PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung
yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi
pernapasan buatan dan bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan
oksigen otak dan substrat lain sementara jantung dan paru tidak berfungsi.
Keberhasilan RJP dimungkinkan oleh adanya interval waktu antara mati klinis
dan mati biologis, yaitu sekitar 4 – 6 menit. Dalam waktu tersebut mulai terjadi
kerusakan sel-sel otak rang kemudian diikuti organ-organ tubuh lain. Dengan
demikian pemeliharaan perfusi serebral merupakan tujuan utama pada RJP.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar rekan-rekan dapat mengetahui tentang Resusitasi Jantung Paru.
2. Tujuan khusus
Agar rekan-rekan dapat mengetahui tentang :
a. Dapat mengetahui tentang RJP
b. Dapat mengetahui tentang Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)
c. Dapat mengetahui mengenai tentang Resusitasi Jantung Paru Pada Bayi, Anak
dan Dewasa
BAB II
PMBAHASAN
D. Henti Napas
Pernapasan buatan diberikan dengan cara :
a. Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama
hepatitis, HIV) karena itu harus memakai ”barrier device” (alat perantara).
Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18 %.
a. Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan
jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
b. Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke
atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan-pelan
sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan
napas penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh
penolong itu masuk ke dalam paru-paru korban.
c. Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung
korban. Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi
semula.
b. Mouth to Stoma
Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian
dihembuskan udara melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur
Krikotiroidektomi tadi.
c. Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan
face mask.
d. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)
Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup. Untuk
mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang satu
petugas sedangkan petugas yang lain memompa.
e. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara otomatis
akan memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan.
Bantuan jalan napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan
napas korban apakah terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka
hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.
E. Henti Jantung
RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong.
Lokasi titik tumpu kompresi.
1. 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus
2. Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari telunjuk
mengikuti
3. Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
4. Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik
pijat jantung
5. Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada korban
A. KESIMPULAN
Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas 2
komponen utama yakni : bantuan hidup dasar / BHD dan Bantuan hidup lanjut / BHL
Usaha Bantuan Hidup Dasar bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen
ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan.
Bantuan hidup lanjut dengan pemberian obat-obatan untuk memperpanjang hidup
Resusitasi dilakukan pada : infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian
listrik”, serangan Adams-Stokes, Hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis obat-
obatan, sengatan listrik, refleks vagal, serta kecelakaan lain yang masih memberikan
peluang untuk hidup. Resusitasi tidak dilakukan pada : kematian normal stadium
terminal suatu yang tak dapat disembuhkan.
Penanganan dan tindakan cepat pada resusitasi jantung paru khususnya pada
kegawatan kardiovaskuler amat penting untuk menyelematkan hidup, untuk itu perlu
pengetahuan RJP yang tepat dan benar dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alkatri J, dkk, Resusitasi Jantung Paru, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Editor
Soeparman, Jilid I, ed. Ke-2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal : 281, 1987.
Emergency Medicine Illustrated, Editor Tsuyoshi Sugimoto, Takeda Chemical Industries,
1985.
Mustafa I, dkk, Bantuan Hidup Dasar, RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, 1996.
Otto C.W., Cardiopulmonary Resuscitation, in Critical Care Practice, The American Society
of Critical Care Anesthesiologists, 1994.
Safar P, Resusitasi Jantung Paru Otak, diterbitkan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, hal : 4, 1984.
Siahaan O, Resusitasi Jantung Paru Otak, Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus, No. 80,
hal : 137-129, 1992.
Sjamsuhidajat R, Jong Wd, Resusitasi, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,
Jakarta, hal : 124-119, 1997.
Soerianata S, Resusitasi Jantung Paru, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kardiologi, Editor
Lyli Ismudiat R, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal : 106, 1998.
Sunatrio DR, Resusitasi Jantung Paru, Editor Muchtaruddin Mansyur, IDI, Jakarta, hal : 193.
Sunatrio S, dkk, Resusitasi Jantung Paru, dalam Anesteiologi, Editor Muhardi Muhiman, dkk,
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI, 1989.