ANESTESI
ANESTESI
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkah dan
anugrahnya kami dapat menyelesaikan paper ini. Paper ini berjudul Penilaian Persiapan
Pasien Pre Anestesi.
Tujuan utama pembuatan Paper ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai Penilaian
Persiapan Pasien Pre Anestesi.
Dr. Ade Winata Sp.An, KIC selaku konsulen ilmu Anestesi yang telah memberikan
bimbingan dalam proses penyelesaian Paper kami ini, juga untuk dukungannya baik dalam
bentuk moril maupun dalam mencari referensi yang lebih baik.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang berada
dalam satu kelompok pelatihan Anestesi, atas dukungan dan bantuan mereka selama
Semoga Paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kebaikan karya tulis yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Pendahuluan .......................................................................................................................... 1
Definisi .................................................................................................................................. 1
Premedikasi ........................................................................................................................... 12
Teori-teori anestesi................................................................................................................. 16
Stadium anestesi..................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka
ii
BAB I. PENDAHULUAN
DEFINISI
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,
"persepsi,kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan
rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh.
Pengelolaan anestesi pada pasien diawali dengan persiapan preoperatif psikologis, dan
bila perlu, pengobatan preoperatif. Beberapa macam obat dapat diberikan sebelum
dimulainya operasi.
Obat-obatan tersebut disesuaikan pada setiap pasien. Seorang ahli anestesi harus
menyadari pentingnya mental dan kondisi fisik selama visite preoperatif. Sebab hal tersebut
akan berpengaruh pada obat-obatan preanestesi, tehnik yang digunakan, dan keahlian seorang
ahli anestesi. Persiapan yang buruk akan berakibat pada berbagai permasalahan dan
ketidaksesuaian setelah operasi.
Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa takut dan
nyeri harus diperhatikan betul pada kunjungan pra-anestasi. Dengan memberikan rasa simpati
dan pengertian kepada pasien tentang masalah yang dihadapi, maka pasien dapat dibantu
dalam menghadapi rasa sakit dan khawatir menghadapi operasi.
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi
1
umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran.
yang lewat di sepanjang serabut saraf hingga ke otak. Ketika obat-obatan itu dihentikan
(penggunaannya), kamu akan mulai merasakan sensasi-sensasi kembali, termasuk rasa nyeri.
Trias anestesi:
1. hipnotik
2. analgesik
3. relaksasi
STADIUM ANESTESI
Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium (stadium III
dibagi menjadi 4 plana), yaitu:
a. Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya
kesadaran.
Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa
sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar dapat
1. Plana 1 : Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola
mata yang tidak menurut kehendak, pupil midriasis, refleks cahaya ada, lakrimasi
2
meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum tercapai relaksasi otot lurik
meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks
cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga
dikerjakan intubasi.
3. Plana 3 : Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi
tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi
4. Plana 4 : Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil
sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfmgter ani dan kelenjar air mata tidak
dibanding stadium III plana 4. pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur, denyut
jantung berhenti, dan akhirnya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini
3
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
- Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk pasien dewasa
dengan ukuran sedang bila lebih besar pakai ukuran 4, untuk anak gunakan ukuran
nomor 2. Jangan lupa untuk memeriksa lampunya apakah nyalanya cukup terang)
Untuk anak dengan BB di bawah 20 kg, ukuran ET digunakan rumus sebagai berikut:
(umur +2) 2. misal hasilnya adalah 5 maka siapkan ukuran 4.5, 5, dan 5.5
- Jelly
- Precordial
- Kapas alkohol
- Plester
- Xilocain pump
- Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada keadaan tertentu)
4
Sedangkan untuk Anestesi Spinal siapkan tambahan:
- Pencan ( ukuran 22 G – 27 G )
- Spray alcohol
- Betadin
- Kassa steril
- Bantal
- Spuit 5 cc
1. Sulfas Atropin
2. Pethidin
3. Propofol/ Recofol
4. Succinil Cholin
5. Tramus
6. Sulfas Atropin
7. Efedrin
1. Atropin
2. Efedrin
3. Ranitidin
4. Ketorolac
5
5. Metoklorpamid
6. Aminofilin
7. Asam Traneksamat
8. Adrenalin
9. Kalmethason
11. lidocain
15. Adrenalin
Administrasi
1. Laporan Anestesi
2. BAKHP
- cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh →bila tidak, lakukan pengisian
- cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di tempat yang tepat
6
- aliran oksigen ada dua jalur, jangan sampai salah memilih jalurnya. Ada jalur untuk
- pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi mengikat CO2.
- monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien kita. Minta ajarkan penata
bagaimana membacanya.
B. Monitor Anestesi
C. Suction
E. Bantal
1. Mengumpulkan data
7
Anamnesis
secara teratur. Dua obat terakhir harus diteruskan selama operasi dan anestesi, sedangkan
- Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa sebelum
operasi)
Pemeriksaan Fisik
1. Breath
Keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah jalan
nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong atau
menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan mempersulit
laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan leher? Apakah ada
pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran nafas bagian atas?
Tentukan pula frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung, abdominal atau torakal,
apakah terdapat nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai pula keberadaan
8
2. Blood
Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau perdarahan.
Lakukan pemeriksaan jantung
3. Brain
GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK
beberapa penilaian GCS dan interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :
- Nilai GCS (15-14) : Composmentis ( kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya )
- Nilai GCS (13-12) : Apatis (kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya )
- Nilai GCS (11-10) : Delirium (kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan,
siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta
meronta-ronta )
- Nilai GCS (9-7) : Somnolen ( kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat
sadar bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali )
- Nilai GCS (6-5) : Sopor (kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih
dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik )
- Nilai GCS (4) : semi-coma (penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang
nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik )
- Nilai GCS (3) : Coma (penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri )
4. Bladder
Produksi urin. pemeriksaan faal ginjal
5. Bowel
Pembesaran hepar. Bising usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau massa
abdominal?
6. Bone
Kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang belakang?
Pemeriksaan Laboratorium Dan Radiologi
a. Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding time,
clothing time atau APTT & PPT)
b. Pemeriksaan kadar gula darah puasa
c. Liver function test
d. Renal function test
e. Pemeriksaan foto toraks
f. Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah 2 jam post prandial, pemeriksaan
EKG untuk pasien > 40 tahun
g. Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa pula kadar albumin, globulin,
elektrolit darah, CT scan, faal paru, dan faal hemostasis.
9
Persiapan Penyulit yang Akan Terjadi
Penyakit Kardiovaskular
· Resiko serius →Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan sampai pasca
operasi.
· Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin yang dilepaskan.
Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat terjadi aritmia, takikardi
· Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk. Ambilan gas dan uap
ihalasi terhalangi.
· Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang operasi. Bahaya
hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular setelah penghentian obat jauh
Penyakit Pernafasan
pascaoperasi.
· Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien asma atau
pecandu nikotin.
· Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas karena
efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang terjadi karena
Diabetes Mellitus
10
hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes yang
tidak
stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika kondisi bedah itu
Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan
analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena metabolisme
oleh otak juga berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan akibat
kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin yang
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama puasa pada
orang dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi
darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
5. Premedikasi secara intramuskular - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena jika
11
PREMEDIKASI
Tujuan
Cara:
- Intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 – 1/2 dari dosis
intramuscular)
- Oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien diberi obat
2. Ketenangan →sedative
12
Penggolongan Obat-Obat Premedikasi
1. Golongan Narkotika
hipotensi
- Diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,
- Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan
· Depresan SSP
· Penyempitan bronkus
13
2. Golongan Sedativa & Transquilizer
- Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi mengantuk.
- Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam dan DHBF
- Diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien tampak
lebih gelisah
Barbiturat
Diazepam
- Mengendalikan kejang
- Bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta
14
- Efek samping: proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak-anak
- Diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, contoh:
PROGNOSIS ASA
1. ASA 1
Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan
dioperasi.
2. ASA 2
Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain penyakit
yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan
3. ASA 3
Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum
mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial,
4. ASA 4
Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit yang akan
5. ASA 5
Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat
menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien
koma berat
15
6. ASA 6
Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan diangkat
Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency), contoh: operasi
apendiks
TEORI-TEORI ANESTESI
1. Teori Koloid
Bukti : eter, halotan → hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba (terjadi
penggumpalan protoplasma)
2. Teori Lipid
- Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya anestesi.
4. Teori biokimia
16
5. Teori Neurofisiologi
6. Teori Fisika
Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi akan
menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air sehingga menyebabkan
gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion oleh karena terbentuk
mikrokristal di SSP.
TRIAS ANESTESI :
· Analgesia
· Hipnosis
· Arefleksia / relaksasi
STADIUM ANESTESI
- Terjadi depresi pada ganglia basalis →1x berlebihan bila ada rangasang (hidung, cahaya,
17
Stadium 3 :
- Lakrimasi ↑
- Volume tidal ↓
- Frekuensi nafas ↑
- Refleks cahaya ↓
- Lakrimasi (-)
- Tonus otot ↓
- Tonus otot ↓↓
- Pupil midriasis
18
- Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)
Ventilasi normal :
Pupil
· Stadium III : pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin pada anestesi dengan
3. Hipoksia
19
Refleks bulu mata
Refleks cahaya :
N : Pupil miosis
1. Setelah pasien dibaringkan di atas meja operasi. Pasang tensi, saturasi, precordial.
2. Tunggu instruksi. Setelah lapor ke konsulen, dan operator sudah siap. Berarti anestesi
7. Bila refleks bulu mata telah hilang pasang masker dengan posisi benar. (Jaw thrust, chin
20
9. kurangi oksigen sampai 3- l. naikkan N2O menjadi 3-l. buka isofluran/halotan
10. Tetap berada dalam posisi seperti itu. Sambil kadang-kadang lakukan pemompaan bila
diperlukan. Perhatikan infus, nadi, tensi, saturasi, pompa atau monitor mesin. Sesekali
11. Bila diperlukan pasien rileks maka berikan Succinil cholin atau tramus tergantung dosis
yang diperlukan.
12. Selanjutnya tinggal seni anestesinya. Kalau tensi naik dan turun, kalau nadi naik atau
turun, kalau nafas kurang spontan, lambat atau cepat. Yang kita lakukan bisa perdalam
atau kurangi obat anestesi, tambah obat tertentu, atur cairan, atur posisi pasien dan lainlain.
13. Bila operasi sudah hampir selesai kurangi dosis perlahan sampai kemudian tinggal
oksigen saja.
14. Operasi selesai bawa pasien ke RR. Dan tunggu sampai pasien bangun.
MONITORING ANESTESI
1. Kedalaman anestesi
2. Kardiovaskuler :
- EKG
- CVP
3. Ventilasi → respirasi:
- Stetoskop
- Capnometer
21
- Analisa gas darah
6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; > 20%
7. Sirkuit anestesi
OBAT-OBATAN ANESTESI
DOSIS OBAT-OBATAN
22
Efedrin HCl ampul 50mg/cc 1cc + 10cc 0,2 5mg
aquadest 9cc
Sulfas Atropin ampul 0,25mg/cc - 3cc 0,005 0,25mg
Ondansentron ampul 4mg/2cc - 3cc 8 mg 2mg
HCl (Narfoz) (dewasa)
5 mg (anak)
Aminofilin Ampul 24mg/cc - 10cc 5 24mg
Dexamethason Ampul 5mg/cc - - 1mg 5mg
Adrenalin Ampul 1mg/cc - - 0,25-0,3 -
Neostigmin Ampul 0,5mg/cc - - Masukkan 0,5mg
2
ampul
prostigmin
+ 1 ampul
SA
Midazolam Ampul 5mg/cc - - 0,07-0,1 1mg
(Sedacum)
Ketorolac Ampul 60mg/2cc - - - 30mg
Difenhidramin Ampul 5mg/cc - - - 5mg
23
Keterangan
1. Ketamin/ketalar
- Efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tapi tidak utk nyeri visceral
- Refleks pharynx & larynx masih cukup baik →batuk saat anestesi →refleks vagal
- disosiasi →mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh
gelisah, tidak terkendali. Saat penderita mulai sadar dapat timbul eksitasi
- Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat diperkecil
- TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat peningkatan
aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan premedikasi opiat,
hiosin.
- dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk
penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum
- Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin
- Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd pusat
24
retikular otak
Indikasi:
koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang
sukar.
- Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital.
- Pasien asma
Kontra Indikasi
- Dekompensasi kordis
- Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih seperti susu dengan bahan pelarut yang
- Kadang terasa nyeri pada penyuntikan →dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc
25
propolol →jarang pada anak karena sakit & iritasi pada saat pemberian
- Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena vasodilatasi & apnea sejenak
Efek Samping
Bradikardi.
Nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan
Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal, liver,
syok hipovolemik.
3. Thiopental
4. Pentotal
- Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) &
- Larutan tadak begitu stabil, hanya bisa disimpan 1-2 hr (dalam kulkas lebih lama,
efek menurun)
26
overdosis, komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih mudah
- Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak ↑) →efek sedasi & hipnosis
- TIK ↓
- Metabolisme di hepar
Kontraindikasi
Syok berat
Anemia berat
Asma bronkhiale →menyebabkan konstriksi bronkus
Obstruksi saluran napas atas
Penyakit jantung & liver
kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
27
B. Obat Anestetik inhalasi
1. Halothan/fluothan
Efek:
Keuntungan
Cepat tidur
Tidak merangsang saluran napas
Salivasi tidak banyak
Bronkhodilator -obat pilihan untuk asma bronkhiale
Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak
28
Kerugian
Overdosis
Perlu obat tambahan selama anestesi
Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
Aritmia jantung
Sifat analgetik ringan
Cukup mahal
Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
- Gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak
Efek:
- Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. -Bila murni N2O =
- Jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain
3. Eter
- Tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang
- Murah
29
- Sedatif dan relaksasi baik
- Teknik sederhana
4. Enfluran
- Isomer isofluran
- Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada
EEG).
- Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih
5. Isofluran
- Cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
- Menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan
- Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran
6. Sevofluran
- Tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk
30
C. Obat Muscle Relaxant
Bekerja pada otot bergaris →terjadi kelumpuhan otot napas & otot-otot mandibula,
otot intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.
Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata →ekstremitas →mandibula
→intercostalis→abdominal→diafragma.
Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.
Obat ini membantu pada operasi khusus seperti operasi perut agar organ abdominal
tidak keluar & terjadi relaksasi
Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi
31
- Myalgia post op
- Meningkat tekanan
intragaster, intraokuler dan
intrakranial
- Malignant hyperthermia
- Myoklonus
Durasi:
doksakurium, galamin
Antikolinesterase
2. Pitidostigmin
3. Edrofonium
32
miosis, kontraksi vesicaurinaria
→Konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak memberikan
Halotan : 0,87%
Eter : 1,92%
Enfluran : 1,68%
Isofluran : 1,15%
Sevofluran : 1,8%
Obat Darurat
33
DAFTAR PUSTAKA
2. B. Thomas, Boulton dan E.Colin, Alih bahasa : dr. Jonatan Oswari, Anestesiologi, Edisi
2010.
2010.
www.balipost.co.id.
10. G. Edward Morgan, Jr., Maged S. Mikhail, Michael J. Murray Postanesthesia Care,
11. Dr.Gde Mangku, Sp.An. KIC, Standar Pemantauan Dasar Intra Operatif, Ilmu Anestesia
Dan Reanimasi, Edisi Pertama, 2010, Indeks, Kembangan, Jakarta Barat, Hal : 133-136.