Anda di halaman 1dari 1

Departemen Farmakologi & Toksikologi

FARMAKOKINETIKA RIFAMPISIN PADA TIKUS WISTAR Departemen Biofarmasetika

SETELAH PEMBERIAN ORAL DENGAN BAHAN PENGISI Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Sekip Utara, Yogyakarta 55281, Indonesia
LAKTOSA MENGGUNAKAN TIGA MODEL ANALISIS Email: ferlitaaprilliaa@yahoo.com
Ferlita Aprillia, S.Farm Telp: 082226290197
Dosen pembimbing: Prof.Dr. Lukman Hakim, M.Sc.,Apt &
Prof. Dr. Akhmad Kharis N.,M.Si.,Apt
ABSTRAK LATAR BELAKANG

T
uberkulosis merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi fokus di dunia kesehatan. Oleh karena itu, untuk memantau efektitas dalam penanggulangan

T
uberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Dalam upaya untuk memantau
tuberkulosis diperlukan uji-uji terkait prol kadar dan parameter-parameter farmakokinetika obat antituberkulosis. Untuk itu dilakukan uji farmakokinetika rifampisin
pada tikus putih galur Wistar setelah pemberian secara oral dengan bahan pengisi yang umum digunakan dalam formulasi, salah satunya ialah laktosa. efektitas pengobatan TB diperlukan pengujian studi farmakokinetik obat antituberkulosis. Studi
farmakokinetika dapat dilakukan dengan metode konvensional dan dapat pula menggunakan
Pada penelitian ini hewan uji yang digunakan ialah tikus putih jantan galur Wistar. Hewan uji sejumlah 6 ekor tikus diberikan suspensi tablet rifampisin dosis 50 mg/kgBB
pendekatan modeling berbasis populasi yang telah lazim digunakan di berbagai negara maju. Untuk melihat
dengan bahan pengisi laktosa secara peroral, dan sampel darah diambil melalui vena lateralis pada 0; 0,25; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 3,0; 4,0; dan 8,0; dan 12,0 jam.
Penetapan kadar obat dilakukan dengan metode HPLC menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 337 nm. Data kadar rifampisin dalam plasma keunggulan perhitungan menggunakan analisis berbasis populasi terhadap prol kadar salah satu
terhadap waktu diolah menggunakan tiga model analisis yaitu PK Solver, WinSAAM, dan Monolix. antituberkulosis seperti rifampisin dan juga parameter farmakokinetika rifampisin maka diperlukan penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model analisis menggunakan Monolix lebih akurat dibandingkan dengan model analisis menggunakan PK Solver dan WinSAAM farmakokinetika rifampisin menggunakan beberapa model analisis pada subjek uji tikus putih galur Wistar setelah
berdasarkan dari prol kadar yang dihasilkan. Nilai parameter farmakokinetika yang dianalisis menggunakan Monolix ialah nilai Ka = 1,21 ± 0,07/jam, Kel = 0,06 ± pemberian suspensi tablet secara oral dengan bahan pengisi yang umum digunakan dalam formulasi, salah
0,001/jam, t1/2abs = 0,57 ± 0,03 jam, t1/2el = 11,83 ± 0,26 jam, AUC0-∞ = 298,67 ± 111,51 µg/ml.jam, Vd = 0,57 ± 0,20 L, dan CL = 0,03 ± 0,01/L.jam. satunya ialah laktosa. Dalam penelitian ini digunakan tiga model analisis yaitu menggunakan PK Solver,
Kata kunci: rifampisin, laktosa, farmakokinetika, PK Solver, WinSAAM, Monolix WinSAAM, dan Monolix.

CARA PENELITIAN PEMBAHASAN & HASIL

P
Tabel I. Kadar rifampisin pada tiap waktu rol kadar rifampisin dalam plasma pada tikus 1, tikus 2, dan tikus 3 dapat diterangkan dengan baik oleh piranti lunak PK Solver. Namun, pada
Penyiapan Bahan sampling setelah rifampisin diberikan secara prol kadar rifampisin dalam plasma pada tikus 4, tikus 5, dan tikus 6 tidak dapat diterangkan dengan baik oleh piranti lunak PK Solver. Hal ini
oral 50 mg/kgBB pada tikus Wistar (N=6) disebabkan karena data dari tikus 4, tikus 5, dan tikus 6 termasuk kedalam data sparse condition.
Berdasarkan hasil tting data yang dimasukkan dengan nilai prediksi WinSAAM, dapat dilihat bahwa hanya nilai observasi pada tikus 1 yang sudah
cukup baik karena sangat dekat dengan garis prediksi. Untuk tikus lain dapat dilihat garis prediksi tidak mewakili nilai observasi dengan cukup baik.
Sedangkan menggunakan model berbasis populasi Monolix, keenam tikus dapat diterangkan dengan baik prol kadar rifampisisn dalam plasma
terhadap waktunya. Hal ini disebabkan karena modeling berbasis populasi seperti Monolix memfokuskan analisis terhadap populasi subyek secara
keseluruhan dan bukan lagi pada subyek per individu. Konsekuensi hal ini adalah kelengkapan pengambilan informasi terkait kinetika absorpsi, eliminasi
dan atau distribusi tidak harus diperoleh dari setiap individual subyek, namun dikontribusikan oleh keseluruhan subyek yang terlibat sebagai populasi.

N
Tabel II. Rangkuman nilai parameter farmakokinetika menggunakan tiga model analisis
Uji Pendahuluan ilai parameter farmakokinetika yang dihasilkan dari ketiga model
analisis menunjukkan nilai yang bervariasi sesuai dengan prol
Mean ± SD kadar yang diterangkan pada masing-masing model. Pada model
Parameter Satuan
PK Solver WinSAAM Monolix analisis menggunakan PK Solver dapat diterangkan tiga data dengan baik,
I. Scanning panjang gelombang maksimum
Ka 1,21±0,51 1,38±0,13 1,21±0,07 Jam-1 sedangkan dengan WinSAAM hanya dapat diterangkan satu data dengan
II. Penentuan selektivitasIII. Penentuan nilai LOD, LLOQ dan LOQ
Kel 0,06±0,006 0,07±0,002 0,06±0,001 Jam-1 baik. Namun, dengan menggunakan Monolix semua data dapat
IV. Penentuan persamaan kurva baku rifampisin dalam fase gerak
dan kurba baku rifampisin dalam plasma t1/2 abs 0,64±1,07 0,51±0.05 0,57±0,03 Jam diterangkan dengan cukup baik. Hal ini berpengaruh pada perhitungan
V. Penentuan nilai perolehan kembali dan kesalahan acak t1/2 el 33,54±27,78 11,71±5,85 11,83±0,26 Jam parameter farmakokinetika yang dihasilkan ketiga model analisis. Nilai
VI. Penetapan besaran dosis uji tmaks 1,56±1,68 2,36±0.33 2,64±0,13 Jam parameter farmakokinetika yang dihitung dengan menggunakan Monolix
Cmaks 16,16±8,41 12,21±5,98 15,00±5,46 μg/ml diyakini menjadi nilai yang paling akurat karena Monolix dapat
VII. Penetapan jadwal sampling
AUC0-8 552,19±256,21 232,02±118,47 298,67±111,51 μg/ml.jam menerangkan semua data dengan cukup baik dibandingkan dengan
Vd 1,07±0,78 0,79±0,40 0,57±0,20 L model analisis lainnya.
CL 0,04±0,06 0,05±0,04 0,03±0,01 L/jam

Gambar 1. Kurva hubungan log kabar rifampisin Gambar 2. Prol farmakokinetika rifampisin
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
dalam plasma terhadap waktu dianalisis menggunakan PK Solver
1. Prol kadar rifampisin dalam plasma terhadap waktu pada tikus Chan, P.L.S., Jacqmin, P., Lavielle, M., McFadyen, L., dan Weatherley, B.,
Wistar setelah pemberian tablet rifampisin dengan bahan pengisi 2011,
laktosa dengan piranti lunak berbasis populasi (Monolix) menghasilkan The use of the SAEM algorithm in MONOLIX software for estimation of
Uji Utama
population pharmacokinetic-pharmacodynamic-viral dynamics
prol kadar yang lebih akurat dibandingkan dengan prol kadar yang
parameters of maraviroc in asymptomatic HIV subjects, Journal of
dihasilkan dengan piranti lunak PK Solver maupun WinSAAM.
Pharmacokinetics and Pharmacodynamics, 38: 41–61
2. Nilai parameter farmakokinetika rifampisin yang dihitung Hakim, Lukman, 2012, Farmakokinetika, Bursa Ilmu, Yogyakarta.
A. Pengelompokan hewan uji 6 ekor tikus (dipuasakan namun
menggunakan PK Solver ialah nilai Ka = 1,21 ± 0,51/jam, Kel = 0,06 ± Zhang T., Wang H., Cai F.C., Chu X.C., Liu J., Kong Y., dkk., 2012, A Simple and
diberi air minum ad libitum) Rapid HPLC/UV Method for Stimultaneous Quantication of Four
B. Perlakuan diberikan suspense tablet rifampisin oral dosis 50 0,006/jam, t1/2abs = 0,64 ± 1,07 jam, t1/2el = 33,54 ± 27,78 jam, AUC0-∞=
Constituents in Anti-Tuberculosis 4-FDC Tablets by Pre-Column
mg/kgBB. Kemudian dicuplik darah melalui vena lateralis pada 0; 552,19 ± 256,21 µg/ml.jam, Vd = 1,07 ± 0,78 L, dan CL = 0,04 ± 0,06/L.jam, Derivatization, Asian J Pharm Science, 1-17.
0,25; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 3,0; 4,0; 8,0; dan 12,0 jam. Sampel darah sedangkan yang dihitung menggunakan WinSAAM ialah nilai Ka = 1,38 ±
0,13/jam, Kel = 0,07 ± 0,002/jam, t1/2abs = 0,51 ± 0,05 jam, t1/2el = 11,71 ±
kemudian dipreparasi dengan cara 180 µl darah ditambahkan 0,4 Acc
5,85 jam, AUC0-∞ = 232,02,19 ± 118,47 µg/ml.jam, Vd = 0,79 ± 0,40 L, dan
ml asetonitril. Kemudian divortex selama 1 menit dan disentrifuge Dosen Pembimbing
CL = 0,05 ± 0,04/L.jam, dan jika dihitung menggunakan Monolix ialah
dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Beningan sampel
nilai Ka = 1,21 ± 0,07/jam, Kel = 0,06 ± 0,001/jam, t1/2abs = 0,57 ± 0,03 jam,
diambil sebanyak 400 µl dan diuapkan dengan gas nitrogen, lalu
t1/2el = 11,83 ± 0,26 jam, AUC0-∞ = 298,67 ± 111,51 µg/ml.jam, Vd = 0,57 ±
dilarutkan 200 µl fase gerak. Sampel diinjeksikan ke sistem HPLC
0,20 L, dan CL = 0,03 ± 0,01/L.jam.
sebanyak 40 µl. Hasil dianalisis menggunakan ketiga model. Gambar 3. Prol farmakokinetika rifampisin Gambar 4. Prol farmakokinetika rifampisin dianalisis
dianalisis menggunakan WinSAAM menggunakan Monolix

Prof.Dr. Lukman Hakim, M.Sc.,Apt Prof. Dr. Akhmad Kharis N.,M.Si.,Apt

Anda mungkin juga menyukai