Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ovarium merupakan organ berbentuk almond, berukuran 4 x 2 cm,

terletak di depan dinding lateral pelvis pada fossa ovarika. Ovarium

terbentuk pada janin umur 8 minggu. Dalam proses terbentuknya sistim

reproduksi khususnya ovarium pada janin bisa saja terjadi kelainan pada

ovarium yang disebut kelainan kongenital pada ovarium. Kelainan

kongenital disebabkan oleh banyak faktor.

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan

struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan

kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati

atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan

pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang

cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap

kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan

kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir

rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya.

Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20%

meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan

fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnosa kelainan

kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal
2

kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya

pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari ovarium?

2. Apa fugsi dari ovarium?

3. Apa faktor-faktor penyebab kelainan kongenital?

4. Apa pengertian kelainan kongenital ovarium?

5. Sebutkan macam-macam kelainan kongenital ovarium?

6. Sebutkan penanganan kelainan kongenital ovarium?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian ovarium

2. Mengetahui fugsi dari ovarium

3. Mengetahui faktor-faktor penyebab kelainan kongenital

4. Mengetahui pengertian kelainan kongenital ovarium

5. Mengetahui macam-macam kelainan kongenital ovarium

6. Mengetahui penanganan kelainan kongenital ovarium


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ovarium

Ovarium adalah salah satu organ reproduksi pada wanita yang berfungsi

untuk memproduksi sel telur dan hormon, berukuran 4 x 2 cm yang terletak

di depan dinding lateral pelvis pada fossa ovarika (Imam Rasjidi, 2010)

B. Fungsi Ovarium

Menurut (Wiknjosastro, 2005) Dalam endokrinologi reproduksi

wanita ovarium memiliki2 fungsi utama yaitu :(Imam Rasjidi, 2010)

a. Fungsi Proliferatif (generatif), yaitu ; sebagai sumber ovum selama

masa reproduksi. Di Ovarium terdapat pertumbuhan folikel primer,

flikel de Graaf, peristiwa ovulasi dan pembentukkan korpus luteum


b. Fungsi sekretorik (vegetatif), yaitu : tempat pembentukkan dan

pengeluaran hormone steroid (estrogen, progesterone dan androgen)


C. Pembentukkan Ovarium
Menurut Manuaba (2010) pembentukkan ovarium mulai dari

membangun gonad primodial dengan tanda :


a. Peningkatan proliferasi sel ephitalium selomik
b. Timbunan set di bawahnya dalam bentuk gumpalan set
c. Proliferasi stroma/mesenkim
d. Peningkatan jumlah primordial germ set dalam bentuk oogonia
Pertumbuhan primordial folikel berlangsung dengan tanda
a. Germ set dikelilingi set gramulosa primitive
b. Kumpulan set yang tidak teratur
c. Belu dipisahkan stroma/mesenkim
Pertumbuhan oogonia berlangsung sebagai berikut :
a. Oosit permulaan paa janin umur 8 minggu.
b. Terjadi pemecahan uterus 4 juta pada umur lima buan panjang 150 mm

dengan tanda :
1) Oosit dikelilingi oleh gramulosa set
4

2) Pemecahan internal oosit dapat berlangsung terus


3) Terjadi bentuk sekunder/tertier folikel di bagian dalam ovarium
4) Ovarium secara menyeluruh tertutup oleh tunika albuginea.
Di bawah tunika albuginea dijumpai koterks ovarium di bawah ephitel

germinal, primitive gamulosa set, oosit berkembang menjadi primordial

dan prier folikel dan bakal calon sekunder folikel


Perkiraan jumlah pemecahan meiotic primordial germ sel :
1) Umur janin 18-20 minggu sebesar 7 juta (2 juta oogonia dan 5 juta oosit)
2) Oogonia menghilang pada janin umur 7 bulan
3) Jumlah oosit selalu mengalami degenerasi/atrsia sehingga dijumpai : saat

lahir jumlahnya sekitar 2 juta, selalu mengalami degenerasi atresia,

jumlah saat pubertas hanya 400 primer flikel aktif mengikuti proses

menstruasi sebagai berikut :


a) Menarche sejak umur 11-12 tahun dan klimakterium pada 50 tahun
b) Masa menstruasi berlangasung hanya 38-39 tahun
c) Dengan perhitungan tanpa kawin berarti bahwa proses ovulasi dan

menstruasi hanya 39 x 12 folikel saja.


d) Dikurangi masa ireguler menstruasi permulaan pubertas dan masa

klimakterium rata-ratanya sekitar 400 folikel aktif.


D. Kelainan Kongenital
Kelainan Bawaan (Kelainan Kongenital) adalah suatu kelainan pada

struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi

ketika dia dilahirkan. Sekitar 3-4% bayi baru lahir memiliki kelainan

bawaan yang berat. Beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai

tumbuh, yaitu sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi

kebanyakan bersifat ringan. (Mayor G., 2009).


Kelainan ba waan pada ginjal dan saluran kemih lebih sering

ditemukan dari pada kelainan bawaan pada bagian tubuh lainnya.

Kelainan bawaan yang menyumbat aliran air kemih menyebabkan air kemih

tertahan dan hal ini bisa menyebabkan infeksi atau pembentukan batu ginjal.
5

Suatu kelainan bawaan pada sistem kemih - kelamin bisa menyebabkan

gangguan fungsi ginjal atau menyebabkan kelainan fungsi seksual maupun

kemandulan di kemudian hari

E. Etiologi

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.

Pertumbuhan embryonal dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara

bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi

terjadinya kelainan kongenital antara lain:

a. Kelainan Genetik dan Khromosom.


Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan

berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan -

kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula

diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant

traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini

sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu

keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.


Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran , maka

telah dapat diperiksa kemingkinan adanya kelainan kromosom selama

kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan

selanjutnya. Beberapa contoh kelainan kromosom autosomal trisomi 21

sebagai sindroma down (mongolism). Kelainan pada kromosom

kelamin sebagai sindroma turner.


b. Faktor mekanik
6

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat

menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas

organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan
mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas

organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes

valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)


c. Faktor infeksi.
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi

yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama

kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat

menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organtubuh. Infeksi pada

trimester pertama disamping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat

pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi

virus pada trimester pertama ialah infeksi oleh virus Rubella. Bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama

dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan

pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung

bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat

menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus

sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang

mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf

pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.


d. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada

trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan

terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah
7

diketahui dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang

dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis

jamu - jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang

baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital,

walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.

Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari

pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini

kadang - kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus

minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit

tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat

dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik - baiknya sebelum

kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.


e. Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada

bayi - bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di

bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun

1975 - 1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per

100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk

kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan

ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk

kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 -

44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.


f. Faktor hormonal

Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian

kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu
8

penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan

pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.

g. Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat

menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang

cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi

pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada

bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis

sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.


h. Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan

dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-

penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-

bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila

dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada

binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic

acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian kelainan kongenital.


i. Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor

janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi

faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia


diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan

kongenitai tidak diketahui.

F. Diagnosa

Pemeriksaan untuk menemukan adanya kelainan kongenital dapat

dilakukan pada pemeriksaan janin intrauterine, dapat pula ditemukan pada


9

saat bayi sudah lahir. Pemeriksaan pada saat bayi dalam kandungan

berdasarkan atas indikasi oleh karena ibu mempunyai faktor resiko,

misalnya: riwayat pernah melahirkan bayi dengan kelainan kongenital,

riwayat adanya kelainan - kongenital dalam keluarga, umur ibu hamil yang

mendekati menopause.

Pencarian dilakukan pada saat umur kehamilan 16 minggu. Dengan

bantuan alat ultrasonografi dapat dilakukan tindakan amniosentesis untuk

mengambil contoh cairan amnion.Beberapa kelainan kongenital yang dapat

didiagnose dengan cara ini misalnya: kelainan kromosome, phenylketonuria,

galaktosemia, defek tuba neralis terbuka seperti anensefali serta

meningocele. Pemeriksaan darah janin pada kasus thallasemia. Untuk

kasus - kasus hidrosefalus pemeriksaan dapat diketemukan pada saat periksa

hamil.

G. Penatalaksanaan

Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang

memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan

kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik. Setiap ditemukan

kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan

orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab langkah-langkah

penanganan dan prognosisnya.

H. Kelainan Kongenital Pada Ovarium

Macam-macam kelainan kongenital pada ovarium antara lain :

a) Kelainan Jumlah Ovarium


10

Tidak adanya kedua atau satu ovarium merupakan hal yang jarang

terjadi. Biasanya tuba yang bersangkutan tidak ada pula. Ovarium

tambahan dapat ditemukan pula; ovarium ini kecil, dan letak jauh dari

ovarium yang normal (Wiknjosastro, 2005)

b) Kelainan Kromosom

Hipoplasia atau Disgenesis Ovarium

Hipoplasia ovarium ditemukan pada penderita dengan 44 autosom dan

satu X kromosom (22,23) (Sidroma Turner) Sel- sel benih primordium

ada dan bergerak kearah kelenjar kelamin yang belum berdiferensiasi

tetapi hanya beberapa diantarnya kalaupun ada berkembang menjadi

folikel sejati. Banyak diantara sel-sel benih berdegenerasi dan 6 bulan

setelah lahir tidak terdapat sel sel benih yang tampak dalam kelenjar

kelamin (24,25). Oleh karena kromosom Y tidak ada, hormon esterogen

uri dan ibu akan merangsang susunan saluran paramesonefros dan alat

kelamin luar sebagaimana halnya pada wanita normal. Berhubung

kelenjar kelamin tidak menghasilkan sejumlah hormon setelah lahir,

diferensiasi saluran paramesonefros dan alat kelamin luar berhenti

setelah lahir dan sifat - sifat kelamin tetap kekanak-kanakan. Hormon

ovarium sangat kurang dan hal ini mengakibatkan alat genital yang

infantil

Gejala :

1) Biasanya penderita pendek

2) Genetalia infantile
11

3) Rambut sekunder dan pertumbuhan mamae tidak ada

4) Amenorrhoe primer (ObGin FK UPB, 2010)

Penanganannya : Terapi pemberian esterogen

Manfaat terapi estrogen pada ovarium adalah : memicu pematangan folikel dan

ovum

Penggunaan Estrogen dalam Pengobatan

a) Pada hipoplasia genetalis, estrogen sering kali diberikan dengan harapan

bahwa alat-alat genetalia dapat tumbuh normal dan berfungsi normal

b) Penggunaan estrogen pada disgenesis ovarii (sindrom tumer) merupakan

pengobatan penting

c) Untuk mencegah laktasi setelah partus dengan memberikan estrogen per Os

selama 1 minggu

d) Sebagai kontrasepsi baik sendiri maupun dikombinasi dengan progesteron

e) Pada wanita dengan dismenorea primer diberi terapi kombinasi estrogen +

progesteron

f) Menghentikan perdarahan disfungsional dengan meningkatkan kadar

estrogen dalam darah

g) Pengobatan sindroma klimaterik

h) Pengobatan kasus I gangguan haid dengan dikombinasi estrogen +

progesteron.

Kontraindikasi Penggunaan Estrogen Sintetik

Untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi selama penggunaan

estrogen perlu terlebih dahulu kontraindikasi pemberian estrogen antara lain :


12

a. Kontraindikasi Absolut antara lain : Kehamilan, Tromboemboli,

Tromboflebitis, Riwayat appoleksi cerebral, Gangguan sirkulasi darah perifer,

Gangguan fungsi hati berat, Sindrom Dubin Johnson dan Rator, Anemia

hemolitik, Tekanan darah diatas 160/95mmHg, Diabetus mellitus, Karsinoma

mammae dan endometrium, Melanoma, Hodgkin disease, semua jenis tumor

yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh estrogen, perdarahan pervaginam,

migren yang berhubungan dengan siklus haid.

b. Kontraindikasi Relatif antara lain : Penyakit hati akut maupun kronik,

penyakit saluran empedu, Pankreatis, Edema, Diabetus mellitus, Mastopati,

Hiperplasia endometrium, Varises, Laktasi, Siklus haid, Wanita yang kurang

bergerak, dan sebagainya.

Indikasi Penghentian Segera Penggunaan Estrogen antara lain : Kehamilan,

Perdarahan pervaginam yang banyak, sakit yang hebat dan mendadak, Alergi,

Varises, 6 minggu sebelum perencanaan suatu tindakan operatif.

BAB III

PENUTUP
13

A. Kesimpulan

Ovarium adalah salah satu organ reproduksi pada wanita yang berfungsi

untuk memproduksi sel telur dan hormon, berukuran 4 x 2 cm yang terletak di

depan dinding lateral pelvis pada fossa ovarika. Kelainan kongenital merupakan

kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil

kosepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab terjadinya abortus,

lahir mati atau kematian segera lahir.

Kelainan Kongenital Organ Reproduksi dapat terjadi pada vulva, vagina,

perineum, uterus dan ovarium. Kelainan pada ovarium merupakan manifestasi

penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh. Ada 2 kelainan

kongenital pada ovarium yaitu : kelainan jumlah ovarium dan Hipoplasia atau

Disgenesis Ovarium. Penyebab kelainan pada ovarium tidak diketahui dengan

pasti, tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom.

B. Saran

Setiap Ibu hamil diharapkan untuk memeriksakan kehamilan secara

teratur, menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan kongenital

pada janin yang dikandung. Untuk petugas kesehatan diharapkan dapat

memberikan penyuluhan kepada ibu hamil mengenai kelainan kongenital pada

bayi khususnya kelainan pada sistim reproduksi dan menganjurkan ibu hamil

untuk menghindari faktor-faktor penyebab kelainan kongenital.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi FK Universitas Padjajaran Bandung, 2010,


Ginekologi, Bandung, ELstar Offset
14

Ida Ayu Chandrawinata,et.el, 2010, Buku Ajar Penuntun Kulah Ginekologi,


Jakarta, Trans Info Media

Imam Rasjidi, 2010, Imaging Ginekologi Onkologi, Jakarta, CV Agung Seto

Anda mungkin juga menyukai