Anda di halaman 1dari 25

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN PENGOLAHAN

INFORMASI

Tugas ini disusun untuk memenuhi makalah


Tingkah Laku Manusia dalam Lingkungan Sosial

Dosen pembimbing :
Krisna Dewi Setianingsih, M.Si. Ph.D
Dra. Yana Sundayani, M.Pd

Penyusun :

 Anita Ulfatun Nisa 16.04.258


 Rani Yuliana 16.04.342
 Ayu Wulansari 16.04.236
 Diane Purnamasari 16.04. 326
 M. Syauqi Al-Bashir 16.04.037
 Tyofany Yanuar P 16.04.300
 Eltiga Angga P S 16.04.001

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PEKERJAAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini. Shalawat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari
alam kebodohan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan ini.

Dengan terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari pihak-pihak yang telah
membantu dan memberi masukan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Dr. Dwi Heru Sukoco,M.Si., selaku ketua STKS Bandung, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk membuat makalah ini.
2. Krisna Dewi Setianingsih, M.Si. Ph.D dan Dra. Yana Sundayani, M.Pd, selaku dosen
pembimbing mata kuliah Tingkah Laku Manusia dalam Lingkungan Sosial, yang
telah membimbing, mengajari, dan memberikan semangat bagi penulis untuk
membuat makalah ini.
3. Keluarga yang selalu mendukung, memberi motivasi, dan memberi semangat baik
jasmani maupun rohani kepada penulis.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang turut membantu
kelancaran dalam penyusunan makalah ini.

Makalah Teori Perkembangan Kognitif dan Pengolahan Informasi, merupakan tugas


mata kuliah Tingkah Laku Manusia dalam Lingkungan Sosial. Penulisan makalah ini
bertujuan agar mahasiswa prodi Pekerjaan Sosial mengetahui bagaimana teori kognitif dalam
dimensi psikologis, sebagai pengetahuan untuk seorang pekerja social dalam melakukan
praktek di masyarakat. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik pada
teknik penulisan, teknik pengutipan, maupun materi yang dipaparkan. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Bandung, 16 September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………… iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………. 4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………. 5
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………. 5
1.5 Metodologi Penulisan…………………………………………….. .. 6
1.6 Sistematika Penulisan……………………………………………. .. 6

BAB II Kajian Teori

2.1 Definisi BPJS …………………………………………………..…. 8

2.2 Visi dan Misi BPJS ………………………………………..………. 11

BAB III Pembahasan

3.1 Sejarah Berdirinya BPJS …………………………….……………….. 13

3.2 Landasan Hukum Yang Mendasari Berdirinya BPJS………………….. 18

3.3 Fungsi, Tugas,Wewenang, Kewajiban, dan Hak BPJS………………… 23

3.4 Pembiayaan dari BPJS………………………………………………….. 30

3.5 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan…………………………………... 32

3.6 Struktur Organisasi Di Dalam BPJS…………………………………… 33

3.7 Program-Program Di Dalam BPJS…………………………………….. 45

3.8 Tanggung Jawab sosial dan Lingkungan…………………………………. 63


BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 71

3.2 Saran ……………………………………………………………….. 71

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 73


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki kelebihan-kelebihan dibanding makhluk lainnya, karena


manusia merupakan makhluk yang paling sempurna. Di dalam tubuh manusia terdapat
perbedaan yang mencolok yang jauh diatas makhluk hidup lain.
Perkembangan manusia adalah salah satu contoh perbedaan tersebut yang
memiliki beberapa aspek dan karakteristik yang masing-masing mempengaruhi satu sama
lain.
Perkembangan kognitif merupakan bagian dari fase perkembangan karakteristik
manusia, Perkembangan kognitif (intelektual) sebenarnya merupakan perkembangan
pikiran. Pikiran adalah bagian dari otak yang bertanggung jawab terhadap bahasa,
pembentukan mental, pemahaman, penyelesaian masalah, pandangan, penilaian,
pemahaman sebab akibat, serta ingatan. Teori kognitif adalah bagian perkembangan teori
dan terapi perilaku, baru-baru ini diciptakan dalam teori pembelajaran sosial. Teori
kognitif mengemukakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh persepsi atau penafsiran
lingkungan selama proses pembelajaran. Perilaku yang tidak tepat biasanya timbul
sebagai hasil mispersepsi dan kesalahpahaman. Dalam teori kognitif terdapat teori
pengolahan informasi. Teori pengolahan informasi adalah teori kognitif tentang belajar
yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari
otak. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan
dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
Pendekatan kognitif dalam praktek pekerjaan sosial didasarkan pada gagasan
bahwa pemikiran seseorang adalah penentu utama emosi dan perilaku. sehingga dalam
teori kognitif praktisi pekerjaan sosial percaya bahwa pelayanan yang baik dalam
pekerjaan sosial mencakup usaha yang diarahkan untuk membantu klien
mengidentifikasi, memandang, dan mengubah pola pikir akibat dari suatu bentuk
disfungsional emosi, perilaku, dan pemecahan masalah. Werner menyatakan, bahwa teori
kognitif lebih merupakan orientasi yang konsisten dan koheren untuk memahami fungsi
manusia dan perubahan manusia yang mencakup kontribusi ide – ide dari individu yang
berbeda. Oleh kaena itu teori kognitif sangat membantu pekerja sosial dalam melakukan
proses pelayanan terhadap klien sehingga sangat penting untuk dipelajari dan dipahami.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Apasajakah teori yang membahas tentang perkembangan kognitif dan pengolahan
informasi?
b. Jelaskan Teori Piaget tentang perkembangan kognitif ?
c. Sebutkan manfaat dari teori Piaget tentang perkembangan kognitif dalam praktek
pekerjaan social?
d. Apasajakah hambatan dari proses pengaplikasian teori Peaget?
e. Apa penjelasan Teori Robert M Gagne tentang pemrosesan informasi ?
f. Sebutkan manfaat dari teori Robert M Gagne tentang pemrosesan informasi dalam
praktek pekerjaan social?
g. Apasajakah hambatan dari proses pengaplikasian teori Robert M Gagne?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui teori yang membahas tentang perkembangan kognitif dan pengolahan
informasi.
b. Mengetahui Teori Piaget tentang perkembangan kognitif.
c. Mengetahui manfaat dari teori Piaget tentang perkembangan kognitif dalam praktek
pekerjaan social.
d. Mengetahui hambatan dari proses pengaplikasian teori Peaget.
e. Mengetahui Teori Robert M Gagne tentang pemrosesan informasi.
f. Mengetahui manfaat dari teori Robert M Gagne tentang pemrosesan informasi dalam
praktek pekerjaan social
g. Mengetahui hambatan dari proses pengaplikasian teori Robert M Gagne.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan penulis dari penulisan makalah ini adalah:
a. Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk
mengetahui pembahasan lebih lanjut mengenai Tingkah Laku Manusia
dalam Lingkungan Sosial tentang Teori Perkembangan Kognitif dan
Pengolahan Informasi.
b. Diharapkan hasil penulisan ini mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu kesejahteraan sosial dan sekaligus menjadi bahan
untuk diteliti lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga
dapat dibahas lebih lanjut sebagai bahan kajian bagi para peminat studi kesejahteraan
sosial,terutama bagi para mahasiswa kesejahteraan sosial.

1.5 Metodologi Penulisan


Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi
dokumentasi dalam pengumpulan data-data yang ada. Studi dokumentasi merupakan
sebuah catatan peristiwa yang sudah berlalu dalam bentuk tulisan, gambar atau karya
monumental dari seseorang yang kemudian penulis pelajari dokumen-dokumen tersebut
untuk mengambil data dan sebagai penambahan informasi.
Sumber ini terdiri dari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal ataupun
sumber lainnya. Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorisasi kemudian
mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan topik pembahasan lalu
mengambil data atau informasi untuk selanjutnya dimengerti dan dianalisa.

1.6 Sistematika Penulisan


BAB I :Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan,Metodologi
Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II :

BAB III :
BAB IV : Penutup merupakan kesimpulan dari …………..beserta saran yang ditujukan
untuk membangun wawasan pembaca tentang…………………
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Kognitif

Istilah cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing atau
mengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan pengunaan
pengetahuan (Neisser, 1976).[1] Secara sederhana, dapat dipahami bahwa
kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir lebih
kompleks, serta kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai
salah satu ranah psikologis manusia meliputi perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pengolahan informasi, pemecahan masalah dan keyakinan.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih utuh, berikut kami kutip beberapa
pendapat ahli.
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy karyanya, kognisi adalah
konsep umum yang mencakup seluruh bentuk pengenalan, termasuk didalamnya
mengamati, menilai, memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga, dan
menilai. Sedangkan menurut Mayers (1996) menjelaskan bahwa kognisi merupakan
kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan
dan bertindakberdasarkan penggambaran ini.[2]
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognisi adalah istilah yang
digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan.
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian
yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi
populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan
afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.

2.2 Pengertian Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan
bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-
kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek –
objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri,
orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk
mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk
membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun


pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun
proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh
pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia
punya (Hetherington & Parke, 1975).

2.3 Pengertian Belajar


Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku seseorang dalam situasi
tertentu yang disebabkan oleh “pengalaman berulang” terhadap situasi tersebut.
Dalam tinjauan psikologi kognitif belajar diartikan sebagai The process of acquiring
knowledge (proses memperoleh pengetahuan).Pengalaman yang dimaksud adalah
pengalaman hidup yang dialami oleh si pelajar agar menjadi mandiri. Belajar erat
kaitannya dengan pengembangan kognitif (penguasaan intelektual), afektif
(berhubungan dengan sikap dan nilai) dan psikomotorik (keterampilan bertindak atau
berprilaku). Dalam pandangan pakar psikologi belajar kognitifis, keberhasilan belajar
di ukur oleh kematangan kognisi si pelajar, dalam hal ini otak sebagai organ tubuh
yang berkaitan dengan intelejensi, menjadi sangat dominan sebagai pusat memori.

Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal
untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Asumsi ini didasarkan pada
suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Dengan
penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh informasi dengan satu proses dan
siswa yang lain juga dapat memperoleh informasi yang sama namun dengan proses
belajar yang berbeda.

2.4 PENGERTIAN PROSES


Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang saling terkait yang
bersama-sama mengubah masukan menjadi keluaran.[1] Pelaksanaan ini dapat
dilakukan oleh manusia, alam, atau mesin dengan menggunakan berbagai sumber
daya.
Menurut S. Handayaningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar studi
dan Administrasi” mengemukakan bahwa proses adalah serangkaian tahap kegiatan
mulai dari menentukan sasaran sampai tercapainya tujuan.(S.
Handayaningrat,1988:20)
Sedangkan menurut JS Badudu dan Sutan M Zain dalam kamus Bahasa
Indonesia, “Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari awal sampai akhir atau masih
berjalan tentang suatu perbuatan, pekerjaan dan tindakan”. (JS Badudu dan Sutan M.
Zain 1996;1092).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa proses merupakan suatu aktivitas
kegiatan dari awal sampai akhir atau masih berjalan yang memberikan nafas bagi
organisasi sampai dengan tercapainya tujuan.

2.5 Pengertian Informasi

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat
keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena informasi menurunkan
ketidakpastian (atau meningkatkan pengetahuan) Informasi menjadi penting, karena
berdasarkan informasi itu para pengelola dapat mengetahui kondisi obyektif
perusahaannya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang
dikumpulkan dengan metode ataupun cara – cara tertentu. Berikut adalah pengertian
informasi menurut para ahli:

 Pengertian Informasi Menurut Raymond Mc.leod Informasi adalah data yang telah
diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi
pengambilan keputusan saat ini atau mendatang .
 Pengertian Informasi Menurut Tata Sutabri, S.Kom., MM adalah data yang telah
diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses
pengambilan keputusan.
 Pengertian Informasi Menurut Jogiyanto HM., (1999: 692), “Informasi dapat
didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian –
kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan”
 Abdul Kadir (2002: 31); McFadden dkk (1999) mendefinisikan informasi sebagai data
yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang
yang menggunakan data tersebut.
 Pengertian Informasi Menurut George H. Bodnar, (2000: 1), “Informasi adalah data
yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat”
 Pengertian Informasi Menurut Lani Sidharta (1995: 28), “Informasi adalah data yang
disajikan dalam bentuk yang berguna untuk membuat keputusan”
 Pengertian InformasiMenurut Para Ahli - Anton M. Meliono (1990: 331),
“Informasi adalah data yang telah diproses untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan
tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan”
Dan Informasi adalah hasil pemrosesan, manipulasi dan
pengorganisasian/penataan dari sekelompok data yang mempunyai nilai pengetahuan
(knowledge) bagi penggunanya (Wikipedia - Indonesia).
Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data
dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang
menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan
keputusan.
2.6 Pengertian Teori Pemrosesan Informasi

Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar


sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah
pengolahan informasi.Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi sibernetik
mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar, namun yang lebih penting dari
kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang
pada akhirnya akan menentukan proses belajar.

Pemrosesan informasi itu sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses
yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan
menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya
lebih kepada proses memori dan cara berpikir. Dalam teori pemrosesan informasi,
terdapat beberapa model mengajar yang akan mendorong pengembangan pengetahuan
dalam diri siswa dalam hal mengendalikan stimulus yaitu mengumpulkan dan
mengorganisasikan data, menyadari dan memecahkan masalah, mengembangkan
konsep sehingga mampu menggunakan lambang verbal dan non verbal dalam
penyampaiannya. Bahkan orientasi utama pada modelnya mengarah kepada
kemampuan siswa dalam mengolah, menguasai informasi sehingga dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang
akan didapatkannya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Teori Tentang Perkembangan Kognitif dan Pengolahan Informasi


 Teori – Teori Perkembangan Kognitif
1. Teori Piaget
Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata
(Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat
mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan
karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis,
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga individu yang
lebih dewasa memliki struktur kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika ia
masih kecil. Perkembangan skemata ini terus-menerus melalui adaptasi
dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran
tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik
pulalah pola penalaran anak tersebut. Proses terjadinya adaptasi dari skemata
yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitua
similasi dan akomodasi. Asimilasi adalah pengintegrasian stimulus baru
kedalam skemata yang telah terbentuk secara langsung. Akomodasi adalah
proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk
secara tidak lansung.
.

2. Teori Brunner

Jerome Brunner menyatakan bahwa belajar akan lebih berhasil jika


proses pengajaran anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur
yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang
terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Bruner
menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh agar anak
dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedag
dibicarakan, sehingga anak akan memahami materi yang harus dikuasainya
itu.
Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda dengan menggunakan media pembelajaran.
Melalui penggunaan media pembelajaran yang ada, siswa akan melihat
langsung keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam penggunaan media
pembelajaran yang diperhatikannya.
3. Teori Gestalt
Teori Gestalt menekankan keseluruhan dan kesatupaduan. Sebagai
langkah awal, penting sekali mengenali pondasi yang mengkonstruksi teori
ini. Menurut psikologi gestalt, keseluruhan itu berbeda dari penjumlahan
bagian-bagiannya atau membagi-bagi berarti mendistorsi. Kita tidak akan
dapat memahami atau menikmati pengalaman mendengarkan simfoni musik
orchestra dengan menganalisa konstribusi musisi-musisi yang bermain di
dalamnya secara terpisah. Atau kita juga tidak mungkin dapat menikmati
keindahan sebuah lukisan bila melihat bagian-bagiannya secara terpisah. Pada
pokoknya, psikologi gestalt selalu memberi penekanan pada totalitas atau
keseluruhan, bukan pada bagian-bagian.
Berbeda dengan kaum behavioral yang berpendapat bahwa belajar
adalah pengalaman empiris, maka menurut Gestaltis belajar adalah fenomena
konitif. Kognisi sendiri dipahami sebagai proses mental karena kognisi
mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Kognisi
tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan
dan dapat diamati. Oleh sebab itu belajar merupakan proses mental dan aspek-
aspek belajar adalah unik bagi spesies manusia.
 Teori – Teori Pengolahan Informasi
1. Pandangan Robert M Gagne
Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh
informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat
kembali informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari teori
pemrosesan informasi Robert M Gagne adalah bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan
merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
2. Pandangan Slavin
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana
seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu
yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar
tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak
melalui beberapa indera. Komponen pertama dari sistem memori yang
dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan.
Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan
menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik.
Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam
register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang.
Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam
pendidikan.
3. Pandangan Tulving
Tulving dalam (Slavin, 2000: 181) membagi memori jangka panjang
menjadi tiga bagian:
a. Memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan
gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita.
b. Memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang
menyimpan fakta dan pengetahuan umum.
c. Memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang
bagaimana melakukan sesuatu.

3.2 Perkembangan Kognitif Menurut Jean Pieget

Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses


perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang
berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan
hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen
yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang
menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap
lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam
responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi
tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan
kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget
dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada
suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan
yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
a. beradaptasi
b. organisasi ( tindakan penataan )
untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep
dasar, yaitu sebagai berikut :

1. Skema
Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat
menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan
untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk
mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara
intelektual. Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan
akomodasi
2. Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang
mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada
atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak
hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus.
Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi
mempnagruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian
dari proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri
terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.
3. Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau
pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling
mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi
dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah
keseimbangan.

Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan


intelektual Piaget membagi perkemabngan ini ke dalam 4 periode yaitu :
 Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan
system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
 Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau
mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
 Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak
lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara
logis.
 Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif,
anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah
verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima
pandangan orang lain.

Piaget mengeukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya
dengan perkembangan kognitif :
a. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan
stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.
c. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
d. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk
menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi social.
3.3 Manfaat Teori Perkembangan Kognitif Dalam Praktek Pekerjaan Social

Teori kognitif merupakan kategori yang umum dimana di dalamnya terdapat


pandangan Adler mengenai psikologi individu, pendapat Ellis tentang psikoterapi
rasional, terapi realitas Glasser serta gagasan lain tentang perilaku dan emosi
merupakan akibat dari berpikir. Dari awal berkembangnya teori kognitif sudah
mempengaruhi praktik pekerjaan sosial. Meski teridentifikasi atau tidak namun
metode dalam teori kognitif pada saat ini banyak digunakan oleh pekerja sosial.
Pekerja sosial biasanya menggunakan teori kognitif dalam hal berikut ini :

1. Menghubungkan perilaku klien dengan pikiran, emosi dan tujuan klien, tanpa
menggunakan kekuatan ketidaksadaran.
2. Membuat diagnosis dalam rangka distorsi atau batasan pemikiran klien.
3. Mencari potensi klien yang kemudian menggunakan potensi tersebut untuk
mengatasi masalahnya.
4. Mengarahkan klien dalam mencoba beberapa pengalaman yang mana dapat
mengubah ketidakakuratan persepsi klien.
5. Menyatakan bahwa setiap perilaku klien dibentuk oleh tujuan pribadinya
daripada dorongan biologi.
6. Bekerja untuk meraih apa yang ingin klien rubah dari dirinya.
7. Meminta kepeda klien untuk membuat tanggung jawab atas perilakunya,

Dalam pendekatan teori kognitif dengan praktek pekerjaan sosial, perubahan


manusia terjadi ketika praktisi pekerjaan sosial mampu memfasilitasi proses refleksi
kognitif di mana klien mengidentifikasi, tantangan, dan kesalahpahaman perubahan,
kepercayaan rusak, menyimpang, kognisi, dan berbicara diri irasional telah
menciptakan emosi dan perilaku dysfuncional. Dalam pendekatan teori kognitif untuk
pengobatan kerja dukungan sosial, emosional yang diberikan oleh penolong kepada
klien dianggap berguna dan penting tetapi aspek ini bukan merupakan inti dari
pengobatan. Dalam pendekatan kognitif untuk pengobatan pekerjaan sosial, advokasi,
dan modifikasi lingkungan yang dianggap penting dan berguna, dapat membantu
klien untuk mengidentifikasi, menantang, dan mengubah kesalahpahaman kognitif
tetap merupakan agen utama perubahan.

Dalam pendekatan kognitif untuk pengobatan pekerjaan sosial, proses


membantu klien meupakan pendidikan yang pokok. yang disfungsional. Akibatnya,
praktisi kognitif dengan serius berusaha untuk "memberdayakan Tujuan dari
pengobatan, adalah untuk membantu klien belajar menjadi konselor sendiri dan
menggunakan konsep-konsep teori kognitif untuk secara konsisten memahami diri
dan mrngontrol emosi dan perilaku " klien mereka dengan memberi mereka
penjelasan kognitif untuk tujuan penguasaan, kontrol, dan swadaya. Ellis, beck, dan,
maultsby dalam program kelompok pendidikan untuk melengkapi kerja kasus,
konseling, dan psikoterapi yang khusus mengenai kebutuhan klien untuk belajar
keterampilan intervensi kognitif untuk penguasaan diri, pemberdayaan, dan kontrol.

3.4 Hambatan dari Proses Pengaplikasian Teori Peaget

 Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.


 Sulit dipraktikkan, khususnya di tingkat lanjut.
 Tidak dapat diukur hanya satu orang siswasaja, melainkan kita harus melihat
kemampuan mereka

3.5 Teori Robert M Gagne Tentang Pemrosesan Informasi

Menurut Robert M Gagne, belajar dipandang sebagai proses pengolahan


informasi. Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan
Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Teori
informasi psikologi muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika, yang
disusun oleh para peneliti untuk menilai dan meninngkatkan pengiriman pesan.
Pembelajaran di kelas merupakan teori proses informasi yang berkaitan secara
langsung dengan proses kognitif. Teori informasi memberikan perspektif baru pada
pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif.
Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan
penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan kepada siswa
siasat untuk memecahkan masalah. Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh
yang berjasa dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran Modern. Edgar Dale
mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience). Kolaborasi
Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi
pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain
pembelajaran menjadi semakin hidup. Robert Gagne merupakan salah satu tokoh
pencetus teori ini. Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh
informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali
informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari teori pemrosesan
informasi Robert M Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi
internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam
diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase, yaitu:
a. motivasi;
b. pemahaman;
c. pemerolehan;
d. penyimpanan;
e. ingatan kembali;
f. generalisasi;
g. perlakuan;
h. umpan balik.

3. 7 Manfaat dari Teori Robert dan Gagne Tentang Pemrosesan Informasi Dalam
Praktek Pekerjaan Social

Manfaat teori pemrosesan informasi antara lain :

1. membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi


pada lingkungan yang selalu berubah.
2. menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang
berorientasi pada proses lebih menonjol.
3. kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap
4. prinsip perbedaan individual terlayani
3.8 Hambatan dari Proses Pengaplikasian Teori Robert dan Gagne

1. tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal.


2. proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
3. tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah
disimpan dalam ingatan
4. kemampuan otak tiap individu tidak sama.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Jean Piaget adalah seorang psikolog yang sangat memperhatikan perkembangan
intelektual anak mulai bayi sampai dewasa. Menurutnya, ada tiga fungsi intelek, yaitu
(1) proses mendasar bagi terjadinya perkembangan kognitif,(2) cara bagaimana
pembentukan pengetahuan, dan (3) tahap-tahap perkembangan intelektual
Ada enam prinsip teori perkembangan intelektual. Perkembangan intelektual itu
sendiri terjadi melalui proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
Menurut Jean Piaget, hakikat pengetahuan adalah interaksi yang terus-menerus
anatara individu dengan lingkungannya. Ciri konsepsi pengetahuan, yaitu 1)
pengetahuan bersifat berubah, 2) berfokus pada perbedaan kualitatif dalam interaksi
seseorang dengan lingkungannya,3)lingkup bidang yang diselidiki, 4) bersifat
interdisiplin anatara disiplin filsafat, psikologi, dan biologi. Tahap perkembangan
kognitif seseorang terjadi melalui empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, pra-
oprasional,konkrot oprasional dan tahap formal oprasi.
Robert Gagne adalah seorang ahli pisikologi pendidikan yang memperkenalkan
model pemrosesan informasi, yaitu suatu model penyimpanan informasi yang terjadi
pada manusia. Menurut Gagne belajar bukan merupakan proses yang tunggal,
melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan
tingkah laku yang merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Ia mendefinisikan
belajar sebagai seperangkat proses kognitif yang dapat mengubah sifat stimulus dari
lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi untuk memperoleh
kapasitas yang baru.
Ada lima ragam belajar yang terjadi pada manusia, yaitu informasi verbal,
keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Sejak awal perkembangannya teori kognitif sudah mempengaruhi praktik
pekerjaan sosial, tujuan dari pelayanan yang dilakukan pekerja sosial adalah untuk
membantu klien belajar menjadi konselor sendiri dan menggunakan konsep-konsep
teori kognitif untuk secara konsisten memahami diri dan mengontrol emosi dan
perilaku. Dalam teori kognitif terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan pada saat
melakukan terapi yaitu klarifikasi komunikasi internal, penjelasan, menulis pekerjaan
rumah, dan belajar pengalaman. Teori kognitif juga berimplikasi terhadap pendekatan
pelayanan lainnya serta terhadap penelitian dalam pekerjaan sosial.

4.2 Saran
Dalam praktek pekerjaan sosial sekarang ini begitu banyak permasalahan
sosial yang dihadapi, maka dari itu perlunya pemahaman tentang teori perkembangan
kognitif dan teori pengolahan informasi bagi pekerja sosial guna menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh klien. Dalam teori perkembangan kognitif konsep
utamanya adalah tingkahlaku yang dilakukan oleh manusia merupakan akibat dari apa
yang orang fikirkan, katakan dan perkiraan mengenai diri sendiri dan situasi sosial di
sekitar mereka. Sehingga pekerja sosial dalam melakukan proses pertolongan dapat
menggunakan konsep tersebut dalam membantu klien merubah sikap-sikapnya
sehingga masalah klien dapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Esa Nur Wahyuni, Baharudin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar, Jakarta : Raja Grapindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai