Penyusun mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT sehingga Penyusun dapat
menyelesaikan makalah Formulasi Ampisilin Suspensi tepat pada waktunya. Makalah ini
merupakan hasil dari materi yang sedang dipelajari di mata kuliah Teknologi Sediaan Semi Solid
dan Liquid.
Penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Teti Indrawati, Msi, Apt.
selaku dosen mata kuliah Teknologi Sediaan Solid dan Liquid sehingga Penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, demikian isi sebuah peribahasa Indonesia. Penyusun
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada makalah ini, baik dalam penulisan maupun
penyajiannya. Penyusun masih membuka pintu kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
memperbaiki makalah di masa yang akan datang.
Penyusun amat berharap kepada pembaca makalah ini agar makalah ini bermanfaat bagi
Penyusun khususnya dan Pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB.I Pendahuluan
BAB.III Pembahasan
BAB.IV Penutup
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotik merupakan salah satu jenis obat yang tergolong sebagai obat keras,
yang dalam penggunaannya harus menggunakan resep dokter. Manfaat antibiotik ini
adalah untuk menekan dan menghentikan perkembangan perkembangan bakteri atau
mikroorganisme berbahaya yang berada dalam tubuh. Manfaat antibiotik yang paling
sering digunakan adalah untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka.Ampisilin
merupakan salah satu derivat penisilin semi sintetik yang bersifat bakterisida yang
bekerja dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri. Biasanya digunakan untuk
mengobati penyakit yang terinfeksi bakteri gram positif dan negatif pada saluran nafas,
saluran cerna, dan saluran kemih.
Ampisilin dapat dibuat dalam bentuk sediaan oral berupa tablet dan sirup kering.
Namun absorbsi ampisilin pada pemberian oral umumnya berlangsung selama 2 jam,
dengan jumlah ampisilin yang diabsorbsi bervariasiantara 20-70%. Absorbsi ampisilin
yang tidak sempurna ini disebabkan oleh sifat-sifat amfoternya serta keterbatasan
kelarutan dalam air dan kecepatan disolusinya. Absorpsi diperlambat dengan adanya
makanan, tetapi tidak mempengaruhi jumlah tital ampisislin yang diabsorpsi. Oleh karena
absorpsi ampisilin pada pemberian per oral tidak sempurna dan sangat bervariasi, maka
perlu diteliti bioavailabilitasnya.
Ampisilin terdapat dua bentuk,yaitu ampisilin anhidrate dan ampsilin Trihidrate,
secara bentuk dan kelarutannya,ampisilin dalam bentuk anhydrate atau bentuk garam
umumnya digunakan untuk sediaan injeksi karena dapat larut dalam air, sedangkan
ampisiline dalam bentuk trihidrate digunakan untuk sediaan suspensi kering.
Ampisilin tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air. Sehingga ampisilin
akan dibuat dengan bentuk sediaan suspensi kering atau sirup kering. Produk kering yang
dibuat secara komerisal guna mengandung obat-obat antibiotik, dengan bahan tambahan
pewarna, pemanis, aroma, penstabil, dan pensuspensi, atau zat pengawet yang mungkin
diinginkan untuk meningkatkan stabilitas dari serbuk kering atau campuran granul atau
dasar suspensi cair.
1.3 Tujuan
2.1. Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair (FI IV hal : 17). Berdasarkan Farmakope Edisi III,
Suspensi adalah yang mengandung bahan obat padat dan bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa (FI III hal: 32).
Suspensi dapat di bagi dalam dua jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau
yang dikonstitusikan dengan sejumah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai
sebelum digunakan. Jenis produk ini umunya campuran serbuk yang mengandung obat
dan bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan pengocokan dalam sejumlah cairan
pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk
diberikan.
Suspensi kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
digunkan. Agar campuran setelah ditambah air membentuk disperse yang homogeny
maka suspensi kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis,
pengawet, penambah rasa atau aroma, buffer dan zat warna. Obat yang biasa dibuat
dalam sediaan suspensi kering adalah obat yang tidak stabil untuk disimpan dalam
periode waktu tertentu dengan adanya pembawa air (sebagai contoh obat-obat antibiotic)
sehingga lebih sering diberikan sebagai campuran kering untuk dibuat suspensi pada
waktu akan digunakan. Biasanya suspensi kering hanya digunakan untuk pemakaian
selama satu minggu dan dengan demikian maka penyimpanan dalam bentuk cairan tidak
terlalu lama. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal (FI IV hal
: 18).
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat
anti-mikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi dan jamur seperti
yang tertera pada emulse dengan beberapa pertimbangan penggunaan pengawet
antimikroba juga berlaku untuk suspensi. Sesuai dengan sifatnya, partikel yang terdapat
dalam suspensi dapat dengan mudah mengendap pada dasar wadah bila didiamkan.
Pengendapan seperti ini dapat mempermudah pengerasan dan pemadatan sehingga sulit
2
terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokan. Untuk mengatasi masalh tersebut,
dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel
suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol, polimer atau gula. Yang sangat penting adalah
bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan
padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.
Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
3
3. Bila suspensi kering telah dibuat suspensi makan suspensi kering dapat diterima bila
memiliki criteria suspensi.
Syarat Suspensi
1) Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal.
2) Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat
antimikroba.
3) Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.
4) Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
5) Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
6) Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali.
7) Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense.
8) Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang..
9) Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap
agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
10) Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik
lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan
diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda.
4
Dimana V = kecepatan sedimentasi, d = jari-jari pertikel terdispersi, ρ1 = massa jenis fase
dalam, ρ2 = massa jenis fase luar, g = percepatan gravitasi, η = viskositas fase luar. Dari
rumus diatas terlihat bahwa:
1. Semakin kecil ukuran partikel laju pengendapan suspensi akan semakin lambat.
2. Semakin tinggi viskositas maka kecepatan pengendapan akan semakin berkurang.
3. Selisih massa jenis yang semakin kecil menyebabkan kecepatan pengendapan juga
semakin lambat.
2. Bahan Tambahan
a. Suspending agent
Dalam formulasi suatu sediaan suspensi perlu adanya bahan tertentu untuk menunjang
terbentuknya suatu sediaan suspensi yang diinginkan. Bahan-bahan pensuspensi tersebut
berfungsi memperlambat, mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak. Bahan
pensuspensi bekerja dengan cara meningkatkan viskositas. Bahan pensuspensi dapat
dibagi menjadi beberapa golongan yaitu:
1) Golongan polisakarida
a) Gom arab, tragakan dan akasia.
b) Dari sumber alam seperti agar-agar, alganat dan pectin.
c) Selulosa sintetik seperti CMC dan tilosa.
2) Golongan silikat seperti bentonit, veegum dan aluminium magnesium silikat.
3) Golongan protein seperti gelatine
4) Polimer-polimer organic seperti karbol 934
b. Bahan pembasah
Sering kali sulit untuk mendispersikan serbuk yang mengandung udara yang
teradopsi atau yang mengandung sedikit lemak atau kontaminan lain. Serbuk tersebut
tidak dapat dibasahi dengan segera dan walaupun memiliki kerapatan yang tinggi, ia
akan mengambang di permukaan cairan tersebut. Daya membasahi dari suatu serbuk
ditentukan dengan mengamati sudut kontak yang dibuat oleh serbuk dengan permukaan
cairan. Sudut kontak ini 90o jika partikel mengambang di permukaan cairan. Serbuk
yang tidak mudah dibasahi dengan air menunjukkan sudut kontak yang besar. Serbuk
yang dapat dibasahi segera oleh air dari kontaminan yang teradsorpsi disebut hidrofilik.
Surfaktan sangat berguna dalam mengurangi tegangan antarmuka antarpartkel-
partikel zat padat dan suatu pembawa dalam pembuatan suatu suspensi. Sebagai akibat
dari tegangan permukaan yang menjadi rendah, perpanjangan sudut kontak diperendah,
5
udara digantikan permukaan partikel, dan akan terjadi pembasahan. Contoh: Gliserin,
propilen glikol.
c. Bahan Pemanis
Untuk memperbaiki rasa sediaan.
Contoh: Sorbitol, sukrosa, laktosa.
d. Bahan Pewarna dan Pewangi
Untuk menambah estetika sediaan. Contoh: FD&C Yellow, Metilen Blue.
e. Bahan Pengawet
Untuk mengawetkan dan menjaga stabilitas sediaan. Contoh: Propil paraben, metal
paraben, asam benzoat.
f. Bahan Pendapar
Untuk mengatur pH, memperbesar potensial pengawet, meningkatkan kekerutan.
Contoh: dapar posfat, dapar sitrat, dapar asetat.
g. Acidifler
Memiliki fungsi yang sama dengan bahan pendapar.
h. Floculating Agent
Dengan memberikan lapisan mekanik pada suatu zat terdipsersi maka agregasi dari
suatu partikel dapat dicegah. Formulator cenderung membuat suspensi yang terflokulasi
karena partikel terflokulasi terikat lemah, mengendap dengan cepat, tidak membentuk
suatu lempengan dan dengan mudah dapat disuspensikan kembali, sedangkan pada
suspensi yang mengalami deflokulasi pengendapan terjadi perlahan-lahan dan
membentuk endapan yang partikelnya beragregasi membentuk suatu lempengan yang
keras dan sulit disuspensikan kembali. Contoh: Tween 80 (untuk surfaktan), tragakan
(polimer hidrofil), NaCl (untuk elektrolit).
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara
zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)
5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
6. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dll)
7. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya
turun.
8. Aliran menyebabkan sukar dituang
9. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
10. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking,
flokulasi -deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
6
11. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.
1. Metode pengendapan
a. Pengendapan Dengan Pelarut Organik
Obat–obatan yang tidak larut dalam air dapat diendapkan dengan melarutkannya
dalam pelarut organik yang bercmpur dengan air dan kemudian menambah fase
organik ke air murni dibawah kondisi standar.
b. Pengendapan yang dipengaruhi oleh perubahan pH dan medium
Metode ini dapat lebih membantu dan tidak menimbulkan yang serupa dengan
endapan organik. Tetapi teknik ini hanya dapat diterapkan keobat – obat yang
seharusnya tergantung pada pH.
c. Penguraian rangkap
Metode ini meliputi kimia sederhana, meskipun beberapa faktor fisis juga ikut
berperan Menurut Anief (2007) dalam pembuatan suspensi stabil secara fisis yang
biasa dipakai sebagai pegangan pedekatan adalah:
Penggunaan pembawa tersusun untuk partikel deflokulasi dalam suspensi. Pembawa
tersusun pseudoplastis dan plastis. Pembawa tersusun bekerja dengan cara penjeratan
(calmpiping) partikel–partikel (umumnya deflokulasi) sedemikian, hingga secara deal
tidak terjadi pengendapan.
Penggunaan prinsip – prinsip untuk membentuk flok, mskipun terjadi cepat mengenap,
tetapi dengan pengocokkan dengan mudah tersuspensi kembali.
Stabilitas fisis yang optimum dan bentuk rupanya yang baik akan terjadi bila
suspensi diformulasikan dengan patikl–partikel flokulasi dengan pembawa tersusun dari tipe
koloid hidrofil (flokulasi terkontrol). Menurut Hinds, untuk membentuk flokulasi dalam
suspensi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.
2. Metode Dispersing
Bahan tersebut dilarutkan dahulu dengan air sebelum dicampur dengan dengan bahan –
bahan yang akan disuspensikan. Surfaktan dapat digunakan untuk menjamin pembasahan zat
7
padat pada hidrofobik engan seragam. Penggunaan zat pensuspensi bisa iusulkan tergantung
pada penggunaan spesifik. Metode sebenernya dari pendispersi zat padat merupakan salah satu
pertimbangan yang ebih pentin, karena pengurangan ukuran prtikel mungkin dihasilkan atau
mungkin tidak dihasilkan dari proses dispersi.
Sifat–sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi dalam susupensi menurut Anief (2007)
No Deflokulasi Flokulasi
1 Partikel tersuspensi dalam keadaan Partikel merupakan agregat yang bebas
terpisah satu dengan lainnya
2 Sedimentasi lambat,masing – masing Sedimentasi cepat, partikel mengenap
partikel mengenap terpish dan sebagai flok yaitu kumpulan partikel
ukuranya minimal
3 Sedimentasi terjadi lambat Sedimentasi terjadi cepat
4 Akhirnya sedimentasi akan membentuk Sedimentasi terbungkus bebas membentuk
cake (agregat) yang sukar terdispersi cake yang keras dan padat dan mudah
kembali terdispersi kembali seperti semula
5 Wujud suspensi menyenangkan karena Wujud susupensi kurang menyenangkan
zat tetap tersuspensi dalam waktu sebab sedimentasi terjadi cepat dan
relative lama, meskipun ada endapan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih
cairan atau tetap berkabut
4. Metode praesipitasi
Zat yang hendak didespersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur
dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air.
Akan tetapi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Caiaran organik tersebut
adalah etanol, propilenglikol dan polietilenglikol.
8
2.2. PraForrmulasi
a. Zat Aktif
1. Ampisilin
Zat Aktif: Zat Aktif yang digunakan dalam formulasi kali ini adalah ampisilin.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak
larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam
kloroform
Ampisilin adalah antibiotika golongan penisilin semi sintetik, dipakai secara per oral
dan parenteral, aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif dengan spektrum antibakteri.
Absorpsi ampisislin pada pemberian per oral umumnya berlangsung selama kira-kira 2
jam, tetapi jumlah ampisilin yang diabsorpsi bervariasi antara 20 - 70%. Absorpsi
ampisilin yang tidak sempurna ini disebabkan oleh sifat-sifat amfoternya serta keterbatasan
kelarutan dalam air dan kecepatan disolusinya. Absorpsi diperlambat dengan adanya
makanan, tetapi tidak mempengaruhi jumlah tital ampisislin yang diabsorpsi. Oleh karena
absorpsi ampisilin pada pemberian per oral tidak sempurna dan sangat bervariasi, maka
perlu diteliti bioavailabilitasnya.
1. Farmakologi
Ampisilin adalah derivat penisilin semi sintetik yang bersifat bakterisida yang bekerja
dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri. Ampisilin aktif terhadap bakteri
Gram-positif (Streptococcus faecalis, Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus
9
haemolyticus) dan bakteri Gram-negatif (Haemophilus influenzae, Salmonella sp.,
Neisseria gonorrhoeae, Proteus mirabillis).
2. Farmakodinamik
Ampisilin termasuk golongan penisilin semisintetik yang berasal dari inti penisilin yang
berasal dari inti penisilin yaitu asam-6-amino penisilinat (6-APA) dan merupakan
antibiotik luas yang bersifat bakterial.
Secara klinis efektif terhadap kuman gam-positif yang peka terhadap macam-macam
kuman gram-negatif, diantaranya:
a) Bakteri gram positif seperti S.pneumoniae, enterokokus dan staphylococcus yang tidak
menghasilkan penisilinase.
b) Bakteri gram negatif seperti gonococcus, H. Influenzae, jenis E.coli, Shigella,
Salmonella dan P.mirabilis.
3. Farmakokinetik
a) Untuk pemakaian oral dianjurkan diberikan setengah jam sampai 1 jam sebelum makan.
b) Cara pembuatan suspensi, dengan menambahkan air matang sebanyak 50ml, kocok
sampai serbuk homogeny. Setelahrekonstitusi, suspensi ersebut harus digunakan dalam
jangka waktu 7 hari.
c) Pemakaian parenteral baik secara i.m ataupun i.v dianjurkan bagi penerita yang tidak
memungkinkan untuk pemakaian secara oral.
4. Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan/atau Gram-negatif yang peka
terhadap ampisilin:
a) Infeksi saluran nafas, bronkopneumonia, otitis media.
b) Infeksi saluran kemih seperti pielonefritis akut dan kronik, sistitis.
c) Gonore yang tidak berkomplikasi.
d) Infeksi alat kelamin wanita, pelvis kecil seperti : aborsi septis, adneksitis, endometritis,
parametritis, pelviperitonitis, demam puerperal.
e) Infeksi saluran pencernaan seperti shigellosis dan salmonelosis.
f) Ampisilin injeksi untuk meningitis.
5. Kontra Indikasi
a) Pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin dan turunannya.
b) Pada infeksi yang disebabkan oleh kuman penghasil enzim penisilinase.
6. Interaksi Obat
a) Penggunaan bersama dengan allopurinol akan meningkatkan kemungkinan reaksi
hipersensitivitas.
b) Penggunaan dengan kontrasepsi oral akan menurunkan efektivitas dari kontrasepsi oral.
10
c) Penggunaan dengan probenesid dapat meningkatkan dan memperpanjang kadar
ampisilin dalam darah.
b. Zat Tambahan
1. Natrium Alginat
Natrium alginat sudah biasa digunakan sebagai bahan pensuspensi sirup kering
ampisilin. (Ofner et al., 1989). Natrium alginat merupakan suatu polisakarida yang
diekstraksi dari ganggang coklat marga Sargassum dan Turbinaria menggunakan larutan
basa encer. Natrium alginat mempunyai gugus karboksilat yang dapat terion menjadi
bermuatan negatif. Secara fisik natrium alginat berupa serbuk berwarna putih kekuningan
hingga coklat, tidak berbau dan tidak berasa. Natrium alginat merupakan garam natrium
dari asam alginat, polimer glukuronan linier yang terdiri dari asam β-(1→4)-D-
manosiluronat dan residu asam α-(1→4)-L-gulosiluronat.
Natrium alginat larut dalam air membentuk koloid kental dan tidak larut dalam
medium dengan pH kurang dari 3, etanol, dan pelarut organik lainnya. Larutan natrium
alginat stabil pada pH 4 sampai 10. Viskositasnya dapat bervariasi, tergantung pada
konsentrasi, pH, temperature, atau adanya ion logam. Viskositas larutan akan menurun
pada pH larutan di atas 10. Derajat disolusi untuk monomer asam mannuronat dan
guluronat adalah sekitar 3.38 dan 3.65.
Dalam bidang farmasi, natrium alginat digunakan pada berbagai formulasi oral dan
topikal. Pada formulasi tablet, natrium alginat dapat digunakan sebagai pengikat dan
disintegran. Selain digunakan dalam sediaan oral lepas terkendali karena dapat
menghambat pelepasan obat dalam tablet dan suspensi dalam air. Pada formulasi topikal,
natrium alginat banyak digunakan sebagai pengental dan pensuspensi pada berbagai
sediaan pasta, krim, dan gel, dan juga sebagai penstabil pada sistem emulsi minyak dalam
air. Beberapa tahun terkahir, natrium alginate bahkan digunakan untuk mikroenkapsulasi
obat. Selain dalam bidang farmasi, natrium alginate juga digunakan dalam bidang kosmetik
dan industri makanan.
Dalam penelitian ini digunakan ampisilin sebagai model obat dan pregel pati singkong
fosfat sebagai bahan pensuspensi. Pregel pati singkong fosfat adalah hasil modifikasi fisika
dan kimia pati singkong. Modifikasi fisik pati singkong menghasilkan pati pregel yang
dibuat melalui pemanasan dengan penambahan air. Setelah diperoleh pati singkong
pregelatinasi, maka dibuat pati pregel singkong fosfat dengan cara mereaksikan pati pregel
singkong masing masing dengan POCl3 dan Na2HPO4 (Lim et al. 1994, Kasemsuwan dan
Jane, 1994). Hasil reaksi menggunakan POCl3 akan menghasilkan senyawa cross-linking
pati pregel singkong fosfat di-ester (CPSF), sedangkan hasil reaksi menggunakan pereaksi
11
Na2HPO4 menghasilkan senyawa substitusi pati pregel singkong fosfat mono-ester
(SPSF).
Kedua bentuk senyawa pati pregel singkong fosfat tersebut diatas digunakan sebagai
bahan pensuspensi sirup kering ampisilin. Pati singkong tidak dapat digunakan sebagai
bahan pensuspensi karena dalam air tidak dapat mengembang dan meningkatkan
viskositas, sedangkan pati pregel singkong walaupun dalam air dapat mengembang dan
meningkatkan viskositas tetapi mudah teretrogradasi sehingga sistem suspensi rusak yang
mengakibatkan rusaknya homogenitas cairan. Senyawa pati fosfat baik berbentuk sustitusi
mono-ester maupun crosslingking di-ester keduanya dapat menghindari retrogradasi yang
merusak suspensi secara fisik.
3. CMC Na/ Natrium Carboxy Metil Cellulose (Handbook of Excipients Ed.VI hal.78)
12
OTT : Tidak bercampur dengan larutan asam berkonsentrasi tinggi dan
larut dengan garam besi juga beberapa logam seperti aluminium,
merkuri, dan zink.
Wadah & penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
5. Lactosum/Laktosa/Saccharum lactis
Rumus : (C3H4O2)n
Pemerian : Serbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam etanol 95%,
metanol dan asam asetat.
Berat Jenis : 0,29-0,39 g/ml
pH : 3,0 – 7,0
Kegunaan : bahan pengikat
Konsentrasi : 0,5 - 5%
Stabilitas : Stabil pada pemanasan 110 – 1800C
OTT : Tidak bercampur dalam larutan garam anorganik, resin alam dan
sintetis, sulfatiazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenobarbital;,
tannin
Wadah dan Penyimpanan: Di wadah yang tertutup rapat dan disimpan di tempat yang sejuk
dan kering.
7. Nipagin/metil paraben
13
8. Natrium Benzoat (FI IV Hal. 584, Handbook of Excipient Hal. 627)
14
Pemerian :Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan mem-
berikan nyala biru yang tak berasap.
Rumus Molekul : C H N Na O S
Pemerian : Serbuk kuning kemerahan, didalam larutan memberikan
warna orange terang
Kelarutan : Mudah larut di gliserin dan air, agak sukar larut dalam
aseton dan propilen glikol, sukar larut dalam etanol 75%
Kegunaan : Pewarna
OTT : Asam askorbat, gelatin, dan glukosa
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat, dan tempat yang sejuk
dan kering
Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar yang diproses
secara mekanik dan terkandung kurang lebih 90% lemon
Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90%
Kegunaan : pewarna dan pewangi
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup dan tempat yang sejuk
dan kering, dan terhindar dari cahaya matahari
15
2. masukkan elektroda pH yang sudah di kalibrasi dengan dapar standar
3. amati pH nya,catat dan bandingkan dengan pH yang seharusnya
Uji viskositas
Alat : VT-03E
Metode :
1. Memasukkan sampel ke dalam cup, jika kental gunakan cukup kecil, jika encer maka
gunakan cup besar.
2. Pegang viskotester di satu tangan, gunakan level ukuran atau meteran pada unit untuk
memastikan unit kira-kira telah horizontal.
3. Letakkan rotor pada pusat cup.
4. Pindahkan apitan jarum meter hingga melawan arah.
5. Nyalakan power switch pada posisi ON.
6. Ketika rotor mulai berputar, jarum indicator viskositas secara berkala bergerak ke kanan
dan seimbangkan pada posisi yang menghubungkan viskositas dengan sampel cairan.
7. Baca nilai viskositas dari skala untuk rotor yang sedang digunakan catat nilainy.
8. Ketika pengukuran berjalan sempurna, atur power switch pada posisi OFF.
9. Setelah jarum dikembalikan pada posisi awal, amankan dengan memindahkan kepitan
jarum meter sesuai dengan petunjuk arah.
1. Sejumlah volume tertentu suspensi dimasukkan dalam gelas ukur yang sudah diberi skala
tertentu.
2. Mendimkan larutan selama waktu tertentu sampai terbentuk endapan
3. Mengukur volume endapan, setelah itu dihitung volume sedimentasinya.
16
F= Vu
Vo
Dengan :
F= Volume sedimentasi
Vu= Volume endapan yang terbentuk
Vo= Volume awal suspense sebelum ada endapan
Derajat flokulasi
Alat : gelas ukur dan penggaris
Metode : Terjadi bila pada system suspensi mengandung flokulasi dan deflokulasi
β = flokulasi (V sediaan)
deflokulasi (V sediaan)
200,300,360,400 ppm.
2. lalu buat kurva baku dari serapan yang di dapat sehingga terbentuk persamaan kurva baku
3. timbang beberapa sampel sehingga mengandung 25 mg ampicilin,masukkan labu ukur 100
ml tambah 25 ml aquades
4. ultrasonic lalu tambah dengan aquadest ad tanda
5. saring dengan kertas saring,saringan pertama di buang sedangkan saringan kedua di
tamping
6. periksa konsentrasi sampel dengan spektrofotometer uv vis pada panjang gelombang 272
nm.
7. hitung kadar ampicilin menggunakan persamaan baku yang di dapat sebelumnya.
17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Formulasi
18
Untuk memperbaiki rasa sediaan dengan
memberikan rasa manis. Keasaman
Sukrosa 10 10 - - lambung mengubah sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa selama proses
pencernaan dalam tubuh.
19
asetat.
Metode Pembuatan
Formula 1 dan 2:
1. Granulat dibuat sesuai dengan metode pembuatan tablet dengan proses granulasi basah.
2. Masing-masing bahan pensuspensi untuk formula 1 CPSF, formula 2 SPSF dikembangkan
dengan air.
3. Setelah massa mengembang, dicampur dengan bahan lainnya hingga diperoleh massa yang
homogen.
4. Selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50º C.
5. Kemudian massa dijadikan serbuk.
6. Evaluasi dilakukan terhadap granulat sirup kering dan suspensi.
Formula 3 dan 4:
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Bahan-bahan obat yang diperlukan ditimbang , botol 60 ml dikalibrasi
3. Ampisilin Trihidrat dimasukkan kedalam lumpang digerus ad halus
4. Ditambahkan CMC Na untuk formula 3 dan Na Alginat untuk formula 4, digerus ad
homogen
20
5. Ditambahkan bahan lainnya satu persatu, digerus ad homogen
6. Ditimbang granul yang didapat
7. Dihitung dan dipisahkan granul yang akan dimasukkan kedalam botol 60 ml
8. Ditambahkan aquadest hingga tanda kalibrasi jika ingin digunakan
9. Evaluasi dilakukan terhadap granulat sirup kering dan suspensi.
1. Evaluasi terhadap sirup kering, meliputi: Penentuan ukuran partikel dan laju alir
2. Evaluasi yang dilakukan pada suspensi cair: penentuan volume sedimentasi, penentuan pH,
volume sedimentasi, redispersi, pengukuran kadar ampisilin, viskositas, uji efektivitas
mikrobiologi.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sediaan ini dibuat dalam bentuk suspense kering dikareakan bahan aktif (ampicillin )
memiliki sifat tidak larut dlam air. Rancangan formula ampisilin suspensi yang kami buat
sebelumnya dibuat dalam bentuk sirup kering menggunakan metode granulasi basah dengan
komponen zat aktif ampisilin trihidrat dan zat tambahan seperti natrium alginat sebagai
suspending agent, sorbitol sebagai zat pemanis dan zat pembasah, nipagin sebagai zat
pengawet serta sunset yellow dan orange essens sebagai penambah aroma dan warna agar
tampilan lebih menarik.
4.2 Saran
Dalam pembuatan formulasi obat dengan sediaan suspensi kita harus mengetahui sifat
fisika kimia dan farmakologi dari zat aktif dan zat tambahan yang digunakan. Juga harus
diperhatikan syarat khusus dalam evaluasi obat suspensi. Sehingga dapat dibuat formula obat
dengan efek yang maksimal dan stabil dalam penyimpanan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Effionora Anwar, Antokalina Sv, Harianto. Jurnal Pati Pregel Pati Singkong Fosfat
Sebagai Bahan Pensuspensi Sirup Kering Ampisilin. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.
III, No. 3, Desember 2006, 117 – 126. Departemen Farmasi FMIPA-UI. Diakses
Tanggal 14 November 2016 Pukul 10.13.
Kibbe, A. H. 2000. Handbook of Pharmaceuticals Excipients. London-United Kingdom:
Pharmaceutical Press
Anief, M., 2008, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, 149
23