discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/320857924
CITATIONS READS
0 80
2 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Maulana Mufti Muhammad on 05 November 2017.
Abstract
Main function of coating is providing barrier protection between substrate and environment. And its commonly
used to protect pipeline. In this research, to evaluate a function of barrier, a different the thickness coating (50,
100, 150, 200, and 250 micron) were used. In addition, to make easier during application process, solvent 0, 10,
and 20% were added to paint. Epoxy is used as premier paint to cover substrate material ASTM A36 Grade B in
NaCl 3,5% Environment. Conventional spray was used in paint application. Morphology of coating was
investigated by SEM. To evaluate the function of the coating, adhesion strength, blistering, and water vapor
transmission rate tests were applied. The result indicate that the blister size increase with the increasing
thickness coating while the adhesion strength decrease with the increase thickness coating. Additional solvent in
paint increase the water vapor transmission rate, consequently, the function of coating decrease.
Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini elektrolit digunakan pada pengujian salt spray dan
dilakukan untuk menganalisa pengaruh variasi immersion.
ketebalan dan penambahan pelarut berbahan Morfologi pemotongan melintang cat
minyak menggunakan epoksi terhadap nilai yaitu, sisi interface antara permukaan substrat
permeabilitas dan kualitas coating pada baja dengan lapisan cat dianalisa menggunakan alat
karbon di lingkungan korosif yaitu NaCl 3,5%.. Scanning Electron Microscope (SEM). Alat SEM
yang digunakan adalah mesin FEI Inspect S50. Dan
2. Metode Penelitian dilakukan untuk menganalisa besar dan jumlah pori
2.1 Preparasi Substrat dan Sampel yang terjadi akibat penambahan solvent[5].
Pada penelitian ini substrat yang
digunakan adalah baja karbon ASTM A36 Grade B 3. Hasil dan Pembahasan
dengan ketebalan 4 mm yang dipotong menjadi 3.1 Pengujian Daya Lekat
dimensi 4x5 cm sebanyak 45 buah yang akan Dalam uji daya lekat atau adhession test
digunakan sebagai spesimen uji daya adhesi, 45 yang telah dilakukan diketahui daya lekat lapisan
buah untuk uji sembur kabut garam, dan 45 buah epoksi primer dipengaruhi oleh komposisi
untuk uji immersion. Pemotongan dilakukan penambahan pelarut (0%, 10 %, dan 20%) dan
dengan menggunakan mesin gerinda tangan. Dan 9 ketebalan dari cat epoksi primer. Sebelumnya
buah dalam bentuk film digunakan sebagai dilakukan pengujian DFT (Dry Film Thickness)
spesimen uji water vapor permeability. pada lapisan untuk mengetahui ketebalan pada
Material cat epoksi yang digunakan pada daerah sampel. Pengujian DFT (Dry Film
penelitian ini adalah cat epoksi primer komponen Thickness) dilakukan pada tiga titik yang dirata-
A sebagai Resin dan Komponen B sebagai Curing rata. Semua sampel sebelum dilakukan aplikasi
Agent. Rasio pencampuran kedua komponen coating, dilakukan perhitungan ketebalan saat
berturut-turut adalah 4:1. Dan pelarut yang kondisi basah (Wet Film Thickness) sesuai
digunakan adalah jenis solvent naphtha perhitungan untuk dapat menghasilkan DFT yang
(petroleum), light aromatic. Untuk 100 ml diinginkan.
campuran berarti menggunakan 80ml komponen A
dan 20ml komponen B. Proses pencampuran Untuk mendapatkan nilai dari daya lekat
dilakukan pada temperatur kamar dengan yang baik, dilakukan preparasi dengan
menambahkan pelarut dalam persentase 100 ml pembersihan lapisan coating dari dust dan
yang dicampur menggunakan alat stirrer. kontaminan, serta dilakukan penempelan pin dolly
Proses pengaplikasian cat pada permukaan satu hari sebelum dilakukan pengujian daya lekat.
substrat dilakukan dengan menggunakan air spray Dalam pengujian ini dilakukan sesuai standar
konvensional. Pengecatan dilakukan pada ASTM D-4541 dan didapatkan hasil grafik surface
temperatur kamar. Tebal basah lapisan cat diukur seperti pada Gambar 1, yang merupakan grafik
agar tebal lapisan cat yang diaplikasikan untuk hasil dari perhitungan multiple regression
setiap spesimen sama tebalnya. Setelah itu, menggunakan Software Microsoft Excel 2013.
spesimen yang telah dicat dikeringkan (curing)
pada temperatur kamar selama 5 hari.
cat mengakibatkan pori tersebut menjadi lebih adanya adhesive failure yang dimana pengujian
banyak. Jumlah dan besarnya pori ditunjukan pada sebelum di immers menyatakan keseluruhan
pengujian morfologi dengan SEM pada Gambar 5. sampel pengujian daya lekat cohesive failure. Hal
Selanjutnya dilakukan pengelihatan secara ini disebabkan adanya kontaminan yang masuk ke
visual dari hasil pengujian daya lekat kerusakan dalam coating mengakibatkan ikatan pada coating
terjadi pada daerah cohesive failure (Ikatan cat-cat) dengan substrat menurun dan 30% terjadi failure
bukan adhesive failure (Ikatan cat-substrat). Hal ini (kerusakan). Kontaminan memasuki coating
menandakan terjadinya mechanical interlocking ditandai dengan terjadinya pelepuhan yang
antara coating dengan substrat yang baik [3]. diperlihatkan pada pengujian immersion. Dan dari
Selain itu penyebab terjadinya cohesive failure penambahan pelarut memperlihatkan adanya
dikarenakan adanya pori yang membuat bonding perambatan kontaminan yang masuk dengan
(ikatan) dalam cat menurun. Mechanical terlihat dari penurunan daya lekat dan daerah
interlocking ini terjadi karena proses persiapan failure yang terjadi. Kontaminan tersebut
permukaan dilakukan terbebas dari kontaminan dan merupakan uap air yang memiliki besar molekul
kekasaran serta kebersihan dengan perlakuan yang sangat kecil. Blistering tersebut disebabkan
blasting menggunakan alumunium oxide dengan adanya kehilangan atau/dan berkurangnya nilai
ukuran 24 mesh menghasilkan kekasaran daya lekat coating terhadap interface dari substrat
permukaan 64 mikron dengan kebersihan SA 2. yang disebabkan adanya kontaminan atau/dan
Selain itu hal ini disebabkan ikatan crosslinking korosi pada daerah interface tersebut[6]. Hal
yang terdapat pada coating lebih rendah daripada tersebut dapat dipercepat dengan adanya
ikatan yang terjadi antara substrat dengan coating. kontaminan pada daerah antarmuka substrat
Selanjutnya dilakukan pengujian daya dengan coating. Selain itu disebutkan pula bahwa
lekat untuk menganalisa perubahan yang terjadi proses terjadinya blistering diawali dengan adanya
setelah ekspose ke lingkungan NaCl 3,% dan udara kosong pada daerah tersebut lalu terisinya
didpatkan data dan visualisasi seperti gambar 2 dan daerah kosong tersebut oleh kontaminan tersebut
tabel 1. dan mengakibatkan blistering.
Daftar Pustaka
[1] Rafferty, Kevin.1989. Geothermal District
Piping-A primer. Oregon: Geo Heat Center
[2] J.M. Keijman.. Achieving Quality in Coatings
Work: The 21st Century Challenge. Proceeding
Inorganic and Organic Coatings – The
Difference. England: The Brighton Centre
(1999).
[3] Schweitzer, Philip A. 2006. Paint and Coatings
Applications and Corrosion Resistance. New
York: Taylor & Francis Group.
[4] Khanna, A.S. 2005. Characteization,
evaluating, and testing of organic paint coating.
Indian: Indian Institute of Technology Bombay.
[5] Mohammad Arda DH. 2012. Studi pengaruh
pelarut cat epoksi primer yang diaplikasikan
pada substrat baja karbon rendah terhadap
terbentuknya pori serta ketahanan korosi pada
lingkungan NaCl 5%. Depok: FT UI
[6] B. S. Liu. “Blistering failure analysis of organic
coating on AZ91D Mg-alloy components”.
Engineering failure Analisys (2014). China:
Elsevier
[7] E. M. Petrie. “Osmotic Blisters in Coatings”.
Elsevier 28 (2011).
[8] R. B. Arman. “Studi Kekuatan Adhesi dan
Ketahanan Korosi dari Temporary Organic
Coating Pada Pipa-Pipa API 5CT di
Lingkungan Atmosfer Laut”. Depok: FT UI
(2011).