Anda di halaman 1dari 7

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/320857924

PENGARUH KOMPOSISI PELARUT DAN


KETEBALAN CAT EPOKSI TERHADAP DAYA
LEKAT DAN TINGKAT PELEPUHAN
BLISTERING...

Conference Paper · November 2015

CITATIONS READS

0 80

2 authors, including:

Maulana Mufti Muhammad


Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Maulana Mufti Muhammad on 05 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII)
Yogyakarta, 5 November 2015

Pengaruh Komposisi Pelarut dan Ketebalan Cat Epoksi Terhadap Daya


Lekat dan Tingkat Pelepuhan (Blistering) pada Lingkungan NaCl yang
Diaplikasikan pada Baja Karbon
Maulana Mufti Muhammad, Agung Purniawan dan Hosta Ardhyananta
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: agung_pur@mat-eng.its.ac.id

Abstract
Main function of coating is providing barrier protection between substrate and environment. And its commonly
used to protect pipeline. In this research, to evaluate a function of barrier, a different the thickness coating (50,
100, 150, 200, and 250 micron) were used. In addition, to make easier during application process, solvent 0, 10,
and 20% were added to paint. Epoxy is used as premier paint to cover substrate material ASTM A36 Grade B in
NaCl 3,5% Environment. Conventional spray was used in paint application. Morphology of coating was
investigated by SEM. To evaluate the function of the coating, adhesion strength, blistering, and water vapor
transmission rate tests were applied. The result indicate that the blister size increase with the increasing
thickness coating while the adhesion strength decrease with the increase thickness coating. Additional solvent in
paint increase the water vapor transmission rate, consequently, the function of coating decrease.

Keywords Coating, Adhesion, Blistering, Solvent

1. Pendahuluan Tahap pertama terjadinya proses korosi


Industri minyak bumi dan gas alam saat pada coating ditandai dengan adanya karat dan
ini, pipa baja karbon adalah jenis pipa yang paling blistering pada coating organik. Untuk
banyak digunakan untuk sistem pipeline. Pipa baja mengidentifikasi di awal kemampuan dari sifat
karbon memiliki banyak kelebihan dari jenis-jenis penghalang coating dapat dilakukan dengan
pipa yang lain seperti Fiberglass Reinforced menentukan tingkatan blistering dan rusting yang
Plastic (FRP), Stainless Steel (SS), incoloy, dan terjadi sesuai dengan standar. Pada tahap
lainnya. Kelebihan pipa baja karbon antara lain selanjutnya ditandai dengan adanya disboundment
adalah dari segi biaya yang relatif tidak terlalu dari cat dengan substrat.
mahal, kemudahan instalasi di lapangan dan sifat Untuk membuat peran dari penghalang
mekaniknya yang dapat diandalkan dalam banyak yang efektif material substrat harus terisolasi
area atau sistem di lapangan. Masalah yang kerap dengan baik. Sifat penghalang yang baik
timbul dalam penggunaan pipa baja karbon adalah dipengaruhi oleh ketebalan dan komposisi kimia
korosi[1]. dari coating.
Korosi merupakan masalah yang kerap Komposisi kimia dari coating merupakan
timbul dalam penggunaan pipeline baja karbon. sebuah sistem campuran yang kompleks, ada
Selama ini, pengendalian terhadap korosi pada pipa padatan (solute) yang terlarut atau terdispersi
baja karbon telah dilakukan melalui berbagai dalam pelarut cair (solvent), ada juga cairan
metode. Metode coating membuat permukaan (solvent active) yang terlarut dalam cairan lain
logam menjadi terpisah dari lingkungan korosif. (diluent). solvent adalah cairan (biasanya mudah
Biasanya metode ini diaplikasikan dalam bentuk menguap) yang berperan melarutkan atau
lapisan organik (organic coating). Metode ini mendispersi komponen-komponen pembentuk film
merupakan metode perlindungan yang paling (resin, pigment dan/atau additive) yang akan
banyak digunakan dikarenakan metode ini mudah menguap terbuang ke lingkungan selama proses
untuk dilakukan [2]. pengeringan. Pada saat pembuatan cat, solvent
Coating organik memberikan memberi kontribusi sedemikian rupa sehingga
perlindungan dengan cara menjadi penghalang. campuran mempunyai kekentalan yang pas untuk
Namun, semua coating organik permeabel terhadap proses pengadukan, pencampuran, penggilingan
air dan oksigen. Tingkat transmisi rata-rata air dan lain-lain. Komposi solvent yang tepat juga
melalui lapisan cat adalah 10-100 kali lebih besar memberi pengaruh optimal pula pada mekanisme
dari konsumsi pada permukaan yang impermeabel. penguapan dari solvent-solvent yang ada, sehingga
Di kondisi normal coating organik menghabiskan akan membentuk film yang maksimal
setengah masanya dalam kondisi kelembaban yang karakteristiknya, baik tekstur permukaannya, sifat
tinggi. kilapnya maupun kecepatan keringnya [3].
Departermen Teknik Mesin dan Industri
ISBN 978-602-73461-0-9
144
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII)
Yogyakarta, 5 November 2015

Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini elektrolit digunakan pada pengujian salt spray dan
dilakukan untuk menganalisa pengaruh variasi immersion.
ketebalan dan penambahan pelarut berbahan Morfologi pemotongan melintang cat
minyak menggunakan epoksi terhadap nilai yaitu, sisi interface antara permukaan substrat
permeabilitas dan kualitas coating pada baja dengan lapisan cat dianalisa menggunakan alat
karbon di lingkungan korosif yaitu NaCl 3,5%.. Scanning Electron Microscope (SEM). Alat SEM
yang digunakan adalah mesin FEI Inspect S50. Dan
2. Metode Penelitian dilakukan untuk menganalisa besar dan jumlah pori
2.1 Preparasi Substrat dan Sampel yang terjadi akibat penambahan solvent[5].
Pada penelitian ini substrat yang
digunakan adalah baja karbon ASTM A36 Grade B 3. Hasil dan Pembahasan
dengan ketebalan 4 mm yang dipotong menjadi 3.1 Pengujian Daya Lekat
dimensi 4x5 cm sebanyak 45 buah yang akan Dalam uji daya lekat atau adhession test
digunakan sebagai spesimen uji daya adhesi, 45 yang telah dilakukan diketahui daya lekat lapisan
buah untuk uji sembur kabut garam, dan 45 buah epoksi primer dipengaruhi oleh komposisi
untuk uji immersion. Pemotongan dilakukan penambahan pelarut (0%, 10 %, dan 20%) dan
dengan menggunakan mesin gerinda tangan. Dan 9 ketebalan dari cat epoksi primer. Sebelumnya
buah dalam bentuk film digunakan sebagai dilakukan pengujian DFT (Dry Film Thickness)
spesimen uji water vapor permeability. pada lapisan untuk mengetahui ketebalan pada
Material cat epoksi yang digunakan pada daerah sampel. Pengujian DFT (Dry Film
penelitian ini adalah cat epoksi primer komponen Thickness) dilakukan pada tiga titik yang dirata-
A sebagai Resin dan Komponen B sebagai Curing rata. Semua sampel sebelum dilakukan aplikasi
Agent. Rasio pencampuran kedua komponen coating, dilakukan perhitungan ketebalan saat
berturut-turut adalah 4:1. Dan pelarut yang kondisi basah (Wet Film Thickness) sesuai
digunakan adalah jenis solvent naphtha perhitungan untuk dapat menghasilkan DFT yang
(petroleum), light aromatic. Untuk 100 ml diinginkan.
campuran berarti menggunakan 80ml komponen A
dan 20ml komponen B. Proses pencampuran Untuk mendapatkan nilai dari daya lekat
dilakukan pada temperatur kamar dengan yang baik, dilakukan preparasi dengan
menambahkan pelarut dalam persentase 100 ml pembersihan lapisan coating dari dust dan
yang dicampur menggunakan alat stirrer. kontaminan, serta dilakukan penempelan pin dolly
Proses pengaplikasian cat pada permukaan satu hari sebelum dilakukan pengujian daya lekat.
substrat dilakukan dengan menggunakan air spray Dalam pengujian ini dilakukan sesuai standar
konvensional. Pengecatan dilakukan pada ASTM D-4541 dan didapatkan hasil grafik surface
temperatur kamar. Tebal basah lapisan cat diukur seperti pada Gambar 1, yang merupakan grafik
agar tebal lapisan cat yang diaplikasikan untuk hasil dari perhitungan multiple regression
setiap spesimen sama tebalnya. Setelah itu, menggunakan Software Microsoft Excel 2013.
spesimen yang telah dicat dikeringkan (curing)
pada temperatur kamar selama 5 hari.

2.2 Metode Pengujian


Pengujian daya lekat dilakukan dengan
menggunakan pull-off test yang sesuai dengan
standar ASTM D-4541 untuk mengetahui besar
daya lekat cat epoksi masing – masing variabel
pada permukaan substrat.
Pengujian salt spray digunakan dengan
metode scratch untuk mengetahui ketahanan
terhadap pelebaran kerusakan akibat lingkungan
yang korosif menggunakan ASTM B-117. Yang Gambar 1 Grafik Surface Daya Lekat Terhadap
dievaluasi menggunakan standar ASTM D-1654. Ketebalan dengan Perbedaan Komposisi Pelarut.
Pengujian Immersion digunakan untuk
mengetahui tingkatan blistering yang akan Dari analisa grafik menunjukan bahwa
dievaluasi berdasarkan ASTM D-710, dengan daya lekat terbaik saat ketebalan 50 mikron dengan
metode unscratch[4]. tanpa penambahan pelarut atau komposisi pelarut
0%. Dan yang terendah terdapat pada komposisi
Larutan NaCl 3.5% digunakan sebagai pelarut 20% dengan ketebalan 250 mikron. Hal
cairan elektrolit. Pengujian dengan larutan tersebut dikarenakan adanya pori pada komposisi
pelarut terbanyak yaitu 20% serta semakin tebalnya
Departermen Teknik Mesin dan Industri
ISBN 978-602-73461-0-9
145
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII)
Yogyakarta, 5 November 2015

cat mengakibatkan pori tersebut menjadi lebih adanya adhesive failure yang dimana pengujian
banyak. Jumlah dan besarnya pori ditunjukan pada sebelum di immers menyatakan keseluruhan
pengujian morfologi dengan SEM pada Gambar 5. sampel pengujian daya lekat cohesive failure. Hal
Selanjutnya dilakukan pengelihatan secara ini disebabkan adanya kontaminan yang masuk ke
visual dari hasil pengujian daya lekat kerusakan dalam coating mengakibatkan ikatan pada coating
terjadi pada daerah cohesive failure (Ikatan cat-cat) dengan substrat menurun dan 30% terjadi failure
bukan adhesive failure (Ikatan cat-substrat). Hal ini (kerusakan). Kontaminan memasuki coating
menandakan terjadinya mechanical interlocking ditandai dengan terjadinya pelepuhan yang
antara coating dengan substrat yang baik [3]. diperlihatkan pada pengujian immersion. Dan dari
Selain itu penyebab terjadinya cohesive failure penambahan pelarut memperlihatkan adanya
dikarenakan adanya pori yang membuat bonding perambatan kontaminan yang masuk dengan
(ikatan) dalam cat menurun. Mechanical terlihat dari penurunan daya lekat dan daerah
interlocking ini terjadi karena proses persiapan failure yang terjadi. Kontaminan tersebut
permukaan dilakukan terbebas dari kontaminan dan merupakan uap air yang memiliki besar molekul
kekasaran serta kebersihan dengan perlakuan yang sangat kecil. Blistering tersebut disebabkan
blasting menggunakan alumunium oxide dengan adanya kehilangan atau/dan berkurangnya nilai
ukuran 24 mesh menghasilkan kekasaran daya lekat coating terhadap interface dari substrat
permukaan 64 mikron dengan kebersihan SA 2. yang disebabkan adanya kontaminan atau/dan
Selain itu hal ini disebabkan ikatan crosslinking korosi pada daerah interface tersebut[6]. Hal
yang terdapat pada coating lebih rendah daripada tersebut dapat dipercepat dengan adanya
ikatan yang terjadi antara substrat dengan coating. kontaminan pada daerah antarmuka substrat
Selanjutnya dilakukan pengujian daya dengan coating. Selain itu disebutkan pula bahwa
lekat untuk menganalisa perubahan yang terjadi proses terjadinya blistering diawali dengan adanya
setelah ekspose ke lingkungan NaCl 3,% dan udara kosong pada daerah tersebut lalu terisinya
didpatkan data dan visualisasi seperti gambar 2 dan daerah kosong tersebut oleh kontaminan tersebut
tabel 1. dan mengakibatkan blistering.

Tabel 1 3.2 Pengujian Immersion


Uji immersion dengan metode unscratch
Hasil Pengujian Daya Lekat seteah 14 hari masa dilakukan selama 14 hari untuk mengetahui
immersion NaCl 3,5% pada ketebalan 100 mikron
kualitas coating berdasarkan tingkat blistering yang
Nilai
terjadi. Blister muncul karena adanya air yang
Komposisi Daya terperangkap dalam lapisan dimana air dapat
Pelarut (%) Lekat masuk ke pori-pori lapisan dan akhirnya terbentuk
(MPa) suatu pembengkakan dan membentuk blister.
Untuk mengetahui seberapa parah kerusakan yang
(a) 20 3.17 dapat ditimbulkan oleh blister dapat dilakukan
dengan pengukuran tingkat blister yang terjadi.
(b) 10 4.94 Pengukuran ini dilakukan dengan membandingkan
hasil penelitian dengan standar ASTM D714
(c) 0 5.49
“Standard Test Method for Evaluating Degree of
Blistering of Paints”. Menurut standar dikatakan
bahwa terdapat beberapa tingkatan ukuran dan
jumlah blister yang ada. Tingkatan ukuran blister
sendiri dimulai dari skala sepuluh hingga nol
dimana pada ukuran sepuluh menandakan tidak
adanya blister pada permukaan. Kemudian untuk
tingkatan jumlah blister ditandai mulai dari few
(sedikit), medium (sedang), medium dense (cukup
banyak), hingga dense (banyak sekali).
Gambar 2 Visualisasi Hasil Pengujian Daya Lekat Dari evaluasi dengan standar didapatkan
menggunakan Pull Off Test pada ketebaan 100 mikron bahwa penambahan pelarut pada komposisi 20%
setelah dilakukan immersion selama 14 hari (a)20% memiliki tingkat blistering paling rendah dari
(b)10% (c)0% setiap ketebalan. Selain itu didapatkan bahwa
blistering tidak terjadi pada ketebalan 250 mikron
Dari hasil data yang didapatkan, dianalisa dan terbanyak ada pada ketebalan 100 mikron. Dari
bahwa semakin banyaknya penambahan pelarut keseluruhan perbandingan yang memiliki rating
menurunkan sifat daya lekat coating pada substrat, terendah atau paling mudah terjadi blistering ada
dan pada sampel gambar 2 (a) memperlihatkan pada sampel yang memilki ketebalan 100 mikron
Departermen Teknik Mesin dan Industri
ISBN 978-602-73461-0-9
146
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII)
Yogyakarta, 5 November 2015

dengan penambahan pelarut 20% mendapatkan penambahan komposisi penambahan pearut


rating 2 dengan jumlah medium. Dan tingkat mengakibatkan semakin besar pula perbesaran
blistering paling rendah terdapat pada sampel 250 lebar dari scratch akibat proses korosi. Dan dari
mikron yang mendapatkan rating sepuluh atau ketebalan memperlihatkan bahwa semakin kecil
tidak terdapat blistering selama 14 hari. nilai ketebalan membuat perbesaran pelebaran
Osmotic blistering yang terjadi saat 14 akibat proses korosi semakin besar daripada
hari di lingkungan immersion NaCl 3,5% ketebalan yang besar.
disebabkan adanya uap air yang memiiki ukuran
partikel yang sangat kecil menembus lapisan
coating untuk mendapatkan kesetimbangan dan
saat adanya kontaminan berbentuk garam baik di
permukaan membuat tekanan osmotic akibat
melewati lapisan yang permeable terus terjadi
mengakibatkan terjadinya lepuhan atau blister
dimana di dalam blister terdapat air hasil
perpindahan melewati coating. Faktor utama
terjadinya osmotic blistering yaitu permeabilitas
coating, impermeabilitas substrat, konsentrasi air
terlarut, dan konsentrasi gradient. Konsentrasi
gradient merupakan kekuatan pendorong berupa
tekanan osmosis untuk terjadinya blistering [7].

3.3 Pengujian Sembur Kabut Garam


Berdasarkan hasil pengujian salt spray Gambar 4 Grafik Surface Pelebaran Gores setelah
atau uji sembur kabut garam selama 96 jam, dilakukan Uji Sembur Garam NaCl 3,5%
didapatkan pertambahan lebar goresan coating
primer. Pertambahan lebar goresan ini dihitung 3.4 Pengujian Morfologi
dengan memberikan tanda berupa empat buah titik Beradarkan hasil pengujian dengan
(A, B, C, dan D) lalu mengukurnya pada menggunakan SEM, dengan menggunakan tiga
measuring microscope sebelum dilakukan sampel perbedaan komposisi penambahan pelarut
pengujian, setelah dilakukan pengujian selama 96 0%, 10%, dan 20 % dengan perbesaran 1000x dan
jam pada titik-titik yang sama dilakukan 4000x didapatkan gambar 5 a, b, dan c. Pada hasil
pengukuran kembali lebar goresan apakah pengamatan dan anlisa SEM dari gambar-gambar
mengalami pertambahan lebar akibat adanya di bawah diketahui bahwa penambahan pelarut
lapisan yang rusak akibat terjadinya korosi yang ternyata menyebabkan adanya pori-pori. Pada
melebar atau tidak. Penentuan nilai rating ini gambar 4a komposisi penambahan pelarut 0%
berdasarkan ASTM D-1654, dimana jika goresan dengan perbesaran 4000x terlihat adanya pori yang
tidak mengalami perubahan maka nilai rating dari sangatlah kecil dengan persebaran yang merata.
cat tersebut adalah sepuluh (nilai tertinggi) Pada penambahan pelarut 10% terdapat adanya
sedangkan pelebaran yang terjadi besar maka nilai pori yang berbeda dengan ukuran yang lebih besar
rating semakin rendah berikut adalah standar dibeberapa bagian. Dan pada penambahan pelarut
penilaian rating sesuai standar serta hasil pelebaran 20% memperlihatkan penambahan pori yang
pada pengujian yang telah dilakukan setelah 96 signifikan dengan persebaran pori yang cukup
jam. besar dan ada beberapa bagian yang terdapat pori
Dari data memperlihatkan bahwa sangatlah besar daripada pori pada penambahan
pelebaran goresan yang terjadi tidak ada yang pelarut 10%. Dari analisa tersebut dapat dikatakan
melebihi 0,5 mm bahkan pelebaran paling besar bahwa penambahan pelarut dapat menyebabkan
yang terjadi hanya sebesar 0,3 mm yaitu pada adanya pori dan semakin besar penambahan pelarut
sampel dengan ketebalan 50 mikron tanpa mengakibatkan pori semakin besar karena proses
penambahan pelarut. Oleh karena itu, dapat penguapan dari solvent lebih lambat dari proses
dikatakan bahwa seluruh sampel memiliki rating 9 crosslinking pada epoksi itu sendiri menyebabkan
dimana tingkat korosifitas yang terjadi itu rendah. pori itu terbentuk. Semakin banyak penambahan
Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan dari pelarut mengakibatkan semakin banyak dan besar
seluruh ketebalan dan perbedaan komposisi pelarut pori yang terbentuk[5]. Namun hingga ketebalan
memiliki rating yang sama. Namun bila dilihat 250 mikron tidak terjadi crack pada coating. Selain
pada besarnya nilai perubahan lebar yang terjadi itu semakin tebal cat akan mengakibatkan adanya
seperti pada Gambar 3 Grafik penamban pelebaran crack pada coating namun hingga ketebalan 250
melalui uji sembur kabut garam dengan metode mikron coating mampu berperan paling baik dan
scratch memperihatkan bahwa semakin besar tidak terjadi kerusakan seperti crack[8].

Departermen Teknik Mesin dan Industri


ISBN 978-602-73461-0-9
147
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII)
Yogyakarta, 5 November 2015

Gambar 6 Grafik Pertamabahan Berat Hasil Pengujian


Water Vapor Transmission Test Setiap Sampel
b

Gambar 5 Hasil Pengujian SEM Komposisi


Penambahan Pelarut 20% dengan perbesaran 1000x dan
4000x a)0%, b)10%, dan c)20% Gambar 7 Grafik Water Vapor Transmission Rate
(WVT) Setiap Sampel
3.5 Pengujian Water Vapor Permeability
Berdasarkan hasil pengujian permeabilitas 4. Kesimpulan
coating berdasarkan standar ASTM D-1653
didapatkan hasil jumlah perubahan berat coating Setelah dilakukan analisa hasil pengujian, maka
selamat 7 hari dengan perbedaan komposisi pelarut dapat diambil suatu kesimpulan dari penelitian ini.
0%, 10%, dan 20% berturut-turut sebagai berikut, Berikut kesimpulan yang didapat:
0,7223 g, 0.927 g, dan 1,5561 g. Pada gambar 4
menunjukan pertambahan berat hasil pengujian 1. Dari pengujian daya lekat didapatkan variasi
water vapor permeability setiap sampel setiap tanpa penambahan pelarut 0% atau tanpa
harinya selama 7 hari. Untuk mendapatkan penambahan pelarut dengan ketebalan 50
kecepatan rambat uap air (WVT) dengan mikron memiliki nilai daya lekat tertinggi. Dan
perhitungan seperti pada lampiran F, dengan hasil nilai daya lekat terendah didapatkan pada
kecepatan rambat berdasarkan perbedaan penambahan pelarut 20% dengan ketebalan 250
komposisi berturut-turut sebagai berikut, 0.12368 mikron. Hal ini dikarenakan terjadinya cohesive
g/m2.24jam, 0.15874 g/m2.24jam, dan 0.26646 failure yang mengakibatkan pori yang terbentuk
g/m2.24jam yang terlihat pada gambar 6. Dari hasil semakin besar dan banyak membuat ikatan
tersebut terlihat bahwa penambahan komposisi (bonding) antar coating semakin rendah.
pelarut 20% memiliki laju transmisi uap air yang 2. Dari pengujian tingkat blistering didapatkan
paling tinggi karena pada hasil uji SEM terlihat ketebalan 250 mikron dengan variasi tanpa
adanya pori-pori yang membuat laju transmisi dari penambahan pelarut didapatkan tingkat
uap air semakin cepat, sedangkan komposisi blistering yang paling tinggi atau paling sulit
penambahan pelarut 0% memiliki nilai kecepatan terjadinya kerusakan blistering. Karena water
terendah dilanjutkan dengan penambahan transmission rate melewati coating pada variasi
komposisi pelarut 10%. tanpa penambahan pelarut atau 0% pelarut
memiliki nilai yang paling rendah.
3. Dari pengujian morfologi menggunakan SEM
didapatkan bahwa pori yang terbentuk akibat

Departermen Teknik Mesin dan Industri


ISBN 978-602-73461-0-9
148
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII)
Yogyakarta, 5 November 2015

variasi penambahan pelarut 20% terdapat pori


yang lebih besar dan tersebar merata daripada
10% dan 0%. Hal tersebut mengakibatkan laju
transmisi uap air berbanding lurus besarnya
terhadap besarnya penambahan pelarut.

Daftar Pustaka
[1] Rafferty, Kevin.1989. Geothermal District
Piping-A primer. Oregon: Geo Heat Center
[2] J.M. Keijman.. Achieving Quality in Coatings
Work: The 21st Century Challenge. Proceeding
Inorganic and Organic Coatings – The
Difference. England: The Brighton Centre
(1999).
[3] Schweitzer, Philip A. 2006. Paint and Coatings
Applications and Corrosion Resistance. New
York: Taylor & Francis Group.
[4] Khanna, A.S. 2005. Characteization,
evaluating, and testing of organic paint coating.
Indian: Indian Institute of Technology Bombay.
[5] Mohammad Arda DH. 2012. Studi pengaruh
pelarut cat epoksi primer yang diaplikasikan
pada substrat baja karbon rendah terhadap
terbentuknya pori serta ketahanan korosi pada
lingkungan NaCl 5%. Depok: FT UI
[6] B. S. Liu. “Blistering failure analysis of organic
coating on AZ91D Mg-alloy components”.
Engineering failure Analisys (2014). China:
Elsevier
[7] E. M. Petrie. “Osmotic Blisters in Coatings”.
Elsevier 28 (2011).
[8] R. B. Arman. “Studi Kekuatan Adhesi dan
Ketahanan Korosi dari Temporary Organic
Coating Pada Pipa-Pipa API 5CT di
Lingkungan Atmosfer Laut”. Depok: FT UI
(2011).

Departermen Teknik Mesin dan Industri


ISBN 978-602-73461-0-9
149

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai