HUKUM PIDANA
DI SUSUN OLEH :
Dengan adanya tugas makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
pengantar ilmu hukum, maka dengan ini saya membuat rangkuman makalah perkuliahan.
Ini merupakan intisari yang kami rangkum dari makalah pengantar ilmu hukum, untuk
memenuhi tugas yang diberikan kepada bapak dosen, mohon maaf bila ada kekurangan dalam tugas
makalah ini . Akhirul kata,. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat .
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................ i
Daftar isi...................................................................................................................................... ii
Pengertian Hukum...................................................................................................................... 1
E.Sistem Hukum.............................................................................................................. 1
MACAM-MACAM PIDANA............................................................................................................. 5
PENGERTIAN HUKUM PIDANA
Hukum Pidana, sebagai salah satu bagian independen dari Hukum Publik merupakan salah
satu instrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya sejak zaman dahulu. Hukum ini ditilik
sangat penting eksistensinya dalam menjamin keamanan masyarakat dari ancaman tindak
pidana, menjaga stabilitas negara dan (bahkan) merupakan “lembaga moral” yang berperan
merehabilitasi para pelaku pidana. Hukum ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan
tindak pidana yang ada di setiap masanya.
E. Sistem Hukuman
Sistem hukuman yang dicantumkan dalam pasal 10 tentang pidana pokok dan tambahan,
menyatakan bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana
terdiri dari :
a. Hukuman Pokok (hoofd straffen ).
1. Hukuman mati
2. Hukuman penjara
3. Hukuman kurungan
4. Hukuman denda
b. Hukuman Tambahan (Bijkomende staffen)
1. Pencabutan beberapa hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman putusan hakim.
Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa
yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang
dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.[1]
Menurut Prof. Moeljatno, S.H Hukum Pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum
yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk [2]:
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila
ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.[2]
Sedangkan menurut Sudarsono, pada prinsipnya Hukum Pidana adalah yang mengatur
tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut
diancam dengan pidana yang merupakan suatu penderitaan.[3]
Dengan demikian hukum pidana bukanlah mengadakan norma hukum sendiri, melaikan
sudah terletak pada norma lain dan sanksi pidana. Diadakan untuk menguatkan ditaatinya
norma-norma lain tersebut, misalnya norma agama dan kesusilaan.[3]
Sumber Hukum Pidana dapat dibedakan atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum yang
tidak tertulis.[4]Di Indonesia sendiri, kita belum memiliki Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Nasional, sehingga masih diberlakukan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
warisan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda.[3] Adapun sistematika Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana antara lain[4] :
Dan juga ada beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus yang dibuat
setelah kemerdekaan antara lain[3] :
1. Asas Legalitas, tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan
pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah ada sebelum perbuatan itu
dilakukan (Pasal 1 Ayat (1) KUHP).[rujukan?] Jika sesudah perbuatan dilakukan ada
perubahan dalam Peraturan Perundang-Undangan, maka yang dipakai adalah aturan
yang paling ringan sanksinya bagi terdakwa (Pasal 1 Ayat (2) KUHP)
2. Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Untuk menjatuhkan pidana kepada orang yang
telah melakukan tindak pidana, harus dilakukan bilamana ada unsur kesalahan pada
diri orang tersebut.[4]
3. Asas teritorial, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku atas semua
peristiwa pidana yang terjadi di daerah yang menjadi wilayah teritorial Negara
Kesatuan Republik Indonesia, termasuk pula kapal berbendera Indonesia, pesawat
terbang Indonesia, dan gedung kedutaan dan konsul Indonesia di negara asing.
4. Asas nasionalitas aktif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi semua
WNI yang melakukan tindak pidana dimana pun ia berada
5. Asas nasionalitas pasif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi
semua tindak pidana yang merugikan kepentingan negara
1. Delik yang dilakukan dengan sengaja, misalnya, sengaja merampas jiwa orang lain
(Pasal 338 KUHP) dan delik yang disebabkan karena kurang hati-hati, misalnya,
karena kesalahannya telah menimbulkan matinya orang lain dalam lalu lintas di jalan.
(Pasal 359 KUHP).[5]
2. Menjalankan hal-hal yang dilarang oleh Undang-undang, misalnya, melakukan
pencurian atau penipuan (Pasal 362 dan378 KUHP) dan tidak menjalankan hal-hal
yang seharusnya dilakukan menurut Undang-undang, misalnya tidak melapor adanya
komplotan yang merencanakan makar.[5]
3. Kejahatan (Buku II KUHP), merupakan perbuatan yang sangat tercela, terlepas dari
ada atau tidaknya larangan dalam Undang-undang. Karena itu disebut juga sebagai
delik hukum.[5]
4. pelanggaran (Buku III KUHP), merupakan perbuatan yang dianggap salah satu justru
karena adanya larangan dalam Undang-undang. Karena itu juga disebut delik
Undang-undang.[5]
Macam-Macam Pidana
Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang telah bersalah
melanggar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum pidana, dalam Pasal 10 KUHP
ditentukan macam-macam hukuman yang dapat dijatuhkan, yaitu sebagai berikut :
Hukuman-Hukuman Pokok
1. Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat negara-negara yang telah
menghapuskan bentuknya hukuman ini, seperti Belanda, tetapi di Indonesia sendiri
hukuman mati ini kadang masih di berlakukan untuk beberapa hukuman walaupun
masih banyaknya pro-kontra terhadap hukuman ini.[5]
2. Hukuman penjara, hukuman penjara sendiri dibedakan kedalam hukuman penjara
seumur hidup dan penjara sementara.[5] Hukuman penjara sementara minimal 1 tahun
dan maksimal 20 tahun. Terpidana wajib tinggal dalam penjara selama masa hukuman
dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di dalam maupun di luar penjara dan
terpidana tidak mempunyai Hak Vistol.[4]
3. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat hukuman penjara dan
dijatuhkan karena kejahatan-kejahatan ringan atau pelanggarrujukan? Biasanya terhukum
dapat memilih antara hukuman kurungan atau hukuman denda Bedanya hukuman
kurungan dengan hukuman penjara adalah pada hukuman kurungan terpidana tidak
dapat ditahan diluar tempat daerah tinggalnya kalau ia tidak mau sedangkan pada
hukuman penjara dapat dipenjarakan dimana saja, pekerjaan paksa yang dibebankan
kepada terpidana penjara lebih berat dibandingkan dengan pekerjaan yang harus
dilakukan oleh terpidana kurungan dan terpidana kurungan mempunyai Hak Vistol
(hak untuk memperbaiki nasib) sedangkan pada hukuman penjara tidak demikian.[5]
4. Hukuman denda, Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri antara denda dengan
kurungan. [5] Maksimum kurungan pengganti denda adalah 6 Bulan.[4]
Hukuman Tambahan Hukuman tambahan tidak dapat dijatuhkan secara tersendiri melainkan
harus disertakan pada hukuman pokok, hukuman tambahan tersebut antara lain :
Hukum Pidana, sebagai salah satu bagian independen dari Hukum Publik merupakan salah
satu instrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya sejak zaman dahulu. Hukum ini ditilik
sangat penting eksistensinya dalam menjamin keamanan masyarakat dari ancaman tindak
pidana, menjaga stabilitas negara dan (bahkan) merupakan “lembaga moral” yang berperan
merehabilitasi para pelaku pidana. Hukum ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan
tindak pidana yang ada di setiap masanya.
KRITIK DAN SARAN
Hukum di indonesia harus lebih di tegakkan agar permasalahan kasus-kasus hukum pidana di
indonesia bisa diatur lebih baik lagi dan yang melanggar hukum harus diberi hukuman yang setimpal
sesuai dengan Undang-undang.