11
kehilangan orang yang dicintai tergantung pada jenis hubungan dan
definisi peran sosial dalam suatu hubungan keluarga. Selain rasa
sakit psikologi mendalam, seseorang yang berduka harus sering
belajar keterampilan dan peran baru untuk mengelola tugas hidup
yang baru, dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat penarikan,
kurangnya minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi
dan pola interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang
memiliki dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi
independent maka proses perasaan kehilangan atau kesepian akan
terjadi lebih cepat, sehingga seseorang tersebut lebih mudah untuk
mengurangi rasa kehilangan dan kesepian (Lueckenotte, 2000).
2) Lingkungan tempat kerja
Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka bekerja,
karena setiaap kali seseorang bekerja maka ia memasuki situasi
lingkungan tempat yang ia kerjakan. Tempat yang nyaman akan
membawa seseorang mendorong untuk bekerja dengan senang dan
giat.
3) Ritme biologi
Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang
mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu
mahluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya. Beberapa
faktor yang ikut berperan pada irama sakardia diantaranya faktor
lingkungan seperti hari terang dan gelap. Serta cuaca yang
mempengaruhi aktifitas sehar-hari. Faktor-faktor ini menetapkan
jatah perkiraan untuk makan dan bekerja.
12
hanya satu bagian tubuh (seperti punggung atau kaki), menerima
bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh (atau tidak dimandikan)
b. Berpakaian
Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan,
mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan
kecuali mengikat sepatu, menerima bantuan dalam memakai baju, atau
membiarkan sebagian tetap tidak berpakaian.
c. Ke kamar kecil
Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa
bantuan (dapat mengunakan objek untuk menyokong seperti tongkat,
walker, atau kursi roda, dan dapat mengatur bedpan malam hari atau
bedpan pengosongan pada pagi hari, menerima bantuan kekamar kecil
membersihkan diri, atau dalam merapikan pakaian setelah eliminasi,
atau mengunakan bedpan atau pispot pada malam hari, tidak ke kamar
kecil untuk proses eliminasi.
d. Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari kursi
tanpa bantuan (mungkin mengunakan alat/objek untuk mendukung
seperti tempat atau alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur
atau kursi dengan bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
e. Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri,
kadang-kadang mengalami ketidak mampuan untuk mengontrol
perkemihan dan defekasi, pengawasan membantu mempertahankan
control urin atau defekasi, kateter digunakan atau kontnensa.
f. Makan
Makan sendiri tanpa bantuan, Makan sendiri kecuali mendapatkan
bantuan dalam mengambil makanan sendiri, menerima bantuan dalam
makan sebagian atau sepenuhnya dengan menggunakan selang atau
cairan intravena.
13
2.2.5 Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian dalam Menjalin Hubungan
dengan Lansia
Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian dalam Menjalin Hubungan
dengan Lansia adalah sebagai berikut:
a. Siapkan area yang adekuat.contoh: klien di kursi roda
b. Suasana tenang dan tidak ribut/bising. Contoh: suara TV, radio
c. Nyaman dan tidak panas
d. Gunakan cahaya yang agak redup,hindari cahaya langsung
e. Tempatkan pada posisi yang nyaman bila berganti posisi atau tanyakan
apakah ingin di tempat tidur
f. Sediakan waktu yang cukup dan air minum
g. Privasi harus dijaga
h. Perhitungkan tingkat energi dan kemampuan klien
i. Sabar, rileks, dan tidak terburu-buru. Beri klien waktu untuk menjawab
pertanyaan
j. Perhatikan tanda-tanda kelelahan (mengeluh, respons menjadi lambat,
mengerut, dan tersinggung)
k. Pada awal interaksi perawat harus merencanakan bersama klien cara
yang paling efektif dan nyaman
l. Menggunakan sentuhan
m. Bicara tidak terlalu keras
14
2. Latihan bahu dan lengan
a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian
turunkan kembali perlahan-lahan
b. Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan
lurus dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua
tangan bertepuk kemudian angkat lengan keatas kepala.
c. Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian
raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai.
Bergantian tangan kanandan kiri.
d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas
sedapatnya.
3. Latihan tangan
a. Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan
tekan ke meja
b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan
telapak tangan untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian
tarik kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari
dengan ibu jari dan kemudian setelah menyentuh tiap jari.
c. Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari
selurus mungkin.
4. Latihan punggung
a. Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi
kemudian kesisi yang lain.
b. Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh
dengan melihat bahu kekiri dan kekanan.
c. Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke
belakang.
5. Latihan paha
a. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang
sandaran kursi atau dengan posisi tiduran.
15
b. Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang lain tetap
lurus, dan tahan beberapa waktu.
c. Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan. Tekankan kedua
lutut pada tempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh
tempat tidur.
d. Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian
tarik telapak kaki kearah kita dan regangkan kembali.
e. Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.
f. Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam
sehingga permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi.
g. Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian
belakang kursi. Angkat tumit tinggi-tinggi kemudian putarkan.
6. Latihan pernafasan
a. Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.
Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas
dalam-dalam maka terasa dada mengambang. Sekarang
keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan
menutup kembali.
7. Latihan muka
a. Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas
b. Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar
c. Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam
d. Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan
bersiul
16
sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih cepat dan otot menjadi lelah. Akan
tetapi perlu selalu dikontrol terhadap peningkatan denyut nadi jangan
sampai melebihi batas maksimal.
b. Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot – otot kaki dan bila jalannya makin
lama makin cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan tubuh. Bila anda
memilih jenis ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5 – 6,
dikala udara masih bersih dan segar. Lokasi terbaik adalah daerah
perkebunan atau pegunungan yang jauh dari asap kendaraan bermotor,
pabrik yang menyebabkan polusi udara.
17
2. Meraih ibu jari kaki
Kadang-kadang untuk mengecilkan atau menguatkan perut diadakan latihan
meraih ibu jari kaki. Latihan-latihan ini selain tidak dapat mencaai ujuan,
yaitu mengecilkan perut, juga kurang baik karena dapat menyebabkan
cedera. Sebetulnya latihan-latihan meraih ibu jari kaki adalah latihan untuk
menguatkan otot-otot punggung bagian bawah. Gerakan ini akan
menyebabkan lutut menjadi hiperekstensi. Sebagai konsekuensinya,
tekanan yang cukup berat akan menimpa vertebra lumbalis yang akhirnya
menyebabkan keluhan-keluhan pada punggung bagian bawah. Kadang-
kadang hal ini dapat menyebabkan gangguan pada diskus invertebralis.
3. Mengangkat kaki
Mengangkat kaki pada posisi tidur terlentang sampai kaki terangkat ± 15 cm
dari lantai, kemudian ditahan beberapa saat selama mungkin. Latihan ini
tidak baik, karena dapat menyebabkan rasa sakit pada punggung bagian
bawah (low back pain) dan menyebabkan terjadinya lordosis yang dapat
menyebabkan gangguan pada punggung. Bahaya yang ditimbulkan ialah
otot-otot perut tidak cukup kuat untuk menahan kaki setinggi 15 cm dari
lantai dalam waktu yang cukup lama dan kaki tidak dapat menahan
punggung bagian bawah. Akibatnya terjadi rotasi pelvis ke depan. Rotasi ini
menyebabkan gangguan dari punggung bagian bawah.
4. Melengkungkan punggung
Gerakan hiperekstensi ini banyak dilakukan dengan tujuan meregangkan
otot perut agar otot perut menjadi lebih kuat. Hal ini kurang benar, karena
dengan melengkungkan punggung tidak akan menguatkan otot perut,
melainkan melemahkan persendian tulang punggung.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides,
1994). Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif yang akan menyebabkan para
lansia menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan.
Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut
usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras.
Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan, atau melakukan
mobilisasi (Luekenotte, 2000). Seiring dengan proses penuaan maka terjadi
berbagai kemunduruan kemampuan dalam beraktifitas karena adanya kemunduran
kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut
usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai
aktivitas seharihari. tersebut (Stanley, 2006).
3.2 Saran
Dari penulisan makalah ini, diharapkan instansi pendidikan dapat
meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional agar tercipta
perawat yang profesional, terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yang mampu
mengaplikasikan pemberian Activity Daily Living pada Lansia.
19
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo & martono, 2004 . Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) .
FKUI . Jakarta, 9, 22.
Constantinides, P . 1994 , General Pathobiology . Appleton & bonge.
Pudjiastuti, Sri Surini . ( 2003 ) . Fisioterapi pada Lansia . Jakarta : Penerbit buku
Kedokteran : EGC.
Leuckenotte, A . G ( 2000 ) . Gerontologic Nursing . ( 2nd ed. ) . Missori : Moby
Stanley , M , & Beare, P . G ( 2006 ) . Buku ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta :
EGC.
Bandiyah, ( 2009 ) . Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik . Yogyakarta : Nuha
Medika.
Darmojo dan Martono . ( 2006 ) . Geriatri . Jakarta : Yudistira.
Tamher, S. & Noorkosani . ( 2009 ) . Kesehatan Usia Lanjut dengan pendekatan
asuhan Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika.
Connell, D,W., G. J. Miller , Kimia dan Ekotoksikologi pencemaran ( terjemahan
Yanti Koestoer ) . Penerbit Universitas Indonesia ( UI – Press ) .
Jakarta , 1995.
Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari berbagai aspek. PT.
Cetakan kedua. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
20