PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Indonesia dan negara-negara peserta United Nation General
Assembly Special Session on Children menegaskan kembali dan mendeklarasikan
komitmen terhadap kesejahteraan anak. Komitmen tersebut dikenal sebagai “A
WORLD FIT CHILDREN (WFC)”. Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut,
Indonesia menyusun Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI). PNBAI
menganggap penting upaya penurunan angka kematian bayi dan balita hal ini
dijabarkan dalam visi Anak Indonesia 2015 yakni, menuju anak Indonesia sehat.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995) terdapat tiga
penyebab utama kematian bayi dan balita yakni infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Pada tahun 2001 pola penyebab kematian
bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab
perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare,
tetanus nenatum, saluran cerna dan penyakit saraf. Pola penyebab utama kematian
balita juga hampir sama yakni, penyakit infeksi saluran pernapasan akut, diare,
penyakit syaraf termasuk meningitis, encephalitis, dan tifus (Lilies, 2013).
Menurut WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung ke
pelayanan kesehatan adalah akibat ISPA. Infeksi saluran pernapasan akut lebih
banyak terjadi di negara berkembang dibandingkan negara maju dengan persentase
masing-masing sebesar 25%-30% dan 10%-15%. Kematian balita akibat ISPA di
Asia Tenggara sebanyak 2.1 juta balita pada tahun 2014 (Fitri, 2012). India,
Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara dengan kasus kematian
balita akibat ISPA terbanyak (Usman, 2012).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menunjukkan prevalensi nasional infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah
25% tidak jauh berbeda dengan tahun 2007. Penyakit ispa yang tertinggi adalah
Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan
Jawa Timur (28,3%).
1
2
Dari uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah