Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI KEKRITISAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DAN

MENDESAKNYA LANGKAH-LANGKAH KONSERVASI AIR

Anik Sarminingsih*)

ABSTRACT

There are some critical lands scattered in watershed or basin in Indonesia.The existing area that
wide enough tend to threat the potential critical land which still good in other land uses, as: forest,
plantation, cultivation, industry, mining, residential, etc. To prevent land degradation that
increasing tends need effort for rehabilitating critical land. For potential critical land which still
good enough needs prevent to watershed damage in order to watershed optimally functioned as
producer and regular water. To obtain the aim was done by land conservation. Cisangkuy sub
basin is apart of Citarum basin. Cisangkuy sub basin is a buffer zone in fulfilling water for
Kotamadya Bandung and Kabupaten Bandung. Cisangkuy sub basin is critical which shown by
erosion, sedimentation and discharge fluctuation. The erosion in Bandung valley specially in
3
Cisangkuy sub basin is 163 ton/ha/yr. Sedimentation in Saguling reservoir is 3.02 – 4.32 billions m /
3
year. Discharge fluctuation of minimum to maximum have range 49 - 394 m /s. There are needed
effort of land and water conservations by structural or non structural to support Gerakan
Nasional - Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA)

Key words: critical land, water conservation, land rehabilitation

PENDAHULUAN Geologi menunjukkan penurunan muka air


tanah sudah mencapai sekitar 0,60 sampai
Latar Belakang dengan 2,00 meter setiap tahunnya.
Sub DAS Cisangkuy terletak di Sub Daerah Aliran Sungai Cisangkuy
kabupaten Bandung merupakan salah satu dalam kondisi kritis yang ditunjukkan dengan
sub DAS di kawasan Cekungan Bandung tingkat erosi, sedimentasi dan fluktuasi debit.
yang termasuk DAS Citarum hulu. Sub DAS Erosi cekungan bandung khususnya pada Sub
Cisangkuy merupakan penyangga utama DAS Cisangkuy sudah mencapai 163
pemenuhan kebutuhan air baku Kotamadya ton/ha/thn. Demikian pula sedimentasi yang
Bandung dan Kabupaten Bandung. ditunjukkan dengan laju sedimentasi Waduk
Pada tahun 2001 jumlah penduduk Saguling yang mencapai 3,02 - 4,32 juta m3 /
perkotaan di kawasan rencana Metropolitan tahun. Kondisi DAS yang kritis ditunjukkan
Bandung telah mencapai 3 juta jiwa terdiri dari dengan fluktuasi debit maksimum dan
3
2.2 juta jiwa tinggal di wilayah Kotamadya dan minimum berkisar antara 49 - 394 m /detik.
0,8 juta jiwa tinggal di daerah Kabupaten Daerah Bandung bagian selatan yang
Bandung dan diprediksikan saat ini penduduk merupakan daerah banjir rutin terutama pada
metropolitan Bandung telah lebih dari 5 juta saat musim hujan, luas daerah yang tergenang
jiwa. banjir selalu berubah-ubah karena tergantung
Kegiatan perekonomian di wilayah pada besar kecilnya curah hujan dan
Bandung memperlihatkan pertumbuhan yang perubahan karakteristik daerah resapan.
cepat., terutama dalam sektor industri, baik Pada tahun 1986 luas areal banjir mencapai
manufaktur, industri suku cadang permesinan 7.248 Ha, dengan jumlah penduduk yang
maupun industri lainnya. terkena bencana akibat banjir sekitar 112.252
Dengan perkembangan kota yang jiwa dan 27.310 rumah penduduk mengalami
demikian pesat, masalah utama yaitu air baku kerusakan.
yang digunakan untuk keperluan pemukiman Dengan demikian perlu dipikirkan
penduduk, industri dan lainnya di wilayah mengenai Konservasi Air, khususnya untuk
Bandung dan sekitarnya kian hari semakin menambah kebutuhan air baku bagi
memperihatinkan. Air permukaan sudah permukiman penduduk, industri, irigasi
sangat terbatas dan air di bawah permukaan maupun mengurangi bahaya banjir yang sering
terus menerus diambil untuk keperluan rumah terjadi di daerah Bandung bagian selatan.
tangga dan untuk keperluan industri,
sebagaimana hasil penyelidikan Direktorat
*) Program Studi Teknik Lingkungan FT Undip 8
Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang
Anik Sarminingsih
Evaluasi Kekritisan Lahan Daerah Aliran Sungai

Maksud dan Tujuan tunduk kepada siklus alami yang


Maksud dari studi ini adalah untuk disebut dengarn siklus hidrologi. Pada
melakukan evaluasi kondisi lahan Sub DAS saat-saat tertentu air berlimpah bahkan
Cisangkuy ditinjau dari pemanfaatan dan sangat berlebihan, dan ada pula saat
tataguna lahan, kondisi hidrologis dan kekeringan. Secara klimatologis dan
parameter lain seperti erosi dan sedimentasi. geografis terdapat daerah aliran sungai
Tujuan dari pekerjaan ini adalah (DAS) yang kondisi alaminya banyak air
untuk menyusun rencana pola konservasi dan ada pula DAS yang sangat kering
baik structural maupun non structural dalam kekurangan air, meskipun kedua DAS
rangka menunjang program Nasional GN-KPA tersebut bertetangga.
(Gerakan Nasional - Kemitraan Pengelolaan  Air merupakan sumber daya yang
Air). mengalir secara dinamis tanpa
mengenal batas wilayah administrasi
Sasaran pemerintahan dan negara, karena itu
Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah: basis wilayah pengelolaannya tidak
1. Terpeliharanya kelestarian sumber air dan hanya didasarkan pada batas wilayah
pemanfaatannya, baik kuantitas maupun administratif saja tetapi harus
kualitasnya di dalam sub DAS Cisangkuy. berlandaskan pula kepada sistem
2. Terwujudnya keterpaduan penggunaan wilayah hidrografis berupa DAS atau
lahan dan berbagai kegiatan di sub DAS penggabungan beberapa DAS yang
Cisangkuy secara berkelanjutan. disebut sebagai Wilayah Sungai.
3. Terpenuhinya kebutuhan akan sumber  Meskipun air secara global jumlahnya
daya air secara optimal dari berbagai tetap, tetapi keterdapatannya di masing-
sektor yang memerlukannya. masing tempat adalah berbeda-beda
4. Terhindarnya bencana alam yang sesuai dengan kondisi alam setempat.
berhubungan dengan permasaiahan air, Ada wilayah-wilayah yang secara alami
seperti : banjir, kekeringan dan longsoran, kaya air dan ada pula yang kurang air.
gerakan tanah dan pencemaran.  Ketersediaan air permukaan dan air
tanah saling berpengaruh satu sama
lain, karena itu pengelolaan keduanya
Wilayah perlu saling dipadukan.
Pengolaan sumberdaya air
Cekungan menganut tujuh azas seperti berikut:
Bandung 1. Asas Kelestarian, mengandung
S. Citarum pengertian bahwa pendayagunaan
sumber daya air diselenggarakan
dengan menjaga kelestarian fungsi
sumber daya air secara berkelanjutan.
2. Asas Keseimbangan, mengandung
pengertian untuk senantiasa
menempatkan fungsi sosial, fungsi
lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi
Sub DAS
secara harmonis.
3. Asas Kemanfaatan Umum,
mengandung pengertian bahwa
Gambar 1 Lokasi Sub DAS Cisangkuy pengelolaan sumber daya air
dilaksanakan untuk memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi
PENDEKATAN kepentingan umum secara efektif dan
Pendekatan Umum efisien.
Berdasarkan UU No.7 tahun 2004 4. Asas Keterpaduan dan Keserasian,
tentang Sumber Daya Air disebutkan mengandung pengertian bahwa
pengelolaan sumber daya air dalam suatu pengelolaan sumber daya air dilakukan
DAS perlu memperhatikan beberapa secara terpadu dalam mewujudkan
landasan teknis sesuai dengan sifat alami keserasian untuk berbagai kepentingan
air yaitu: dengan memperhatikan sifat alami air
 Air merupakan sumber daya yang yang dinamis.
terbaharukan yang keterdapatannya

9
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 2 No.1 Maret 2007, ISSN 1907-187X

5. Asas Keadilan, mengandung pengertian Untuk mengkaji hal tersebut secara rinci
bahwa pengelolaan sumber daya air maka dalam studi ini akan dilakukan analisis
dilakukan secara merata ke seluruh dan evaluasi debit rendah atau ketersediaan
lapisan masyarakat di wilayah tanah air air, debit banjir, potensi erosi serta laju
sehingga setiap warga negara berhak sedimentasi. Selain itu dikaji pula
memperoleh kesempatan yang sama penggunaan air sehingga diketahui neraca
untuk berperan dan menikmati hasilnya air di DAS Cisangkuy secara umum.
secara nyata, dengan tetap memberikan
perlindungan kepada lapisan
masyarakat yang tingkat ekonominya Pendekatan Teknis
berkekurangan. a. Gambaran Umum Lokasi Kajian
6. Asas Kemandirian, mengandung Secara geografis DAS Cisangkuy
pengertian bahwa pengelolaan sumber terletak antara 06◦59'24" - 07◦13'51" LS dan
daya air dilakukan dengan 107◦28'55" - 107◦39'84" BT. Topografi DAS
memperhatikan kemampuan gan Cisangkuy bervariasi dari ketinggian  2.054
keunggular. norma dan sumber daya m dari permukaan laut di Gunung Windu,
setempat. hingga  658 m di pertemuannya dengan
7. Asas Transparansi dan Akuntabilitas, sungai induk, yaitu Sungai Citarum. Kondisi
mengandung pengertian bahwa hidrologi, sebaran curah hujan tahunan pada
pengelolaan sumber daya air dilakukan DAS Cisangkuy bervariasi dari  3.500
secara terbuka dan bartanggungjawab. mm/tahun hingga  2.000 mm/tahun pada
Dengan ketujuh asas tersebut, sumber daya pertemuannya dengan sungai induk, yakni
air perlu dikelola secara menyeluruh, Sungai Citarum.
terpadu, dan berwawasan lingkungan Musim kemarau yang terjadi pada DAS
dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan Citarum Hulu berlangsung pada bulan Juli
sumber daya air yang berkelanjutan untuk sampai dengan September, dan musim
sebesar-besar kemakmuran rakyat (Pasal penghujan pada periode November hingga
3), melalui lima misi pengelolaan, yaitu: April
1. Konservasi sumber daya air, b. Sistem Tata air
2. Pendayagunaan sumber daya air, Guna mendapatkan gambaran
3. Pengendalian daya rusak air, kondisi DAS Cisangkuy dalam studi ini
4. Pemberdayaan dan peningkatan peran dilakukan evaluasi terhadap kondisi
masyarakat, swasta, dan pemerintah, penggunaan lahan, neraca air, potensi erosi
serta dan sedimentasi. Evaluasi penggunaan
5. Keterbukaan dan ketersediaan lahan didasarkan peta tataguna lahan yang
data/informasi sumber daya air. ada. Analisis ketersediaan air dan neraca air
Studi ini merupakan salah satu upaya dikaji terhadap sub DAS – sub DAS yang
mendukung Gerakan Nasional Kemitraan ada. Sehubungan sistem tata air di sub DAS
Penyelamatan Air (GNKPA) melalui Cisangkuy yang cukup kompleks dimana
pelaksanaan misi pengelolaan sumberdaya sistem tata air yang ada bukan lagi kondisi
air khususnya mengenai Konservasi alami, mengingat adanya suplesi debit dari
sumberdaya air, Pendayagunaan DAS Cilaki menuju Situ Cipanunjang dan
sumberdaya air serta pengendalian daya Situ Cileunca, dan adanya penggunaan air
rusak air. untuk berbagai keperluan maka disusun
Sehungungan dengan upaya pelaksanaan suatu skematisasi sistem tata air seperti
ke tiga misi tersebut di atas maka diperlukan disajikan pada Gambar 2.
kajian mengenai:
a. bagaimana kondisi sumberdaya air DAS c. Kemiringan lahan
Cisangkuy saat ini Ditinjau dari letak ketinggian DAS
b. untuk apa saja pendayagunaan Cisangkuy berada kawasan dataran tinggi
sumberdaya air yang ada dengan rentang elevasi dari +600 dpl hingga
c. apakah ada potensi daya rusak air yang + 2700 dpl
memerlukan upaya pengendalian Jika ditinjau dari kemiringan lereng
Indikator suatu DAS dalam kondisi baik lahan, DAS Cisangkuy hulu didominasi
bisa ditinjau dari rasio kuantitas air musim kemiringan lereng agak curam hingga curam
penghujan dan musim kemarau (debit banjir (15°-25°), dan untuk daerah paling hulu
dan debit rendah), kualitas air, erosi dan mempunyai curam hingga sangat curam
sedimentasi. (25°- >40°),

10
Anik Sarminingsih
Evaluasi Kekritisan Lahan Daerah Aliran Sungai

Ditinjau dari luas kawasan pengembangan 4. Penggunaan Lahan


dan potensial rawan bencana, untuk wilayah Sumberdaya lahan di dalam suatu
hulu denngan dengan kemiringan lahan > kawasan DAS merupakan sumberdaya alam
40° maka daerah tengah hingga hulu yang terbatas. Penggunaan lahan di DAS
merupakan kawasan rawan longsor dan Cisangkuy disusun dan diuraikan
tingkat erosi yang tinggi. berdasarkan Peta Digital Rupa Bumi
Indonesia Skala 1:25.000 yang diterbitkan
oleh Bakosurtanal dan hasil
pengecekan/pengamatan lapangan.
Dari hasil kompilasi dan pengamatan
lapangan, maka penggunaan lahan di DAS
Cisangkuy dibedakan menjadi 11 (sebelah)
jenis penggunaan lahan, yaitu : Pemukiman,
Sawah irigasi, Sawah tadah hujan,
Tegalan/ladang, Kebun/Perkebunan,
Rumput, Tanah kosong, Semak Belukar,
Hutan, Rawa dan Danau/Situ.
Tiap jenis penggunaan lahan tersebut
diuraikan secara rinci seperti disajikan pada
tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan Lahan di DAS


Cisangkuy

LUAS
NO JENIS PENGGUNAAN
Ha %
1 Pemukiman 3.430,37 11,94
2 Sawah Irigasi 3.308,33 11,51
3 Sawah Tadah Hujan 2.754,71 9,59
4 Tegalan/ Ladang 5.002,88 17,41
5 Kebun/ Perkebunan 4.551,56 15,84
6 Rumput 108,30 0,38
7 Tanah kosong 33,35 0,12
Gambar 2. Skematisasi system tata air 8 Semak/ Belukar 2.806,28 9,77
Sub DAS Cisangkuy 9 Hutan 6.505,92 22,64
10 Rawa 3,60 0,01
11 Danau/ Situ 226,03 0,79
Jumlah 28.731,33 100,00

Dari tabel 1 tersebut terlihat


mayoritas areal di DAS Cisangkuy masih
berupa hutan (22,64%) disusul
tegalan/ladang (17,41%) dan daerah
perkebunan (11,94) dan selanjutnya berupa
permukiman dan sawah irigasi (11,51%).
Tabel 2 menunjukkan luas kawasan
pengembangan dan rawan bencana.
Mayoritas lahan dengan potensi erosi terjadi
di sub DAS Cisangkuy bagian hulu (daerah
Pangalengan dan Cimaung) hingga tengah
dimana kemiringan lereng curam hingga
sangat curam dan pemanfaatan lahan
sebagai ladang.

Gambar 3. Peta DAS Cisangkuy

11
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 2 No.1 Maret 2007, ISSN 1907-187X

Dari hasil kajian di atas dapat dipahami


Tabel 2. Kawasan Pengembangan dan betapa upaya penyelamatan air di DAS
Rawan Bencana Cisangkuy sangat diperlukan dengan
melihat kekurangan air yang terjadi dan
No Deskripsi Kecamatan
bahkan semakin besar kekurangan itu dari
Bale Banjaran Pameung- Cimaung Pangalengan
Endah peuk tahun ke tahun. Salah satu wujud tindakan
1 Luas Wilayah 4182.12 6753.12 1452.29 5499.79 19542.36 nyata yang bisa dilaksanakan melalui upaya
(Ha) konservasi sumberdaya air dengan struktur
2 Lereng >40% 563.92 3083.8 78.16 3217.01 10716.28 sipil teknis untuk jangka pendek serta upaya
Peresentase (%) 13% 46% 5% 58% 55% non struktural untuk hasil jangka panjang,
3 Rawan Banjir 866.74 0 258.9 0 0
selain gerakan hemat air dari sekarang.
Peresentase (%) 21% 0% 18% 0% 0%
4 Rawan Erosi 533 550 0 646 2544.7
Di sisi lain, terjadi kecenderungan debit
Peresentase (%) 13% 8% 0% 12% 13% puncak banjir semakin meningkat,
5 Perairan 30.63 8.24 0.74 0 217.3 sementara kapasitas sungai cenderung
Peresentase (%) 1% 0% 0% 0% 1% menurun akibat sedimentasi maupun
6 Kawasan 2187.83 3111.08 1124.49 1636.78 6064.08 sampah.
Pengembn.
Peresentase (%) 52.31 46.07 76.9 29.76 31.03
6. Potensi Erosi
Salah satu cara mengetaui
5. Neraca Air kekritisan lahan adalah mengetahui
Kajian neraca air lebih ditekankan besarnya laju erosi dan sedimentasi.
pada pemakaian air untuk kebutuhan air Air adalah merupakan faktor utama
baku yang memanfaatkan sungai dari proses erosi tahan dan air tersebut
Cisangkuy yakni PDAM Kota Bandung dan berasal dari air hujan.
PDAM Kabupaten Bandung. Pemakaian air Pada umumnya faktor yang sangat
untuk kebutuhuan air irigasi yang relatif mempengaruhi erosi tanah di lahan oleh air
konstan dan cenderung menurun tidak ialah : Iklim, Tanah, Tanaman dan topografi
dijadikan pertimbangan dalam neraca air di Berdasarkan peta kemiringan lahan, data
hilir DAS Cisangkuy. Prediksi ketersediaan hujan, pola pemanfaatan lahan serta jenis
air dan kebutuhan air baku yang dari DAS tanah dapat diperkirakan laju erosi masing-
Cisangkuy disajikan pada Tabel dan masing sub DAS. Persamaan yang paling
Gambar berikut. populer dalam menentukan besarnya erosi
sampai saat ini adalah persamaan dari
Tabel 3. Prediksi Kebutuhan Air Baku dari "Universal Soil Loss Equation" (USLE).
DAS Cisangkuy Hasil analisis laju erosi masing-
Jangka Jangka Jangka
masing sub DAS seperti disajikan pada
Pendek Menengah Panjang Tabel berikut :
s/d 2010 s/d 2020 s/d 2030
PDAM Kodya 4134 l/det 5964 l/det 9071 l/det
PDAM 792 l/det 1.745 l/det 2526 l/det
Tabel 4. Rekapitulasi Tingkat Kekritisan
Kabupaten Lahan Berdasarkan Erosi
Kapasitas 5143 lt/det 5725 lt/det 6192 lt/det LOKASI/ LUAS DPS
Laju
erosi
Tingkat Kekritisan lahan
NO NAMA SUNGAI Sangat
Produksi : SUB DPS Km2 (ton/ha/ Aman Kritis
Kritis
th)
S. Kertamanah (Cisangkuy
1 Kertamanah1 13.38 162.83 
dua)
2 S. Malabar Kertamanah2 1.88 48.57 
3 S. Karamat Kertamanah 0.56 48.57 
4 S. Cibeureum Coblong 11.49 162.83 
5 Sal Dam Pulo Coblong 4.56 48.57 
Proyekssi Kebutuhan dan Kapasitas Produksi Air Baku 6 S. Warung Awi Cisurili 0.15 162.83 
7 S. Cisurili Cisurili 5.78 162.83 
14000
8 S. Kebon Kopi Cisurili 0.81 135.57 
12000 8 S. Cibeulendok Cisurili 23.61 176.02 
10 S. Cinyiruan Cinyiruan 7.25 135.57 
10000 11 S. Gunung Tilu Gunung Tilu 1.98 834.55 
12 S. Cibunian Cibunian 4.46 241.66 
Debit (l/dt)

8000 13 S.Cihiedeung Cihideung 0.38 384.48 


14 S. Cinangka Cinangka 1.25 384.48 
6000 15 S. Rancagadog Rancagadog 0.68 241.66 
17 S. Cibiana Cibiana 4 241.66 
4000 18 S. Karangtengah Karangtengah 2.21 384.48 
19 S. Ibun/Panenjoan Panenjoan 12.84 384.48 
2000
20 S. Babakan Peundey Peundey 1.15 323.57 
0 21 S. Ciseureuh/Cikalong Cikalong 12.12 326.07 
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 22 S. Cimedal Cimedal 3.6 323.57 
23 S. Cikuda Cikuda 2.01 323.57 
Tahun 24 S. Ciseureupan Ciseureupan 0.34 278.14 
25 S. Cirangrang Cirangrang 3 278.14 
Kebutuhan Air Kapasitas Produksi Kekurangan Air 26 S. Cigeureuh Tarigu 29.02 396.65 
27 S. Kiangroke Kiangroke 12.38 46.89 
28 S. Citatugtug Citalugtug 45.54 301.46 
Gambar 5. Proyeksi Kebutuhan air baku 29 S. Cibintiniu Cibintiniu 19.65 127.32 

12
Anik Sarminingsih
Evaluasi Kekritisan Lahan Daerah Aliran Sungai

PEMBAHASAN  Tidak memanfaatkan lahan dengan


Berdasarkan data dan hasil analisis kemiringan curam sebagai kawasan
penggunaan lahan, kondisi hidrologi, potensi budidaya
erosi dapat disimpulkan beberapa pokok  Meniadakan pembukaan kawasan
permasalahan yang terjadi di Sub DAS lindung sebagai lahan budidaya
Cisangkuy seperti berikut :  Pola tanaman budidaya yang
 Penggunaan lahan didominasi areal memperhatikan kaidah konservasi
hutan terutama untuk elevasi di atas  Mengganti tanaman dengan tanaman
1000 m (22,64%), ladang/tegalan yang mempunyai nilai ekonomis lebih
(17,41%), perkebunan/kebun (15,84%), tinggi namun yang membutuhkan air
Pemukiman (11,94%), Sawah irigasi lebih sedikit di musim tanam ke tiga
(11,51%), tanah kosong (9,77%), sawah  Mengubah pemenuhan kebutuhan air
tadah hujan (9,59). irigasi konvensional dengan sistem SRI
 Pengelolaan areal ladang/tegalan sering yang menggunakan air lebih sedikit dan
bertentangan dengan kaidah konservasi hasil lebih banyak
(contoh : guludan memotong contur) Tinjauan upaya konservasi non struktural
 Jenis tanah daerah hulu hingga tengah ini sangat erat kaitannya dengan usahatani
didominasi oleh andosol yang yang dilakukan masyarakat setempat,
mempunyai karakteristik lepas karena dalam sistem pengembangan
/remah/granular dan mudah tererosi. usahatani umumnya ditekankan pada
 Tingkat erosi masing-masing sub DAS peningkatan aspek produktivitas. Untuk
menunjukkan kecenderungan semakin meningkatkan produktivitas berkelanjutan,
kritis untuk wilayah sub DAS Cisangkuy terutama pada daerah yang memiliki lereng
tengah hingga hulu dan termasuk sangat curam dan mudah tererosi, perhatian utama
kritis untuk wilayah tengah hingga hilir. adalah cara mempertahankan kesuburan
 Terjadi kekurangan air pada musim tanah daripada memperhatikan/menjalankan
kemarau sistem usahatani yang efektif dan efisien.
 Terjadi banjir pada musim hujan Teras bangku memang cukup efektif
terutama di daerah hilir di dekat dalam mengurangi erosi, bila tanah (solum)
pertemuan dengan sungai Citarum cukup dalam. Pada tanah yang dangkal teras
Dari permasalahan yang ada di Sub bangku cenderung menimbulkan dampak
DAS Cisangkuy tersebut dan upaya negatif bagi pertumbuhan tanaman, dan bila
penyelamatan air, maka diperlukan upaya tanah mempunyai permeabilitas lambat,
konservasi air dan lahan baik secara teras bangku dapat mempercepat terjadinya
struktural dan non struktural. Sehubungan longsor. Pada daerah dengan jenis tanah
dengan pemanfaatan DAS Cisangkuy yang berstruktur lepas, tampaknya
terutama di bagian tengah hingga hilir yang penerapan teras bangku kurang baik dan
sudah maksimal maka upaya konservasi sering rusak, untuk itu diperlukan
sumberdaya air secara structural penanaman tanaman penguat teras.
direncanakan lebih difokuskan di DAS Disamping itu karena rendahnya retensi air
Cisangkuy hulu. tanah, konservasi air juga menjadi penting
Upaya structural dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air di musim
untuk menekan laju sedimentasi di sungai, kemarau.
meningkatkan ketersediaan air di musim Upaya konservasi tanah lainnya antara
kemarau serta menurunkan puncak banjir. lain adalah teras gulud, strip rumput,
Bangunan yang diusulkan untuk memenuhi budidaya lorong dan teras kridit. Pada
maksud di atas meliputi : daerah yang memiliki ternak sudah banyak
 penempatan bangunan pengendali diterapkan teras dengan penguat teras
sedimen berupa rumput pakan ternak, a.l. rumput
 penempatan waduk-waduk kecil gajah (Pennisetum purpureum), setaria
 pengamanan tebing (Setaria sphacelata), dan rumput raja
 peningkatan pengambilan bebas menjadi (Pennisetum purpureoidhes).
bendung tetap Pada lahan yang memiliki produktivitas
 pembuatan sumur resapan rendah, sebelum berusaha tani, perlu
Sedangkan upaya konservasi non didahului dengan usaha rehabilitasi lahan.
struktural terutama melibatkan partisipasi Teknologi rehabilitasi lahan yang dapat
masyarakat antara lain menyediakan sumber bahan organik dalam
 Gerakan hemat air waktu singkat adalah dengan penanaman

13
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 2 No.1 Maret 2007, ISSN 1907-187X

tanaman penutup tanah jenis legum, budidaya, hal ini melanggar kaidah
diantaranya benguk (Mucuna sp), konservasi dimana seharusnya sebagai
sentrosema, dan kacang gude (Cayanus kawasan lindung.
cayan). 5. Untuk meningkatkan keandalan
Pada tanah bertekstur kasar, ketersediaan air dan sekaligus sebagai
disarankan pemanfaatan mulsa, dengan penangkap sedimen dan penurun
maksud untuk mengurangi penguapan air puncak banjir diperlukan pembangunan
tanah dan dapat menambah bahan organik waduk-waduk kecil terutama di daerah
Pada lahan-lahan yang curam, disarankan hulu sungai Cisangkuy.
untuk tanaman tahunan yang ditanam 6. Diperlukan upaya penyadaran
searah/sesuai kontur, tidak dianjurkan untuk masyarakat petani agar menyadari
mengusahakan tanaman semusim agar pentingnya partisipasi masyarakat dalam
lahan tidak mengalami kerusakan. Jika upaya konservasi lahan dan air dengan
tanaman semusim diusahakan, perlu pola pengolahan tanah yang sesuai
dilengkapi dengan teknik konservasi tanah dengan kaidah konservasi dan hemat
yang sesuai, diantaranya pembuatan saluran air.
melingkar bukit (hillside ditch) yang 7. Diperlukan kesadaran semua pihak
dikombinasikan dengan strip rumput (grass saatnya melakukan gerakan hemat air,
barrier). Teknik lain yang dapat diterapkan dan penyelamatan sumber-sumber air
adalah sistem tumpangsari antara tanaman serta lingkungannya demi kelangsungan
tahunan dengan tanaman semusim, hidup makhlukNya.
sehingga lebih mengarah ke pola hutan.
Penanaman tanaman tahunan dapat DAFTAR PUSTAKA
dilakukan dengan penerapan teras individu. Anonim, 2004, Undang-Undang No..7 tahun
2004, tentang Sumber Daya Air,
KESIMPULAN Sekretariat Negara, Jakarta
1. Sub DAS Cisangkuy merupakan bagian Anonim,2004, Peraturan Menteri Kehutanan
dari DAS Citarum hulu dan sebagai No, P-03/MENHUT-V/2004,
salah satu penyangga pemenuhan Pedoman Pemebuatan
kebutuhan air baku Kota dan Kabupaten Bangunan Konservasi Tanah,
Bandung Gerakan Rehabilitasi Hutan dan
2. Telah terjadi kekurangan air yang cukup Lahan
besar di musim kemarau untuk Anonim,2003, Perda No. 2 tahun 2003,
memenuhi berbagai kepentingan, dan tentang RTRW Propinsi Jawa
sebaliknya terjadi banjir tiap tahun di Barat
musim penghujan Anonim, 2006, RUU Tata Ruang
3. Beberapa sub DAS kecil di dalam Sub Sarana Bhuana Jaya, PT, 2006, Studi
DAS Cisangkuy mempunyai potensi Kelayakan dan Detail Desain
erosi dari kritis hingga sangat kritis, Konservasi Sipil Teknis Sub
sehingga diperlukan upaya pengendalian DAS Cisangkuy Kabupaten
sedimen baik secara struktural maupun Bandung, Jawa Barat
non struktural Ponce, Vetor Miguel.1992 Engineering
4. Adanya pemanfaatan lahan dengan Hydrology Principle and
kemiringan lebih dari 40% sebagai lahan Prectices, Prantiee Hall.

14

Anda mungkin juga menyukai