TINJAUAN PUSTAKA
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana
keperawatan. Hal ini merupakan komponen dari langkah - langkah analisa, dimana perawat
yang aktual dan potensial. Dibeberapa negara diagnosa diidentifikasikan dalam tindakan
praktik keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari perawat yang professional.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti di
kesehatan yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pengambilan
Diagnosa keperawatan juga sebagai suatu bagian dari proses keperawatan yang di
reflesikan dalam standar praktik American Nurses Assiation (ANA). Standar-standar ini
muncul pada pasien, untuk itu maka diperlukan pengkajian keperawatan untuk
mempermudah perawat dalam menentukan diagnosa yang di alami oleh pasien, maka dari itu
Pengkajian bayi/anak
Pengkajian Caregiver
Pengkajian Komunitas
Pengkajian lingkungan
Penentuan diagnosa kesperawatan, bagaimanapun lebih sulit dan kompleks dari pada
penentuan diagnosa medis. Hal itu dikarenakan data dari hasil pengkajian tidak selalu
menjadi data batasan karakteristik (S) dalam format PES pada diagnosa keperawatan, tetapi
juga bisa menjadi etiologi (E) pada format PES. Data ini bahkan bisa berfungsi sebagai label
diagnosa itu sendiri (Herdman, 2012). Diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2001)
menurut Carpenito (2001) dan Herdman (2012) dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Aktual : suatu diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis yang harus di
validasi oleh perawat karena adanya batasan karakteristik mayor. Jenis keperawatan
tersebut memiliki empat komponen : dimulai dari label, defenisi, karakteristik dan faktor
yang berhubungan. Label yang di berikan juga harus singkat dan jelas, hal itu bertujuan
untuk mempermudah dalam membantu membedakan diagnosa yang ada agar dapat di
bedakan antara diagnosa yang satu dengan diagnosa yang lainnya. Syarat untuk
masalah kesehatan klien secara singkat dan sejelas mungkin. Karena pada bagian ini
dari diagnosa keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien dan
apa yang harus di rubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan
a. Untuk membantu perawat untuk berkomunikasi antara yang satu dengan yang
2. Etiologi (Penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah faktor faktor klinik dan personal yang dapat merubah
terhadap faktor masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran
Merupakan identifikasi data objektif dan subjektif sebagai tanda dari masalah
maupun kelompok lebih rentan mengalami masalah yang sama di bandingkan orang lain
di dalam situasi yang sama atau serupa. Syarat untuk menegakkan diagnosa resiko ada
unsur PE (Problem and Etiologi ) dan untuk penggunaan batasan karakteristik yaitu
“resiko dan resiko tinggi “ tergantung dari tingkat kerentanan/keparahan suatu masalah.
Dan faktor yang terkait untuk diagnosa keperawatan resiko merupakan faktor yang sama
keperawatan aktual.
data tambahan, hal tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya suatu diagnosa yang
bersifat sementara, dan dalam menentukan suatu diagnosa keperawatan yang bersifat
suatu diagnosa, akan tetapi merupakan suatu proses penting dalam keperawatan.
keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
karena terdiri dari diagnosa keperawatan aktual dan resiko yang di perkirakan ada karena
situasi atau peristiwa tertentu. Dan didalam diagnosa syndrome terdapat etiologi dan
faktor pendukung lainnya yang bertujuan untuk mempermudah dalam menegakkan suatu
keperawatan adalah „tekanan darah‟ yang ditemukan dalam diagnosa keperawatan „Activity
Excess Fluid Volume’, ‘Acute pain ‘, ‘ineffective Tissue Perfusion ‘ dan ‘dysfunctional
diagnosa banding yang perlu dicermati oleh perawat meskipun hanya dengan satu tanda dan
keperawatan dan masalah kolaborasinya perlu di sadari oleh perawat sehingga akan
membuat suatu keputusan klinik yang akurat dan tepat terkait dengan perubahan
patofisiologis pada status kesehatan klien. Telah diketahui bahwa tanda dan gejala yang
didapatkan dalam pengkajian dapat menjadi milik diagnosa keperawatan atau kolaboratif.
Tetapi pada kenyataannya ini tampak tidak terlalu diperhatikan dalam proses „diagnostic
reasoning‟. Referensi yang ada biasanya juga memisahkan dua hal ini, contohnya Carpenito
(2006 Carpenito , 2008) adalah referensi yang membedakan diagnosa keperawatan dan
diagnosa kolaborasi dalam dua topik yang berbeda. Kenyataan pembagian data tersebut
sangat penting sekali diketahui perawat. Salah satu contoh kegunaan pengetahuan ini adalah
apabila perawat tahu data mana saja yang hanya akan memunculkan diagnosa potensial
komplikasi, maka perawat perlu menyampaikan data ini pada dokter sebagai petugas
diagnosa potensial komplikasi merupakan‟ grey area „ dimana perawat bersentuhan dengan
medis. Tim medis akan melihat seorang perawat cakap apabila perawat mampu dalam hal
diagnosa potensial komplikasi. Tentunya ini berbeda dengan diagnosa keperawatan yang
betul-betul milik perawat dan intervensinya pun mandiri oleh perawat. Diagnosa kolaborasi
dapat berlangsung secara optimal, jika semua anggota profesi mempunyai keinginan untuk
bekerjasama. Perawat dan dokter saling bekerja sama dan saling ketergantungan antara satu
dengan yang lain, di mana perawat dan dokter berkontribusi dalam perawatan individu,
keluarga dan masyarakat. Perawat sendiri merupakan sebagai anggota yang membawa
perspektif dalam tim inter disiplin. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Inti dari suatu
kolaborasi yang baik. Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan atau
kemajuan yang dialami oleh klien. Dalam hal ini perawat tidak sendiri, melainkan
melakukan kolaborasi dengan dokter dan praktisi kesehatan lainnya untuk memantau
kestabilan fisiologis dari klien, kemudian untuk melihat perlu atau tidaknya dilakukan
batasan karakteristik merupakan pengetahuan yang sangat luas dan kompleks, dan hampir
pentingnya bagi perawat untuk mengakses informasi yang diperlukan tersebut. Kemampuan
untuk menemukan informasi yang relevan ini menjadi suatu hal yang penting karena akan
mendukung kemampuan dalam menentukan diagnosa (harjai dan Tiwari, 2009). ISDA (
atau diagnosa potensial yang mungkin terdapat pada klien. ISDA juga lebih komprehensif
karena tidak hanya menskrining diagnosa keperawatan tetapi juga menskreening diagnosa
Problem, Etiology (PE) dan Problem, Etiology, Sympthom (PES) untuk format diagnosa
resiko dan aktual, kemudian catat diagnosa keperawatan diagnosa keperawatan resiko dan
aktual kedalam masalah atau format diagnosa, lalu gunakan diagnosa NANDA, pastikan dari
data pengkajian untuk menentukan diagnosa, masukkan pernyataan diagnosa kedalam daftar
Penegakan diagnosa yang akurat merupakan langkah awal yang sangat penting untuk
membuat rencana asuhan keperawatan yang tepat kepada klien. Meskipun begitu terkadang
perawat terlalu percaya diri mengenai keakuratan penilaian yang mereka lakukan dan hal ini
dapat berkembang menjadi ketidak akuratan dalam membuat diagnosa. Banyak hal yang
membandingkan dua metode dalam menegakkan diagnosa yaitu metode 4 tahap (Wilkinson,
2007) dan 6 tahap (6 steps of diagnostic reasoning method) (Nurjannah & Warsini, 2013).
2.1.6 Skizofrenia
psikiatrik mayor yang di tandai dengan adanya perubahan persepsi, pikiran, afek dan perilaku
seseorang (Hawari, 2007). Skizofrenia juga dapat diartikan sebagai tanda dan gejala dari 2
aspek campuran yaitu gejala positif dan gejala negatif yang dapat berlangsung selama 1
bulan(untuk jangka waktu yang pendek dalam proses penyembuhan) (Gejala positif pasien
skizofrenia berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gelisah serta perilaku aneh. Gejala
negatif adalah perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari
pergaulan, pendiam, sulit di ajak bicara, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan
a. Gejala karakteristik : 2 atau lebih dari yang ada di bawah ini yang terjadi selama 1
Delusi
Halusinasi
Pembicaraan disorganisasi
b. Disfungsi sosial : pada waktu gejala itu datang dan menyerang pada area utama,
maka akan mempengaruhi fungsi kerja, yang membuat kesulitan dalam membina
remaja, maka hal ini dapat mempengaruhi hubungan sosial, akademik dan prestasi)
c. Durasi : tanda dan gejala yang terjadi secara terus menerus yang berlangsung
selama kurang lebih sekitar 6 bulan. 6 bulan periode ini harus termasuk 1 bulan (
jika pengobatan tidak tepat) yang mana di temukan pada kritera A (contohnya,
pada gejala tahap aktif) dan mungkin termasuk pada periode prodmal dan residual.
Selama periode prodmal dan residual tanda gangguan negatif bisa saja mungkin
D. Bukan gejala dari Skizoaktif dan gangguan mood: skizoaktif dan gangguan mood
disorder dapat terlihat dari raut wajahnya yang disebabkana karena (1) salah satu
tanda dan gejala seperti depresi mayor, manic, atau episode campuran terjadi
secara bersamaan dengan gejala aktif, (2) jikalau episode mood telah terjadi
selama gejala fase aktif, total durasinya relatif singkat, ini terjadi selama periode
residual.
E. penggunaan obat/bahan kimia : gangguan pada psikologi efek dari bahan kimia
(penyalaah gunaan narkoba, dan obat-obatan) atau penggunaan obat umum lainnya.
Gejala umum dari skizofrenia paranoid yaitu adanya delusi kebesaran dan
b. Tidak ada salah satu dari tanda dan gejala ini : bicara tidak teratur, perilaku tidak
B. Tipe Disroganisasi
Gejala umum dari skozofrenia tipe disorganisasi yaitu : bicara tidak teratur,
perilaku tidak teratur, afek datar, bicara kacau balau dengan disertai sikap yang tidak
C. Tipe Katatonik
E. Tipe Residual
Gejala umum dari skizofrenia tipe residual yaitu : mengalami satu episode skizofrenia
dengan gejala psikotik yang menonjol dan diikuti episode lain tanpa gejala psikotik.
Terapi psikofarmaka :
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat antara lain
sebagai berikut :
d. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat)
pertama yaitu:
Haloperidol.
kedua yaitu:
Aripiparazole.
respons. Selain itu obat golongan pertama tidak memberikan efek yang
dihilangkan, efek samping EPS sangat minimal atau boleh dikatakan tidak
Terapi Psikoterapi :
Psikoterapi ini banyak macam ragamnya tergantung dari kebutuhan dan latar belakang
a. Psikoterapi Suportif
dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan ssemangat
b. Psikoterapi Re-edukatif
dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
c. Psikoterapi Re-konstruksi
sebelum sakit.
d. Psikoterapi kognitif
kognitif ( daya pikir dan daya ingat ) rasional sehingga penderita mampu
membedakan nilai nilai moral etika, mana yang baik dan buruk, mana
yang boleh dan tidak, mana yang halal dan haram dan sebagainya.